SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  5
Télécharger pour lire hors ligne
BAB 7
Strategi
Pemasaran
yang
Digerakkan
oleh Pelanggan
Menciptakan Nilai bagi Pelanggan Sasaran
Kajian Awal Konsep
ejauh ini, Anda telah mempelajari arti pemasaran dan pentingnya memahami
konsumen. Dengan berbekal pengalaman tersebut, sekarang Anda siap menggali
strategi dan taktik pemasaran secara lebih dalam. Bab ini membicarakan lebih jauh
tentang keputusan strategi kunci pemasaran yang digerakkan oleh pelanggan – bagaimana
membagi pasar menjadi kelompok pelanggan yang berarti (segmentation), memilih
kelompok pelanggan yang akan dilayani (targeting), menciptakan penawaran pasar yang
paling mampu melayani pelanggan sasaran (differentiation), dan memposisikan penawaran
dalam pikiran konsumen (positioning). Kemudian, kita akan membicarakan sarana
pemasaran taktis – Empat P – yang digunakan pemasar untuk menghidupkan semua
strategi ini.
Sebagai contoh pembuka segmentation, targeting¸ differentiation dan positioning bekerja,
mari kita lihat Dunkin’ Donuts. Dunkin’ adalah sebuah rantai usaha kafe besar di AS Timur,
mempunyai rencana ambisius untuk memperluas jangkauannya ke tingkat nasional, sejajar
dengan Starbucks. Tetapi Dunkin’ bukan Starbucks. Bahkan, Dunkin tidak ingin menjadi
Starbucks. Dunkin’ menargetkan jenis pelanggan yang sangat berbeda dengan proposisi
nilai yang sangat berbeda pula. Minumlah secangkir kopi dan bacalah terus.
ahun lalu, Dunkin’ Donuts
membayar lusinan pelanggan
setianya di Phoenix, Chicago, dan
Charlotte, Carolina Utara, $100 seminggu
untuk membeli kopi di Starbucks. Pada
saat yang sama, rantai usaha kafe
terkemuka ini membayar pelanggan
Starbucks untuk melakukan hal
sebaliknya. Ketika kemudian Dunkin’
menginterogasi kedua kelompok ini,
Dunkin’ berkata bahwa kedua kelompok
ini begitu terpolarisasi sehingga periset
S
T
perusahaan menyebut mereka sebagai
“suku” – di mana masing-masing
kelompok membenci segala sesuatu yang
membuat suku lain setia kepada gerai
kafe mereka. Penggemar Dunkin’
memandang Starbucks sebagai gerai yang
suka pamer dan trendi, sementara
pelanggan setia Starbucks memandang
Dunkin’ sebagai kafe yang monoton dan
tidak asli. “Saya tidak mengerti,” kata
seorang pelanggan tetap Dunkin’ kepada
periset setelah mengunjungi Starbucks.
“Jika saya ingin duduk di sofa, saya akan
tinggal di rumah.”
William Rosenberg membuka
gerai Dunkin’ Donuts yang pertama di
Quincy, Massachusetts, pada tahun 1950.
Penduduk sekitar singgah di gerainya
setiap pagi untuk menikmati kopi dan
donat segar. Rosenberg mulai
mewaralabakan nama Dunkin’ Donuts,
dan rantai usaha itu tumbuh dengan cepat
di seluruh Midwest dan Southeast.
Meskipun demikian, pada awal tahun
1990, Dunkin’ kehilangan penjualan
makan pagi karena pelanggan beralih ke
sandwich McDonald’s dan Burger King.
Starbucks dan kafe mewah lainnya mulai
tumbuh, membawa persaingan baru.
Penjualan tergelincir ketika perusahaan
mempertahankan strateginya untuk
menjual donat bertabur gula dalam porsi
selusin.
Meskipun demikian, pada
pertengahan tahun 1990-an, Dunkin’
mengubah fokusnya dari donat menjadi
kopi dengan harapan bahwa
mempromosikan produk yang lebih
sering dikonsumsi akan menggerakkan
lalu lintas gerai. Dorongan untuk kopi
berhasil – kini kopi meliputi 62% dari
penjualan. Dan penjualan Dunkin’
tumbuh pada angka dua digit, dengan
laba sampai 35% selama dua tahun
terakhir. Berdasarkan kesuksesan
terbarunya ini, sekarang Dunkin’
mempunyai rencana ambisius untuk
memperluas jangkauannya ke tingkat
nasional, sejajar dengan Starbucks, rantai
usaha kafe terbesar di AS. Selama tiga
tahun berikutnya, Dunkin’ berencana
memperbaiki hampir 5.000 gerainya di AS
dan meningkatkan jumlah itu sampai tiga
kali lipat dalam waktu kurang dari 15
tahun.
Tetapi Dunkin’ bukan Starbucks.
Bahkan, Dunkin’ tidak ingin menjadi
Starbucks. Agar sukses, Dunkin’ harus
mempunyai visi jelasnya sendiri tentang
pelanggan mana yang ingin dilayaninya
(apa segmentation dan targetingnya) dan
bagaimana (apa positioning atau proposisi
nilainya). Dunkin’ dan Starbucks
menargetkan pelanggan yang sangat
berbeda, yang menginginkan hal yang
berbeda dari gerai kafe favorit mereka.
Starbucks diposisikan dengan kuat
sebagai semacam “tempat ketiga”
berkelas tinggi – di luar rumah dan kantor
– dilengkapi sofa, musik berkelas, akses
internet nirkabel, dan dinding bercorak
seni. Dunkin’ diposisikan untuk kelas
“semua orang” yang lebih rendah.
Dengan perbaikan yang
dilakukannya, Dunkin’ berencana
menaikkan kelasnya – sedikit tetapi tidak
terlalu jauh – untuk menyatakan kembali
dirinya sebagai merek alternatif gerai kopi
khusus dan rantai makanan siap saji yang
berlayanan cepat tetapi menarik. Prototipe
gerai Dunkin’ di Euclid, Ohio, di luar
Cleveland, menampilkan bar kafe
melingkar berlapis granit, di mana para
karyawan membuat minuman espresso
tepat di depan pelanggan. Pastry terbuka
berisi krim yoghurt dan buah segar, dan
iringan musik pop lembut
dikumandangkan.
Tetapi Dunkin’ membangun
dirinya untuk memberikan harga murah
kepada pelanggan kelas pekerja. Sedikit
meninggikan kelas tanpa meninggalkan
basis pelanggan ini terbukti sulit. Tidak
akan ada sofa di gerai baru. Dan Dunkin’
mengubah nama sandwich panas barunya
menjadi “isi yang dilelehkan” (stuffed melt)
setelah pelanggan mengeluh bahwa
menyebut sandwich itu sebagai “panini”
merupakan hal yang terlalu mewah.
“Kami berjalan di jalur (yang baik) itu,”
kata Regina Lewis, Wakil Presiden
Dunkin’ untuk pandangan konsumen.
“Satu hal tentang suku Dunkin’ adalah,
mereka melihat melalui publisitas.”
Riset Dunkin’ menunjukkan
bahwa meskipun pelanggan setia Dunkin’
