Teks tersebut membahas tentang pelajaran Alkitab dari Kitab Daniel pasal 2 dan 6. Ringkasannya adalah: (1) Daniel dan teman-temannya ditunjukkan sebagai teladan umat percaya yang setia kepada Allah di tengah cobaan, (2) mereka selalu rendah hati dan bergantung kepada Allah, (3) Daniel dan teman-temannya tetap berdiri teguh mempertahankan iman mereka walaupun nyawa mereka terancam.
1. Pelajaran 2 untuk 14 April 2018
Diadaptasi dari www.fustero.es
www.gmahktanjungpinang.org
Daniel 2:47
“Sesungguhnyalah, Allahmu itu Allah yang mengatasi
segala allah dan Yang berkuasa atas segala raja, dan
Yang menyingkapkan rahasia-rahasia, sebab engkau
telah dapat menyingkapkan rahasia itu.”
2. Daniel, Hananya,
Misael dan
Azarya adalah
contoh umat
percaya yang
hidup di akhir
zaman seperti
yang dinubuatkan
oleh Kitab
Wahyu.
SETIA
• Daniel 1
RENDAH HATI DAN
BERGANTUNG KEPADA ALLAH
• Daniel 2
TETAP BERDIRI TEGUH
• Daniel 3
MENGAKUI KUASA ALLAH
• Daniel 4
MENYEMBAH ALLAH DALAM
SEGALA KEADAAN
• Daniel 6
3. SETIA
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam
perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-
perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.”
(Lukas 16:10)
Daniel “berketetapan untuk tidak menajiskan
dirinya dengan santapan raja dan dengan
anggur yang biasa diminum raja” (Daniel 1:8).
Ketiga temannya mendukung keputusan
tersebut.
ALLAH menghargai keputusan mereka tersebut
dengan mengaruniakan “pengetahuan dan
kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan
dan hikmat.” (Daniel1:17)
Menjadi setia dalam keputusan kecil
membuat mereka siap menghadapi
pencobaan besar yang datang
kemudian.
Kita harus setia dalam pertempuran
kecil dalam hidup kita SEKARANG.
Maka kita akan dapat tetap setia pada
AKHIR ZAMAN. Kita akan tetap setia
dalam setiap keadaan hanya jika kita
berpegang teguh pada Yesus.
4. “Apakah yang akan terjadi sekiranya Daniel dan kawan-kawan
berkompromi dengan pegawai kafir itu, lalu menyerah kepada
situasi dan kondisi yang mendesak sehingga mereka makan dan
minum sesuai dengan adat kebiasaan orang Babilon? Hanya
sekali saja menyimpang dari prinsip itu sudah cukup
melemahkan kesadaran akan yang benar dan kebencian akan
yang salah. Pemanjaan selera akan melibatkan pengorbanan
E.G.W. (Counsels on Health, p. 66)
tenaga fisik dan
kejernihan pikiran,
begitu juga kuasa
kerohanian. Langkah
yang salah akan
menuntun orang lain
sampai hubungan
dengan surga sudah
terputus, dan mereka
akan tersapu oleh
penggodaan.”
5. RENDAH HATI DAN BERGANTUNG PADA ALLAH
“Ya Allah nenek moyangku, kupuji dan kumuliakan Engkau, sebab Engkau
mengaruniakan kepadaku hikmat dan kekuatan, dan telah memberitahukan
kepadaku sekarang apa yang kami mohon kepada-Mu: Engkau telah
memberitahukan kepada kami hal yang dipersoalkan raja.” (Daniel 2:23)
Daniel tidak mengetahui mimpi sang raja maupun maknanya. Dia
menunjukkan kerendahan hati dan ketergantungannya pada ALLAH.
Ia berpaling
kepada ALLAH
melalui berdoa. Ia
bergantung
sepenuhnya
kepada ALLAH.
(Daniel 2:17-18)
Ia memuliakan
ALLAH segera
setelah ia
mengetahui
mimpi dan
maknanya
(Daniel 2:19-23)
Ia bersikap
rendah hati di
hadapan raja dan
mengatakan
bahwa ALLAH-Lah
Yang telah
memberitahukan
kepadanya
(Daniel 2:27-28)
Biarlah kita juga menunjukkan kerendahan hati dan kebergantungan
kepada ALLAH seperti yang Daniel dan teman-temannya teladankan.
