SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  28
Télécharger pour lire hors ligne
2-1
Bab 2
Gambaran Umum Wilayah Studi
1. Sejarah Wilayah
Kerajaan Klungkung mempunyai pengaruh terhadap kerajaan-kerajaan lain
di Bali, bahkan saat pemerintahan Dalem Waturenggong, wilayah kerajaan
diperluas sampai ke Pasuruan dan Blambangan di Jawa, serta Lombok dan
Sumbawa.
Pada awal pemerintahan, ibu kota kerajaan berada di daerah Gelgel. Tetapi
sejak terjadi pemberontakan yang mengakibatkan kehancuran Gelgel, ibu
kota pindah ke Desa Klungkung. Di daerah itu, raja Klungkung mendirikan
Keraton Semarapura pada tahun 1686.
Sayang, kejayaan Kerajaan Klungkung dan kerajaan-kerajaan lain di Bali
harus berakhir saat penjajahan Belanda. Berbagai perang melawan Belanda
dilakukan raja-raja Bali, di antaranya Perang Buleleng, Jagaraga, Kusamba,
Banjar, Badung, dan Klungkung. Perang Puputan Klungkung tahun 1902
merupakan perang terakhir melawan Belanda yang mengakibatkan
keruntuhan Kerajaan Klungkung. Untuk memperingati Perang Puputan
tersebut, berdiri Monumen Puputan Klungkung. Monumen berbentuk lingga
dan yoni ini berdiri di atas tanah seluas 123 meter persegi di Kecamatan
Klungkung.
2. Letak Geografis
Kabupaten Klungkung terletak di antara 115° 27' - 37'' 8° 49' 00''. Lintang
Selatan dengan batas-batas di sebelah utara Kabupaten Bangli. Sebelah
timur Kabupaten Karangasem, sebelah Barat Kabu-paten Gianyar, dan
sebelah se-latan Samudra India.
Kecamatan Klungkung memiliki batas-batas di sebelah utara Ka-bupaten
Karangasem, sebelah ti-mur Kecamatan Dawan, sebelah barat Kecamatan
Banjarangkan dan sebelah selatan dengan Selat Badung. Kecamatan
Banjarang-kan memiliki batas-batas, sebelah utara Kabupaten Bangli,
sebelah timur Kecamatan Klungkung, se-belah barat Kabupaten Gianyar dan
sebelah selatan Selat Badung. Keca-matan Dawan memilkiki batas-batas,
sebelah utara dan timur Kabupaten Karangasem, sebelah barat Kecamatan
Klungkung dan sebelah selatan Samudra Hindia.
3. Wilayah Administrasi
Kecamatan Klungkung, terletak di daerah daratan pulau Bali. Kecamatan
Banjarangkan, merupakan Kecamatan yang terletak paling Barat dari 4
(empat) Kecamatan yang ada di Kabupaten Klungkung. Kecamatan Dawan
merupakan kecamatan yang terletak paling timur dari 4 (empat) kecamatan
2-2
yang ada di Kabupaten Klungkung.
4. Fisik Dasar Alami
a. Luas Wilayah
Wilayahnya memang paling kecil di antara sembilan kabupaten dan
kota di Bali. Tetapi pada awal abad 19, dengan luas wilayah seperdua-
puluh bagian Pulau Bali, Kerajaan Klungkung mempunyai pengaruh
terhadap kerajaan-kerajaan lain di Bali.
Dengan luas : 315 Km ², wilayah Kabupaten Klungkung sepertiganya
(112,16 Km ²) terletak diantara pulau Bali dan dua pertiganya (202,84
Km ² lagi merupakan kepulauan yaitu Nusa Penida, Nusa Lembongan
dan Nusa Ceningan.
Menurut penggunaan lahan di Kabupaten Klungkung terdiri dari lahan
sawah 4.013 hektar, lahan kering 9.631 hektar, hutan negara 202
hektar, perkebunan 10.060 hektar dan lain-lain 7.594 hektar.
1- Kecamatan Klungkung
Kecamatan Klungkung merupakan kecamatan terkecil dari 4
(empat) kecamatan yang ada di Kabupaten Klungkung, dengan
luas 2.095 Ha, secara persis semua terletak di daerah daratan
pulau Bali.
2- Kecamatan Banjarangkan
Kecamatan Banjarangkan merupakan kecamatan dengan luas
45,73 Km ².
3- Kecamatan Dawan
Kecamatan Dawan merupakan kecamatan yang memiliki luas
37,38 Km². Menurut penggunaannya luas wilayah Kecamatan Da-
wan terdiri 16,21 % lahan sawah, 17,26 % lahan tegalan, 35,50 %
lahan perkebunan, 6,93 % lahan pekarangan 0,21 % kuburan dan
lainnya 23,89 %.
2-3
Gambar 2.1 : Pulau Bali dan Kabupaten Klungkung
2-4
b. Topografi
Kabupaten Klungkung merupakan dataran pantai sehingga potensi
perikanan laut. Panjang pantainya sekitar 90 Km yang terdapat di
Klungkung daratan 20 Km dan Kepulauan Nusa Penida 70 Km.
Permukaan tanah pada umumnya tidak rata, bergelombangbahkan se-
bagian besar berupa bukit-bukit terjal yang kering dan tandus. Hanya
sebagian kecil saja merupakan dataran rendah.Tingkat kemiringan ta-
nah di atas 40 % (terjal) adalah seluas 16,47 Km2 atau 5,32 % dari Ka-
bupaten Klungkung. Bukit dan gunung tertinggi bernama Gunung Mundi
yang terletak di Kecamatan Nusa Penida.
c. Klimatologi
INDONESIA yang berada di antara dua benua dan dua samudra
merupakan jantung iklim dunia. Pergerakan angin antara Asia-Australia
dan pergerakan arus laut dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia,
serta interaksi antara laut dan atmosfer akan mempengaruhi distribusi
uap air ke berbagai wilayah dunia. Karena itu, dinamika yang terjadi di
wilayah tropis yang berada pada posisi strategis ini akan berpengaruh
pada kondisi cuaca dan iklim global. Kabupaten Klungkung termasuk
beriklim tropis. Bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering antara Keca-
matan Nusa Penida dan Kabupaten Klungkung daratan sangat berbe-
da.
d. Hidrologi
Sumber air adalah mata air dan sungai hanya terdapat di wilayah da-
ratan Kabupaten Klungkung yang mengalir sepanjang tahun. Sedang-
kan di Kecamatan Nusa Penida sama sekali tidak ada sungai.Sumber
air di Kecamatan Nusa Penida adalah mata air dan air hujan yang di-
tampung dalam cubang oleh penduduk setempat.
5. Kondisi Kependudukan, Sosial, Budaya dan Agama
a. Kependudukan
Yang dimaksud dengan kondisi sosial dan kependudukan yaitu keadaan
penduduk di Propinsi Bali secara keseluruhan yang mencakup jumlah
penduduk, kepadatan dan penyebaran jumlah penduduk serta kondisi
sosialnya.
1- Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Propinsi Bali berdasarkan Registrasi Penduduk
1999 adalah 3.054.201 jiwa yang tersebar di 8 (delapan) Kabupa-
ten, dan 1 (satu) Kota.
2-5
Tinjau dari luas keseluruhan wilayah Propinsi Bali yaitu 5.632,86
km2
, maka kepadatan penduduk rata-rata tiap km2
nya adalah
sebesar 542,21 jiwa.
2- Kepadatan Penduduk dan Laju Pertumbuhannya.
Berdasarkan data kependudukan selama 5 tahun terakhir dan
Registrasi Penduduk 1999, tercatat jumlah penduduk terbesar
adalah di Kabupaten Buleleng dengan jumlah keseluruhan sebe-
sar 575.698 jiwa dan kepadatan tiap km²nya adalah 421,49 jiwa.
Sementara Kabupaten Jembrana dengan jumlah penduduk
234.018 jiwa dan luas wilayah 841,80 km² mempunyai kepadatan
yang paling rendah untuk tiap km² yaitu 278,00 jiwa. Sedang Kota
Denpasar merupakan daerah tersempit dengan kepadatan terting-
gi tiap km² sebesar 3.903,29 jiwa (dengan jumlah penduduk
483.930 jiwa dan luas wilayah hanya 123,98 km2
).
Dalam kurun waktu yang sama laju pertumbuhan penduduk rata-
rata untuk seluruh wilayah Propinsi Bali cenderung naik dari 1,63
% (pada 1995/1996) menjadi 3,94% (pada 1998/1999).
Lebih terinci Tabel 6.49 benkut menyajikan Jumlah Penduduk dan
Laju pertumbuhan penduduk menurut kabupaten di Bali untuk
kurun waktu 1995 s/d 1999.
3- Penyebaran Penduduk
Sebagaimana pertumbuhan penduduknya, penyebaran penduduk
Bali juga tidak merata. Sebagian besar penduduk Bali (27,13 %1
berada di Kabupaten Tabanan dan Kota Denpasar. Sedang Kabu-
paten yang paling sedildt penduduknya adalah di Bangli (6,02%)
Pola penyebaran penduduk ini sejak tahun 1990 tidak banyak ber-
ubah.
Pola penyebaran penduduk Bali menurut luas wilayah sangat
njomplang, sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat
kepadatan penduduk antar daerah yang menyolok, terutama antar
daerah kabupaten dengan daerah kota. Wilayah kabupaten de-
ngan luas 97.80% dan wilayah Bali dihuni oleh 84,16 % dan total
penduduknya. Sedangkan selebihnya yang 15,84 % menetap di
daerah kota dengan luas 2,20 % dan wilayah Bali seluruhnya.
b. Sosial
Dan Survai Sosial Ekonoini Nasional (SUSENAS) 1999 tercatat bahwa
788.143 jiwa atau sebesar 27,79 % dan total jumlah penduduk, untuk
kelompok umur penduduk berumur 10 tahun ke atas menikmati pendi-
dikan dengan berbagai jenjang mulai SD sampai tingkat Perguruan
tinggi. Sedang yang belum menamatkan Sekolah Dasar dan belum ber-
2-6
sekolah berjumlah 1.556.145 jiwa atau sebesar 54,86% dan total jum-
lah penduduknya.
c. Budaya
Kebudayaan daerah merupakan merupakan modal dasar pembangun-
an yang melandasi pembangunan yang dilaksanakan, warisan budaya
yang bernilai luhur merupakan dasar dalam rangka pengembangan pa-
riwisata budaya yang dijiwai oleh Agama Hindu. Di Kota Denpasar ter-
dapat 2 buah musium, yaitu : Musium Bali dan Lee Mayeur. Salah satu
aspek yang ditangani secara berkelanjutan adalah pembinaan terhadap
berbagai kelompok Kesenian.
Pemerintah terus membina kelompok dan organisasi kesenian yang
ada, di samping juga melestarikan berbagai jenis dan bentuk kesenian
daerah yang bernilai tinggi dan luhur juga dirangsang bentuk-bentuk tari
kreasi baru melalui ajang perlombaan, seperti : Pesta Kesenian dan
Dharma Gita.
Kepada para Seniman yang berprestasi diberikan Anugrah Seni s-
ebagai penghargaan atas karyanya dan pengabdiannya, tercatat 392
Organisasi Kesenian dalam berbagai jenis, seperti : Kesenian Gong,
Angklung, Gambang, Arja, Drama, Wayang, Barong, Sastra Daerah,
Leko yang tersebar di pelosok Desa.
d. Agama
Secara Historis penduduk Pulau Bali memeluk Agama Hindu yang sam-
pai saat ini masih dipegang teguh. Khusus untuk Kota Denpasar per-
sentase pemeluk Agama Hindu 78,69 %, Islam 15,18 %, Kristen 3,74
%, Protestan dan 2,43 Budha 2,35 %. Sejalan dengan mayoritas pen-
duduk yang beragama Hindu, demikian halnya ketersediaan fasilitas
peribadatan didominasi oleh Pura, dengan jumlah keseluruhan
mencapai 106 buah Pura. Dari sejumlah tersebut 105 buah diantaranya
merupakan Kahyangan Tiga, 1 buah merupakan Sad Dang Kahyangan
