3. I. KONSELING PSIKOANALISIS
• Peletak dasar teori psikioanalisis adalah
Sigmund Sholmo Freud
• dasar teori ini : “ Kekuatan terbesar manusia
berada pada alam bawah sadar atau alam
ketidaksadarannya.”
• Alam bawah sadar diprediksi menyimpan
energi yang sangat kuat dalam mempengaruhi
perilaku manusia.
Yogi Ardiani 2012
4. Banyak teori kepribadian yang dikembangkan
oleh Freud diantaranya:
a. Teori Topografi
b. Teori Struktural
c. Teori Genetik
d. Teori Dinamika
Yogi Ardiani 2012
5. a. Teori Topografi
merupakan bagian dari psikoanalisis yang
menjelaskan tentang diri manusia yang terdiri dari
alam sadar, prasadar dan alam bawah sadar.
alam sadar bagian dari kepribadian manusia yang
dapat menyadari dan merasakan sesuatu dalam
dirinya
alam prasadar bagian dari diri manusia yang
menyimpan ide , gagasan dan perasaan. Fungsinya
adalah mengantarkan ide, gagasan, dan perasaan
menujualam sadar ketika seseorang berusaha
mengingatnya dan menyadarinya.
alam bawah sadar berfungsi menyimpan ide,
gagasan dan perasaan yang sudah tidak bisa
disadarinya lagi dan akan mengendap sehingga
secara tanpa sadar hampir semua perilaku manusia
dipengaruhi oleh alam bawah sadarnya.
Yogi Ardiani 2012
6. b. Teori Struktural
adalah susunan kepribadian manusia yang terdiri dari
ied, ego dan superego
ied subsistem kepribadian yang asli yang dimiliki
oleh individu sejak lahir, bersifat primitif asli bawaan
yang cenderung pada hereditas keturunan. Prinsip
kerjanya yaitu mencari kesenangan dan selalu
berupaya menghindari sakit atau ketidaknyamanan.
Ego diperoleh dari belajar dan interaksi lingkungan.
Terbentuk dari oranng tua, lingkungan dan budaya.
Superego dikembangkan dari tatanan sosial dan
nilai-nilai luhur sebuah kebudayaan. Benar-benar
murni dari bentukan lingkungan, sosial dan budaya
yang menyelimutinya.
Yogi Ardiani 2012
7. Lanjutan . . .
Tingkah laku manusia selalu berkaitan dengan
subsistem struktur kepribadian tersebut (ied,
ego dan superego) dan semuanya bersinergi.
Jadi, fenomena atau gejala yang tampak
dalam perilaku manusia hanya penampakan
saja, sementara kondisi internal seseorang
tidak dapat diketahui secara pasti.
Yogi Ardiani 2012
8. c. Teori Genetik
adalah teori yang menjelaskan tentang asal-
usul dan perkembangan psikis. Dalam teori ini
perkembangan berjalan dalam beberapa fase.
Oral Anal Falik Laten Genital
Yogi Ardiani 2012
9. 1. Fase Oral
terjadi sejak lahir hingga tahun pertama
anak berkembang dengan mengandalkan erotik
melalui indra perasa, yakni mulut sehingga anak
perlu mendapatkan asupan ASI dan kasih sayang
yang cukup
2. Fase Anal
mulai dari akhir tahun pertama hingga akhir
tahun ke-3
perkembangan kepribadian anak berpusat pada
anusnya
Perlu membiasakan anak untuk buang air di
toilet (menanamkan nilai moral dan disiplin)
Yogi Ardiani 2012
10. 3. Fase Falik
Usia 4-5 tahun
memiliki pusat kenikmatan pada alat
kemaluannya
Mengenal alat kemaluannya sendiri, sehingga
seringkali sudah tidak mau dimandikan oleh
orang tuanya.
Mulai mengenal standar moral melalui perasaan
malu
Sudah bisa membedakan teman laki-laki dan
perempuan
Freud menganjurkan agar anak selalu
mendapatkan dari kedua orang tuanya
Yogi Ardiani 2012
11. 4. Fase Genital
Berlangsung selama masa pubertas atau usia
jelang remaja (5-7 tahun)
Mulai tertarik pada lawan jenis , bermain
kelompok, bersosialisasi.
