Cambridge Analytica
Evolusi Pasukan Siber di Indonesia dari Tahun 2014 sd 2018
Menelusuri Jejak MCA
Penangkapan anggota MCA
MCA vs (veteran) Jasmev dari Pilkada ke Pilkada
Analisis Facebook Page: “United MCA” vs “Seword Fans Club”
Kesimpulan
ANALISIS TRENDING TOPIC HARIAN INDONESIA DAN CAPRES 02
Analisis Jaringan Pasukan Siber di Indonesia
1. Analisis Jaringan Pasukan
Siber di Indonesia
(Kolam Hoax dan Hate Speech)
Studi Kasus:
Pilpres 2014, Pilkada, Penangkapan MCA, dan
Analisis Facebook Page “MCA” vs “Seword”
Ismail Fahmi, PhD
PT. Media Kernels Indonesia
(Drone Emprit)
Ismail.fahmi@gmail.com
Serial Diskusi Publik ISPPI
INDEPENDENSI KEPOLISIAN DALAM RIAK
PESTA DEMOKRASI
Jakarta, 21 Maret 2018
ISPPI
IKATAN SARJANA DAN PROFESI
PERPOLISIAN INDONESIA
2. 1992 – 1997 S1, Teknik Elektro, ITB
2003 – 2004 S2, Information Science, Universitas Groningen, Belanda
2004 – 2009 S3, Information Science, Universitas Groningen, Belanda
2000 – 2003 Inisiator IndonesiaDLN (Digital Library Network pertama di Indonesia)
Mengembangkan Ganesha Digital Library (GDL)
Mendirikan Knowledge Management Research Group (KMRG) ITB
Membangun Digital Library ITB
2009 – Sekarang Engineer di Weborama, Perusahaan berbasis big data (Paris/Amsterdam)
2014 – Sekarang Founder PT. Media Kernels Indonesia, a Natural Language Processing Company
2015 – Sekarang Konsultan Perpustakaan Nasional, Inisiator Indonesia OneSearch
2017 – Sekarang Dosen Magister Teknologi Informasi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Ismail Fahmi, PhD.
Ismail.fahmi@gmail.com
3. Agenda
• Cambridge Analytica
• Evolusi Pasukan Siber di Indonesia dari Tahun 2014 sd 2018
• Menelusuri Jejak MCA
• Penangkapan anggota MCA
• MCA vs (veteran) Jasmev dari Pilkada ke Pilkada
• Analisis Facebook Page: “United MCA” vs “Seword Fans Club”
• Kesimpulan
3
4. Perspektif Perang Informasi Global:
Cambridge Analytica
Bagaimana big data, psikologi, dan informasi digunakan untuk
memanipulasi publik, budaya, dan demokrasi
4
7. Cara Kerja Cambridge Analytica
Rekayasa: Individu à Budaya à Demokrasi
Beli Profile
270.000
Pengguna aplikasi ‘Quis
Psikologi’ di Facebook
Crawling
50 juta +
Data pribadi dari
Pengguna Facebook di US
(status, komentar, likes,
shares, profiles, foto)
Clustering
Pengguna Facebook dari
USA ke dalam
5 Big Personality
Traits
Mengubah perilaku
pengguna melalui
‘Iklan’ di Facebook
Pesan ‘religius’
Pesan ‘gun rights’
Pesan ‘ekonomi’
Pesan ‘NRA’, dll
Fake News
Vote Trump!
8. Breitbart News
Fake news, opinion, commentary website
Breitbart News Network
(known commonly as Breitbart
News, Breitbart or
Breitbart.com) is a far-right
American news, opinion and
commentary website founded in
2007 by conservative
commentator Andrew Breitbart.
The site has published a number
of falsehoods and conspiracy
theories, as well as intentionally
misleading stories. Its journalists
are ideologically driven, and
some of its content has been
called misogynistic,
xenophobic, and racist.
Breitbart News later aligned with
the alt-right under the
management of former
executive chairman Steve
Bannon.
