Dokumen tersebut membahas tentang pengertian perilaku organisasi menurut beberapa ahli dan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam mempelajari perilaku organisasi. Terdapat empat pendekatan utama yaitu pendekatan sumber daya manusia, pendekatan kontinjensi, pendekatan produktivitas, dan pendekatan sistem. Tujuan utama kajian perilaku organisasi adalah menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan perilaku manusia dalam organisasi.
1. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perilaku Organisasi
Ada tiga bidang ilmu yang bahasan/kajiannya hampir sama dengan kajian yang ada
pada perilaku organisasi (organizational behavior), yaitu :
1. Teori organisasi/Organizational Theory (OT),
2. Pengembangan organisasi/Organizational Development (OD), dan
3. Manajemen sumber daya manusia (personnel/human resources).
Sebelum membahas lebih mendalam mengenai bidang ilmu perilaku organisasi, perlu
dikemukan bahwa ada beberapa bidang ilmu lainnya yang hampir sama dengan bidang
ilmu perilaku organisasi. Oleh karena itu bahasan perilaku organisasi seringkali tumpang
tindih dengan bahasan bidang ilmu lain yang mirip itu. Pada dasarnya ada tiga bidang
ilmu yang hampir sama, yaitu : teori organisasi (organizational theory), pengembangan
organisasi (organizational development), dan manajemen sumber daya manusia
(personnel/human resources).
Untuk melihat hubungan ke empat disiplin ilmu tersebut, Fred Luthans menggambarkan
hubungan tersebut sebagai berikut :
Bidang ilmu OB (Organizational Behavior), kajiannya bersifat teoritis sedangkan
ruang lingkup bahasannya bersifat mikro.
Bidang ilmu OT (Orgaizational Theory), kajiannya bersifat teoritis sedangkan ruang
lingkup bahasannya bersifat makro.
Bidang ilmu P/HR (Personnel/Human Resources), kajiannya bersifat aplikasi/terapan
sedangkan ruang lingkup bahasannya bersifat mikro.
Bidang ilmu OD (Organizational Development), kajiannya bersifat aplikasi/terapan,
sedangkan ruang lingkup bahasannya bersifat makro.
2. 4
Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana seharusnya
perilaku tingkat individu, tingkat kelompok, serta dampaknya terhadap kinerja (baik
kinerja individual, kelompok, maupun organisasi).
Perilaku organisasi juga dikenal sebagai Studi tentang organisasi. Studi ini adalah
sebuah bidang telaah akademik khusus yang mempelajari organisasi, dengan
memanfaatkan metode-metode dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi dan
psikologi. Disiplin-disiplin lain yang terkait dengan studi ini adalah studi tentang Sumber
daya manusia dan psikologi industri serta perilaku organisasi.
Beberapa definisi dikemukakan oleh para ahli mengenai PO, diantaranya :
Stephen P. Robbins, menyatakan :
Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang menyelidiki dampak perseorangan,
kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan
pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki keefektifan organisasi.
Gibson, Ivancevich, Donnelly, menyatakan :
Perilaku organisasi merupakan bidang studi yang mencakup teori, metode, dan prinsip-
prinsip dari berbagai disiplin ilmu guna mempelajari persepsi individu, nilai-nilai,
kapasitas pembelajar individu, dan tindakan-tindakan saat bekerja dalam kelompok dan
didalam organisasi secara keseluruhan ; menganalisis akibat lingkungan eksternal
terhadap organisasi dan sumber dayanya, misi, sasaran dan strategi.
Joe Kelly, menyatakan :
Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang mempelajari sifat-sifat organisasi,
termasuk bagaimana organisasi di bentuk, tumbuh, dan berkembang.
Adam Indrawijaya, menyatakan :
Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang mempelajari aspek yang berkaitan
dengan tindakan manusia, baik aspek pengaruh anggota terhadap organisasi maupun
pengaruh organisasi terhadap anggota.
3. 5
Drs. Sutrisna Hari, menyatakan :
Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang mempelajari dinamika organisasi
sebagai hasil interaksi dari sifat khusus (karakteristik) anggota dan pengaruh lingkungan.
Organisasi menurut Stephen P. Robbins adalah unit sosial yang dengan sengaja diatur
terdiri atas dua orang atau lebih, yang berfungsi secara relatif terus menerus untuk
mencapai sasaran atau serangakaian sasaran bersama.