menginginkan gerai yang lebih nyaman,
mereka bingung dan merasa asing oleh
atmosfer Starbucks. Mereka mengeluh
bahwa kerumunan pengguna laptop itu
membuat mereka sulit mendapatkan
tempat duduk. Mereka tidak menyukai
istilah Starbucks seperti “tall”, “grande”,
dan “venti” untuk porsi kecil, sedang, dan
besar. Dan mereka tidak dapat memahami
mengapa seseorang bersedia membayar
$4 untuk secangkir kopi. “Mereka hampir
mirip sekelompok orang Mars yang
berbicara tentang orang Bumi,” kata
seorang eksekutif dari agen periklanan
Dunkin’. Seorang pelanggan berkata
kepada periset bahwa singgah di
Starbucks serasa “merayakan Natal
dengan orang yang tidak Anda kenal.”
Pelanggan Starbucks yang dibayar
Dunkin’ untuk bertukar tempat juga tidak
merasa nyaman dengan gerai Dunkin’.
“Pelanggan Starbucks tidak tahan karena
merasa mereka tidak spesial lagi,” kata
seorang eksekutif periklanan.
Pendapat yang bertentangan
seperti itu tidaklah mengejutkan,
mengingat perbedaan antara pelanggan
kedua toko. Sekitar 45% pelanggan
Dunkin’ Donuts mempunyai pendapatan
rumah tangga tahunan antara $45.000
sampai $100.000 per tahun. Dengan
sekitar 30% pelanggan mempunyai
pendapatan kurang dari $45.000 dan 25%
pelanggan memperoleh pendapatan lebih
dari $100.000. Pelanggan Dunkin’
mencakup pekerja kerah biru dan putih
lintas usia, ras, dan demografi
pendapatan. Sebaliknya, Starbucks
menargetkan kelompok dengan tingkat
pendapatan yang lebih tinggi dan
kalangan yang lebih profesional.
Tetapi periset Dunkin’
menyimpulkan bahwa bukan pendapatan
yang memisahkan kedua kelompok itu, di
mana idealnya: anggota suku Dunkin’
ingin menjadi bagian dari kerumunan
orang, sementara anggota suku Starbucks
ingin berdiri sendiri sebagai individu.
“Suku Starbucks mencari sesuatu yang
membuat mereka merasa lebih penting,”
kata Wakil Presiden Dunkin’ Lewis.
Anggota suku Dunkin’ Donuts “tidak
ingin menjadi lebih penting daripada diri
mereka apa adanya.”
Berdasarkan penemuan semacam
itu, eksekutif Dunkin’ telah membuat
banyak keputusan perancangan ulang
lusinan gerainya, besar dan kecil, mulai
dari lokasi penempatan mesin espresso
sampai berapa banyak corak warna
oranye dan merah muda yang menjadi
tanda Dunkin’ untuk menampilkan
produknya yang baru dipanggang. Meja
laminasi persegi disingkirkan, digantikan
oleh permukaan meja bundar berlapis
granit imitasi dan kursi yang anggun.
Dunkin’ memoles dinding gerainya
dengan warna coklat espresso dan
mengurangi nuansa warna merah muda
dan oranye. Eksekutif
mempertimbangkan tetapi masih
menunda pemasangan akses internet
nirkabel karena pelanggan “tidak merasa
tempat itu seperti Dunkin’ Donuts.” Para
eksekutif senantiasa berdiskusi untuk
menghilangkan kata “donuts” dari nama
gerainya agar mencerminkan menu baru
mereka yang semakin bervariasi.
Untuk meraih pangsa pelanggan
yang lebih besar, Dunkin’ sedang
memperluas menunya di luar makan pagi
dengan camilan berat yang dapat
menggantikan makan siang, seperti
smoothies dan roti kecil berisi daging.
Gerai baru di Euclid ini menghasilkan
penjualan tiga kali lipat penjualan gerai
lain dalam daerah tersebut, sebagian besar
karena pelanggan ingin membeli menu
baru yang disajikan setelah jam 11 pagi
untuk kue gourmet baru dan Dunkin’
Dawgs, hot dogs yang dibungkus adonan.
Kelompok fokus menyukai roti tawar dan
smoothies, tetapi menolak donat mini yang
diisi dengan berbagai macam rasa.
Pelanggan berkata “mereka sedang
berada pada suatu waktu cocktail yang
mewah,” kata Lewis, dan menganggap
porsinya terlalu kecil.
Stacey Stevens, penduduk Euclid
berusia 34 tahun yang baru-baru ini
mengunjungi gerai prototipe Dunkin’
yang baru, berkata bahwa ia melihat toko
prototipe itu terasa berbeda dengan lokasi
Dunkin’ lainnya. “Saya tidak ingat kalau
ada begitu banyak musik,” katanya, ketika
membeli selusin donat. “Saya suka di
sini.” Ia berkata bahwa gerai itu terasa
“lebih menghentak” daripada Starbucks.
Seorang manajer gerai Euclid bahkan
membujuk Richard Wandersleben untuk
meningkatkan kelas minumannya dari
biasa menjadi latte seharga $2,39 pada
kunjungan baru-baru ini. Pensiunan
pembuat perkakas dan cetakan berusia 73
tahun, yang minum sekitar tiga cangkir
kopi setiap hari, berkata bahwa latte
Dunkin Donuts cocok untuknya. “Latte ini
lebih terasa krimnya daripada kopi biasa,”
katanya.
Dunkin’ tahu bahwa diperlukan
waktu untuk menyegarkan citranya. Dan
apa pun yang terjadi, Dunkin’ berencana
mempertahankan kebutuhan dan selera
suku Dunkin’. “Dunkin’ tidak mengejar
orang-orang sombong di kafe Starbucks,”
kata seorang analis, Dunkin’ “mengejar
Joe biasa.” Proposisi nilai Dunkin’
dirangkum dengan baik dalam kampanye
iklan barunya, yang menampilkan
semboyan “America Runs on Dunkin”.
Iklan itu memperlihatkan semua orang
dari pekerja kantor dan konstruksi yang
memperhatikan keluarga dan bergantung
pada rantai usaha kafe ini untuk
menemani mereka melalui hari-harinya.
Kata salah satu iklan, “Di mana orang-
orang menyelesaikan segala sesuatu
setiap hari.”
Saat ini perusahaan menyadari bahwa mereka tidak dapat memenuhi keinginan semua
pembeli di pasar, atau setidaknya tidak bagai semua pembeli dengan cara yang sama.
Jumlah pembeli juga terlalu banyak, terlalu luas, dan mempunyai kebutuhan dan praktek
pembelian yang terlalu beragam. Lebih jauh lagi, perusahaan sendiri mempunyai
kemampuan yang sangat beragam dalam melayani berbagai segmen pasar. Sebagai
gantinya, seperti Dunkin’ Donuts, perusahaan harus mengidentifikasi bagian pasar yang
dapat dilayaninya dengan baik dan paling menguntungkan. Perusahaan harus merancang
strategi pemasaran yang digerakkan pelanggan dan membangun hubungan yang benar
dengan pelanggan yang tepat.