9. Peta Percakapan di Twitter: US Election 2016
Hillary Clinton Donald Trump
11. Bagaimana dengan Indonesia?
Potensi perang proxy untuk instabilitas Indonesia
Penggunaan Big Data dari Media Sosial untuk
Memanipulasi Psikologi dan Opini Publik di
Indonesia hanya soal waktu. Bahkan mungkin
sedang terjadi tanpa kita sadari.
12. Evolusi Pasukan Siber dari tahun 2014-2018
Untuk Kepentingan Politik?
Analisis berbasis data dari media sosial “Twitter”
Dari tahun 2014 - 2018
Keyword: terkait “Jokowi” sebagai capres dan presiden terpilih
12
13. Januari 2014, Analisis Jaringan Sosial “Gubernur Jokowi”
Media darling, dan dukungan dari buzzer
PRO
KONTRA
2014
14. Februari 2014, Analisis Jaringan Sosial “Gubernur Jokowi”
Serangan jelang pencalonan, menggunakan robot
PRO
KONTRA
2014
15. Maret 2014, Analisis Jaringan Sosial “Gubernur Jokowi”
Pencapresan Jokowi, dikontra dengan robot
PRO
KONTRA
KONTRA
2014
20. September - Oktober 2017, Analisis Jaringan Sosial “Jokowi”
Kontra: kritik atas reklamasi, KPK, capaian, pencitraan, dll
PRO
KONTRA
2017
PRO
21. September - Oktober 2017, Analisis Word Cloud “Jokowi”
Kontra: menagih janji, isu reklamasi, lengser, kebohongan
22. Februari - Maret 2018, Analisis Jaringan Sosial “Presiden Jokowi”
Satu bulan terakhir, pro-kontra tentang presiden
PRO
KONTRAPRO
PRO
2018
23. Februari - Maret 2018, Analisis Word Cloud “Jokowi”
Kontra: soal utang, sertifikat tanah, pengibulan
24. Highlight
• Tahun 2014:
• Cluster cybertroop yang mendukung Jokowi adalah yang paling besar, didukung oleh akun organic dan bot.
Kekuatan maksimum terjadi pada saat kampanye pilpres.
• Cluster cybertroop yang kontra Jokowi relative masih kecil, dan didominasi oleh sebuah akun
(triomacan2000) dengan dukungan bot yang luar biasa besar. Akun ini pada dasarnya menyerang semua
tokoh. Cluster kontra ini makin besar pada saat kampanye pilpres.
• Tahun 2015:
• Polarisasi warganet ke dalam dua cluster berlanjut, antara yang pro dan kontra Jokowi.
• Topik percakapan mereka yang kontra kebanyakan berupa kritik dan sindiran atas kebijakan dan
keberpihakan Jokowi.
• Tahun 2016:
• Akun terkait FPI/Syihabrizieq mulai muncul jelas dalam cluster kontra.
• Polarisasi terus berjalan antara kedua cluster pro-kontra dengan topik serupa, ditambah munculnya isu Ahok
menjelang pilkada DKI.
• Tahun 2017:
• Polarisasi terus berjalan dan kadang makin kuat.
• Topik percakapan mereka yang kontra kebanyakan berupa kritik dan sindiran atas kebijakan dan
keberpihakan Jokowi (misal soal reklamasi).
• Tahun 2018:
• Polarisasi terus berjalan.
• Topik percakapan mereka yang kontra kebanyakan berupa kritik dan sindiran atas kebijakan dan
keberpihakan Jokowi.
• Kampanye keberhasilan program pemerintahan Jokowi juga makin giat.
24
25. Kesimpulan soal cluster pro-kontra (2014-2018)
25
Polarisasi warganet atau cybertroop ke dalam dua cluster pro-
kontra terhadap pemerintah, masih dalam batas wajar.
Bahkan, keduanya diperlukan untuk menginformasikan
keberhasilan program, dan menguak kekurangan atau
kegagalan yang disembunyikan atau tidak diketahui publik.
Pemerintahan yang sehat membutuhkan kedua cluster
sebagai fungsi kontrol.