Fasilitas peribatan lainnya berupa Mesjid 26 buah, Langgar 7 buah,
Musholla 69 buah serta Gereja 42 buah. Vihara dan Kelenteng juga 3
buah.
Khusus mengenai Agama Hindu lebih jauh dapat dijelaskan bahwa
Agama Hindu adalah suatu Agama yang bertujuan agar penganut atau
pemeluknya dapat mencapai kedamaian rohani serta kesejahteraan
Hidup jasmani atau Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma, dengan
tiga Kerangka Dasar Ajaran meliputi, yaitu:
a- Tatwa (Filsafat)
b- Susila (Ethika)
c- Ritual (Upacara)
2-7
Ketiganya tidak berdiri sendiri tetapi merupakan satu kesatuan yang ha-
rus dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh.
1- Tatwa atau Filsafat
Lima Dasar Keyakinan Hakiki Agama Hindu yang disebut Panca
Cradha (Cradha: Dasar Keyakinan, Panca: Lima), yaitu meliputi:
Widhi Tatwa, yaitu percaya dan yakin dengan adanya Sang Hyang
Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) Atma Tatwa, yaitu percaya adanya
Atma (Roh leluhur), percaya adanya Karma Pala (buah atau hasil
dari perbuatan), Punarbhawa Tatwa merupakan keyakinan ten-
tang penjelmaan kembali atau kelahiran berulang-ulang dan Mok-
sha Tatwa, yaitu percaya dengan adanya kebebasan dari ikatan
keduniawian.
Filosofi Hindu juga mengenal dan menghormati adanya orang-
orang suci, Tempat-tempat Suci sebagai tempat persembahyang-
an, demikian juga dikenal beberapa hari-hari Suci, serta yang
terpenting adalah adanya Pustaka Suci sebagai pedoman ajaran
Agama Hindu yang harus dipegang teguh, disebut Wedha.
2- Susila atau Ethika
Merupakan pedoman dasar bagi penganut agama Hindu dalam
mengembangkan prilaku kehidupan bermasyarakat sehingga ter-
cipta keserasian, keselarasan dan keseimbangan, sekaligus ten-
tang ketergantungan satu sama yang lain dalam berbagai aspek
kehidupan. Menurut pandangan agama Hindu, dalam masyarakat
diwarnai oleh sesuatu yang hidup dan kehidupan itu sendiri diten-
tukan oleh sumber yang memberi kehidupan.
Tiga sebab (sumber) terjadinya interaksi sebagai prilaku kebaikan
berkisar pada:
1) Hubungan manusia dengan sesamanya.
2) Hubungan manusia dengan lingkungannya, dan
3) Hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam Susila ini juga ditekankan bahwa manusia dilahirkan sudah
berbekal berbagai unsur negatif atau kekurangan-kekurangan se-
perti: Sapta Tumira (Surupa, Dana, Guna, Kulina, Yowana, Mada,
Moha, Matsarya). Dan segi-segi negatip tersebut dapat dinetralisir
dengan Tri Kaya Parisudha: Tiga Dasar kebaikan yang harus
dilaksanakan, yaitu :
1) Manacika: Berfikir yang baik,
2) Wacika: Berbicara yang baik,
3) Kayika : Berbuat yang baik.
2-8
3- Upacara atau Ritual
Upacara merupakan cara yang dilengkapi dengan berbagai sara-
na sehingga dapat melakukan hubungan antara manusia dengan
Tuhan, Atman dalam segala manifestasinya guna mencapai kesu-
cian jiwa. Inti pokok Upacara adalah Yadnya, yaitu pengorbanan
suci yang tulus iklas serta rasa kasih. Yadnya pada garis besarnya
dibagi menjadi lima yang disebut Panca Yadnya (Dewa Yadnya,
Pitra Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadya dan Bhuta Yadnya) dan
masing-masing dapat dinyatakan kepada siapa yadnya itu
ditujukan. Pengorbanan di sini meliputi jasmaniah dan rohaniah.
Pelaksanaan Yadnya ini dikaitkan dengan wariga (baik buruknya
hari) dan perbintangan. Dalam melaksanakan Upacara itu diper-
gunakan Tirta (Air suci) merupakan alat untuk membersihkan jiwa.
Sedangkan Api (pedupaan) merupakan saksi serta pengantar
persembahan kita. Bunga atau Canang Sari beserta banten-
banten lainnya adalah Lambang dari sarinya Bumi yang kita
persembahkan kepada Sang Hyang Widhi untuk menyampaikan
rasa kecintaan dan kebahagian hati serta rasa terima kasih yang
tulus iklas dan suci.
6. Kondisi Ekonomi
a. Ekonomi Makro
Klungkung memang tidak bisa mengandalkan potensi pertanian dan
pariwisata untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Pajak
terbesar dipungut dari pengambilan dan pengolahan bahan galian
golongan C dari penambangan pasir di sungai, sedangkan hampir 50
persen retribusi berasal dari pelayanan kesehatan. Total pendapatan
jika dibandingkan dengan sembilan kabupaten/kota yang lain berada
pada urutan ke-8 di atas Kabupaten Bangli. Dari segi pendapatan
daerah, Klungkung tidak akan bisa mengulangi kejayaannya masa lalu.
b. Produk Domestik Regional Bruto
PDRB Propinsi Bali Atas Dasar Harga Yang Berlaku menunjukkan
peningkatan yang cukup signifikan dan Rp. 13,525 trilyun padatahun
1998 menjadi Rp. 14,530 trilyun pada akhir tahun 1999.Kontribusi ter-
besar adalah untuk lapangan usaha Perdagangan, Hotel dan Restoran
yaitu sebesar 31,26 %. Sementara lapangan usaha Pertambangan dan
Penggalian memberikan kontribusi paling kecil yaitu 0,70 %
c. Pendapatan Per Kapita
Secara umum pendapatan perkapita rata-rata penduduk Bali cenderung
meningkat dan tahun ke tahun, yaitu Rp. 8.422.915,56 pada tahun 1997
- menjadi Rp. 16.578.695,30 pada akhir tahun 1998 (dengan migas
yang berarti mengalami kenaikan Rp. 8.155.799,74. Sedangkan penda-
2-9
patan perkapita tanpa migas meningkat dan Rp. 4.212.453,84 menjadi
Rp. 6.808.092,73 di tahun 1998. Dengan melihat besarnya pendapatan
perkapita penduduk Bali di tahun 1997 dan 1998, maka pertumbuhan
pendapatan perkapita penduduk Bali adalah sbesar 96,83 % dengan
migas dan 61,62% tanpa migas
d. Sektor Pertanian
Sebenarnya yang menjadi kegiatan ekonomi terbesar adalah pertanian.
Tahun 2002 kegiatan ekonomi ini menyumbang Rp 325 miliar. Namun
topografisnya yang sebagian besar berupa bukit-bukit terjal dan tandus
menjadi kendala kemajuan pertanian. Selain hampir 50 persen wilayah-
nya berada pada kemiringan 15-40 persen. Kecamatan Nusa Penida
yang terdiri atas Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa
Ceningan, bahkan tidak bisa ditanami padi.
1- Tanaman Pangan
Padi hanya bisa ditanam di Klungkung daratan. Luas lahan sawah
pada 2002 adalah 3.965 hektar. Luas areal sawah ini hanya 13
persen dari luas wilayah Klungkung. Sisanya didominasi lahan
kering dan perkebunan. Seperti daerah-daerah lain, tahun 1998
hingga 2002, luas lahan sawah cenderung menurun rata-rata 0,5
persen. Penyebabnya juga sama yaitu alih fungsi lahan pertanian
menjadi nonpertanian. Apalagi, saat ini sedang ada proyek
pembangunan ruas Jalan Tohpati-Kusamba yang merupakan jalur
jalan di selatan Bali.
Meskipun ada penurunan areal persawahan, produksi padi tahun
2002 mencapai 30.752 ton, meningkat 15 persen dari tahun sebe-
lumnya. Beras yang dihasilkan didistribusikan juga kepada pendu-
duk Kecamatan Nusa Penida melalui pelabuhan Tribuana, Banjar
Bias, atau Kusamba. Produksi padi terbesar ada di Kecamatan
Banjarangkan. Wajar saja karena wilayah ini mempunyai areal sa-
wah paling luas yaitu 2.058 hektar, dengan dukungan 55,3 persen
penduduk bermata pencarian di sektor pertanian tanaman pa-
ngan.
Daerah persawahan di provinsi Bali secara umum didominasi ke-
nampakan vegetatif yaitu rata-rata 41 persen, dengan persentase
tertinggi di kabupaten Buleleng dan Klungkung 64-65 persen dan
terendah di kabupaten Jembrana 13 persen. Kenampakan lahan
bera rata-rata 30 persen dengan persentase tertinggi di kabupaten
Jembrana 48 persen dan terendah di kabupaten Klungkung 21
persen. Sementara itu kenampakan fase air rata-rata 7 persen
dengan persentase tertinggi 14 persen terjadi di kabupaten
Badung 19 persen dan terendah di kabupaten Bangli 2 persen.
Tutupan awan yang cukup banyak terdapat di kabupaten badung,
Bangli, Jembrana dan Karangasem lebih dari 31 persen.
2-10
Analisis data bulan Juni-Juli 2002 menunjukkan bahwa prakiraan
panen rata-rata perkabupaten periode September-Desember 2002
di provinsi Bali adalah 41 persen dengan persentase tertinggi di
kabupaten Klungkung 65 persen dan terendah di kabupaten
Jembrana 13 persen.
2- Perkebunan
Selain padi, Klungkung daratan juga mengandalkan palawija.
Jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang ijo, kacang tanah, kedelai,
buah-buahan dan sayuran tetap bisa diproduksi. Meski produksi-
nya tidak sebesar kabupaten lain di Bali. Seperti ubi jalar, produksi
tahun 2002 mencapai 2.664 ton, hanya empat persen dari total
produksi Bali. Tetapi kelompok ibu-ibu setempat bisa mengolah
ubi jalar dan ubi kayu menjadi kue yang hasilnya dipasarkan sam-
pai swalayan-swalayan besar di Bali.
Tidak bisa ditanami padi, bukan berarti Kecamatan Nusa Penida
tidak bisa menghasilkan tanaman pangan. Penduduk setempat
berupaya menanami lahan kering dengan tanaman yang tidak
memerlukan pengairan rutin. Kecamatan kepulauan ini memang
tidak dialiri sungai dan hanya mengandalkan mata air Penida di
Desa Sakti dan mata air Guyangan di Desa Batukandik.
Komoditas pertanian andalannya adalah jagung, ubi kayu, kacang
tanah, kacang ijo, kelapa, dan jambu mete. Bahkan penduduk
setempat menjadikan ubi kayu sebagai makanan pokok yang
diolah menjadi gaplek. Produksi jagung, kacang tanah, dan jambu
mete pada tahun 2002 terbesar se-Klungkung.
Produksi pertanian Nusa Penida mulai bernilai ekonomis tinggi
saat kacang tanah diolah menjadi makanan khas Bali, yaitu
kacang asin dan kacang kapri. Pabrik kacang merek Garuda juga
memanfaatkan sebagian hasilnya sebagai bahan baku.
3- Perikanan
Produksi perikanan laut dan darat Pulau Bali, pada tahun 2000
mencapai 145.549,9 ton yang terdiri dari atas produksi perikanan
laut (penangkapan dan budidaya) sebesar 142.429,90 ton dan
perikanan darat 3.125,0 ton. Jika dibandingkan produksi tahun
1999 sebesar 145.402,1 ton mengalami peningkatan 1,01%
a- Perikanan Darat
Penduduk Nusa Penida tidak bisa begitu saja mengandalkan
pertanian tanaman pangan yang hanya produktif saat musim