Contenu connexe

En vedette

Prinsip-prinsip Pemasaran Principles of Marketing Kotler - Armstrong Bab 1 -...
Prinsip-prinsip Pemasaran Principles of Marketing Kotler - Armstrong  Bab 1 -...Prinsip-prinsip Pemasaran Principles of Marketing Kotler - Armstrong  Bab 1 -...
Prinsip-prinsip Pemasaran Principles of Marketing Kotler - Armstrong Bab 1 -...Mirza Syah
 
Buku manajemen-pemasaran-philip-kotler
Buku manajemen-pemasaran-philip-kotlerBuku manajemen-pemasaran-philip-kotler
Buku manajemen-pemasaran-philip-kotlerNovandy Novandy
 
Marketing management jilid 1 philip kotler
Marketing management jilid 1 philip kotlerMarketing management jilid 1 philip kotler
Marketing management jilid 1 philip kotlerFikri Wahyudi
 
Pasar Bisnis dan Perilaku Pembelian Bisnis - Bab 6 Prinsip-prinsip Pemasaran ...
Pasar Bisnis dan Perilaku Pembelian Bisnis - Bab 6 Prinsip-prinsip Pemasaran ...Pasar Bisnis dan Perilaku Pembelian Bisnis - Bab 6 Prinsip-prinsip Pemasaran ...
Pasar Bisnis dan Perilaku Pembelian Bisnis - Bab 6 Prinsip-prinsip Pemasaran ...Mirza Syah
 
Ppt pasar dan manajemen pemasaran
Ppt pasar dan manajemen pemasaranPpt pasar dan manajemen pemasaran
Ppt pasar dan manajemen pemasaransanacusso
 
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 4 - Mengelola Informasi Pemasaran
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 4 - Mengelola Informasi PemasaranPrinsip-prinsip Pemasaran Bab 4 - Mengelola Informasi Pemasaran
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 4 - Mengelola Informasi PemasaranMirza Syah
 
Manajemen Pemasaran Bab IV
Manajemen Pemasaran Bab IVManajemen Pemasaran Bab IV
Manajemen Pemasaran Bab IVAde Ali
 
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 1 - Pemasaran, Mengatur Hubungan Pelanggan yang...
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 1 - Pemasaran, Mengatur Hubungan Pelanggan yang...Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 1 - Pemasaran, Mengatur Hubungan Pelanggan yang...
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 1 - Pemasaran, Mengatur Hubungan Pelanggan yang...Mirza Syah
 