27. Executive Summary
• Setelah sebelumnya Polri melakukan “shock therapy” dengan mengumumkan
penangkapan anggota “Sindikat Saracen”, kali ini Polri lebih berani lagi, yaitu
mengumumkan penangkapan anggota “MCA”, sebuah jaringan yang jauh lebih
besar dari Saracen.
• Landasan penangkapan ini sangat kuat: “pembuatan dan penyebaran hoax yang
sangat meresahkan masyarakat, yaitu tentang maraknya ‘orang gila’ yang meneror
ulama” dan isu PKI oleh anggota MCA.
• Bisa dilihat ada 2 tujuan: (1) meredam hoax khususnya yang menyerang
pemerintah, (2) melemahkan MCA.
• Pertanyaan:
• Siapakan MCA itu?
• Kapan MCA mulai muncul?
• Apakah ada indikasi kekuatan MCA bakal melemah setelah gempuran ini?
• Bagaimana peta pertempuran “War on MCA” di media social?
• Bagaimana strategi MCA dalam melawan tekanan dan deligitimasi terhadap mereka?
• Drone Emprit menampilkan data sejak Mei 2016 hingga 20 Maret 2018 (hari ini).
27
28. Jejak Keyword: “MCA” atau “Muslim Cyber Army”
1 Mei 2016 – 4 Maret 2018
Berita penangkapan anggota
MCA menghasilkan volume
percakapan yang sangat
tinggi. Kita akan zoom out
bagian ini, biar data
sebelumnya tampil lebih jelas.
(Zoom)
1 Mei 2016 – 25 Februari 2018
Data sebelum penangkapan:
mention keywords ini mulai
muncul sebelum bulan Januari
2017. Dan sejak saat itu,
volume mention semakin
tinggi.
Awal mention “MCA” atau
“Muslim Cyber Army”
29. Awal Kemunculan “MCA” atau “Muslim Cyber Army”
1 Mei 2016 – 31 Desember 2016
Sebelum pertengahan Desember 2016,
penyebutan “MCA” semua merefer pada sebuah
partai uni-ras di Malaysia, yaitu Malaysian Chinese
Association.
Mulai pertengahan Desember 2016, kita
akan sering menemukan “MCA” atau
“muslim cyber army” dalam percakapan
Twitter di Indonesia.
34. SNA “MCA” Desember 2016
Nama MCA Mulai Digunakan, Namun masih Kecil Volumenya
35. Tahun 2017
Jejak “MCA” sepanjang tahun 2017
Chat HRS
Seruan HRS terkait GMBI
Saracen
Aksi Bela Palestina
36. 6 Tipe Kelompok yang mengaku “Anggota MCA”
1. Promotor MCA di media
2. Ahli hacking akun sosmed dan pembuatan konten
3. Pencari keuntungan ekonomi
4. Pengguna biasa yang bersemangat ngeshare
5. Pihak lawan yang pura-pura jadi anggota MCA
6. Agen proxy war dari luar negeri yang ingin mengacaukan Indonesia
36
39. Most Retweeted: 26 Feb, sehari sebelum penangkapan
Masing-masing sibuk dengan agendanya
40. SNA: 26 Feb, sehari sebelum penangkapan
Tak begitu banyak percakapan tentang MCA
Pro Pemerintah
MCA
41. Most Retweeted: 27 Feb, hari H penangkapan anggota MCA
Didominasi oleh status dan tokoh pro pemerintah
42. SNA: 27 Feb, hari H penangkapan anggota MCA
Cluster pro pemerintah lebih besar, didukung berita media
Pro Pemerintah
MCA
@MustofaNahra adalah akun awal
salah satu netizen dalam cluster
MCA yang dibajak oleh cluster
lawannya. Gantinya adalah
@NetizenTofa.
43. Most Retweeted: 28 Feb, sehari setelah penangkapan
Sudah mulai seimbang antara kedua cluster
44. SNA: 28 Feb, sehari setelah penangkapan
Sudah mulai seimbang antara kedua cluster
Pro Pemerintah
MCA
45. Most Retweeted: 2 Maret 2018 (3 hari berikutnya)
MCA menyerang balik, memanfaatkan temuan blunder dari lawannya
46. SNA: 2 Maret 2018 (3 hari berikutnya)
Cluster ”MCA” Tak Menunjukkan Tanda akan Menurun, bahkan Menyerang Balik
Pro Pemerintah
MCA
47. Most Retweeted: 4 Maret 2018 (4 hari berikutnya)
Topik serangan ganti: M Luth (Jokower) & Fadli Zon (demokrasi)
48. SNA: 3 Maret 2018 (4 hari berikutnya)
Kenapa “MCA” Tetap Kuat dan Tidak Berkurang?