Kegagalan dalam fase ini akan berakibat pada
gangguan sosialnya seperti suka menyendiri,
melamun, cenderung egois
Yogi Ardiani 2012
12. d. Teori Dinamika
Adalah perkembangan perilaku yang didasari
oleh insting untuk mempertahankan hidup.
Dikendalikan oleh beberapa faktor: moral, kode
etik, aturan sosial
Setiap manusia mempunyai keinginan dan
kebutuhan serta ingin mewujudkannya (bila
tidak terwujud menimbulkan kecemasan).
Kecemasan realitas ketakutan menghadapi
realitas disekitarnya
Kecemasan neurotik khawatir karena tidak
mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
Kecemasan moral timbul dari rasa bersalah
dan sanksi moral atau nilai-nilai universal dalam
hati nurani
Yogi Ardiani 2012
13. BAGAIMANA MELAWAN KECEMASAN?
Menurut Freud:
Distorsi : melakukan penyanggahan terhadap
kenyataan hidup, contoh anak tidak mau
mengakui kegagalan walaupun tidak naik kelas
Proyeksi: menyalahkan orang lain atas kesalahan
sendiri. Contoh anak menyalahkan teman karena
mainannya rusak, padahal mainan itu dirusaknya
Regresi: melampiaskan kekecewaan pada hal lain
diluar permasalahan. Contoh, anak yang kurang
mendapat perhatian dari orang tuanya,
melampiaskan kekecewaan dengan membolos
sekolah, merokok dll yang cenderung negatif
Yogi Ardiani 2012
14. Cara . . . (I)
Rasionalisasi : mencari alasan atau dalih, sehingga
orang lain dapat membenarkan kesalahan yang
dilakukannya. Contoh, ketika anak bermain secara
kelompok dan sengaja mendorong temannya hingga
jatuh, dia beralasan karena berdesak-desakkan.
Sublimasi : mengganti dorongan-dorongan yang tidak
bisa diterima menjadi dorongan-dorongan yang bisa
diterima secara sosial. Contoh, anak yang mencuri
mainan teman, kemudian meminjami mainan
curiannya kepada teman tersebut atau dalam dunia
remaja perasaan jatuh cinta dialihkan menjadi rasa
persahabatan saja
Salah sasaran: menggantikan perasaan bermusuhan
dari sumber aslinya kepada orang lain yang tidak ada
kaitannya. Contoh, anak yang di marahi orang tuanya di
rumah kemudian marah-marah di sekolah
Yogi Ardiani 2012
15. Cara . . . (II)
Identifikasi : dengan menambahkan rasa harga
diri. Contoh, menyamakan diri dengan orang lain
yang mempunyai nama atau jabatan
Kompensasi : menutupi kelemahan atau
liburandengan menunjukkan kelebihan di bidang
lain secara berlebihan. Contoh, anak yang tidak
mampu bersaing secara akademik kemudian
menunjukkan kekuatan ototnya dengan
mengajak berkelahi atau membuat geng dalam
kelasnya.
Yogi Ardiani 2012
16. A. Hakikat manusia
1. Perilaku pada masa dewasa berakar pada
pengalaman masa kanak-kanak
2. Sebagian perilaku terintegrasi melalui psoses
mental yang tidak disadari atau bersumber dari
alam prasadar dan bawah sadar
3. Secara alamiah, setiap manusia memiliki
kecenderungan yang dibawa sejak lahir , yakni
fitrah untukmempertahankan diri melalui
dorongan libido dan agresivitasnya
4. Secara umum, semua orang pasti menolak
kegagalan sekaligus mencari keberhasilan
5. Kegagalan dalam pemenuhan terhadap kebutuhan
seksual mengarah pada perilaku neurosis
Yogi Ardiani 2012
17. Hakikat. . .
6. Pembentukan sympton tidak lain adalah defensif
7. Pengalaman tertentu hanya dapat dipahami dengan
pengalaman secara keseluruhan.
8. Pengalaman di masa anak-anak berpengaruh besar
terhadap perilaku di masa dewasa dan akan diulang-
ulang dalam transfersi selama proses terapi.