Mkt 1 kotler
Mkt 1 kotlerMkt 1 kotler
Mkt 1 kotlertahadaud
 
Manajemen Pemasaran Kotler & Armstrong - Cover Buku by OK. Mirza Syah
Manajemen Pemasaran Kotler & Armstrong - Cover Buku by OK. Mirza SyahManajemen Pemasaran Kotler & Armstrong - Cover Buku by OK. Mirza Syah
Manajemen Pemasaran Kotler & Armstrong - Cover Buku by OK. Mirza SyahMirza Syah
 
Melaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaan
Melaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaanMelaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaan
Melaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaanIvan Santoso
 
PASAR KONSUMEN & PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN
PASAR KONSUMEN & PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN PASAR KONSUMEN & PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN
PASAR KONSUMEN & PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN adiestafeby
 
Bab 5 - Pasar Konsumen dan Perilaku Pembelian Konsumen
Bab 5 - Pasar Konsumen dan Perilaku Pembelian KonsumenBab 5 - Pasar Konsumen dan Perilaku Pembelian Konsumen
Bab 5 - Pasar Konsumen dan Perilaku Pembelian Konsumenmsahuleka
 
Manajemen pemasaran internasional
Manajemen pemasaran internasionalManajemen pemasaran internasional
Manajemen pemasaran internasionalChandra Cah-Hobi
 
Bab 1 pemasaran, mengatur hubungan pelanggan yang menguntungkan
Bab 1   pemasaran, mengatur hubungan pelanggan yang menguntungkanBab 1   pemasaran, mengatur hubungan pelanggan yang menguntungkan
Bab 1 pemasaran, mengatur hubungan pelanggan yang menguntungkanmsahuleka
 
Pemasaran, Mengatur Hubungan Pelanggan yang Menguntungkan - Prinsip-prinsip P...
Pemasaran, Mengatur Hubungan Pelanggan yang Menguntungkan - Prinsip-prinsip P...Pemasaran, Mengatur Hubungan Pelanggan yang Menguntungkan - Prinsip-prinsip P...
Pemasaran, Mengatur Hubungan Pelanggan yang Menguntungkan - Prinsip-prinsip P...Mirza Syah
 

En vedette (19)

Prinsip-prinsip Pemasaran Principles of Marketing Kotler - Armstrong Bab 1 -...
Prinsip-prinsip Pemasaran Principles of Marketing Kotler - Armstrong  Bab 1 -...Prinsip-prinsip Pemasaran Principles of Marketing Kotler - Armstrong  Bab 1 -...
Prinsip-prinsip Pemasaran Principles of Marketing Kotler - Armstrong Bab 1 -...
 
Buku manajemen-pemasaran-philip-kotler
Buku manajemen-pemasaran-philip-kotlerBuku manajemen-pemasaran-philip-kotler
Buku manajemen-pemasaran-philip-kotler
 
Marketing management jilid 1 philip kotler
Marketing management jilid 1 philip kotlerMarketing management jilid 1 philip kotler
Marketing management jilid 1 philip kotler
 
Pasar Bisnis dan Perilaku Pembelian Bisnis - Bab 6 Prinsip-prinsip Pemasaran ...
Pasar Bisnis dan Perilaku Pembelian Bisnis - Bab 6 Prinsip-prinsip Pemasaran ...Pasar Bisnis dan Perilaku Pembelian Bisnis - Bab 6 Prinsip-prinsip Pemasaran ...
Pasar Bisnis dan Perilaku Pembelian Bisnis - Bab 6 Prinsip-prinsip Pemasaran ...
 
Ppt pasar dan manajemen pemasaran
Ppt pasar dan manajemen pemasaranPpt pasar dan manajemen pemasaran
Ppt pasar dan manajemen pemasaran
 
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 4 - Mengelola Informasi Pemasaran
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 4 - Mengelola Informasi PemasaranPrinsip-prinsip Pemasaran Bab 4 - Mengelola Informasi Pemasaran
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 4 - Mengelola Informasi Pemasaran
 
Manajemen Pemasaran Bab IV
Manajemen Pemasaran Bab IVManajemen Pemasaran Bab IV
Manajemen Pemasaran Bab IV
 
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 1 - Pemasaran, Mengatur Hubungan Pelanggan yang...
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 1 - Pemasaran, Mengatur Hubungan Pelanggan yang...Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 1 - Pemasaran, Mengatur Hubungan Pelanggan yang...
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 1 - Pemasaran, Mengatur Hubungan Pelanggan yang...
 
Manajemen Pemasaran ch 8
Manajemen Pemasaran ch 8Manajemen Pemasaran ch 8
Manajemen Pemasaran ch 8
 
Mkt 1 kotler
Mkt 1 kotlerMkt 1 kotler
Mkt 1 kotler
 
Manajemen Pemasaran Kotler & Armstrong - Cover Buku by OK. Mirza Syah
Manajemen Pemasaran Kotler & Armstrong - Cover Buku by OK. Mirza SyahManajemen Pemasaran Kotler & Armstrong - Cover Buku by OK. Mirza Syah
Manajemen Pemasaran Kotler & Armstrong - Cover Buku by OK. Mirza Syah
 
Melaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaan
Melaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaanMelaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaan
Melaksanakan riset pemasaran dan meramalkan permintaan
 
PASAR KONSUMEN & PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN
PASAR KONSUMEN & PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN PASAR KONSUMEN & PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN
PASAR KONSUMEN & PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN
 
