Buku ini membahas konsep akhlak dalam Islam dan filsafat Barat, menjelaskan perbedaan pandangan tentang hubungan antara akhlak, filsafat, dan metafisika. Buku ini juga menjadi rujukan untuk memahami teori-teori akhlak karena mengkritik pemikiran filsafat Barat secara lugas dan mudah dipahami meski terkadang terkesan tendensius.
1. RESENSI BUKU
FALSAFAH AKHLAK
( Resensi ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama 3
yang diampu oleh Irfan Nuruddin,S.Thi.,M.S.I )
Disusun Oleh :
Ishak M
12181653
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN ILMU KOMPUTER
EL RAHMA
YOGYAKARTA
2019
2. Judul Buku : Falsafah Akhlak
Pengarang : Murtadha Muthahhari
Penerjemah : Faruq Bin Dhiya’
Penerbit : RausyanFikr Insitute
Tahun Terbit : 2012
Tebal : 299 Halaman
Berat : 300 Gram
Kajian mengenai filsafat akhlak sudah berkembang pesat sejak lama, khususnya di tangan
para filsuf Yunani seperti Socrates dan Aristoteles.
Socrates lebih melihat bahwa akhlak sangat terkait dengan filsafat, sementara itu Aristoteles
melihat bahwa antara akhlak, filsafat dan alam metafisik tidak ada keterkaitan sama sekali.
Padahal, dalam Islam korelasi antara akhlak, filsafat, dan alam metafisik adalah hal yang tidak
dapat dibantahkan. Buku yang ditulis oleh Murtadha Muthahhari ini membahas secara lugas
tentang kelemahan-kelemahan berbagai pandangan filsafat moderen di luar Islam (utamanya
filsafat barat) yang lebih menitikberatkan pada kajian akal dan mengesampingkan aspek
rohani.
Kata akhlaq adalah bentuk jamak dari kata khuluq. Dengan kata lain, khuluq
merupakan keadaan jiwa yang mendorong timbulnya perbuatan secara spontan. Keadaan jiwa
tersebut bisa merupakan fitrah sejak kecil, dan dapat pula berupa hasil latihan membiasakan
diri, hingga menjadi sifat kejiwaan yang dapat melahirkan perbuatan baik.
Dari pengertian itu dapat dimengerti bahwa manusia dapat berusaha mengubah watak
kejiwaan pembawa fitrahnya yang tidak baik menjadi baik. Manusia dapat mempunyai
khuluq yang bermacam-macam baik secara cepat maupun lambat. Hal ini dapat dibuktikan
pada perubahan-perubahan yang dialami anak dalam masa pertumbuhannya dari satu keadaan
kepada keadaan lain sesuai dengan lingkungan yang mengelilinginya dan macam pendidikan
yang diperolehnya. Akhlak menurut konsep ajaran Islam adalah satu ilmu yang
membahaskan tata nilai, hukum-hukum dan prinsip-prinsip tertentu untuk mengenal
3. pasti sifat-sifat keutamaan untuk dihayati dan diamalkan dan mengenal pasti sifat-
sifat tercela untuk dijauhi dengan tujuan membersihkan jiwa berasaskan wahyu
Ilahi bagi mencapai keridhaan Allah (ridwaanullah).
Sering dikatakan bahwa ada sejumlah perbuatan manusia yang dinamakan perbuatan
akhlaki (etis). Perbuatan akhlaki berbeda dengan perbuatan biasa atau alami. Pada mulanya,
pertanyaan ini, tampak begitu sederhana, tetapi ternyata tidak demikian. Disini mesti kita
pertanyakan, bagaimana kita dapat menentukan etis atau tidaknya suatu perbuatan? Atau, apa
sebenarnya yang dimaksud perbuatan akhlaki (etis) itu?
Mungkin kita menganggap bahwa pertanyaan itu sangat sederhana dan dapat dijawab
dengan mudah. Namun, setelah kita menyelami permasalahan ini lebih dalam, maka akan kita
dapati realitas yang sebaliknya, yakni permasalahan dan pertanyaan ini tidak semudah yang
kita bayangkan, bahkan ia termasuk bahasan intelektual yang paling sulit dan rumit di dunia
filsafat.