Yogi Ardiani 2012
18. B. Perilaku Bermasalah
Freud memandang perilaku bermasalah pada manusia
terdiri dari dua macam:
a) Dinamika yang tidak efektif antara ied, ego dan
superego
ditandai oleh ketidak berdayaan ego dalam
mengendalikan keiginan dan moral karena ego selalu
mengikuti keinginan dengan mengabaikan moral atau
memperhatikan moral tanpa memperhatikan keinginan.
b) Diperoleh melalui proses belajar sejak kecil
pengalaman manusia pada masa kecil mempengaruhi
perilaku di mas dewasa. Contoh, anak yang dididik
dengan keras dan kasar, maka anak akan menjadi
sangat kasar, keras, kaku dan otoriter.
Yogi Ardiani 2012
19. C. Tujuan Konseling Psikoanalisis
Dalam perspektif psikoanalasis , tujuannya adalah
agar klien atau pasien mengetahui ego dan
mengetahuinya secara kuat.
Pada konseling Freud, akan menempatkan ego
pada posisi yang benar ( sebagai pihak yang
mempunyai kekuatan untuk memilih hal yang
benar secara rasional, sekaligus menjadi
mediator antara ied dan superego ( Cottone,
1992)
Sehingga tujuan konseling psikoanalisis lebih
bersifat reedukatif terhadap ego.
Yogi Ardiani 2012
20. D. Tahapan Konseling & Teknik Spesifik
Psikoanalisis
Menurut Arlow, konseling dengan model spesifik
psikoanalisis dilakukan dengan 4 tahap, yaitu:
pembukaan, pengembangan transfersi, bekerja melalui
transfersi dan pemecahan transfersi (Latipun, 2006)
a. Pembukaan
adalah awalan wawancara antara klien dan konselor
sampai keduanya menemukan masalah yang
dihadapi
Klien akan banyak mengeksplorasi konflik-konflik
psikis yang dirasakan, konselor merekan dan
mempelajari konflik dalam alam bawah sadar klien.
Pada akhirnya klien menyimpulkan posisinya dan
konselor menetapkan tahap berikutnya.
Yogi Ardiani 2012
21. Tahapan . . .
b. Pengembangan Transfersi
adalah inti konseling psikoanalisis
pada tahap ini, klien telah dibuat konselor mampu menunjukkan
permasalahan yang disebabkan oleh pengalaman masa lalunya.
c. Bekerja melalui Transfersi
Konselor akan terus mendalami permasalah yang dihadapi dan
mengkaji alternatif-alternatif pemecahannya
Tahap ini lebih klien
d. Pemecahan Transfersterfokus pada berlangsungnya transfersi dan
dinamika kepribadian i
Puncak Konseling Psikoanalisis
Tujuan konseling akan ditemukan ( pemecahan perilaku neuritik
klien yang ditunjukkan pada konselor)
Perlahan konselor mulai menjalin hubungan yang hangat untuk
membangkitkan rasa percaya diri klien sekaligus mengurangi
ketergantungan terhadap konselor
Knseling dapat diakhiri agar tidak terjadi perlawanan dari klien, jika
tidak dapat diakhiri, maka konselor dapat melakukan transfersi
sehingga klien dapat mencapai otonomi diri secara penuh.
Yogi Ardiani 2012
22. Teknik Spesifik Psikoanalisis :
a. Asosiasi bebas, adalah teknik yang memberikan
kebebasan kepada klien untuk mengungkapkan
semua perasaan dan pikirannya yang pernah
terlintas dalam diri klien. Mempermudah
konselor dalam memahami dinamika psikologis
klien.
b. Interpretasi mimpi, adalah teknik terapi di mana
klien secara bebas mengemukakan semua
mimpinya selama mengalami permasalahan dan
konselor menafsirkannya. Konselor meyakini
bahwa mimpi adalah ekspresi seluruh
kebutuhan, dorongan dan keinginan yang tidak
disadari
Yogi Ardiani 2012
23. Teknik . . .
c. Analisis transfersi, transfersi sendiri adalah
bentuk pengalihan semua pengalaman kepada
konselor saat proses konseling berlangsung.