penghujan. Mereka mulai melihat potensi laut yang mengeli-
linginya. Menanam rumput laut di pinggir-pinggir pantai men-
2-11
jadi pilihan karena pantainya masih dilindungi karang dan ti-
dak berhadapan langsung dengan Laut Selatan. Didukung
oleh pantai di kawasan Nusa Penida sepanjang 70 kilometer,
produksi dari tahun 1998 hingga 2002 cenderung meningkat
rata-rata 6 persen tiap tahun. Tahun 2002 mencapai 108.726
ton.
RUMPUT laut-kadang juga disebut ganggang laut- tumbuh di
wilayah pantai. Ada yang berwarna hijau, kemerahan, keco-
klatan, biru kehijauan, dan sebagainya. Namun, yang nilai
ekonominya tinggi untuk industri hanyalah ganggang coklat
dan merah. Memang ada yang berwarna hijau seperti "gang-
gang usus ayam" (Enteromorpha), makanan utama nener
bandeng, atau "sebelah laut" (Ulva) yang merupakan sayur-
an laut terkenal mahal harganya, namun keduanya masih
kalah dengan rumput laut berwarna coklat dan merah.
Rumput laut merah dan coklat memang merupakan salah
satu bahan baku yang sangat potensial dan luas pengguna-
annya. Agar-agar dari rumput laut digunakan pada makanan
(kue-kue), pengental sup, pengental es-krim sampai ke
bahan untuk membuat media/substrat di laboratorium. Hasil
rumput laut berguna juga kapsul, salep, tablet, filer, plester,
serta pengental lainnya.
Bahan ini dikenal sangat luas sejak lama, terutama dalam
bentuk batangan persegi empat. Sekarang sudah banyak
beredar agar-agar berbentuk tepung yang lebih murni kalau
dibandingkan dengan bentuk batangan. Agar-agar misalnya,
merupakan hasil ekstraksi rumput laut jenis Gelidium.
Bahkan, pupuk organik yang terbuat dari rumput laut yang
tidak diolah jadi bahan kimia, merupakan pupuk yang sangat
baik. Karena di dalam rumput laut terkandung bukan saja
makro-mineral (N, O, K, S, dan sebagainya) tetapi juga
mikro-mineral (Fe, Mg, Na, dan sebagainya). Karena itu,
rumput laut sangat populer untuk pertanian sayuran, buah-
buahan, dan bunga di RRC, Jepang, Inggris, Perancis, dan
Kanada.
Rumput laut Indonesia mempunyai harga sangat tinggi di pa-
saran dunia, bukan karena kandungan kimia di dalamnya
memenuhi persyaratan (seperti agar-agar, karagen, dan se-
bagainya) tetapi juga karena wilayah perairan pantai tempat
ganggang laut tersebut tumbuh rata-rata belum tercemar
berat, baik yang datang dari pencemar domestik (rumah-
tangga) ataupun pencemar non-domestik (dari pabrik, indus-
tri, dan sebagainya).
2-12
Saat ini hanya dari kandungan air raksa (Hg) yang disyarat-
utamakan oleh konsumen di Eropa, Amerika, dan Jepang
(sebagai negara pengguna produk rumput laut terbesar di
dunia), sehingga rumput laut asal Indonesia rata-rata masih
memenuhi persyaratan itu.
Permintaan luar negeri terhadap rumput laut Indonesia se-
tiap tahun terus meningkat, khususnya untuk jenis-jenis La-
minaria, Gelidiella, Gracillaria, dan Euchema. Tapi, karena
pengadaan rumput laut sebagian besar masih tergantung
kepada alam, sedang pengadaan melalui budidaya masih
terbatas, maka banyak dari permintaan tersebut belum terpe-
nuhi.
Padahal, harga rumput laut Indonesia cukup tinggi kalau di-
bandingkan dengan hasil dari negara lain. Misalnya, untuk
jenis Euchema spinosum kering yang telah diputihkan harga-
nya 325-350 dollar AS per ton FOB, sedang yang berwarna
hitam (asli) antara 250-270 dollar AS per ton FOB di Hong-
kong. Tetapi, untuk jenis Euchema cottoni (lebih halus) lebih
tinggi harganya, yaitu antara 325-350 dollar AS per ton FOB.
Masyarakat Jepang merupakan negara "pemakan" gang-
gang laut, bahkan juga yang tanpa diolah lebih dahulu. Jenis
makanan seperti aonori (dari jenis Enteromorpha), makombu
(dari jenis Laminaria), wakame (dari jenis Undaria), kawanori
(dari jenis Prasiola), dan sebagainya terbuat dari rumput/
ganggang laut secara langsung tanpa diolah. Rumput laut
amat berperan dalam menu makan tradisional Jepang, ka-
rena seperti makombu yang berwarna keunguan, selalu
muncul untuk sayur maupun pembungkus makanan dan
nasi.
Secara kimia, rumput laut terdiri dari air (27,8%), protein
(5,4%), karbohidrat (33,3%), lemak (8,60%), serta serat ka-
sar (3,0%), dan abu (22,25%). Sedang melalui pengolahan,
rumput laut akan menghasilkan bahan-bahan di bawah ini.
1) Algin, baik dalam bentuk asam alginik ataupun dalam
bentuk alginat. Pada umumnya senyawa ini dihasilkan
dari jenis Macrocystis, Ecklonia, Fucus, Lesonia, dan
Sargassum, dengan produksi rata-rata per tahun 6.000-
7.500 ton, terutama di Amerika Serikat, Inggris, Peran-
cis, Norwegia, dengan negara konsumen mulai dari
Jerman, Jepang, Australia, Kanada, Perancis, Belanda,
Spanyol, dan sebagainya.
2) Agar-agar, yang merupakan senyawa asam-belerang
dan ester dari galaktan-linier. Jenis ganggang yang
menghasilkan agar-agar antara-lain Gelidium, Graci-
2-13
laria, Ahnfeltia, dan sebagainya. Di perairan Indonesia
paling banyak dari jenis Gelidium dan Gracilaria.
3) Karagenin, umumnya dalam bentuk garam karena be-
reaksi dengan unsur-unsur Na, Ca, dan K. Secara ki-
mia, karagenin terbagi menjadi fraksi-fraksi kappa-kara-
genin dan iotakaragenin. Jenis ganggang yang meng-
hasilkannya antara lain Chondrus, Gigartina, dan
Euchema, dengan manfaat dan penggunaan sama se-
perti agar-agar dan algin.
Di samping bahan utama yang sudah disebut di atas, rumput
laut dapat menghasilkan bahan lain yang umum dinamakan
eucheman (dari Euchema), funoran (dari Gloiopeltis, Ahn-
feltia, dan sebagainya), nori (dari Phorphyra), kombu (dari
Laminaria), fukoidin (dari Fucus, Laminaria, Macrocystis,
Ascophylum, dan sebagainya) serta fukosterol (dari jenis
yang sama dengan fukodin).
Selain hasil olahan rumput laut yang banyak digunakan di bi-
dang industri, secara langsung rumput laut juga digunakan
sebagai makanan ternak. Di Irlandia, pakan ternak penghasil
daging dan susu menggunakan Rhodymenia, jenis yang se-
cara ekonomi tidak menghasilkan bahan industri. Diban-
dingkan dengan rumput laut hijauan lainnya, rumput laut
mempunyai kandungan nutrien dan gizi lebih sebagai pakan
ternak.
Secara tradisional, penduduk memanen rumput laut di
kawasan pantai berkarang dengan berlari ke tengah laut saat
laut surut. Dengan cepat mereka memilih, mengambil dan
kemudian mengumpulkannya. Begitu air laut pasang, me-
reka lari ke darat menggenggam hasilnya.
Setiap hari bertruk-truk mengangkut rumput laut kering ke
beberapa pabrik agar-agar di Jakarta dan Surabaya. Pe-
mandangan seperti di atas merupakan hal yang umum dite-
mukan sekitar Pameungpeuk (Garut), Surade (Sukabumi)
ataupun pantai berkarang lainnya penghasil rumput laut.
Pantai berkarang yang berair jernih banyak didapatkan di ka-
wasan Indonesia, merupakan tempat sangat baik dan subur
untuk pertumbuhan rumput laut. Menurut catatan Puslitbang
Oseanografi/LIPI, hampir di seluruh kawasan Indonesia
potensial untuk membudidayakan rumput laut ini.
Agar lebih optimal, sejak tahun 1960-an Puslitbang Oseano-
grafi/LIPI maupun Lembaga Penelitian Perikanan Laut/De-
partemen Pertanian serta pembudidayaan rumput laut telah
mengembangkan upaya penanaman rumput laut.
2-14
Di beberapa daerah bahkan sudah terdapat petani rumput
laut berpotensi tinggi seperti di Bali. Sekitar Klungkung ada
petani rumput laut yang pada kegiatan awalnya hanya meng-
usahakan lahan seluas 100 m persegi saja. Tetapi dengan
semakin meningkatnya hasil dan pendapatannya, ia meluas-
kan areal tanamnya jadi 2 ha, dengan keuntungan rata-rata
per bulan lebih dari Rp 10 juta.
Menurut Puslitbang Oseanografi/LIPI, sedikitnya ada 57 jenis
rumput laut bernilai ekonomi di Indonesia, yaitu 16 jenis yang
termasuk ganggang hijau, 9 jenis ganggang coklat, dan 25
jenis ganggang merah. Dari ke-57 jenis tersebut 10 jenis
benar-benar sudah teruji nilainya.
b- Perikanan Laut
Dalam upaya meningkatkan produksi perikanan, baik untuk
kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun ekspor, pengem-
bangan usaha penangkapan ikan merupakan suatu altematif
di samping produksi perikanan melalui budidaya. Upaya
pengelolaan sumberdaya ikan bertujuan dapat dimanfaatkan
secara optimal dan berlangsung terus menerus sehingga
pemanfaatan sumber tidak melebihi daya dukungnya. Salah
satu aspek dalam pengelolaan sumberdaya ikan adalah pe-
ngendalian dan penataan pemanfaatan sumberdaya ikan.
Secara rinci potensi sumberdaya ikan adalah sebagai berikut
diuraikan di bawah ini.
Berdasarkan letak geografis potensi dan jenis sumber-daya
perairan laut daerah bali dengan luas 9.500 km2
(tidak
tennasuk perairan samudera Hindia dan ZEE) dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) wilavah perairan laut yaitu:
1) Perairan Bali bagian utara, meliputi perairan pantai
sepanjang Kabupaten Buleleng dengan luas perairan
3.168 km2
.
2) Perairan Bali bagian timur, meliputi perairan pantai se-
panjang Kabupaten Karangasern, Klungkung, dan Gia-
nvar dengan luas perairan 3.350 km2
.
3) Perairan Bali bagian barat, meliputi perairan Kabupaten
Badung, Tabanan dan Jembrana (perairan selat Bali),
dengan luas perairan 2.982 km2
.
Perikanan laut tidak termasuk perairan Samudera Hindia dan
ZEEI memiliki potensi sumberdaya ikan lestari sebesar
67.335 ton/lahun yang terdiri dari sumber perikanan pelagis
52.787 ton/tahun dan sumber perikanan demersal 14.568
ton/th (belum termasuk potensi udang dan ikan karang). Dari
potensi sumberdaya ikan tersebut, jumlah tangkapan yang
diperbolehkan (JTB) adalah sebesar 53.884 ton/th. Dilihat
2-15
dari produksi ikan laut tahun 1998 sebesar 55.035, 2 ton (se-
lain ikan tuna yang ditangkap di ZEEI), maka pemanfaatan-
nya sudah mencapai 81,70 %. Untuk daerah tertentu dan
sumberdaya ikan tertentu dikhawatirkan terjadi tangkapan