“Dalam Falsafat Etika, kebaikan adalah keniscayaan rasional yang bersifat mandiri,
artinya akal menusia bisa menemukan kriteria objektif dari persoalan kebaikan dan
keburukan. Oleh karena itu, kebaikan dan keburukan dapat dinilai secara independen oleh
manusia.
Namun, buku yang mengkaji tentang falsafah akhlak masih sangatlah minim, sehingga
sulit untuk mencari referensi yang tepat dalam mempelajari teori-teori fundamental tentang
falsafah akhlak. Salah satu buku yang dapat menjadi oase bagi para pencari ilmu falsafah
akhlak adalah buku karangan Murtadha Muthahhari ini.
Buku ini menguraikan bagaimana konsep etika (akhlak) dalam wacana Barat dan Islam.
Penulis menyajikan secara mudah setiap pembahasan sehingga struktur dasar persoalan etika
bisa dipahami. Kedudukan Islam, dalam kerangka etika, menemukan kaitannya bahwa Islam
sebagai tujuan etika. Inilah kerangka Islam sebagai Agama Rasional dan pembebasan dari
penjara kecenderungan instingtif.
Buku ini juga tidak hanya mengupas tentang perbedaan dan perbandingan pandangan
filsafat barat dan filsafat islam tentang akhlak, namun juga memuat banyak cerita-cerita yang
digunakan untuk menggambarkan suatu peristiwa akhlak itu sendiri serta terdapat banyak
dialog perdebatan wacana dari perbedaan zaman tersebut yang begitu memacu nalar dan
4. mencoba untuk mengajak pembaca untuk bertanya-tanya lebih jauh tentang apa itu akhlak
serta hal-hal apa saja yang mebuat sehingga dapat menjadi perdebatan dari perbedaan
pandangan tersebut.
Penulisan buku yang secara lugas mengulas dan mengupas berbagai buah pikiran dari
para pemikir barat serta teori-teori yang mereka paparkan melalui kritik tajam, dapat
membantu para pemula untuk memahami berbagai gagasan-gagasan yang ditampilkan dan
dapat menjadi bahan perbandingan dalam menambah khazanah wawasan yang dimiliki.
Keunggulan lain yang terdapat di dalam buku ini adalah penggunaan tata bahasa yang
sederhana dan berbagai contoh kasus yang relevan dengan kehidupan sehari-hari,
membuatnya mudah dipahami berbagai kalangan bahkan oleh mereka yang baru saja
memulai pembelajaran tentang falsafah akhlak. Dan tentu saja didalam buku ini juga terdapat
potongan-potongan ayat al-qur’an yang selain dijadikan dasar kajian, juga sebagai kutipan
dalam setiap bab sehingga selalu menarik untuk dibaca lebih lanjut karena tiap bab memiliki
korelasi dengan bab selanjutnya.
Di akhir buku ini juga terdapat bab indeks yang dapat membantu pembaca untuk
mencari kata yang dicari, serta untuk mengetahui profil penerbit yang dijelaskan dengan
singkat tentang institusi tersebut dan juga beberapa daftar skripsi tentang murtadha
mutahhari, buku karangan ali syariati dan imam khomeini sehingga dapat dijadikan referensi
tambahan untuk para pembaca.
Meskipun begitu terdapat kekurangan di dalam buku ini khususnya pada penulis buku
ini, ada beberapa bagian dimana penulis terkesan tendensius dalam mengkritisi suatu
pemikiran lain, sehingga diksi yang digunakan terkesan hiperbola namun terasa kurang
muatan yang substansial. Pada beberapa kritikan yang tertuju kepada pribadi-pribadi filsuf
yang beliau komentari terasa sangat membawa-bawa perasaan dan bukannya logika. walau
terkesan tendesius, namun sudah dijelaskan di awal bahwa fokus kritikan buku ini terdapat
pada pemikiran-pemikiran para filsuf barat.
KOMENTAR : Buku ini bisa menjadi rujukan untuk para pealjar yang mencari korelasi
filsafat, agama dan akhlak karena selain menjelaskan landasan akhlak dalam islam juga
menjelaskan bagaimana pandangan akhlak dari filsuf barat. Kekurangannya, kajian buku ini
dalam bentuk filsafat islam sehingga buku ini walaupun berjudul falsafah akhlak namun akan
tetap tidak diterima oleh mereka yang tidak setuju filsafat.