Sedangkan analisis transfersi merupakan
pencarian konselor terhadap pengalaman masa
lalu klien yang menyebabkan timbulnya masalah
d. Analisis resistensi, resistensi adalah tindakan dan
sikap untuk menolak berlangsungnya terapi. Hal
itu merupakan bentuk mempertahankan diri dari
klien, sedangkan untuk konselor merupakan
umpan dalam mengetahui alasan kliennya
melakukan demikian
Yogi Ardiani 2012
24. II. KONSELING BERPUSAT PADA
PERSON
• Pertama kali dikembangkan oleh Carl Person Rogers
(penganut paham humanistik)
• Pada tahun 1940, Roger menyebut teorinya ini dengan
nondirective counseling atau directive counseling
• Pada mulanya teori ini hanya sebagai reaksi atas
dominasi konselor terhadap klien, sehingga tahun 1951
teori diubah namanya menjadi client centered
counseling
• Tahun 1957, Roger mengembangkan teori konselingnya
dan mengubahnya kagi dengan nama person centered
atau konseling yang berpusat pada person
Yogi Ardiani 2012
25. A. Teori Kepribadian
Rogers berpendapat, ada tiga unsur utama dalam
hubungannya dengan kepribadian, yaitu self, medan
fenomenal dan organisme
1. Self persepsi dan nilai-nilai individu tentang hal-
hal yang berhubungan dengan diri sendiri
2. Medan fenomenal keseluruhan pengalaman
seseorang yang diterima, baik disadari maupun
tidak
3. Organismekeseluruhan totalitas individu yang
meliputi pemikiran, perilaku dan kondisi fisik
Sehingga kepribadian merupakan hasil dari sinergi atau
interaksi yang berlangsung secara terus menerus
antara self, medan fenomenal, dan organisme
Yogi Ardiani 2012
26. Konsep mengenai dinamika kepribadian ( sinergi
self, medan fenomenal dan organisme)
1. Aktualisasi diri, setiap organisme manusia
adalah unik dan mempunyai kemampuan untuk
mengarahkan, mengatur, mengendalikan diri,
dan melejitkan potensinya yang sifatnya terarah,
konstruktif dan inheren sejak dilahirkan. Contoh
kencendurungan anak yang mampu menolak
hal-hal buruk yang tidak disukainya dan
menerima hal-hal baik yang disukainya.
2. Penghargaan positif, telah disebutkan bahwa
salah satu unsur kepribadian adalah self, self
akan berkembang dengan baik bila lingkungan
sosial dapat memberikan penghargaan yang
positif sehingga seseorang juga dapat menerima
dirinya sebagai individu yang positif pula.
Yogi Ardiani 2012
27. Konsep . . .
3. Totalitas personal, hal ini terjadi pada orang yang
mencapai penyesuaian psikologis, yaitu orang yang
terpenuhi kebutuhan dasar berupa penghargaan
positif tanpa syarat (kongruensi) yang memadukan
self dengan pengalaman positif. Totalitas ini akan
terlihat pada sikapnya seperti terbuka terhadap
pengalaman, percaya diri, bebas berekspresi atas
perasaannya sendiri.
Yogi Ardiani 2012
28. B. Hakikat Manusia
1. Manusia mempunyai sifat alamiah untuk beraktualisasi
diri sesuai dengan arahan organismenya
2. Sebagian besar perilaku manusia dipengaruhi oleh
persepsinya tentang medan fenomenal yang bersifat
subyektif
3. Semua individu pada dasarnya adalah terhormat,
bermartabat, serta memiliki nilai-nilai positif yang
dijunjung tinggi sebagai barometer kebaikan bagi dirinya
4. Secara ilmiah, manusia adalah baik, dapat dipercaya,
konstruktif dan tidak mungkin merusak dirinya
Rogers tampak sekali menolak konsep manusia Freud yang
cenderung tanpa sadar, irrasionaldan destruktif. Namun
keduanya mempunyai cara pandang tersendiri dan
didukung oleh data-data ilmiah yang sama-sama kuat
Yogi Ardiani 2012
29. C. Perilaku Bermasalah
Perilaku yang bermasalah adalah perilaku yang tidak
kongruen (serasi) antara self dengan
pengalamannyaserta tidak mendapat penghargaan
positif, sehingga menjadi cemas, kemudian melakukan
pertahanan diri dengan tensi yang sangat tinggi
Yogi Ardiani 2012
30. D. Tujuan Konseling Berpusat pada Person
Tujuan konseling berpusat pada person adalah tercapainya
pribadi yang seimbang karena dapat memfungsikan seluruh
potensinya untuk beraktualisasi secara total (disebut
dengan fully function person)
Menurut Sahakian (1976) konsep fully function person
sebagai berikut
1. Klien akan terbuka terhadap pengalamannya dan keluar
dari rangka defensif. Klien akan memandang seluruh
pengalamannya tersebut akan dierima saeacara sadar
sebagi kenyataan yang tak bisa dihindari.