Perilaku adalah sikap dan tindakan (behavior; way of thinking or behaving).
Perilaku Organisasi menurut Stephen P. Robbins adalah bidang studi yang mempelajari
dampak perorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan
tujuan mengaplikasikan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki efektivitas
organisasi.
Robbins menjelaskan bahwa perilaku organisasi adalah studi yang mengambil
pandangan mikro – memberi tekanan pada individu-individu dan kelompok-kelompok
kecil. Perilaku organisasi memfokuskan diri kepada perilaku di dalam organisasi dan
seperangkat prestasi dan variabel mengenai sikap yang sempit dari para pegawai, dan
kepuasan kerja adalah yang banyak diperhatikan. Topik-topik mengenai perilaku individu,
yang secara khas dipelajari dalam perilaku organisasi adalah persepsi, nilai-nilai,
pengetahuan, motivasi, serta kepribadian. Termasuk di dalam topik mengenai kelompok
adalah peran, status kepemimpinan, komunikasi, dan konflik. Perilaku organisasi
memandang masalah organisasi adalah masalah manusia. Dengan demikian inti dan
determinan studi perilaku organisasi adalah tentang manusia.
Studi perilaku organisasi kemudian menghampiri persoalan individu-individu dan
kelompok seperti yang dijelaskan Robbins diatas dengan berbagai disiplin ilmu antara
lain psikologi, sosiologi, antropologi dan ilmu politik. Multidisiplin ilmu yang dipakai
dalam studi perilaku organisasi intinya dimanfaatkan agar menolong kita lebih paham
tentang hakekat sistem dan nilai-nilai kemanusian atau masalah manusia. Dengan asumsi
setelah memahaminya kemudian kinerja sebuah organisasi dapat ditingkatkan oleh actor
organisasi. Perilaku Organisasi mendorong kita untuk menganalisa secara sistematik dan
4. 6
meninggalkan intuisi. Studi sistematik melihat pada hubungan dan berupaya menentukan
sebab dan akibat, serta menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah. Sementara intuisi
adalah perasaan yang tidak selalu didukung penelitian.
Dari gambaran diatas menurut Rino A. Nugroho dapat dijabarkan dalam poin-poin
definisi sebagai berikut:
1. Perilaku organisasi menjelaskan perilaku dari orang-orang yang beroperasi di
level individu, kelompok, atau organisasi.
2. Perilaku organisasi merupakan pendekatan multidisiplin yang menggunakan
prinsip dari berbagai ilmu.
3. Berorientasi pada manusia. Perilaku, persepsi, kemampuan, perasaan adalah
penting bagi organisasi.
4. Berorientasi kinerja. Tentang bagaimana kinerja ditingkatkan.
5. Lingkungan luar organisasi berpengaruh ke dalam organisasi.
6. Metode ilmiah penting untuk mengenali perilaku organisasi secara sistematis.
7. Perilaku organisasi orientasi aplikasi yang berbeda. Perhatiannya adalah pada
menyediakan jawaban tentang permasalahan organisasi.
Pengertian perilaku organisasi menurut beberapa ahli
Prof.Joe.Kelly , perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang mempelajari
sifat-sifat organisasi, termasuk bagaimana organisasi di bentuk, tumbuh dan
berkembang.
Drs. Adam Indrawijaya, perilakuorganisasi adalah suatu bidang studi yang
mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan tindakan manusia, baik aspek
pengaruh anggota terhadap organisasi maupun pengaruh organisasi terhadap
anggota
Drs. Sutrisna Hari, MM, perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang
mempelajari dinamika organisasi sebagai hasil interaksi dari sifat khusus
(karakteristik) anggota dan sifat khusus (karakteristik) para anggotannya dan
pengaruh lingkungan
5. 7
Perilaku Organisasi adalah bidang studi yang menyelidiki dampak perorangan,
kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud
menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki keefektifan organisasi.
(Stephen P. Robbins, Perilaku organisasi Jilid 1:7).
Menurut Larry L Cummings bahwa perilaku organisasi adalah suatu cara berpikir,
suatu cara untuk memahami persoalan-persoalan dan menjelaskan secara nyata
hasil-hasil penemuan berikut tindakan-tindakan pemecahan.