Pro Pemerintah
MCA
49. SNA: 18 Feb - 20 Maret 2018
Isu “MCA” hanya ramai sesaat, bertahan 1-2 minggu saja
50. Strategi Pertempuran
• Cluster Pro Pemerintah berusaha membangun asosiasi “MCA pembuat Hoax” agar
tidak dipercaya lagi oleh public. Dan sebaliknya, cluster MCA melakukan kontra narasi
dengan menyatakan bahwa “MCA yang asli itu melawan fitnah.”
• Cluster Pro Pemerintah membongkar profile mereka yang ditangkap oleh Polri, melalui
jejak digital yang mereka kumpulkan. Ada beberapa akun khusus yang bertugas untuk
membukanya. Sedangkan cluster MCA melihat titik celah dari tuduhan, serangan dan
informasi yang dibuka oleh lawannya, lalu menggunakan celah yang ditemukan untuk
menyerang balik. Misal, pernyataan Polri bahwa “salah satu anggota yang ditangkap
sudah bergabung dengan MCA sejak 5 tahun yang lalu,” ini dimanfaatkan baik-baik
untuk menyerang, dengan kontra narasi bahwa MCA baru ulang tahun sekali.
• Polri menunjukkan bahwa MCA memiliki admin salah satunya “M Luth”. Cluster MCA
melakukan kontra narasi dengan menyatakan bahwa akun @Cak_Luth itu adalah milik
orang yang ditangkap Polri, yang ternyata adalah anggota Jasmev dan PSI. Tidak tahu
apakah klaim MCA ini benar atau tidak.
• AS dari cluster Pro Pemerintah turut menyebar foto yang memperlihatkan “sosok”
mirip salah satu admin MCA yang ditangkap ternyata memiliki “asosiasi” dengan salah
satu tokoh (FZ dan PS) dan partai tertentu. Cluster MCA melihat ada celah untuk
melakukan kontra narasi, dengan menyatakan bahwa orang itu adalah salah satu fans
PS yang rela berjalan kaki jauh-jauh ke Jakarta untuk bertemu dengan PS; dan bahkan
FZ melaporkan AS ke kepolisian atas hoax/fitnah yang diserbar AS.
50
51. Kesimpulan tentang MCA
• Penangkapan anggota MCA yang dilakukan oleh Polri ini sebuah pertaruhan serius.
Jika Polri bisa membuktikan bahwa MCA adalah sebuah jaringan yang ada
penyandang dananya, ada tim inti, operator di lapangan, dan simpatisan, maka ini bisa
mendelegitimasi MCA. MCA bisa diasosiasikan oleh public sebagai “pabrik hoax”
yang tidak lagi dipercaya.
• Namun jika ternyata MCA yang asli itu berbeda (sedikit atau banyak) dari yang
dituduhkan oleh Polri, maka MCA akan bisa mendapatkan momentumnya untuk
bangkit kembali dan lebih solid.
• Hal positif yang saya lihat dari kasus ini adalah soal “perang melawan hoax”. Harusnya
ini yang lebih dominan, lebih ditekankan oleh Polri dan semua pihak. Jika ini dilakukan,
maka kita bisa bersama-sama, kedua cluster satu pandangan, untuk menghentikan
pembuatan dan penyebaran hoax. Efek jera bisa menjadi fungsi control, karena hukum
akan ditegakkan oleh Polri terhadap siapapun yang membuat hoax dan fitnah.
Siapapun, artinya dari cluster manapun.