2. Struktur self klien akan berkongruensi dengan
pengalamannya. Struktur self akan berubah seiring
dengan pengalaman baru.
Yogi Ardiani 2012
31. Tujuan . . .
3.Pengalaman klien akan dijadikan sebagai pengalaman
baru secara psikologis
4.Klien akan berperilaku kreatif dalam beradaptasi
terhadap pengalaman barunya
5.Suatu ketika klien akan menemukan organisme
terbaiknya yang mengarah pada perilaku yang
memuaskan
6.Pada akhirnya, klien dapat hidup secara sosial dengan
harmonis, karena selalu dpat menghargai orang lain
secra positif
Yogi Ardiani 2012
32. E. Prosedur dan Tahapan
Mencakup dua hal :
1. Membangun hubungan terapiutik, menciptakan
kondisi fasilitatif, dan hubungan yang substantif
(seperti empati, jujur, ikhlas dan pengahargaan
positif tanpa syarat)
2. Penyesuaian dengan kebutuhan klien
Dengan dua tahap tersebut dapat membuat klien
bereksplorasi diri dengan lebih terbuka, kemudian
klien akan menunjukkan perubahan perilaku yang
lebih positif, seperti menghilangkan sikap kaku dan
lebih membuka diri terhadap pengalamannya serta
belajar beraktualisasi diri.
Yogi Ardiani 2012
33. III. KONSELING EMOTIF BEHAVIOR
• Teori ini dikembangkan oleh Albert Ellis sejak
1955
• Dilatarbelakangi oleh kondisi anak-anak yang
tidak mampu mencapai perkembangan
maksimum karena dibelenggu pada
pemahaman yang kurang tepat terutama pada
pengalaman yang pernah dialaminya
Yogi Ardiani 2012
34. A. Teori Kepribadian REBT
Sebelum mengetahui teori kepribadian, terdapat tiga
unsur yang perlu dipahami terlebih dahulu yaitu:
Antecedent event (A) : perisstiwa terdahulu yang
berupa data, fakta, sikap, perilaku
Belief (B) : keyakinan, pandangan, ideologi dan
verbalisme seseorang terhadap peristiwa tertentu
Emotional consequnce (C) : konsekuensi emosional
yang diakibatkan oleh reaksi orang yang
bersangkutan terhadap peristiwa tertentu dalam
bentuk perasaan sengan antau sebaliknya.
Yogi Ardiani 2012
35. Teori. . . (I)
Ellis juga berpendapat bahwa reaksi
emosionalseseorang dapat dilihat dari sistem
kepercayaannya, yaitu sistem yang rasional dan
irrasional. Bila memiliki kepercayaan rasional, ia tidak
akan kesulitan dalam melakukan reaksi emosional.
Kepercayaan irrasional akan menimbulkan hambatan
reaksi emosional, seperti cemas atau khawatir.
Manusia memperoleh sitem kepercayaan tersebut
dari orang tua,lingkungan dan masyarakat.
Yogi Ardiani 2012
36. Teori. . . (II)
Kepercayaan juga dipengaruhi oleh masa kecil
seseorang, karena:
1. Anak-anak belum bisa berpikir dengan jelas
(sekarang, yang akan datang, kenyataan dan
imajinasi
2. Anak terpengaruh pada perencanaan dan
pemikiran orang lain,
3. Orang tua, lingkungan atau masyarakat
mempunyai kecendurungan berpikir irasional
Yogi Ardiani 2012
37. B. Hakikat Manusia dalam REBT
1. Pada dasarnya setiap orang (hususnya anak-anak)
mempunyai kecenderungan unt uk berpikir rasional dan
irrasional
2. Hampir semua reaksi emosional seseorang disebabkan
oleh perpaduan antara evaluasi, interpretasidan filosofi
yang disadari ataupun tidak
3. Cara berpikir irrasional dapat menghambat
perkembangan psikologis atau emosional
4. Anak-anak mulaimengenal cara berpikir irrasional dari
orang tuanya atau kultur tempat di mana ia tinggal
5. Cara berpikir irrasional tercermin dari verbalisasi yang
digunakan
6. Setiap individu pasti melakukan perlawanan terhadap
perasaan dan pikiran yang negatif dan berusaha
menggantinya dengan hal yang positif serta
menggunakan verbalisasi yang tepat
Yogi Ardiani 2012
38. C. Perilaku Bermasalah
Perilaku bermasalah bersumber pada pemikiran irrasional
yang indikatornya:
1. Tuntutan kepada orang lain atau lingkungan sekitar
untuk memberikan penghargaan positif pada dirinya.