lebih seperti ikan pelagis sedangkan ikan demersal pada
umumnya masih berpeluang besar untuk ditingkatkan pe-
manfaatannya secara lestari.
Pemanfaatan ikan pelagis perlu mendapat perhatian. Untuk
itu telah dilakukan beberapa upaya antara lain adanya SKB
antara Gubernur Jawa Timur dan Gubenur Bali yang mene-
tapkan jumlah purse seine yang boleh beroperasi dan pem-
binaan potensi.
Daerah-daerah penangkapan ikan nelayan-nelayan Bali se-
bagian terbesar berada di luar perairan wilayah Bali di mana
sebelah barat dibatasi selat Bali sedangkan bagian timur ber-
batasan dengan selat Lombok di bagian Utara dibatasi laut
jawa, di bagian selatan dibatasi oleh Samudra Indonesia, hal
ini diakibatkan oleh selain terbatasnya wilayah perairan laut
propinsi ini juga oleh dominan kapal motor dalam struktur
armada penangkapan di PP / PPI.
Dalam wilayah propinsi Bali terdapat operasi bongkar ikan
besar tetapi tidak termasuk dalam wilayah kewenangan Di-
nas Perikanan Provinsi Bali, yaitu kegiatan operasional Peri-
kanan Samudera Besar di Pelabuhan Umum Benoa. Volume
ekspor dan devisa yang diperoleh dan kegiatan ini sangat
besar.
Jenis-jens ikan yang dominan tertangkap di daerah-daerah
penangkapan ikan Pantai Bali dan didaratkan di PP / PPI :
tuna segar, kerapu. lobster, hiu, dan cakalang.
e. Sektor Industri
Tahun 2002 tercatat 5.077 industri kecil/rumah tangga. Meski bisa
memberikan kontribusi Rp 101 miliar pada kegiatan ekonomi tahun
2002, tapi bukan merupakan kegiatan ekonomi andalan dan terbesar.
f. Sektor Pariwisata
1- Objek dan Daya Tarik Wisata
Potensi yang mampu menunjang berkembangnya kepariwisataan
adalah:
a- Tatacara kehidupan masyarakat (way of life), kesucian, upa-
cara agama, adat istiadat yang kesemuanya berlandaskan
ajaran agama hindu.
2-16
b- Keindahan alam, bangunan bersejarah dan arsitektur bali.
c- Sarana dan fasilitas yang memadai sampai bertaraf inter-
nasional.
Daftar ODTW di Kabupaten Klungkung, adalah sebagai berikut :
a- Monumen Puputan Klungkung.
b- Pura Taman Sari.
c- Goa Jepang.
d- Desa Tihingan.
e- Kerta Gosa.
f- Desa Wisata Kamasan.
g- Pantai Kusamba.
h- Kawasan Nusa Penida.
i- Suana.
j- Karang Bolong.
k- Lembongan dan Jungut Batu.
l- Pantai Atuh.
m- Teluk Sebila & Labuan Ampuak.
n- Lila Arsana.
o- Musium Nyoman Gunarsa.
p- Budaga.
Deskripsi beberapa ODTW, adalah sebagai berikut :
a- Monumen Puputan Klungkung
Untuk memperingati Perang Puputan didirikan Monumen
Puputan Klungkung. Monumen berbentuk lingga dan yoni ini
berdiri di atas tanah seluas 123 meter persegi di Kecamatan
Klungkung.
b- Pantai Atuh
Pantai Atuh terletak disebuah teluk yang indah dengan alam
berpasir putih disebelah kirinya dengan menjorok kelaut ter-
dapat Tanjung Juntil dan disebelah kanan (Selatan) men-
jorok Labuan Ampuak berlanjut ketimurnya lagi terletak Gili
Batu Melawang, Gili Batu Padasan, Gili Batu Abah dan Gili
Batu Metegen.
Di ujung Timur Tanjung Juntil dan juga diujung Timur Gili
Padasan terdapat tempat memancing yang sangat idial
karena didepan kedua tanjung tersebut dilewati oleh arus
bolak-balik dari Utara ke Selatan (dan sebaliknya) yang
diikuti oleh rombongan/ Kawanan ikan bersklala ikan besar
dan kecil, terutama setelah dan sebelum Purnama dan bebe-
rapa hari sebelum dan sesudah Tilem atau bulan mati, hari-
hari tersebut merupakan surganya bagi pemancing mania.
2-17
Di sebelah Selatan Labuhan Ampuak terdapat Goa Alam, sa-
rang Burung Walet, komoditi yang sangat langka dan sangat
mahal harganya. Di daratan Lembah Atuh keadaan tanahnya
sangat subur, di sini juga terdapat sebuah Pura Atuh, sebuah
Pura Segara, khusus pemujaan terhadap Dewa Baruna (Pu-
ra Segara) yang piodalannya dilakukan setiap sasih Kedasa
(Bulan Kesepuluh) penanggalan bali (Isaka) di mana masya-
rakat datang dari penjuru Desa dan Banjar Bendem, Desa
Tanglad dan lain-lainnya.
Upacara piodalan dilakukan sehari penuh dengan dipersem-
bahkan berbagai tarian diantaranya tarian baris Jangkang
pelillit sebuah tarian masal yang sangat sakral, tarian yang
menggambarkan para prajurit kerajaan yang siap mengha-
dapi musuh yang datang menyerang, dan sangat langka
yang ada di banjar Pelilit. Agak kedalam terdapat dua sumur
suci yang airnya sangat bening dan murni, air tawar tersebut
mungkin kualitasnya terbaik di seluruh kawasan Nusa Peni-
da.
Akses menuju Pantai Atuh dapat dicapai melalui dua arah
yaitu dari banjar Pelilit (20 Km dari pelabuhan boot buyuk)
dan dilanjutkan dengan jalan tanah kurang lebih 2 Km dan
yang satunya dari Banjar Kelodan (17 Km dari Buyuk)
dilanjutkan dengan kurang lebih 5 Km jalan tanah.
c- Lembongan dan Jungut Batu
Pantai Lembongan yang berpasir Putih dengan karang lau-
tnya yang indah juga terdapat berjenis-jenis ikan yang hidup
di dalamnya. Merupakan panorama pemandangan bawah
laut yang indah Dari pantai ini dapat disaksikan peman-
dangan Matahari terbenam di ufuk Barat. Antara Nusa Lem-
bongan dan Nusa Ceningan terdapat jembatan di atas laut
yang menghubungkan kedua pulau itu. Di Nusa Ceningan
terdapat goa-goa tempat bersarangnya burung walet.
d- Kompleks Bekas Kerajaan Klungkung
Tidak jauh dari obyek wisata sejarah ini, terdapat kompleks
bekas Kerajaan Klungkung. Kawasan wisata yang terdiri atas
Kerta Ghosa, Taman Gili, dan Pemedal Agung ini juga ramai
dikunjungi wisatawan. Tahun 2002 jumlah wisatawan men-
capai 54.000 orang, lebih banyak dari obyek-obyek wisata
yang lain. Namun, retribusi yang dipungut dari pariwisata
menyumbang sekitar 12 persen dari total retribusi. Begitu
juga dengan jasa hiburan dan rekreasi yang memberi kontri-
busi kegiatan ekonomi 2002 sebesar Rp 2,1 miliar.
2-18
e- Desa Wisata Kamasan
Obyek wisata di Kecamatan Klungkung tidak hanya wisata
sejarah. Empat kilometer arah selatan dari Kota Semarapura
terdapat desa wisata Kamasan. Desa yang ada sejak zaman
Dinasti Gelgel ini merupakan desa yang hampir seluruh
penduduknya berprofesi seniman lukisan kamasan. Dulu
memang penduduk Kamasan bermata pencarian petani.
Namun sejak Gunung Agung meletus tahun 1963, mereka
beralih profesi menjadi seniman. Tidak hanya kerajinan
lukisan yang dihasilkan, tapi juga kerajinan perak, emas,
kuningan, dan selongsong peluru.
f- Industri Kerajinan Gong, Gamelan, Kerajinan Barang-Barang Untuk
Upacara Keagamaan
Terdapat industri kerajinan gong dan gamelan di Desa Ti-
hingan dan kerajinan barang-barang untuk upacara keaga-
maan di Desa Budaga. Memang sebagian besar industri
pengolahan yang ada masih berskala kecil atau rumah
tangga.
g- Pantai Kusamba
Pantai Kusamba merupakan obyek wisata yang sangat
menarik untuk dikunjungi, terletak sekitar 7 km ke arah timur
dari kota Semarapura. Di samping itu, pantai ini merupakan
pantai nelayan dan juga tempat pembuatan garam secara
tradisional. Kita dapat menyaksikan setiap hari para nelayan
yang sedang melaut mencari ikan maupun petani garam
yang sedang membuat garam di pinggir pantai.
Sampan nelayan berderet di pinggir pantai di bawah pohon
nyiur, begitu pula pondok-pondok pembuatan garam berjejer
di sepanjang pantai, menimbulkan pemandangan yang
benar-benar menarik bagi mereka yang berkunjung ke pantai
tersebut. Bagi wisatawan yang sedang berkunjung ke Bali,
obyek wisata ini sangat ideal untuk dipilih sebagai salah satu
tujuan wisata.
2- Usaha Jasa Pariwisata
Mengenai fasilitas hotel tersedia sebanyak 7.289 kamar dengan
tempat tidur berjumlah 12.896 tempat tidur. Dari 220 hotel yang 21
buah termasuk hotel berbintang dengan jumlah kamarnya 2.988
serta 5.159 tempat tidur, sedangkan jumlah kamar hotel non
bintang yang tersedia adalah 4.301 kamar dengan tempat tidur
sebanyak 7.737 tempat tidur.
2-19
3- Wisatawan
Jumlah Wisatawan Manca Negara yang datang lewat Interport
Ngurah Rai dan Pelabuhan Laut Padang Bai dan Benoa tahun
2002 berjumlah 1.278.789 orang, sedangkan yang datang ke kota
Denpasar sebanyak 1.281.842 orang. Wisatawan domestik/nu-
santara datangnya baru bisa dipantau dari laporan bulanan peng-
usaha hotel atas tahun-tahun yang menginap di hotelnya masing-
masing.
Dewasa ini frekwensi arus lalu lintas angkutan orang maupun
barang dirasakan makin meningkat, hal ini merupakan hasil dari
tersedianya fasilitas perhubungan secara memadai sebagai faktor
penunjang kelancaran kehidupan ekonomi.
7. Transportasi
a. Perhubungan Darat
Prasarana dan sarana transportasi darat di propinsi Bali telah menga-
lami perkembangan yang begitu pesat sejak tahun 1990/1991. Hal ini
ditandai dengan peiungkatan dan status jalan yang sudah ada baik
kualitas konstruksi maupun kualitas dan tingkat pelayanannya. Jaringan
transportasi darat di propinsi Bali terdiri dari :
1- Jalan Arteri Primer : Gilimanuk - Denpasar - Padangbai.
2- Jalan Kolektor Primer, meliputi :
 Ruas Gilimanuk - Singaraja - Amiapura – Padangbai.
 Ruas Siririt - Pupuan – Antosari.
 Ruas Singaraja - Bedugul - Beringkit (Mengwi).
 Ruas Kubutambahan - Kintamani - Bangli - Sidan (Gianyar).
 Ruas Beringkit - Batuan (Gianyar).
 Ruas Soka (Tabanan) - Tanah Lot – Kuta.
3- Jaringan transportasi danau : Kedisan - Trunyan (Danau Batur)
bersifat lokal.
4- Jaringan transportasi penyeberangan : berfungsi sebagai angkut-
an penumpang, pariwisata dan nelayan, meliputi :
 Gilimanuk – Ketapang.
 Padangbai – Lembar.
 Kusamba - Buyuk (penyeberangan lokal).
b. Perhubungan Laut
Berkembangnya teknologi bidang penangkapan ikan berdampak makin
berkembangnya armada penangkapan ikan dengan teknologi maju
yang mampu mencapai daeiah penangkpan di perairan ZEEI. Usaha
penangkapan ikan dengan menggunakan teknologi maju pelaksanaan-
nya masih terbatas pada perusahaan-penisahaan perikanan dan belum