2.2 Pendekatan Perilaku Organisasi
Dengan adanya interaksi atau hubungan antar individu dalam organisasi, maka
penelaahan terhadap perilaku organisasi haruslah dilakukan melalui pendekatan-
pendekatan sumber daya manusia (supportif), pendekatan kontingensi, pendekatan
produktivitas dan pendekatan sistem.
Pendekatan sumber daya manusia dimaksudkan untuk membantu pegawai agar
berprestasi lebih baik, menjadi orang yang lebih bertanggung jawab, dan kemudian
berusaha menciptakan suasana dimana mereka dapat menyumbang sampai pada batas
kemampuan yang mereka miliki, sehingga mengarah kepada peningkatan keefektifan
pelaksanaan tugas. Pendekatan ini berarti juga bahwa orang yang lebih baik akan
mencapai hasil yang lebih baik pula, sehingga pendekatan ini disebut pula dengan
pendekatan suportif.
Sementara itu, pendekatan kontingensi mengandung pengertian bahwa adanya
lingkungan yang berbeda menghendaki praktek perilaku yang berbeda pula untuk
mencapai keefektifan. Disini pandangan lama yang mengatakan bahwa prinsip-prinsip
manajemen bersifat universal dan perilaku dapat berlaku dalam situasi apapun, tidak
dapat diterima sepenuhnya.
Disisi lain, pendekatan produktivitas dimaksudkan sebagai ukuran seberapa
efisien suatu organisasi dapat menghasilkan keluaran yang diinginkan. Jadi, produktivitas
yang lebih baik merupakan ukuran yang bernilai tentang seberapa baik penggunaan
sumber daya dalam masyarakat. Dalam hal ini perlu diingat bahwa konsep produktivitas
tidak hanya diukur dalam kaitannya dengan masukan dan keluaran ekonomis, tetapi
6. 8
masukan manusia dan sosial juga merupakan hal yang penting. Dengan demikian, apabila
perilaku organisasi yang lebih baik dapat mempertinggi kepuasan kerja, maka akan
dihasilkan keluaran manusia yang baik pula, dan pada akhirnya akan menghasilkan
produktivitas pada derajat yang diinginkan.
Adapun pendekatan sistem terutama diterapkan dalam sistem sosial, dimana di
dalamnya terdapat seperangkat hubungan manusia yang rumit yang berinteraksi dalam
banyak cara. Ini berarti, dalam mengambil keputusan para manaer harus mengkaji hal-hal
diluar situasi langsung untuk menentukan dampaknya terhadap
Secara garis besar ada tiga jenis pendekatan yang dilakukan oleh para ahli perilaku
organisasi antara lain:
1. Pendekatan cognitif: Edward Tolman, berdasarkan pemahaman seseorang
terhadap informasi.
2. Pendekatan behavioristic: I.P. Pavlov dan J.B. Watson, berdasarkan Response
yang muncul apabila diberi stimulus tertentu.
3. Pendekatan social learning: A. Bandura, berdasarkan penggabungan pendekatan
Cognitif dan behavioristic
Tujuan kajian perilaku organisasi pada dasarnya ada tiga, yaitu menjelaskan,
meramalkan, dan mengendalikan perilaku manusia Robbins (2002). Menjelaskan berarti
kajian perilaku organisasi berupaya mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku
seseorang atau kelompok. Penjelasan terhadap suatu fenomena dalam manajemen
merupakan hal penting karena membantu para manajer atau pemimpin tim dalam
melakukan sasaran lain yaitu mengendalikan situasi penyebab perilaku individu atau
kelompok kerja tersebut.
Sasaran kedua, yaitu meramalkan berarti perilaku organisasi membantu
memprediksi kejadian organisasi di masa mendatang. Pengetahuan terhadap faktor-faktor
penyebab munculnya perilaku individu atau kelompok membantu manajer meramalkan
7. 9
akibat-akibat dari suatu program atau kebijakan organisasi. Hal ini membantu melakukan
pengendalian preventif terhadap perilaku individu dan kelompok dalam organisasi.
Sasaran ketiga yaitu mengendalikan mengandung arti bahwa perilaku organisasi
menawarkan berbagai strategi dalam mengarahkan perilaku individu atau kelompok.
Berbagai strategi kepemimpinan, motivasi, dan pengembangan tim kerja yang efektif
merupakan contoh-contoh dalam mengarahkan perilaku individu dan kelompok.