Seharusnya, dia memberikan yang positif terhadap orang
lain.
2. Anggapan bahwa seseorang yang melakukan tindakan
buruk atau jahat merupakan orang yang buruk atau
jahat. Sebenarnya hal itu bisa saja dilakukan karena ada
unsur ketidaktahuan, lalai, kegagalan diri dan perbuatan
asosial
3. Pikiran bahwa kegagalan itu mengerikan
4. Pandangan bahwa kegagalan dan kesengsaraan yang
terjadi disebabkan oleh faktor eksternal
Yogi Ardiani 2012
39. Perilaku. . .(I)
5.Pikiran yang selalu dihantui oleh pengalaman
buruk yang mengerikan
6.Pikiran yang menganggap bahwa menghindar dari
masalah atu tanggung jawab lebih mudah dari
pada menghadapinya
7.Pikiran yang beranggapan bahwa kita
membutuhkan orang lain sehingga selalu
bergantung dengan orang lain
8.Pikiran yang menganggap bahwa manusia adalah
baik, kompeten, dan intelligent
9.Pikiran yang menganggap bahwa pengalaman
masa lalu sangat berpengaruh terhadap perilaku
masa depan, sehingga menjadi terbelenggu
olehnya
Yogi Ardiani 2012
40. Perilaku. . .(II)
10.Pikiran yang beranggapan bahwa hidup harus
mempunyai visi misi yang jelas dan pengendalian
diri yang sempurna atas segala hal
11.Pikiran yang menghendaki bahwa kenikmatan
hidup hidup atau keberhasilan bisa diraih tanpa
kerja keras.
12.Pikiran yang berangggapan manusia tidak kuasa
atas pengendalian terhadap perasaan karena
pengaruh eksternal
Yogi Ardiani 2012
41. D. Tujuan Konseling REBT
Tujuannya adalah menimbulkan efek (E) yang
diharapkan muncul setelah konselor melakukan
intervensi atau disputing (D). Eefek yang dimaksud
adalah bentuk rasionalitas berpikir.
Yogi Ardiani 2012
42. E. Tahap-tahap Konseling REBT
Ada tiga tahapan
1. Konselor harus berhasil menunjukkan bahwa
pemikiran klien irrasional.
2. Konselor meyakinkan klien bahwa pola pikir
dapat diubah, sehingga klie dapat bersiap-siap
untuk menerima pemikiran yang rasional
3. Konselor harus membuat kilennya
mendebat(disputing) gangguan yang tidak tepat
dan tidak rasional yang telah dipertahankan
selama ini. Selanjutnya konselor dapat
membantunya dengan reindoktrinasi dalam
bersikap dan bertindak rasional
Yogi Ardiani 2012
43. IV. KONSELING BEHAVIORAL
• Konseling behavioral tidak dapat dilepaskan dari
teori belajar Ivan Pavlov (classical conditioning)
dan teori belajar Skinner (operant conditioning).
• Teori ini mempelajari pola perubahan perilaku
• Wolp, seorang psikolog, menyatakan bahwa
terapi behavior dapat menangani masalah
perilaku, mulai dari kegagalan individu untuk
belajar merespon secara adaptif hinngga
mengatasi gejala neurotik
• Sangat banyak tokoh-tokoh yang
mengembangkan teori behavior, seperti Wolp.
Lazarus, Bandura, Krumboltz, dan
Thoresen(Latipun,2006)
Yogi Ardiani 2012
44. A. Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah perilaku manusia itu
sendiri, sebab perilaku merupakan pancaran dari
sifat asli manusia yang bersangkutan dan dibentuk
oleh interaksi antara dirinya dengan lingkungan.