mampu dijangkau oleh nelayan kecil. Hal ini disebabkan karena masih
terbatasnya permodalan yang dimiliki oleh nelayan kecil, rendahnya
2-20
pengetahuan dan ketrampilan nelayan kecil sehingga belum dapat
menguasai teknologi di bidang penangkapan.
Dalam tahun 1998 perkembangan armada penangkapan ikan di daerah
bali cukup menggembirakan yakni terjadi peningkatan baik dan segi
kuantitas maupun kualitas. Namun demikian bila diperhatikan penang-
kapan ikan skala kecil/ perikanan rakyat masih mendominasi kegiatan
penangkapan ikan di bali yakni sebanyak 12.892 unit (95,02%) terdiri
dari perahu tanpa motor dan perahu motor tempel, sedangkan armada
penangkapan ikan skala menengah/besar hanya 676 unit (4,98%) dari
total armada yang ada.
Di Propinsi Bali terdapat potensi besar sebagai terminal ekspor peri-
kanan dan produk perikanan karena adanya infrastruktur transportasi
yang sangat lengkap dan baik. Dalam kawasan Pelabuhan Umum
Benoa terdapat aktifitas perikanan samudera terbesar di Indonesia. Di
sini terkonsentrasi industri pengolahan ikan tangkapan berorientasi
eksport dengan volume mencapai 200.000 ton/tahun yang sebagian
besar diekspor dalain bentuk ikan beku.
Kapal ikan yang beroperasi dan wilayah ini juga cukupbanyak dan ber-
tonase besar, hal ini dapat diperiksa dari SPI (Surat ljin Penangkapan
Ikan yang dikeluarkan untuk perusahaan yang berpangkalan di Benoa
sebanyak 21 perusahaan dengan masing-masing memiliki 3 sampai 89
kapal atau total mencapai 455 kapal. Keseluruhan kapal ini berbendera
Rl dengan status ada yang milik sendiri, KSO/charter, dan ada yang
dari keagenan. Ukuran isi kotor (GT) kapal bervariasi dari 6 GT hingga
157 GT. Adanya desakan kebutuhan tambahan dermaga bongkar ikan,
mendorong para pengusaha setempat bekerja sania dengan pihak
Kantor cabang Pelabuhan Umum Benoa membangun dermaga
perikanan untuk digunakan umum.
Pertumbuhan industri perikanan yang cukup besar dan prospektif ini
perlu meridapat perhatian, terutama dalam kontribusinya kepada pere-
konomian lokal. maupun Indonesia. Hal yang perlu diperhatikan adalah
adanya "take and give" yang seimbang antara pihak perusahaan de-
ngan kepentingan negara.
8. Pembiayaan Pembangunan Daerah
a. Kebijaksanaan pembiayaan pembangunan diusahakan bersumber dari
sektor pemerintah dan swasta/dunia usaha. Pembiayaan pembangunan
dari sektor pemerintah yang sumbernya dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD) akan terus ditingkatkan. Kegiatan-kegiatan pembangunan yang
strategis dan yang mempunyai dampak nasional diusahakan pendana-
annya dari Pemerintah Pusat. Sumber dana dari bantuan luar negeri
atau pinjaman luar negeri masih dibutuhkan sebagai sumber pembia-
yaan terutama untuk mempercepat pembenahan akibat krisis berke-
panjangan.
2-21
b. Peningkatan pendapatan daerah melalui penggalian sumber-sumber
Pendapatan Asli Daerah di samping sumber-sumber lainnya dengan
meningkatkan efisiensi pengumpulan dan pengeloannya agar lebih ter-
arah dan terkendali serta meningkatkan pengawasannya dengan ber-
pedoman pada peraturan-undangan yang berlaku.
c. Meningkatkan peranan perbankan dan lembaga keuangan lainnya di
dalam pembiayaan pembangunan daerah agar makin mampu menam-
pung, menyalurkan aspirasi dan minat masyarakat untuk berperan aktif
dalam pembangunan.
d. Menciptakan iklim usaha yang sehat untuk kelancaran berusaha de-
ngan maksud untuk meningkatkan peran serta masyarakat dan swas-
ta/dunia usaha dalam pembangunan.
9. Kebijakan Pembangunan
a. Pengembangan Perikanan
Kebijaksanaan pembangunan perikanan Bali mempunyai visi dan misi
bahwa pembangunan perikanan merupakan usaha pembangunan
ekonomi rakyat menempati urutan prioritas dan akan dikembangkan
melaui sistem kelembagaan yang mengakar dari kekuatan ekonomi
lakyat. Pembangunan perikanan yang berkelanjutan pada dasarnya
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani/nelayan Bali pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya. Sejalan dengan maksud
dan tujuan perikanan Bali adalah "Perikanan Modern, Tangguh dan
Efisien" dengan misi sebagai berikut :
1- Memberdayakan petani/nelayan tradisional masyarakat perikanan
yang mandiri, maju, sejahtera dan berkualitas.
2- Peningkatan gizi masyarakat melalui pemantapan konsumsi hasil
perikanan.
3- Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan secara optimal
dan berkelanjutan.
4- Menerapkan dan mengembangkan teknologi spesifik lokasi.
5- Mengembangkan dan melaksanakan diversifikasi usaha.
Tujuan Pembangunan Perikanan Bali adalah :
1- Memberdayakan petani/nelayan dan meningkatkan kualitas sum-
berdaya manusia perikanan.
2- Meningkatkan pemasaran dan perbaikan disytribusi untuk meman-
tapkan gizi masyarakat.
3- Meningkatkan produksi, produktivitas, hasil olahan, mutu produk,
daya saing dan ekpor hasil perikanan.
4- Meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani/nelayan melalui
peningkatan produktivitas dan pendapatan.
5- Mengembangkan ekonomi dan memperluas kesempatan usaha
produktif di pedesaan.
6- Meningkatkan kemampuan kelembagaan perikanan.
2-22
Langkah operasional yang penting untuk ditempuh dalam rangka men-
capai tujuan pembangunan perikanan tersebut adalah sebagai berikut :
1- Pengelolaan sumberdaya perikanan adalah berpedoman pada
upaya pemanfaatan secara optimal dan rasional sekaligus mem-
pertahankan kelestarian sumber dan lingkungan. Peningkatan pro-
duksi ikan ekonomis penting untuk pemenuhan kebutuhan dasar
dan peningkatan pendapatan petani nelayan yang ditunjang pe-
ningkatan upaya (effort) dan prasarana (infrastruktur) harus meng-
acu pada cara penangkapan yang berwawasan lingkungan.
2- Pengambangan usaha penangkapan ikan tetap diarahkan pada
perairan yang belum padat pengusahaannya, namun sumber daya
ikannya masih cukup potensial, disamping pengembangan pe-
nangkapan ikan lepas pantai dan samudera/ ZEE. Pemanfatan
sumberdaya perikanan demersal yang selama ini belum diusaha-
kan dengan optimal terus diupayakan peningkatannnya. Selain itu
usaha-usaha diversifikasi penangkapan ikan terus diupayakan
serta disesuaikan dengan musim, jenis dan potensi sumbernya.
3- Di bidang budidaya laut khususnya rumput laut, usaha ekstensi-
fikasi sekaligus dengan peningkatan intensifikasi terus dilanjutkan
dan diupayakan peningkatannya, disamping diversifikasi komodi-
tas budidaya laut selain rumput laut. Untuk menunjang pengem-
bangan budidaya laut ini poerlu didukung dengan penetapan areal
untuk menghindari terjadinya benturan kepentingan antar kegiatan
sektor, sehingga ada jaminan dan kepastian hukum bagi petani
atau swasta lainnya dalain pengusahaan budidaya laut.
4- Pengembangan budidaya udang tambak akan terus diupayakan
penigkatannya melalui ektensifikasi, intensifikasi dengan tetap
memperhatikan daya dukung lahan, serta diversifikasi untuk jenis
komoditas lainnya seperti kakap putih, kepiting dan lainnya.
Pengembangan tambak diupayakan melalui peningkatan peran
serta sektor swasta, disamping juga melalui program INTAM dan
Swadaya masyarakat Untuk mendukung pengembangan tambak
ini, prasarana saluran irigasi perlu ditingkatkan baik kualitas
maupun kuantitas serta perlu adanya penataan kawasan tambak.
5- Selanjutnya pengembangan budidaya ikan air tawar terutama
akan diarahkan untuk penyediaan ikan konsumsi bagi konsumen
lokal dan pariwisata. Pengambangan budidaya ikan air tawar ini
dilaksanakan melalui intensifikasi (INMINDI) dan diversifikasi.
Upaya pengembangan minapadi ditingkatkan dan dan dikaitkan
dengan pengembangan budidaya jaring apung dikembangkan,
disamping peningkatan restocking melalui penebaran ikan untuk
mendukung upaya pelestarian sumber di perairan umum yang
meliputi sungai, waduk dan danau.
2-23
Sehubungan dengan akan diberlakukannya otonomi daerah, maka per-
lu dipersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan kewenangan antara pro-
vinsi dan Kabupaten / Kota. Sebagian besar daerah baik provinsi mau-
pun Kabupaten - Kota, sama-sama mendukung penuh adanya pember-
lakuan Undang-undang, baik UU No, 22 tahun 99 tentang Pemerin-tah Dae-
rah maupun UU No. 25 tahun 99 tentang Perimbangan Keuangan an-tara Pe-
merintah Pusat dan Daerah, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan
PPI. Bahkan beberapa hal berikut ini disarankan untuk dipertimbangkan
dalam pelaksanaan pembagian kewenangan pengelolahan, diantaranya
PPI yang dibangun oleh dana APBN dan sudah ke Provinsi diserahkan
ke Kabupaten / Kota, PPI yang dibangun Oleh APBD Provinsi diserah-
kan ke Pemerintah Provinsi, perlu adanya peninjauan ulang dalam hal
pembagian Retribusi pelaksanaan lelang antara Provinsi, Kabupaten/
Kota dan PUSKUD.
Dari dua unit PPI/TPI yang telah berfungsi tersebut di atas satu unit di
antaranya fasilitasnya terus ditingkatkan yaitu dan Pangkalan Pendaran
lkan menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai. Pangkalan pendaratan ikan
(PPI) Pengambengan mempunyai peranan yang penting untuk menun-
jang dan memperiancar kegiatan perikanan yang memanfaatkannya
yaitu nelayan yang beroperasi di selat Bali dan menampung kegiatan
nelayan dan PPI/TPI Kedonganan di Kabupaten Badung. Selain dan itu
juga PPI/TPI Pengambengan menunjang kegiatan agribisnis yang men-
jadi pendekatan pembangunan sektor perikanan yang sudah berkem-
bang di PPI/TPI Pengambengan dan sekitarnya. Adapun fasilitas-fasi-
litas yang telah dibangun di PPI/TPI Pengambengan sampai pada ta-
hun 1998 jauh berbeda dengan tahun 1997. Selain prasarana penang-
kapan ikan juga prasarana pasca panen memegang peranan penting,
untuk menangani agar ikan tetap segar sampai pada konsumen akhir.