6. TETAP BERDIRI TEGUH
DANIEL 3
• “Raja Nebukadnezar
membuat sebuah
patung emas (3:1)
• “siapa yang tidak sujud
menyembah, akan
dicampakkan ke dalam
perapian yang
menyala-nyala” (3:11)
WAHYU 13
• “mendirikan patung
untuk menghormati
binatang” (3:14)
• “semua orang, yang
tidak menyembah
patung binatang itu,
dibunuh” (3:15)
Apakah saya bersedia membela ajaran Alkitab
bahkan ketika kehidupan, pekerjaan, kebebasan
atau teman saya terancam?
Satu-satunya hal yang pasti yang terjadi di dataran
Dura adalah bahwa Sadrakh, Mesakh, dan Abednego
tidak akan melanggar hukum Allah.
“tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku
mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja
dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung
emas yang tuanku dirikan itu.” (Daniel 3:18)
7. “Jadi sekarang aku, Nebukadnezar, memuji, meninggikan dan memuliakan Raja
Sorga, yang segala perbuatan-Nya adalah benar dan jalan-jalan-Nya adalah adil,
dan yang sanggup merendahkan mereka yang berlaku congkak.” (Daniel 4:37)
ALLAH menggunakan Daniel dan teman-temannya untuk
menunjukkan kuasa dan kebijaksanaan-Nya kepada Nebukadnezar,
dan dia mengakui-Nya sebagai ALLAH Yang mengatasi segala allah
(Daniel 2:47; 3: 28-29). Meskipun demikian, Nebukadnezar tidak
menjadikan ALLAH sebagai Tuhan-nya.
Raja Nebukadnezar mengakui kuasa
dan pemerintahan ALLAH atas dirinya
setelah kesombongannya diruntuhkan
oleh ROH KUDUS (Daniel 4:34-37).
Banyak orang yang akan berbalik
kepada ALLAH di akhir zaman seperti
halnya Nebukadnezar. Kesaksian kita
dan kuasa ROH KUDUS dalam “HUJAN
AKHIR” akan menghasilkan pertobatan
besar seperti yang belum pernah
terjadi sebelumnya. (Wahyu 18:1)
MENGAKUI KUASA ALLAH
8. MENYEMBAH ALLAH DALAM SEGALA KEADAAN
“Sesudah itu raja memberi perintah, lalu diambillah Daniel dan dilemparkan ke
dalam gua singa. Berbicaralah raja kepada Daniel: "Allahmu yang kausembah
dengan tekun, Dialah kiranya yang melepaskan engkau!".’” (Daniel 6:17)
Jika dia berdoa kepada ALLAH secara sembunyi-sembunyi
pada saat itu, berarti dia tunduk kepada raja Darius.
Di akhir zaman, "binatang" itu akan disembah oleh penduduk
Bumi. Jika kita tetap diam dan beribadah secara sembunyi-
sembunyi, berarti kita tunduk kepada binatang itu.
Daniel tidak baru mulai berdoa pada saat itu, tetapi dia terus
melakukan apa yang telah biasanya ia lakukan.
ALLAH telah memberi kita waktu untuk membuatnya menjadi
kebiasaan yang kita lakukan dengan setia. Kemudian, Dia
akan menguatkan kita ketika hari penganiayaan dan kematian
datang mengancam kita.
Mengapa Daniel tetap berdoa secara
terang-terangan (tidak sembunyi-
sembunyi) sehingga ia dapat
terhindar dari hukuman mati?
9. “Kita harus berdiri teguh laksana sebuah batu karang bagi
prinsip-prinsip firman Allah, oleh mengingat bahwa TUHAN
bersama kita akan memberi kita kekuatan untuk
menghadapi setiap pengalaman baru. Biarlah kita
memelihara dalam kehidupan kita asas-asas kebenaran,
agar kita dapat maju dari kekuatan menuju kekuatan dalam
nama TUHAN. [...] Musuh berusaha untuk memadamkan
hikmat umat TUHAN, dan untuk melemahkan efisiensi
mereka; tetapi jika mereka bekerja sebagaimana Roh
TUHAN arahkan, Dia akan membuka pintu kesempatan di
hadapan mereka untuk pekerjaan membangun tempat-
tempat yang telah ditinggalkan. Pengalaman mereka akan
menjadi salah satu pertumbuhan yang konstan, hingga
TUHAN turun dari surga dengan kuasa dan kemuliaan agung
untuk menetapkan meterai kemenangan terakhir-Nya
kepada umat-Nya yang setia.”
E.G.W. (Counsels for the Church, ch. 66, p. 357)