Bab 5 - Pasar Konsumen dan Perilaku Pembelian Konsumen
Bab 5 - Pasar Konsumen dan Perilaku Pembelian KonsumenBab 5 - Pasar Konsumen dan Perilaku Pembelian Konsumen
Bab 5 - Pasar Konsumen dan Perilaku Pembelian Konsumen
 
Sistem informasi pemasaran
Sistem informasi pemasaranSistem informasi pemasaran
Sistem informasi pemasaran
 
Manajemen pemasaran internasional
Manajemen pemasaran internasionalManajemen pemasaran internasional
Manajemen pemasaran internasional
 
Ppt k3 konstruksi
Ppt k3 konstruksiPpt k3 konstruksi
Ppt k3 konstruksi
 
Bab 1 pemasaran, mengatur hubungan pelanggan yang menguntungkan
Bab 1   pemasaran, mengatur hubungan pelanggan yang menguntungkanBab 1   pemasaran, mengatur hubungan pelanggan yang menguntungkan
Bab 1 pemasaran, mengatur hubungan pelanggan yang menguntungkan
 
Pemasaran, Mengatur Hubungan Pelanggan yang Menguntungkan - Prinsip-prinsip P...
Pemasaran, Mengatur Hubungan Pelanggan yang Menguntungkan - Prinsip-prinsip P...Pemasaran, Mengatur Hubungan Pelanggan yang Menguntungkan - Prinsip-prinsip P...
Pemasaran, Mengatur Hubungan Pelanggan yang Menguntungkan - Prinsip-prinsip P...
 

Plus de Mirza Syah

Rahasia dan Makna Surat As-Sajdah
Rahasia dan Makna Surat As-SajdahRahasia dan Makna Surat As-Sajdah
Rahasia dan Makna Surat As-SajdahMirza Syah
 
Manajemen Pemasaran Kotler & Armstrong - Cover Buku by OK. Mirza Syah
Manajemen Pemasaran Kotler & Armstrong - Cover Buku by OK. Mirza SyahManajemen Pemasaran Kotler & Armstrong - Cover Buku by OK. Mirza Syah
Manajemen Pemasaran Kotler & Armstrong - Cover Buku by OK. Mirza SyahMirza Syah
 
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 6 - Pasar Bisnis dan Perilaku Pembelian Bisnis
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 6 - Pasar Bisnis dan Perilaku Pembelian BisnisPrinsip-prinsip Pemasaran Bab 6 - Pasar Bisnis dan Perilaku Pembelian Bisnis
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 6 - Pasar Bisnis dan Perilaku Pembelian BisnisMirza Syah
 
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 5 - Pasar Konsumen dan Perilaku Pembelian Konsumen
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 5 - Pasar Konsumen dan Perilaku Pembelian KonsumenPrinsip-prinsip Pemasaran Bab 5 - Pasar Konsumen dan Perilaku Pembelian Konsumen
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 5 - Pasar Konsumen dan Perilaku Pembelian KonsumenMirza Syah
 
Mengelola Informasi Pemasaran - Bab 4 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler Armstrong
Mengelola Informasi Pemasaran - Bab 4 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler ArmstrongMengelola Informasi Pemasaran - Bab 4 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler Armstrong
Mengelola Informasi Pemasaran - Bab 4 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler ArmstrongMirza Syah
 
Pemasaran: Mengatur Hubungan Pelanggan yang Menguntungkan - Bab 1 Prinsip-pri...
Pemasaran: Mengatur Hubungan Pelanggan yang Menguntungkan - Bab 1 Prinsip-pri...Pemasaran: Mengatur Hubungan Pelanggan yang Menguntungkan - Bab 1 Prinsip-pri...
Pemasaran: Mengatur Hubungan Pelanggan yang Menguntungkan - Bab 1 Prinsip-pri...Mirza Syah
 
Perilaku Organisasi Organizational Behaviour - Bagaimana Seorang Manajer UPS ...
Perilaku Organisasi Organizational Behaviour - Bagaimana Seorang Manajer UPS ...Perilaku Organisasi Organizational Behaviour - Bagaimana Seorang Manajer UPS ...
Perilaku Organisasi Organizational Behaviour - Bagaimana Seorang Manajer UPS ...Mirza Syah
 
Teori Konsumsi
Teori Konsumsi Teori Konsumsi
Teori Konsumsi Mirza Syah
 
Lingkungan Pemasaran - Bab 3 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler Armstrong
Lingkungan Pemasaran - Bab 3 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler ArmstrongLingkungan Pemasaran - Bab 3 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler Armstrong
Lingkungan Pemasaran - Bab 3 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler ArmstrongMirza Syah
 
Perusahaan dan Strategi Pemasaran - Bab 2 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler Ar...
Perusahaan dan Strategi Pemasaran - Bab 2 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler Ar...Perusahaan dan Strategi Pemasaran - Bab 2 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler Ar...
Perusahaan dan Strategi Pemasaran - Bab 2 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler Ar...Mirza Syah
 

Plus de Mirza Syah (10)

Rahasia dan Makna Surat As-Sajdah
Rahasia dan Makna Surat As-SajdahRahasia dan Makna Surat As-Sajdah
Rahasia dan Makna Surat As-Sajdah
 
Manajemen Pemasaran Kotler & Armstrong - Cover Buku by OK. Mirza Syah
Manajemen Pemasaran Kotler & Armstrong - Cover Buku by OK. Mirza SyahManajemen Pemasaran Kotler & Armstrong - Cover Buku by OK. Mirza Syah
Manajemen Pemasaran Kotler & Armstrong - Cover Buku by OK. Mirza Syah
 