Secara umum, perilaku organisasi memiliki dua fokus perhatian. Pertama,
perilaku organisasi merupakan suatu bidang studi yang mempelajari dampak perorangan,
kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan
pengetahuan tentang hal-hal tersebut demi peningkatan keefektifan organisasi (Robbins,
2003). Perilaku organisasi mempelajari tiga determinan perilaku dalam organisasi, yaitu
individu, kelompok, dan struktur atau organisasi. Singkatnya, perilaku organisasi
merupakan kajian terhadap apa yang dilakukan orang dalam organisasi dan bagaimana
perilaku tersebut mempengaruhi kinerja organisasi tersebut.
Tyson dan Jackson (1992) mengemukakan bahwa kajian perilaku organisasi
didasarkan pada pentingnya memahami apa yang terjadi pada individu-individu dalam
organisasi dan apa penyebab perilaku mereka. Dengan kata lain, perilaku organisasi
berkaitan dengan ketergantungan: kinerja organisasi tergantung bagaimana kinerja
kelompok kerja, sedangkan kinerja kelompok kerja tergantung pada kinerja individu.
Fokus kedua adalah perilaku organisasi sebagai kajian antardisiplin ilmu yang
diarahkan untuk mempelajari sikap, perilaku, dan kinerja individu dalam organisasi (Daft,
2000). Sebagai suatu kajian antardisiplin, perilaku organisasi menggunakan konsep dan
teori dari disiplin ilmu seperti psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi, pendidikan dan
juga manajemen serta disiplin ilmu lainnya. Pemahaman terhadap perilaku manusia
penting untuk menerapkan pendekatan yang tepat dalam memberdayakan manusia bagi
keefektifan organisasi.
8. 10
2.3 Keterkaitan Perilaku Organisasi dengan Ilmu Lain
1. Psikologi
Robbins (2003) mengemukakan bahwa perilaku organisasi merupakan
ilmu terapan yang dibangun dengan dukungan sejumlah disiplin ilmu, seperti
psikologi, sosiologi, psikologi sosial, antropologi, dan ilmu politik. Psikologi
merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur, menjelaskan, dan
mengubah perilaku manusia. Sumbangan terpenting dari ilmu psikologi terhadap
perilaku organisasi adalah kajian tentang pembelajaran, motivasi, kepribadian,
persepsi, pelatihan, keefektifan kepemimpinan, kepuasan kerja, pengambilan
keputusan individu, penilaian kinerja, pengukuran sikap, seleksi karyawan, disain
kerja, dan stres kerja.
Sumbangan terpenting psikologi terhadap perilaku organisasi terutama
berkaitan dengan tiga hal: motivasi, keefektifan kepemimpinan, dan stres kerja.
Motivasi berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan yang menggerakkan individu.
Dalam bidang pendidikan, motivasi menjadi kajian yang lebih kompleks lagi
karena berkaitan dengan beragamnya status manusia di dalamnya seperti guru,
siswa, kepala sekolah, dan personil lainnya. Karena itu kajian motivasi juga
memunculkan dua aspek kajian yaitu motivasi belajar dan motivasi kerja. Kajian
antardisiplin telah melahirkan sumbangan yang berarti dalam memahami motivasi
manusia dalam organisasi. Perkembangan teori motivasi tersebut berawal dari
pendekatan tradisional, pendekatan ekonomi, pendekatan sumber daya manusia
hingga ke pendekatan kontemporer (Daft, 2000). Pandangan tradisional
mengemukakan bahwa cara memotivasi seseorang diibaratkan dengan bagaimana
keledai digerakkan. Menurut pendekatan ini, cara terbaik untuk memacu keledai
adalah dengan mengikat wortel pada ujung cemeti dan menggoyang-
goyangkannya di luar jangkauan keledai itu. Pemikian Frederick W. Taylor yang
merupakan tokoh manajemen ilmiah menjadi landasan pendekatan ini. Taylor
mengembangkan pola yang didasarkan atas prinsip-prinsip ilmiah untuk mencapai
efisiensi organisasi. Berdasarkan hal tersebut, sistem penghargaan yang bersifat
9. 11
finansial diberikan bagi karyawan yang memiliki kinerja yang tinggi dan
sebaliknya, hukuman diberikan kepada karyawan yang memiliki kinerja rendah.