• Jika ternyata memang ada 2 jenis MCA, karena sifatnya yang terbuka dan tak
terkontrol anggotanya, yaitu “produsen kritik” dan “produsen hoax”, ini adalah
momentum untuk menghabisi ”MCA produsen hoax” dan ke depan MCA bisa lebih
serius menjadi “produsen kritik.” Kritik yang cerdas, berbasis data. Mungkinkah?
51
53. Ahok-Djarot
Anies-Sandi
Agus-Sylvi
MCA
Serangan khusus ke
paslon Anies-SandiSerangan khusus ke
paslon Agus-Sylvi
Serangan ke Ahok
Februari 2017
Posisi “MCA” dalam Perang Cyber saat ”Pilkada DKI”
MCA membentuk cluster sendiri,
dengan misi tunggal “Asal Bukan
Ahok”. Tidak ikut membela salah satu
paslon lainnya.
55. Februari-Maret 2018
Pasukan Cyber dalam Pilkada “Jawa Barat”
Pro Djarot-SiharPro Edy-Musa
Veteran Cybertroop
Pilkada DKI
MCA
Sudrajat-Syaikhu
RK-UU
Tubagus-Anton
Demiz-Demul
56. Kesimpulan soal clustering dalam pilkada
56
Polarisasi warganet karena turunnya cybertroop untuk
memenangkan pasangan masing-masing tidak bisa dihindari
dalam pilkada.
Yang perlu dijaga adalah, polarisasi ini masih dalam batas
yang sehat, tidak mengarah pada perpecahan di dunia nyata
yang meninggalkan luka.
Penting bagi penegak hukum (Polri) untuk sesegera mungkin
bisa membaca peta polarisasi; narasi dan propaganda yang
disebar; aktor-aktor penting dalam cybertroop; memprediksi
kemungkinan friksi; dan segera menindak tanpa pandang
bulu jika ada aksi yang melampaui batas dan berbahaya bagi
stabilitas dan keamanan.
71. Word Cloud “MCA” vs “Seword”
Saling sindir dan kritik tokoh, identitas, dan pendapat
United Muslim
Cyber Army
Seword Fans Club
72. Kesimpulan tentang FB Group dari kedua cluster
• Group United MCA:
• Topik percakapan banyak berupa kritik pada pemerintah, pembelaan kepada agama dan ulama, dan
dukungan untuk terpilihnya presiden baru pada pilpres mendatang.
• Group Seword Fans Club:
• Topik percakapan banyak berupa pujian dan dukungan pada pemerintah, pembelaan pada presiden,
dan kritik atau sindiran pada tokoh yang banyak mengkritik pemerintah (misal Amien Rais dan ketua
BEM UI).
72
Kritik, opini, dan ujaran-ujaran yang bisa membuat benci atau
panas hati kelompok lain, bisa ditemukan di kedua group.
Dukungan dan pujian pada tokoh masing-masing juga ada di
kedua group.
Engagement (komentar, like, share) di kedua group sangat
tinggi, meski di MCA jauh lebih aktif. Group-group semacam
ini bisa mudah disulut emosi dan diprovokasi.
73. Penutup
MCA yang dituding sebagai produsen Hoax dan Hate Speech ini memang
merupakan sebuah problem. Namun, fokus hanya pada MCA dan memerangi hoax
saja bisa membuat gambaran besar dari problem yang kita hadapi menjadi tidak
tampak dengan jelas.
Media digital semakin mudah dan dengan sangat cepat membuat masyarakat
digital kita terpolarisasi oleh berbagai macam isu dan kepentingan. Yang jadi
korban adalah trust atau kepercayaan. Dan jika mengandalkan solusi melalui kanal
digital, sulit terbangun kepercayaan yang bisa merekatkan sebuah masyarakat.
Yang bisa membangun kepercayaan adalah face-to-face interaction, silaturahmi
offline, ngopi-ngopi bareng, tabayun langsung, cangkrukan, dan sejenisnya. Di
sana, bertemu unsur-unsur dari chamber yang terpolarisasi. (Social Physics: How
Social Network Can Make Us Smarter, Alex Pentland)
Event silaturahmi ini kemudian bisa diviralkan melalui media digital, agar lebih
cepat tersebar luas. Jika ini sering dilakukan, maka trust itu akan terbangun kembali.