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 6 - Pasar Bisnis dan Perilaku Pembelian Bisnis
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 6 - Pasar Bisnis dan Perilaku Pembelian BisnisPrinsip-prinsip Pemasaran Bab 6 - Pasar Bisnis dan Perilaku Pembelian Bisnis
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 6 - Pasar Bisnis dan Perilaku Pembelian Bisnis
 
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 5 - Pasar Konsumen dan Perilaku Pembelian Konsumen
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 5 - Pasar Konsumen dan Perilaku Pembelian KonsumenPrinsip-prinsip Pemasaran Bab 5 - Pasar Konsumen dan Perilaku Pembelian Konsumen
Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 5 - Pasar Konsumen dan Perilaku Pembelian Konsumen
 
Mengelola Informasi Pemasaran - Bab 4 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler Armstrong
Mengelola Informasi Pemasaran - Bab 4 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler ArmstrongMengelola Informasi Pemasaran - Bab 4 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler Armstrong
Mengelola Informasi Pemasaran - Bab 4 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler Armstrong
 
Pemasaran: Mengatur Hubungan Pelanggan yang Menguntungkan - Bab 1 Prinsip-pri...
Pemasaran: Mengatur Hubungan Pelanggan yang Menguntungkan - Bab 1 Prinsip-pri...Pemasaran: Mengatur Hubungan Pelanggan yang Menguntungkan - Bab 1 Prinsip-pri...
Pemasaran: Mengatur Hubungan Pelanggan yang Menguntungkan - Bab 1 Prinsip-pri...
 
Perilaku Organisasi Organizational Behaviour - Bagaimana Seorang Manajer UPS ...
Perilaku Organisasi Organizational Behaviour - Bagaimana Seorang Manajer UPS ...Perilaku Organisasi Organizational Behaviour - Bagaimana Seorang Manajer UPS ...
Perilaku Organisasi Organizational Behaviour - Bagaimana Seorang Manajer UPS ...
 
Teori Konsumsi
Teori Konsumsi Teori Konsumsi
Teori Konsumsi
 
Lingkungan Pemasaran - Bab 3 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler Armstrong
Lingkungan Pemasaran - Bab 3 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler ArmstrongLingkungan Pemasaran - Bab 3 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler Armstrong
Lingkungan Pemasaran - Bab 3 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler Armstrong
 
Perusahaan dan Strategi Pemasaran - Bab 2 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler Ar...
Perusahaan dan Strategi Pemasaran - Bab 2 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler Ar...Perusahaan dan Strategi Pemasaran - Bab 2 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler Ar...
Perusahaan dan Strategi Pemasaran - Bab 2 Prinsip-prinsip Pemasaran Kotler Ar...
 

Prinsip-prinsip Pemasaran Bab 7 - Strategi Pemasaran yang Digerakkan oleh Pelanggan