Dalam konseling behavior terdapat teori yang
digunakan untuk memahami mekanisme
pembentukan perilaku, yaitu teori belajar klasik,
teori belajar operan, teori belajar tiruan
Yogi Ardiani 2012
45. Teori . . .
1. Teori belajar klasik (classical conditioning), yang
dicetuskan oleh Ivan Pavlov, bahwa belajar dapat
terjadi karena asosiasi bebas anatara perilaku dengan
lingkungannya. Pavlov memandang bahwa lingkungan
merupakan stimulus bagi terbentuknya perilaku
sesorang. Teori ini dapat menjelaskan gangguan pada
perilaku manusia seperti kecemasan dan phobia.
2. Teori belajar operan, dicetuskan oleh Skinner.
Menurutnya, perilaku manusia terbentuk oleh
konsekuensi yang menyertainya (reward/
penghargaan)
3. Teori belajar tiruan, dicetuskan oleh Bandura.
Menurutnya, perilaku dapat terbentuk melalui
observasi model secara langsung ataupun tidak
langsung.
Yogi Ardiani 2012
46. B. Perilaku Bermasalah
Perilaku bermasalah adalah perilaku yang tidak
pernah mendapatkan pengahargaan positif atau
perilaku yang tertolak oleh lingkungan sekitarnya
atau bisa juga perilaku negatif hasil penyesuaian
yang salah
Yogi Ardiani 2012
47. C. Tujuan Konseling Behavior
Tujuan konseling behavior adalah mengantarkan
kliennya untuk mencapai kondisikehidupan tanpa
mengalami konflik atau kesulitan dan hambatan
perilaku yang menyebabkan ketidakpuasan jangka
panjang
Yogi Ardiani 2012
48. D. Prosedur dan Tahapan
Menurut Krumboltz ada 4 tahap:
1. Belajar operan
Klien diberi pemahaman tentang perlunya reward sebagai stimulasi
Reward diwujudkan dalam bentuk dorongan dan penerimaan sebagi
tnada persetujuan dan pembenaran atas perubahan tingkah laku
klien
2. Belajar meniru
Konselor menunjukkan perilaku positif untuk ditiru dan dibiasakan
dalam perilaku sehari-hari
3. Belajar kognitif
Konselor memberi kebebasan pada klien untuk merespon stimulasi
dari lingkungan sosial untuk dipelihara mejadi kebiasaan
4. Belajar emosi
Konselor akan menunjukkan respon-respon negatif secar emosional
dan kemudian menggantinya dengan respon positif yang dapat
diterima secara emosional
Yogi Ardiani 2012
49. Prosedur . . .
Konseling behavior menganggap bahwa perilaku
klien ketika konseling berlangsung merupakan hasil
kondisi dari konselor
Yogi Ardiani 2012
50. V. KONSELING REALITAS
Dicetuskan oleh William Glasser
Dia mendirikan Institute for Reality Therapy yang
dipusatkan untuk mengatasi kegagalan anak-anak
dalam belajar atau sekolah
Konseling realitas memandang perilaku klien dari
sudut pandang realitas secara subjektif, berbeda
dengan behavior yang memandang dari sudut
stimulus-respon dan konseling berpusat pada
person yang memandang dari sudut
fenomenologis
Yogi Ardiani 2012
51. A. Teori Kepribadian
• Konseling realitas menganggap bahwa setiap manusia
mempunyai dua kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan
fisiologis (makan, pakaian, tempat tinggal) dan kebutuhan
psikologis(mencintai-dicintai serta kebutuhan
penghargaan). Dua kebutuhan tersebut disebut kebutuhan
identitas.
• Identitas merupakan cara seseorang dalam melihat dirinya
sendiri seperti cara dia melihat orang lain di pergaulan
lingkungan sosialnya.