Pendekatan ini pada gilirannya menjadi dasar bagi pengembangan sistem
penggajian yang membayar gaji karyawan secara ketat berdasarkan kuantitas dan
kualitas hasil kerja mereka.
Pendekatan ekonomi tidak cukup untuk menjelaskan motivasi karyawan.
Penelitian Hawthorne oleh Elton Mayo mengungkapkan bahwa faktor-faktor
nonekonomi seperti kerja sama, hubungan pribadi, dan kepaduan kelompok kerja
jauh lebih penting daripada uang sebagai motivator perilaku kerja. Berdasarkan
hal itu pendekatan ini memandang penting penciptaan kondisi-kondisi sosial yang
mendukung di tempat kerja sebagai salah satu motivator karyawan.
Pada perkembangan selanjutnya, pendekatan sumber daya manusia lahir
untuk menggabungkan pendekatan ekonomi dan pendekatan hubungan manusia
dalam upaya menjelaskan perilaku karyawan sebagai pribadi yang utuh.
Pendekatan ini menganggap bahwa pendekatan sebelumnya cenderung
memanipulasi karyawan melalui penghargaan ekonomi atau hubungan sosial.
Menurut pendekatan sumber daya manusia, manusia merupakan pribadi yang
kompleks dan karena itu dimotivasi oleh berbagai faktor. Manusia pada dasarnya
suka bekerja tidak peduli ada tidaknya motivator.
Perkembangan terakhir dari kajian motivasi kerja adalah pendekatan kontemporer.
Pendekatan ini dipengaruhi oleh tiga tipe teori. Pertama, teori isi, yang
menekankan pada analisis yang mendasari kebutuhan manusia. Teori isi
memberikan pemahaman akan kebutuhan manusia dalam organisasi dan
membantu manajer memahami bagaimana kebutuhan tersebut dapat dipuaskan di
tempat kerja. Kedua, teori proses, yang memusatkan perhatian terhadap proses
yang memengaruhi perilaku karyawan. Tipe teori ini memfokuskan perhatian
pada bagaimana karyawan berupaya mendapatkan kepuasan di tempat kerja.
Ketiga, teori penguatan, memfokuskan pada hasil perilaku karyawan
10. 12
sebagaimana diharapkan atau bagaimana perilaku yang ditunjukkan dapat
menghasilkan kinerja yang lebih baik.
2. Sosiologi
Disiplin ilmu lain yang berkontribusi terhadap kajian perilaku organisasi
adalah sosiologi. Sosiologi mempelajari hubungan manusia dengan sesamanya,
termasuk sistem sosial di mana individu-individu mengisi peran-peran mereka.
Sumbangan terpenting ilmu sosiologi terhadap perilaku organisasi adalah kajian
tentang dinamika kelompok, tim kerja, komunikasi, kekuasaan, konflik, dan
perilaku antarkelompok.
Dari kajian tentang dinamika kelompok ditemukan sejumlah dalil yang
membantu memahami perilaku manusia dalam organisasi. Dalil-dalil tersebut
dikemukakan oleh Shaw (1976) dalam beberapa domain kajian dinamika
kelompok. Dalam kaitan antara individu dan kelompok, terdapat beberapa dalil
penting antara lain: (1) kelompok biasanya menghasilkan pemecahan masalah
lebih banyak dan lebih baik dibanding individu, dan (2) kelompok belajar lebih
cepat dibandingkan individu. Dalil yang berkaitan dengan lingkungan fisik
kelompok antara lain: (1) aspek-aspek fisik lingkungan berkaitan dengan sikap
dan keyakinan yang mempengaruhi proses kelompok, dan (2) pola-pola
komunikasi dalam kelompok ditentukan oleh posisi tempat duduk dalam
kelompok. Dalil yang berkaitan dengan lingkungan personal kelompok antara lain
sebagai berikut: (1) semakin besar kelompok semakin kecil patisipasi individu; (2)
wanita lebih sering menggunakan kontak mata sebagai bentuk komunikasi
daripada pria; (3) wanita kurang memiliki asertif diri dan kurang kompetitif dalam
kelompok dibanding pria, (4) anggota kelompok yang lebih cerdas cenderung
lebih aktif dibandingkan dengan anggota yang kurang cerdas, dan (5) anggota
kelompok yang lebih cerdas biasanya lebih populer dibandingkan dengan anggota
yang kurang cerdas.