  • 1. BAB 7 Strategi Pemasaran yang Digerakkan oleh Pelanggan Menciptakan Nilai bagi Pelanggan Sasaran Kajian Awal Konsep ejauh ini, Anda telah mempelajari arti pemasaran dan pentingnya memahami konsumen. Dengan berbekal pengalaman tersebut, sekarang Anda siap menggali strategi dan taktik pemasaran secara lebih dalam. Bab ini membicarakan lebih jauh tentang keputusan strategi kunci pemasaran yang digerakkan oleh pelanggan – bagaimana membagi pasar menjadi kelompok pelanggan yang berarti (segmentation), memilih kelompok pelanggan yang akan dilayani (targeting), menciptakan penawaran pasar yang paling mampu melayani pelanggan sasaran (differentiation), dan memposisikan penawaran dalam pikiran konsumen (positioning). Kemudian, kita akan membicarakan sarana pemasaran taktis – Empat P – yang digunakan pemasar untuk menghidupkan semua strategi ini. Sebagai contoh pembuka segmentation, targeting¸ differentiation dan positioning bekerja, mari kita lihat Dunkin’ Donuts. Dunkin’ adalah sebuah rantai usaha kafe besar di AS Timur, mempunyai rencana ambisius untuk memperluas jangkauannya ke tingkat nasional, sejajar dengan Starbucks. Tetapi Dunkin’ bukan Starbucks. Bahkan, Dunkin tidak ingin menjadi Starbucks. Dunkin’ menargetkan jenis pelanggan yang sangat berbeda dengan proposisi nilai yang sangat berbeda pula. Minumlah secangkir kopi dan bacalah terus. ahun lalu, Dunkin’ Donuts membayar lusinan pelanggan setianya di Phoenix, Chicago, dan Charlotte, Carolina Utara, $100 seminggu untuk membeli kopi di Starbucks. Pada saat yang sama, rantai usaha kafe terkemuka ini membayar pelanggan Starbucks untuk melakukan hal sebaliknya. Ketika kemudian Dunkin’ menginterogasi kedua kelompok ini, Dunkin’ berkata bahwa kedua kelompok ini begitu terpolarisasi sehingga periset S T
  • 2. perusahaan menyebut mereka sebagai “suku” – di mana masing-masing kelompok membenci segala sesuatu yang membuat suku lain setia kepada gerai kafe mereka. Penggemar Dunkin’ memandang Starbucks sebagai gerai yang suka pamer dan trendi, sementara pelanggan setia Starbucks memandang Dunkin’ sebagai kafe yang monoton dan tidak asli. “Saya tidak mengerti,” kata seorang pelanggan tetap Dunkin’ kepada periset setelah mengunjungi Starbucks. “Jika saya ingin duduk di sofa, saya akan tinggal di rumah.” William Rosenberg membuka gerai Dunkin’ Donuts yang pertama di Quincy, Massachusetts, pada tahun 1950. Penduduk sekitar singgah di gerainya setiap pagi untuk menikmati kopi dan donat segar. Rosenberg mulai mewaralabakan nama Dunkin’ Donuts, dan rantai usaha itu tumbuh dengan cepat di seluruh Midwest dan Southeast. Meskipun demikian, pada awal tahun 1990, Dunkin’ kehilangan penjualan makan pagi karena pelanggan beralih ke sandwich McDonald’s dan Burger King. Starbucks dan kafe mewah lainnya mulai tumbuh, membawa persaingan baru. Penjualan tergelincir ketika perusahaan mempertahankan strateginya untuk menjual donat bertabur gula dalam porsi selusin. Meskipun demikian, pada pertengahan tahun 1990-an, Dunkin’ mengubah fokusnya dari donat menjadi kopi dengan harapan bahwa mempromosikan produk yang lebih sering dikonsumsi akan menggerakkan lalu lintas gerai. Dorongan untuk kopi berhasil – kini kopi meliputi 62% dari penjualan. Dan penjualan Dunkin’ tumbuh pada angka dua digit, dengan laba sampai 35% selama dua tahun terakhir. Berdasarkan kesuksesan terbarunya ini, sekarang Dunkin’ mempunyai rencana ambisius untuk memperluas jangkauannya ke tingkat nasional, sejajar dengan Starbucks, rantai usaha kafe terbesar di AS. Selama tiga tahun berikutnya, Dunkin’ berencana memperbaiki hampir 5.000 gerainya di AS dan meningkatkan jumlah itu sampai tiga kali lipat dalam waktu kurang dari 15 tahun. Tetapi Dunkin’ bukan Starbucks. Bahkan, Dunkin’ tidak ingin menjadi Starbucks. Agar sukses, Dunkin’ harus mempunyai visi jelasnya sendiri tentang pelanggan mana yang ingin dilayaninya (apa segmentation dan targetingnya) dan bagaimana (apa positioning atau proposisi nilainya). Dunkin’ dan Starbucks menargetkan pelanggan yang sangat berbeda, yang menginginkan hal yang berbeda dari gerai kafe favorit mereka. Starbucks diposisikan dengan kuat sebagai semacam “tempat ketiga” berkelas tinggi – di luar rumah dan kantor – dilengkapi sofa, musik berkelas, akses internet nirkabel, dan dinding bercorak seni. Dunkin’ diposisikan untuk kelas “semua orang” yang lebih rendah. Dengan perbaikan yang dilakukannya, Dunkin’ berencana menaikkan kelasnya – sedikit tetapi tidak terlalu jauh – untuk menyatakan kembali dirinya sebagai merek alternatif gerai kopi khusus dan rantai makanan siap saji yang berlayanan cepat tetapi menarik. Prototipe gerai Dunkin’ di Euclid, Ohio, di luar Cleveland, menampilkan bar kafe melingkar berlapis granit, di mana para karyawan membuat minuman espresso tepat di depan pelanggan. Pastry terbuka berisi krim yoghurt dan buah segar, dan