b. Pengembangan Pariwisata
Pengembangan kepariwisataan diarahkan guna mewujudkan Bali se-
bagai obyek pariwisata budaya. Sumber utama dan titik berat kepariwi-
sataan bertumpu pada kebudayaan yang dijiwai oleh agama Hindu ser-
ta keindahan alam. Kepariwisataan tidak terbatas pada usaha kerajinan
tangan, pertanian dan budaya serta kesenian tetapi justru merupakan
usaha komplementer yang sangat komplek dan menyeluruh, baik
dalam bentuk pelayanan, seperti : Akomodasi dan transportasi serta
pelayanan jasa-jasa lainnya.
Langkah-langkah guna menunjang usaha kepariwisataan antara lain
melalui pengembangan obyek wisata serta kegiatan produksi barang
kerajinan untuk cinderamata, di samping tetap menjaga stabilitas
keamanan dan kelestarian lingkungan hidup.
Berdasarkan Perda Provinsi Tingkat I Bali No.14 tahun 1989 sebagian
urusan Pemerintahan di bidang Kepariwisataan telah diserahkan kepa-
da kabupaten./kota yang meliputi:
2-24
1- Urusan Obyek Wisata, sepanjang yang tidak menjadi urusan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Tingkat I Bali.
2- Urusan Usaha Rekreasi dan hiburan Umum kecuali disco dan
rekreasi air.
3- Urusan perkemahan dan Mandala Wisata.
4- Urusan Promosi di dalam Wilayah.
c. Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia
1- GEF/UNDP/IMO Regional Programme
GEF/UNDP/IMO Regional Programme adalah suatu program ker-
jasama manajemen lingkungan dengan fokus kepada pengelolaan
lingkungan wilayah pesisir dan laut di Asia Timur antara 11 nega-
ra, yaitu : Brunei Darusalam, Cambodia, China, Korea Utara, Indo-
nesia, Malaysia, Philippines, Korea Selatan, Singapore, Thailand
dan Vietnam.
Executing Agency untuk program tersebut adalah International
Maritime Organization (IMO), dimulai pada tahun 1999 dengan
dua pilot project, yaitu di Xianmen (Republic Rakyat China) dan di
Batangas (Philippines). Saat ini PEMSEA Program mengem-
bangkan 6 National ICM Demonstration Site : Bali-Indonesia,
Sihanoukville-Cambodia, Nampo-Korea Utara, Selangor-Malaysia,
Chonburi-Thailand dan Danang-Vietnam. Untuk pelaksanaan ICM
Demonstration Site di Bali, meliputi 4 kabupaten yaitu Badung,
Gianyar, Klungkung, Karangasem dan 1 kota Denpasar, yang telah
dimulai pada tanggal 8 September 2000 sampai dengan tahun
2004 (5 tahun).
Status pelaksanaan ICM di Bali sampai dengan Pebruari 2002
adalah :
a- Penyediaan data dan informasi untuk mendukung proses
perencanaan program pengelolaan pesisir dan laut.
b- Pembentukan Project Management Office (PMO) dan Project
Coordinating Committee (PCC) pada tingkat lokal (Bali),
telah selesai dilakukan.
c- Profil Lingkungan 4 kabupaten : Badung, Gianyar, Klung-
kung, Karangasem dan Kota Denpasar.
d- Strategi Pengelolaan Lingkungan untuk Bali Tenggara.
Dalam PEMSEA dimungkinkan adanya pararel site, saat ini ada 2
Pararel Site yang telah ditetapkan adalah : Bataan-Phlippines
(MOU 10 Pebruari 2000) dan Shiwa-Korea Selatan (MOU 15
Maret 2001). Di samping itu terdapat 3 Lokasi Subregional Sea
Area / Pollution Hot Spot, yaitu :
Bohai Sea China (MOU 23 Juli 2000), Manila Bay Philippines
(MOU 8 Januari 2001) dan Gulf of Thailand (MOU sedang disiap-
2-25
kan). Terbuka kemungkinan untuk Indonesia mengusulkan lokasi
"hot spot", yaitu : Teluk Benoa dan lokasi pararel site : Sukabumi.
Mengingat adanya kemungkinan untuk penerapan model penge-
lolaan ICM Bali di lokasi lain (pararel site) dengan penyesuaian
kondisi setempat, maka terbuka kemungkinan Indonesia mengu-
sulkan "pararel site PEMSEA ICM" :
Syarat pengusulan pararel site adalah :
a- Kesiapan daerah (institusi, sumberdaya manusia, penda-
naan.
b- Secara resmi diajukan oleh National Focal Point kepada Re-
gional Programme Director PEMSEA
c- Mengadopsi ICZM Management Plan yang telah dikem-
bangkan di lokasi ICM Demonstration Site yang disesuaikan
dengan kondisi setempat.
Dengan memperhatikan potensi pesisir dan laut Kabupaten
Sukabumi dan sebagai tindak lanjut MOU antara Menteri Negara
Lingkungan Hidup / Kepala Bapedal dengan Bupati Sukabumi
yang telah ditandatangani pada tanggal 12 Juli 2001 dengan
mengadopsi Program Pantai dan Laut Lestari, maka diusulkan
Kabupaten Sukabumi menjadi PEMSEA GEF/UNDP/IMO Pararel
Site.
2- Proses Integrated Coastal Management (ICM) Bali Demonstration Site
a- Tahap Persiapan
Membangun mekanisme pengelolaan proyek, meliputi kan-
tor, fasilitas pendukung, staffing, klarifikasi keterkaitan kerja
PMO dengan pemerintah daerah (4 kabupaten dan 1 kota),
pelatihan staf dan anggaran.
b- Tahap Inisiasi
Penyiapan profil lingkungan (4 kabupaten dan 1 kota :
identifikasi potensi, permasalahan lingkungan), membangun
visi-misi, membangun rencana komunikasi dengan stake-
holders.
c- Tahap Pengembangan
Menyiapkan Strategi Dasar Pengelolaan Pesisir (ICM) Bali
Tenggara.
d- Tahap Adopsi
Ddopsi ICM Bali Tenggara oleh pemerintah 4 kabupaten dan
2-26
1 kota, sosialisasi ICM Bali Tenggara kepada seluruh stake-
holders.
e- Tahap Implementasi
Pelaksanaan strategi ICM Bali Tenggara di 4 kabupaten dan
1 kota.
f- Tahap Penyempurnaan dan Konsolidasi
Penyempurnaan terhadap ICM Bali Tenggaraberdasarkan
implementasi lapangan dan pengembangan ICM Bali Teng-
gara ke daerah-daerah lain disesuaikan dengan kondisi se-
tempat.
PEMSEA Demonstration Site Bali sampai dengan bulan Pebruari 2002,
telah menyelesaikan tahap persiapan, tahap inisiasi dan tahap
pengembangan, direncanakan pada saat PEMSEA Side Event di Bali
tanggal 2 Juni 2002, akan masuk pada tahap adopsi, dan direncanakan
pada akhir tahun 2004 akan sampai pada tahap penyempurnaan dan
konsolidasi. Bersamaan dengan Acara Fourth Meeting of the Prepatory
Committee for the World Summit on Sustainable Development, di Bali
pada tanggal 27 Mei - 7 Juni 2002, telah diselenggarakan Pararel Event
atas kerjasama antara Kementerian Lingkungan Hidup, Pemerintah
Provinsi Bali, GEF dan PEMSEA, di Pantai Sanur pada tanggal 2 Juni
2002.
Dalam acara tersebut dihadiri oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup,
Wakil Gubernur Bali, Ketua DPRD Prop Bali, Kepala-kepala Daerah
Kabupaten/Kota serta DPRD Kabupaten/kota se Bali, daerah-daerah
lain di luar Bali seperti DKI Jakarta, Sukabumi, Kalimantan Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Makassar, Sulawesi Utara dll serta undangan dari
Delegasi Prepcom4.
Acara utama dalam Pararel Event tersebut adalah :
a- Penandatanganan Deklarasi Bali "Strategi Pengelolaan Pesisir
dan Laut Wilayah Bali" oleh Bupati/Walikota dan Ketua DPRD se-
Bali, Gubernur dan Ketua DPRD Provinsi serta Menteri Negara
Lingkungan Hidup.
b- Penandatanganan "Strategi Pengelolaan Pesisir Wilayah Bali
Tenggara" oleh daerah-daerah yang melaksanakan Program
PEMSEA, yaitu : Kabupaten Badung, Gianyar, Klungkung, Ka-
rangasem dan Kota Denpasar serta Gubernur Bali.
c- Laporan Pelaksanaan kegiatan ICM Demonstration Site di Bali,
meliputi 4 kabupaten yaitu Badung, Gianyar, Klungkung, Karanga-
sem dan 1 kota Denpasar, yang telah dimulai pada tanggal 8 Sep-
tember 2000, direncanakan sampai dengan tahun 2004 (5 tahun),
yang dikoordinasikan oleh Bapedalda Provinsi Bali.
2-27
Diharapkan dengan ditandatanganinya Deklarasi Bali mengenai "Stra-
tegi Pengelolaan Pesisir dan Laut Wilayah Bali", maka Kabupaten Bule-
leng, Jembrana, Tabanan dan Bangli dapat segera mengikuti "langkah-
langkah" pengelolaan wilayah pesisir dan laut yang telah dirintis oleh
Kabupaten Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem dan Kota Den-
pasar, yaitu :
a- Tahap Persiapan : membangun mekanisme pengelolaan di kabu-
paten/kota yang bersangkutan, meliputi kantor, fasilitas pendu-
kung, staffing, klarifikasi keterkaitan kerja antar stakeholders, pela-
tihan staf dan anggaran.
b- Tahap Inisiasi : penyiapan profil lingkungan yang meliputi iden-
tifikasi potensi, permasalahan lingkungan, membangun visi-misi,
membangun rencana komunikasi dengan stakeholders di masing-
masing kabupaten.
c- Tahap Pengembangan : menyiapkan Strategi Dasar Pengelolaan
Pesisir (ICM) di masingmasing kabupaten.
d- Tahap Adopsi : adopsi ICM Bali Tenggara oleh pemerintah Kabu-
paten Buleleng, Jembrana, Tabanan dan Bangli serta sosialisasi
ICM tersebut kepada seluruh stakeholders.
e- Tahap Implementasi : pelaksanaan strategi ICM di Kabupaten Bule-
leng, Jembrana,Tabanan dan Bangli.
f- Tahap Penyempurnaan dan Konsolidasi : penyempurnaan terhadap
ICM berdasarkan implementasi lapangan dan pengembangan ICM
di masing-masing daerah.
Bersamaan dengan Acara Pararel Event, dibahas rencana Pararel Site
untuk Kabupaten Sukabumi. Dengan memperhatikan potensi pesisir
dan laut Kabupaten Sukabumi dan sebagai tindak lanjut MOU antara
Menteri Negara Lingkungan Hidup / Kepala Bapedal dengan Bupati
Sukabumi yang telah ditandatangani pada tanggal 12 Juli 2001 dengan
mengadopsi Program Pantai dan Laut Lestari serta telah dipenuhinya
persyaratan :
a- kesiapan daerah (institusi, sumberdaya manusia, pendanaan)
b- secara resmi diajukan oleh National Focal Point kepada Regional
Programme Director PEMSEA
c- mengadopsi ICZM Management Plan yang telah dikembangkan di
lokasi ICM Demonstration Site yang disesuaikan dengan kondisi
setempat, maka oleh pihak PEMSEA Coordinator Program,
Kabupaten Sukabumi layak menjadi PEMSEA GEF/UNDP/IMO
Pararel Site. Untuk itu direncanakan Tim Evaluasi Persiapan
Pararel Site PEMSEA Management Office
Manila akan mengadakan kunjungan dan pertemuan dengan seluruh
stakeholders di Kabupaten Sukabumi, pada bulan Juli-Agustus 2002
dan diharapkan penandatanganan MOU antara Bupati Sukabumi de-
ngan PEMSEA Coordinator Program akan dapat dilakukan pada bulan
Oktober 2002.
2-28