• Identitas diri seseorang terbentuk sejak usia 5 tahun
• Anak secara tidak sengaja akan mempelajari cara orang tua
mencintai dan menghargainya
• Anak yang terpenuhi kebutuhan dasarnya (cinta dan
penghargaan) akan menjadi pribadi yang bertanggung
jawab
Yogi Ardiani 2012
52. B. Hakikat Manusia
• Segala perilaku manusia selalu didorong oleh
motivasi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis
dan psikologis
• Jika klien gagak memenuhi kebutuhan dasarnya,
ia akan mempersepsikan iddentitasnya sebagi
orang yang gagal dan sebaliknya
• Klien dipandang sebagi sosok yang mampu
mengubah identitas dirinya (dari gagal ke
berhasil)
• Besar kecilnya keberhasilan klien dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya menentukan
besar kecilnya pandangan terhadap dirinya
sendiri
Yogi Ardiani 2012
53. C. Perilaku Bermasalah
• Konseling realitas tidak menilai perilaku tertentu
sebagai perilaku bermasalah atau tidak, yang
menjadi objek konseling adalah perilaku yang
tepat atau tidak tepat semata.
• Perilaku tepat dan tidak tepat ditentukan oleh
terpenuhi tidaknya kebutuhan dasar.
• Sehingga perilaku bermasalah dalam pandangan
konseling realitas adalah perilaku kekurangan
terhadap kebutuhan dasar
• Indikator perilaku yang kurang tepat yaitu:
keterasingan, penolakan diri, irasionalitas, kaku,
subjektif, lemah, kurang bertanggung jawab, dan
sering menolak kenyataan
Yogi Ardiani 2012
54. D. Tujuan Konseling Realitas
• Tujuan utamanya adalah membuat kliennya
mempunyai identitas keberhasilan secar
penuh
• Indikator tercapainya tujuan ditandai oleh
munculnya beberapa sikap seperti rasa
bertangggung jawab, percaya diri,
bersosialisasi, berpikir rasional, fleksibel dan
sikap positif lainnya
Yogi Ardiani 2012
55. Kriteria konselor dalam konseling realitas
1. Mengutamakan segenap kemampuan kliennya
agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secra
bertanggung jawab
2. Mampu menahan diri atas berbagai permintaan
klien
3. Mampu bersikap empatik dan sensitif terhadap
klien
4. Mampu menjalankan proses konseling dengan
baik, terutama saat interview
Yogi Ardiani 2012
56. E. Prosedur dan Tahapan
1. Fokus pada klien. Dilakukan untuk mengenal diri klien secar
mendalam
2. Fokus pada perilaku.
3. Fokus pada saat ini. Yang perlu dilakukan adalah mengamati
perilaku irasional yang terakhir kali dilakukan dan mengajarkan
teknik-teknikagar klien dapat menemukan kebutuhan dasarnya
ataupun perilaku terbaiknya.
4. Mempertimbangkan nilai. Konselor perlu menilai perilakku
termasuk tindakan-tindakan yang dilakukan klien, penilaian ini
sangat membantu perubahan perilaku klien.
5. Melakukan perencanaan. Konseling harus mampu melahirkan
rencana yang realistis sehingga perilaku klien menjadi baik dan
memiliki identitas diri sebagia orang yang berhasil. Konselor
membantu melakukan perencanaan untuk merealisasikan
perubahan perilaku
Yogi Ardiani 2012
57. Prosedur . . .
6.Komitmen. Tugas konselor adalah memotivasi
klien agar berkomitmen terhadap perencanaan
yang dibuat.
7.Menolak alasan. Jika rencana yang dibbuat gagal,
maka ntugas konselor adalh membuat
perencanaan baru sebagi respon dari kegagalan
klien dan tidak memerlukan alasan atau
penyebab dari kegagalan tersebut tetapi yang
terpenting menemukan solusi untuk tindakan
selanjutnya
8.Tidak ada sanksi. Dalam konseling tidak ada sanksi
atau hukuman tetapi yang paling penting upaya
perbaikan perilaku yang lebih baik
Yogi Ardiani 2012
58. Kesimpulan
1. psikoanalisis berhubungan dengan alam bawah sadar
2. Berpusat pada person interaksi antara kemampuan
memahami diri sendiri, keadaan fisik dan non fisik serta
pengalaman
3. Emotif behavior masalahnya bersumber dari pemikiran
rasional dan irrasional
4. behavioral adanya kegagalan penyesuaian diri atau
kurangnya pembiasaan
5. realitasobjektif, realistis, kebutuhan identitas (cinta dan
penghargaan)
Ketika anak menghadapi masalah , konselor harus
menganalisis penyebab sehingga dapat menentukan
perlakuan sesuai penyebabnya berdasarkan teori2 tsb.
Yogi Ardiani 2012