11. 13
Tim kerja didefinisikan sebagai kelompok formal yang terdiri dari
individu-individu yang saling bekerja sama dan memiliki saling ketergantungan
satu sama lain untuk mencapai tujuan. Kerja sama dan saling ketergantungan
menyiratkan bahwa individu-individu dalam tim boleh memiliki keahlian dan
kemampuan secara individu, tetapi pada akhirnya kemampuan dan keahlian itu
memberi sumbangan kepada hasil kelompok. Melalui kerjasama dapat dilakukan
saling berbagi pengetahuan serta ketrampilan dan dengan itu sebuah tim mampu
menyelesaikan tugas secara efektif, ketimbang dilakukan oleh seorang individu.
Daft (2000) merumuskan pengertian tim melalui tiga komponen analisis. Pertama,
tim terdiri atas dua orang atau lebih. Tim bisa saja memiliki anggota yang cukup
banyak namun kebanyakan kurang dari 15 orang. Kedua, individu dalam tim
terlibat interaksi reguler. Interaksi itu digambarkan dalam keterlibatan mereka
dalam berkomunikasi dan bekerja sama. Ketiga, individu dalam tim berbagi
tanggung jawab dalam mencapai tujuan organisasi. Intinya adalah bahwa tim
kerja menggambarkan tanggung jawab bersama semua anggota dalam mencapai
tujuan organisasi.
3. Psikologi Sosial
Psikologi sosial adalah suatu bidang dalam psikologi yang memadukan
konsep-konsep psikologi dan sosiologi. Psikologi sosial memfokuskan pada
pengaruh seseorang terhadap orang lain. Kontribusi psikologi sosial terhadap
perilaku organisasi meliputi kajian tentang perubahan perilaku, perubahan sikap,
komunikasi, proses kelompok, dan pengambilan keputusan kelompok. Di antara
semua fokus kajian, pengambilan keputusan kelompok merupakan salah satu yang
terpenting dalam oraganisasi pendidikan. Hal ini disebabkan karena organisasi
pendidikan dicirikan oleh kesejawatan yang tinggi yang karenanya relevan
menggunakan proses pengambilan keputusan kelompok.
Salah satu bentuk pengambilan keputusan kelompok adalah dengan
melibatkan anggota dalam pengambilan keputusan. Partisipasi bertujuan untuk
12. 14
melibatkan mental dan emosional individu dalam suatu situasi kelompok yang
mendorong individu berkontribusi kepada tujuan-tujuan kelompok dan berbagi
tanggung jawab dengan anggota lainnya (Owens, 1991).
Partisipasi dalam pembuatan keputusan mencerminkan penyebaran pengaruh
dalam proses keputusan. Hal ini berkaitan dengan seberapa jauh seseorang atasan
membolehkan bawahan mereka mempengaruhi keputusan yang berhubungan
dengan pekerjaan mereka (Brown dan Moberg, 1980).
Banyak keuntungan yang diperoleh dari partisipasi staf dalam pembuatan
keputusan, seperti kualitas keputusan dapat ditingkatkan melalui penilaian secara
cermat alternatif dan konsekuensinya (Campbell dan Gregg, 1957). Keuntungan
lain partisipasi adalah membantu anggota kelompok untuk mengidentifikasikan
dirinya dengan tujuan-tujuan dan program-program lembaga (Sutisna, 1987). Di
sampng itu, partisipasi juga mendorong pertumbuhan dan perkembangan
partisipasi organisasi (Owens, 1991). Keterlibatan ego, dalam arti ”kepemilikan”
(ownership) dalam hal partisipasi, memotivasi partisipan, membuat partisipan
dapat menyalurkan tenaga, kreativitas, dan inisiatifnya. Keterlibatan yang
demikian juga mendorong orang menerima tanggung jawab yang lebih besar bagi
keefektifan organisasi.
4. Antropologi
Disiplin ilmu lain yang mempengaruhi perilaku organisasi adalah
antropologi. Antropologi adalah studi tentang masyarakat untuk mempelajari
manusia dan kegiatan mereka. Karya antropolog tentang budaya dan lingkungan
telah membantu kita memahami perbedaan nilai-nilai fundamental, sikap, dan
perilaku di antara orang-orang pada organisasi dan negara yang berbeda.