  • 3. iringan musik pop lembut dikumandangkan. Tetapi Dunkin’ membangun dirinya untuk memberikan harga murah kepada pelanggan kelas pekerja. Sedikit meninggikan kelas tanpa meninggalkan basis pelanggan ini terbukti sulit. Tidak akan ada sofa di gerai baru. Dan Dunkin’ mengubah nama sandwich panas barunya menjadi “isi yang dilelehkan” (stuffed melt) setelah pelanggan mengeluh bahwa menyebut sandwich itu sebagai “panini” merupakan hal yang terlalu mewah. “Kami berjalan di jalur (yang baik) itu,” kata Regina Lewis, Wakil Presiden Dunkin’ untuk pandangan konsumen. “Satu hal tentang suku Dunkin’ adalah, mereka melihat melalui publisitas.” Riset Dunkin’ menunjukkan bahwa meskipun pelanggan setia Dunkin’ menginginkan gerai yang lebih nyaman, mereka bingung dan merasa asing oleh atmosfer Starbucks. Mereka mengeluh bahwa kerumunan pengguna laptop itu membuat mereka sulit mendapatkan tempat duduk. Mereka tidak menyukai istilah Starbucks seperti “tall”, “grande”, dan “venti” untuk porsi kecil, sedang, dan besar. Dan mereka tidak dapat memahami mengapa seseorang bersedia membayar $4 untuk secangkir kopi. “Mereka hampir mirip sekelompok orang Mars yang berbicara tentang orang Bumi,” kata seorang eksekutif dari agen periklanan Dunkin’. Seorang pelanggan berkata kepada periset bahwa singgah di Starbucks serasa “merayakan Natal dengan orang yang tidak Anda kenal.” Pelanggan Starbucks yang dibayar Dunkin’ untuk bertukar tempat juga tidak merasa nyaman dengan gerai Dunkin’. “Pelanggan Starbucks tidak tahan karena merasa mereka tidak spesial lagi,” kata seorang eksekutif periklanan. Pendapat yang bertentangan seperti itu tidaklah mengejutkan, mengingat perbedaan antara pelanggan kedua toko. Sekitar 45% pelanggan Dunkin’ Donuts mempunyai pendapatan rumah tangga tahunan antara $45.000 sampai $100.000 per tahun. Dengan sekitar 30% pelanggan mempunyai pendapatan kurang dari $45.000 dan 25% pelanggan memperoleh pendapatan lebih dari $100.000. Pelanggan Dunkin’ mencakup pekerja kerah biru dan putih lintas usia, ras, dan demografi pendapatan. Sebaliknya, Starbucks menargetkan kelompok dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi dan kalangan yang lebih profesional. Tetapi periset Dunkin’ menyimpulkan bahwa bukan pendapatan yang memisahkan kedua kelompok itu, di mana idealnya: anggota suku Dunkin’ ingin menjadi bagian dari kerumunan orang, sementara anggota suku Starbucks ingin berdiri sendiri sebagai individu. “Suku Starbucks mencari sesuatu yang membuat mereka merasa lebih penting,” kata Wakil Presiden Dunkin’ Lewis. Anggota suku Dunkin’ Donuts “tidak ingin menjadi lebih penting daripada diri mereka apa adanya.” Berdasarkan penemuan semacam itu, eksekutif Dunkin’ telah membuat banyak keputusan perancangan ulang lusinan gerainya, besar dan kecil, mulai dari lokasi penempatan mesin espresso sampai berapa banyak corak warna oranye dan merah muda yang menjadi tanda Dunkin’ untuk menampilkan produknya yang baru dipanggang. Meja laminasi persegi disingkirkan, digantikan
  • 4. oleh permukaan meja bundar berlapis granit imitasi dan kursi yang anggun. Dunkin’ memoles dinding gerainya dengan warna coklat espresso dan mengurangi nuansa warna merah muda dan oranye. Eksekutif mempertimbangkan tetapi masih menunda pemasangan akses internet nirkabel karena pelanggan “tidak merasa tempat itu seperti Dunkin’ Donuts.” Para eksekutif senantiasa berdiskusi untuk menghilangkan kata “donuts” dari nama gerainya agar mencerminkan menu baru mereka yang semakin bervariasi. Untuk meraih pangsa pelanggan yang lebih besar, Dunkin’ sedang memperluas menunya di luar makan pagi dengan camilan berat yang dapat menggantikan makan siang, seperti smoothies dan roti kecil berisi daging. Gerai baru di Euclid ini menghasilkan penjualan tiga kali lipat penjualan gerai lain dalam daerah tersebut, sebagian besar karena pelanggan ingin membeli menu baru yang disajikan setelah jam 11 pagi untuk kue gourmet baru dan Dunkin’ Dawgs, hot dogs yang dibungkus adonan. Kelompok fokus menyukai roti tawar dan smoothies, tetapi menolak donat mini yang diisi dengan berbagai macam rasa. Pelanggan berkata “mereka sedang berada pada suatu waktu cocktail yang mewah,” kata Lewis, dan menganggap porsinya terlalu kecil. Stacey Stevens, penduduk Euclid berusia 34 tahun yang baru-baru ini mengunjungi gerai prototipe Dunkin’ yang baru, berkata bahwa ia melihat toko prototipe itu terasa berbeda dengan lokasi Dunkin’ lainnya. “Saya tidak ingat kalau ada begitu banyak musik,” katanya, ketika membeli selusin donat. “Saya suka di sini.” Ia berkata bahwa gerai itu terasa “lebih menghentak” daripada Starbucks. Seorang manajer gerai Euclid bahkan membujuk Richard Wandersleben untuk meningkatkan kelas minumannya dari biasa menjadi latte seharga $2,39 pada kunjungan baru-baru ini. Pensiunan pembuat perkakas dan cetakan berusia 73 tahun, yang minum sekitar tiga cangkir kopi setiap hari, berkata bahwa latte Dunkin Donuts cocok untuknya. “Latte ini lebih terasa krimnya daripada kopi biasa,” katanya. Dunkin’ tahu bahwa diperlukan waktu untuk menyegarkan citranya. Dan apa pun yang terjadi, Dunkin’ berencana mempertahankan kebutuhan dan selera suku Dunkin’. “Dunkin’ tidak mengejar orang-orang sombong di kafe Starbucks,” kata seorang analis, Dunkin’ “mengejar Joe biasa.” Proposisi nilai Dunkin’ dirangkum dengan baik dalam kampanye iklan barunya, yang menampilkan semboyan “America Runs on Dunkin”. Iklan itu memperlihatkan semua orang dari pekerja kantor dan konstruksi yang memperhatikan keluarga dan bergantung pada rantai usaha kafe ini untuk menemani mereka melalui hari-harinya. Kata salah satu iklan, “Di mana orang- orang menyelesaikan segala sesuatu setiap hari.” Saat ini perusahaan menyadari bahwa mereka tidak dapat memenuhi keinginan semua pembeli di pasar, atau setidaknya tidak bagai semua pembeli dengan cara yang sama. Jumlah pembeli juga terlalu banyak, terlalu luas, dan mempunyai kebutuhan dan praktek pembelian yang terlalu beragam. Lebih jauh lagi, perusahaan sendiri mempunyai kemampuan yang sangat beragam dalam melayani berbagai segmen pasar. Sebagai
  • 5. gantinya, seperti Dunkin’ Donuts, perusahaan harus mengidentifikasi bagian pasar yang dapat dilayaninya dengan baik dan paling menguntungkan. Perusahaan harus merancang strategi pemasaran yang digerakkan pelanggan dan membangun hubungan yang benar dengan pelanggan yang tepat.