Sumbangan terpenting antropologi terhadap perilaku organisasi adalah kajian
tentang nilai komparatif, sikap komparatif, analisis lintas-budaya, budaya
organisasi, dan lingkungan organisasi.
13. 15
Budaya organisasi merupakan topik kajian terpenting terutama sejak 1980-
an yang cukup mendominasi dalam kajian perilaku organisasi. Ouchi (1981) telah
melakukan serangkaian penelitian untuk menjelaskan mengapa perusahaan AS
tidak memiliki kinerja sebaik dengan perusahaan di negara lain, khususnya di
Jepang. Temuannya menunjukkan bahwa: (1) budaya masyarakat mempengaruhi
organisasi melalui orang-orang di dalamnya, (2) terdapat beberapa nilai-nilai
dasar masyarakat Jepang seperti semangat tim, relasi informal, dan loyalitas
seumur hidup yang dipegang teguh oleh karyawan perusahaan, dan (3) adanya
budaya mutu yang direfleksikan dalam pengendalian proses daripada produk.
Perkembangan penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Kotter dan Heskett
(2006) memperkuat karya Ouchi yang menunjukkan bahwa budaya
mempengaruhi kinerja organisasi melalui tiga hal. Pertama adalah penyelarasan
gagasan. Dalam perusahaan yang berbudaya kuat, karyawan cenderung mengikuti
pimpinan yang sama. Kedua, budaya yang kuat mampu mememicu motivasi yang
tinggi di kalangan karyawan. Komitmen dan loyalitas yang dirasakan oleh
karyawan mendorong mereka bekerja lebih keras. Ketiga, budaya yang kuat
mendorong kinerja karena menyediakan struktur dan kontrol tanpa perlu
bergantung pada birokrasi formal yang bisa menghambat motivasi dan inovasi.
5. Ilmu Politik
Perilaku organisasi juga dikembangkan dari disiplin ilmu politik. Ilmu
politik mempelajari perilaku individu dan kelompok dalam lingkungan politik.
Kajian terpenting yang berkaitan dengan perilaku organisasi adalah konflik,
politik intraorganisasi, dan kekuasaan, termasuk bagaimana orang memanipulasi
kekuasaan untuk kepentingan individu.
Berbagai tipologi kekuasaan telah membantu dalam menganalisis
pendekatan-pendekatan perilaku organisasi. Salah satu tipologi kekuasaan yang
sering digunakan dalam organisasi adalah yang dikembangkan oleh Hersey dan
Blanchard (1982). Menurut mereka, terdapat tujuh basis kekuasaan, yaitu
14. 16
kekuasaan paksaan, kekuasaan koneksi, kekuasaan penghargaan, kekuasaan
legitimasi, kekuasaan personal (referent), kekuasaan informasi, dan kekuasaan
keahlian. Kekuasaan paksaan cenderung didasarkan atas usaha mempengaruhi
dengan hukuman, tidak peduli diterima atau tidak oleh anggota. Kekuasaan
koneksi didasarkan atas hubungan dengan dengan orang-orang penting tertentu di
luar dan di dalam organisasi. Kekuasaan penghargaan didasarkan atas
kemampuan pemimpin memberikan ganjaran bagi anggota yang menyelesaikan
pekerjaan yang diperintahkan. Kekuasaan legitimasi didasarkan atas kedudukan
resmi pemimpin. Kekuasaan personal didasarkan atas sifat-sifat kepribadian yang
dimiliki oleh pemimpin. Kekuasaan informasi didasarkan atas kepemilikan akses
informasi dari pemimpin yang dipandang bermanfaat bagi anggota. Kekuasaan
keahlian didasarkan atas kepemilikan pengetahuan, keterampilan yang
mempengaruhi orang lain.
Menurut Harsey dan Blanchard, penggunaan basis kekuasaan tersebut
sangat tergantung dengan tingkat kematangan anggota. Menurut keduanya,
tingkat kematangan anggota dibedakan atas tiga tingkatan: rendah, sedang, dan
tinggi. Anggota yang memiliki tingkat kematangan rendah lebih tepat
memperoleh kekuasaan paksaan. Anggota yang memiliki tingkat kematangan
sedang lebih cocok mendapatkan kekuasaan penghargaan dan kekuasaan personal.
Anggota yang memiliki kematangan tinggi lebih tepat menggunakan kekuasaan
keahlian.