Contenu connexe

Tendances

Analisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahanAnalisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahanibram77
 
Teori Lokasi dan Analisis Pola Ruang
Teori Lokasi dan Analisis Pola RuangTeori Lokasi dan Analisis Pola Ruang
Teori Lokasi dan Analisis Pola RuangSally Indah N
 
Analisis potensi wilayah daerah
Analisis potensi wilayah daerahAnalisis potensi wilayah daerah
Analisis potensi wilayah daerahM Putra
 
Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...
Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...
Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...Nur Hilaliyah
 
Bab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanBab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanmuhfidzilla
 
Penataan Kota Surakarta
Penataan Kota SurakartaPenataan Kota Surakarta
Penataan Kota Surakartaenconika
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Roadmap for Mangrove Management
Roadmap for Mangrove ManagementRoadmap for Mangrove Management
Roadmap for Mangrove ManagementCIFOR-ICRAF
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa TimurPenataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ProvinsiPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ProvinsiPenataan Ruang
 
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRsuningterusberkarya
 
Development from below (riska)
Development from below (riska)Development from below (riska)
Development from below (riska)Rischa Ristiyana
 
Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah  Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah Hafida Siti
 
Bab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang KotaBab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang KotaLatifah Tio
 
Konsep Pembangunan Kawasan Perdesaan
Konsep Pembangunan Kawasan PerdesaanKonsep Pembangunan Kawasan Perdesaan
Konsep Pembangunan Kawasan PerdesaanAulia Arif
 
Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan
Penyusunan Indikator Kinerja PembangunanPenyusunan Indikator Kinerja Pembangunan
Penyusunan Indikator Kinerja PembangunanDadang Solihin
 

Tendances (20)

Analisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahanAnalisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahan
 
Pedoman RTRW Segala Aspek
Pedoman RTRW Segala AspekPedoman RTRW Segala Aspek
Pedoman RTRW Segala Aspek
 
Teori Lokasi dan Analisis Pola Ruang
Teori Lokasi dan Analisis Pola RuangTeori Lokasi dan Analisis Pola Ruang
Teori Lokasi dan Analisis Pola Ruang
 
Analisis potensi wilayah daerah
Analisis potensi wilayah daerahAnalisis potensi wilayah daerah
Analisis potensi wilayah daerah
 
Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...
Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...
Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...
 
6. struktur internal kota1
6. struktur internal kota16. struktur internal kota1
6. struktur internal kota1
 
Bab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanBab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluan
 
Penataan Kota Surakarta
Penataan Kota SurakartaPenataan Kota Surakarta
Penataan Kota Surakarta
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Pengelolaan das
Pengelolaan dasPengelolaan das
Pengelolaan das
 
Roadmap for Mangrove Management
Roadmap for Mangrove ManagementRoadmap for Mangrove Management
Roadmap for Mangrove Management
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ProvinsiPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
 
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 01 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
 
Development from below (riska)
Development from below (riska)Development from below (riska)
Development from below (riska)
 
Review RTRW kota semarang
Review RTRW kota semarangReview RTRW kota semarang
Review RTRW kota semarang
 
Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah  Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah
 
Bab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang KotaBab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang Kota
 
Konsep Pembangunan Kawasan Perdesaan
Konsep Pembangunan Kawasan PerdesaanKonsep Pembangunan Kawasan Perdesaan
Konsep Pembangunan Kawasan Perdesaan
 
Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan
Penyusunan Indikator Kinerja PembangunanPenyusunan Indikator Kinerja Pembangunan
Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan
 

Similaire à Gambaran Wilayah Kabupaten Klungkung

Daerah perbatasan Ekologi kelas B kelompok 4
Daerah perbatasan Ekologi kelas B kelompok 4Daerah perbatasan Ekologi kelas B kelompok 4
Daerah perbatasan Ekologi kelas B kelompok 4Nova Amania
 
Kebudayaan bali
Kebudayaan baliKebudayaan bali
Kebudayaan baliomcivics
 
Potensi alam di sulawesi utara
Potensi alam di sulawesi utaraPotensi alam di sulawesi utara
Potensi alam di sulawesi utaraEko Tri Budiyanto
 
THONGIN FANGIN THJITJHONG UNGKAPAN PEMERSATU TIONGHOA DAN MELAYU BANGKA.docx
THONGIN FANGIN THJITJHONG UNGKAPAN PEMERSATU TIONGHOA DAN MELAYU BANGKA.docxTHONGIN FANGIN THJITJHONG UNGKAPAN PEMERSATU TIONGHOA DAN MELAYU BANGKA.docx
THONGIN FANGIN THJITJHONG UNGKAPAN PEMERSATU TIONGHOA DAN MELAYU BANGKA.docxrigoibnhamzah
 
Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga
Makalah Gunung Galunggung dan Kampung NagaMakalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga
Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Nagarobygeographer
 
Sosial budaya provinsi bangka belitung
Sosial budaya provinsi bangka belitungSosial budaya provinsi bangka belitung
Sosial budaya provinsi bangka belitungPuji Widodo
 
Profil KOTAKU Kabupaten Tulungagung
Profil KOTAKU Kabupaten TulungagungProfil KOTAKU Kabupaten Tulungagung
Profil KOTAKU Kabupaten Tulungagungkomunikasiosp
 
IPS - IX - Asia Tenggara - Brunei Darussalam
IPS - IX - Asia Tenggara - Brunei DarussalamIPS - IX - Asia Tenggara - Brunei Darussalam
IPS - IX - Asia Tenggara - Brunei DarussalamRatih Juniarti Maulida
 
Profil Kewilayahan Waduk Batu Tegi
Profil Kewilayahan Waduk Batu TegiProfil Kewilayahan Waduk Batu Tegi
Profil Kewilayahan Waduk Batu TegiFitri Indra Wardhono
 
PROVINSI SUMATERA BARAT
PROVINSI SUMATERA BARAT PROVINSI SUMATERA BARAT
PROVINSI SUMATERA BARAT Annisa Monitha
 
Laporan BPAD RIAU Tahun 2012 Rokan Hulu
Laporan BPAD RIAU Tahun 2012 Rokan HuluLaporan BPAD RIAU Tahun 2012 Rokan Hulu
Laporan BPAD RIAU Tahun 2012 Rokan HuluNasruddin Asnah
 
Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan
Studi Pelayanan Keagamaan di PerbatasanStudi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan
Studi Pelayanan Keagamaan di PerbatasanWahidah Bulan
 
Agustinus kastanya bahan presentase semnas apiki 2016 menara peninsula
Agustinus kastanya bahan presentase semnas apiki 2016 menara peninsulaAgustinus kastanya bahan presentase semnas apiki 2016 menara peninsula
Agustinus kastanya bahan presentase semnas apiki 2016 menara peninsulaAgus kastanya
 

Similaire à Gambaran Wilayah Kabupaten Klungkung (20)

Sejarah bengkulu
Sejarah bengkuluSejarah bengkulu
Sejarah bengkulu
 
Bali.pptx
Bali.pptxBali.pptx
Bali.pptx
 
Bali.pptx
Bali.pptxBali.pptx
Bali.pptx
 
Kliping NTB
Kliping NTBKliping NTB
Kliping NTB
 
Daerah perbatasan Ekologi kelas B kelompok 4
Daerah perbatasan Ekologi kelas B kelompok 4Daerah perbatasan Ekologi kelas B kelompok 4
Daerah perbatasan Ekologi kelas B kelompok 4
 
Kebudayaan bali
Kebudayaan baliKebudayaan bali
Kebudayaan bali
 
Potensi alam di sulawesi utara
Potensi alam di sulawesi utaraPotensi alam di sulawesi utara
Potensi alam di sulawesi utara
 
THONGIN FANGIN THJITJHONG UNGKAPAN PEMERSATU TIONGHOA DAN MELAYU BANGKA.docx
THONGIN FANGIN THJITJHONG UNGKAPAN PEMERSATU TIONGHOA DAN MELAYU BANGKA.docxTHONGIN FANGIN THJITJHONG UNGKAPAN PEMERSATU TIONGHOA DAN MELAYU BANGKA.docx
THONGIN FANGIN THJITJHONG UNGKAPAN PEMERSATU TIONGHOA DAN MELAYU BANGKA.docx
 
Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga
Makalah Gunung Galunggung dan Kampung NagaMakalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga
Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga
 
Suku melayu
Suku melayuSuku melayu
Suku melayu
 
Sejarah buton utara
Sejarah buton utaraSejarah buton utara
Sejarah buton utara
 
Sosial budaya provinsi bangka belitung
Sosial budaya provinsi bangka belitungSosial budaya provinsi bangka belitung
Sosial budaya provinsi bangka belitung
 
Profil KOTAKU Kabupaten Tulungagung
Profil KOTAKU Kabupaten TulungagungProfil KOTAKU Kabupaten Tulungagung
Profil KOTAKU Kabupaten Tulungagung
 
IPS - IX - Asia Tenggara - Brunei Darussalam
IPS - IX - Asia Tenggara - Brunei DarussalamIPS - IX - Asia Tenggara - Brunei Darussalam
IPS - IX - Asia Tenggara - Brunei Darussalam
 
Profil Kewilayahan Waduk Batu Tegi
Profil Kewilayahan Waduk Batu TegiProfil Kewilayahan Waduk Batu Tegi
Profil Kewilayahan Waduk Batu Tegi
 
PROVINSI SUMATERA BARAT
PROVINSI SUMATERA BARAT PROVINSI SUMATERA BARAT
PROVINSI SUMATERA BARAT
 
Laporan BPAD RIAU Tahun 2012 Rokan Hulu
Laporan BPAD RIAU Tahun 2012 Rokan HuluLaporan BPAD RIAU Tahun 2012 Rokan Hulu
Laporan BPAD RIAU Tahun 2012 Rokan Hulu
 
Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan
Studi Pelayanan Keagamaan di PerbatasanStudi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan
Studi Pelayanan Keagamaan di Perbatasan
 
Kalimantan utara
Kalimantan utaraKalimantan utara
Kalimantan utara
 
Agustinus kastanya bahan presentase semnas apiki 2016 menara peninsula
Agustinus kastanya bahan presentase semnas apiki 2016 menara peninsulaAgustinus kastanya bahan presentase semnas apiki 2016 menara peninsula
Agustinus kastanya bahan presentase semnas apiki 2016 menara peninsula
 

Plus de Fitri Indra Wardhono

Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...
Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...
Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...Fitri Indra Wardhono
 
Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"
Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"
Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"Fitri Indra Wardhono
 
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataan
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataanAneka diagram penataan ruang kepariwisataan
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataanFitri Indra Wardhono
 
Instrumen gabungan survey kepariwisataan
Instrumen gabungan survey kepariwisataanInstrumen gabungan survey kepariwisataan
Instrumen gabungan survey kepariwisataanFitri Indra Wardhono
 
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyah
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyahEvaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyah
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyahFitri Indra Wardhono
 
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat Usaha
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat UsahaMeruqyah Rumah dan/atau Tempat Usaha
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat UsahaFitri Indra Wardhono
 
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...Fitri Indra Wardhono
 
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari BappenasPanduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari BappenasFitri Indra Wardhono
 
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari BappenasTata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari BappenasFitri Indra Wardhono
 

Plus de Fitri Indra Wardhono (20)

Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...
Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...
Perdesaan, sebagai tempat akan dilaksanakannya pembangan pariwisata perdesaan...
 
Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"
Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"
Kumpulan Ayat Pilihan Untuk Yang Sedang "Jatuh"
 
Ad dukhon 43 – 59
Ad dukhon 43 – 59Ad dukhon 43 – 59
Ad dukhon 43 – 59
 
Pedoman RIPPDA 2015
Pedoman RIPPDA 2015Pedoman RIPPDA 2015
Pedoman RIPPDA 2015
 
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataan
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataanAneka diagram penataan ruang kepariwisataan
Aneka diagram penataan ruang kepariwisataan
 
Kumpulan ayat ruqyah standar
Kumpulan ayat ruqyah standarKumpulan ayat ruqyah standar
Kumpulan ayat ruqyah standar
 
Instrumen gabungan survey kepariwisataan
Instrumen gabungan survey kepariwisataanInstrumen gabungan survey kepariwisataan
Instrumen gabungan survey kepariwisataan
 
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyah
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyahEvaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyah
Evaluasi penguasaan ayat ayat al qur’an untuk pelaksanaan ruqyah syar’iyyah
 
Daftar ayat ayat ruqyah
Daftar ayat ayat ruqyahDaftar ayat ayat ruqyah
Daftar ayat ayat ruqyah
 
Kebatinan & kejawen islam
Kebatinan & kejawen   islamKebatinan & kejawen   islam
Kebatinan & kejawen islam
 
Daftar ayat & surat untuk ruqyah
Daftar ayat & surat untuk ruqyahDaftar ayat & surat untuk ruqyah
Daftar ayat & surat untuk ruqyah
 
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat Usaha
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat UsahaMeruqyah Rumah dan/atau Tempat Usaha
Meruqyah Rumah dan/atau Tempat Usaha
 
Sistem perencanaan kepariwisataan
Sistem perencanaan kepariwisataanSistem perencanaan kepariwisataan
Sistem perencanaan kepariwisataan
 
Penataan ruang kepariwisataan
Penataan ruang kepariwisataanPenataan ruang kepariwisataan
Penataan ruang kepariwisataan
 
Paparan dompak
Paparan dompakPaparan dompak
Paparan dompak
 
Renstra cipta karya 2006
Renstra cipta karya 2006Renstra cipta karya 2006
Renstra cipta karya 2006
 
Kek teroritis
Kek teroritisKek teroritis
Kek teroritis
 
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANGPENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
Sosialisasi uu 27 / 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU...
 
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari BappenasPanduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
 
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari BappenasTata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
Tata Cara Pengembangan Kawasan - Sebuah Pedoman dari Bappenas
 

Gambaran Wilayah Kabupaten Klungkung

  • 1. 2-1 Bab 2 Gambaran Umum Wilayah Studi 1. Sejarah Wilayah Kerajaan Klungkung mempunyai pengaruh terhadap kerajaan-kerajaan lain di Bali, bahkan saat pemerintahan Dalem Waturenggong, wilayah kerajaan diperluas sampai ke Pasuruan dan Blambangan di Jawa, serta Lombok dan Sumbawa. Pada awal pemerintahan, ibu kota kerajaan berada di daerah Gelgel. Tetapi sejak terjadi pemberontakan yang mengakibatkan kehancuran Gelgel, ibu kota pindah ke Desa Klungkung. Di daerah itu, raja Klungkung mendirikan Keraton Semarapura pada tahun 1686. Sayang, kejayaan Kerajaan Klungkung dan kerajaan-kerajaan lain di Bali harus berakhir saat penjajahan Belanda. Berbagai perang melawan Belanda dilakukan raja-raja Bali, di antaranya Perang Buleleng, Jagaraga, Kusamba, Banjar, Badung, dan Klungkung. Perang Puputan Klungkung tahun 1902 merupakan perang terakhir melawan Belanda yang mengakibatkan keruntuhan Kerajaan Klungkung. Untuk memperingati Perang Puputan tersebut, berdiri Monumen Puputan Klungkung. Monumen berbentuk lingga dan yoni ini berdiri di atas tanah seluas 123 meter persegi di Kecamatan Klungkung. 2. Letak Geografis Kabupaten Klungkung terletak di antara 115° 27' - 37'' 8° 49' 00''. Lintang Selatan dengan batas-batas di sebelah utara Kabupaten Bangli. Sebelah timur Kabupaten Karangasem, sebelah Barat Kabu-paten Gianyar, dan sebelah se-latan Samudra India. Kecamatan Klungkung memiliki batas-batas di sebelah utara Ka-bupaten Karangasem, sebelah ti-mur Kecamatan Dawan, sebelah barat Kecamatan Banjarangkan dan sebelah selatan dengan Selat Badung. Kecamatan Banjarang-kan memiliki batas-batas, sebelah utara Kabupaten Bangli, sebelah timur Kecamatan Klungkung, se-belah barat Kabupaten Gianyar dan sebelah selatan Selat Badung. Keca-matan Dawan memilkiki batas-batas, sebelah utara dan timur Kabupaten Karangasem, sebelah barat Kecamatan Klungkung dan sebelah selatan Samudra Hindia. 3. Wilayah Administrasi Kecamatan Klungkung, terletak di daerah daratan pulau Bali. Kecamatan Banjarangkan, merupakan Kecamatan yang terletak paling Barat dari 4 (empat) Kecamatan yang ada di Kabupaten Klungkung. Kecamatan Dawan merupakan kecamatan yang terletak paling timur dari 4 (empat) kecamatan
  • 2. 2-2 yang ada di Kabupaten Klungkung. 4. Fisik Dasar Alami a. Luas Wilayah Wilayahnya memang paling kecil di antara sembilan kabupaten dan kota di Bali. Tetapi pada awal abad 19, dengan luas wilayah seperdua- puluh bagian Pulau Bali, Kerajaan Klungkung mempunyai pengaruh terhadap kerajaan-kerajaan lain di Bali. Dengan luas : 315 Km ², wilayah Kabupaten Klungkung sepertiganya (112,16 Km ²) terletak diantara pulau Bali dan dua pertiganya (202,84 Km ² lagi merupakan kepulauan yaitu Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan. Menurut penggunaan lahan di Kabupaten Klungkung terdiri dari lahan sawah 4.013 hektar, lahan kering 9.631 hektar, hutan negara 202 hektar, perkebunan 10.060 hektar dan lain-lain 7.594 hektar. 1- Kecamatan Klungkung Kecamatan Klungkung merupakan kecamatan terkecil dari 4 (empat) kecamatan yang ada di Kabupaten Klungkung, dengan luas 2.095 Ha, secara persis semua terletak di daerah daratan pulau Bali. 2- Kecamatan Banjarangkan Kecamatan Banjarangkan merupakan kecamatan dengan luas 45,73 Km ². 3- Kecamatan Dawan Kecamatan Dawan merupakan kecamatan yang memiliki luas 37,38 Km². Menurut penggunaannya luas wilayah Kecamatan Da- wan terdiri 16,21 % lahan sawah, 17,26 % lahan tegalan, 35,50 % lahan perkebunan, 6,93 % lahan pekarangan 0,21 % kuburan dan lainnya 23,89 %.
  • 3. 2-3 Gambar 2.1 : Pulau Bali dan Kabupaten Klungkung
  • 4. 2-4 b. Topografi Kabupaten Klungkung merupakan dataran pantai sehingga potensi perikanan laut. Panjang pantainya sekitar 90 Km yang terdapat di Klungkung daratan 20 Km dan Kepulauan Nusa Penida 70 Km. Permukaan tanah pada umumnya tidak rata, bergelombangbahkan se- bagian besar berupa bukit-bukit terjal yang kering dan tandus. Hanya sebagian kecil saja merupakan dataran rendah.Tingkat kemiringan ta- nah di atas 40 % (terjal) adalah seluas 16,47 Km2 atau 5,32 % dari Ka- bupaten Klungkung. Bukit dan gunung tertinggi bernama Gunung Mundi yang terletak di Kecamatan Nusa Penida. c. Klimatologi INDONESIA yang berada di antara dua benua dan dua samudra merupakan jantung iklim dunia. Pergerakan angin antara Asia-Australia dan pergerakan arus laut dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia, serta interaksi antara laut dan atmosfer akan mempengaruhi distribusi uap air ke berbagai wilayah dunia. Karena itu, dinamika yang terjadi di wilayah tropis yang berada pada posisi strategis ini akan berpengaruh pada kondisi cuaca dan iklim global. Kabupaten Klungkung termasuk beriklim tropis. Bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering antara Keca- matan Nusa Penida dan Kabupaten Klungkung daratan sangat berbe- da. d. Hidrologi Sumber air adalah mata air dan sungai hanya terdapat di wilayah da- ratan Kabupaten Klungkung yang mengalir sepanjang tahun. Sedang- kan di Kecamatan Nusa Penida sama sekali tidak ada sungai.Sumber air di Kecamatan Nusa Penida adalah mata air dan air hujan yang di- tampung dalam cubang oleh penduduk setempat. 5. Kondisi Kependudukan, Sosial, Budaya dan Agama a. Kependudukan Yang dimaksud dengan kondisi sosial dan kependudukan yaitu keadaan penduduk di Propinsi Bali secara keseluruhan yang mencakup jumlah penduduk, kepadatan dan penyebaran jumlah penduduk serta kondisi sosialnya. 1- Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Propinsi Bali berdasarkan Registrasi Penduduk 1999 adalah 3.054.201 jiwa yang tersebar di 8 (delapan) Kabupa- ten, dan 1 (satu) Kota.
  • 5. 2-5 Tinjau dari luas keseluruhan wilayah Propinsi Bali yaitu 5.632,86 km2 , maka kepadatan penduduk rata-rata tiap km2 nya adalah sebesar 542,21 jiwa. 2- Kepadatan Penduduk dan Laju Pertumbuhannya. Berdasarkan data kependudukan selama 5 tahun terakhir dan Registrasi Penduduk 1999, tercatat jumlah penduduk terbesar adalah di Kabupaten Buleleng dengan jumlah keseluruhan sebe- sar 575.698 jiwa dan kepadatan tiap km²nya adalah 421,49 jiwa. Sementara Kabupaten Jembrana dengan jumlah penduduk 234.018 jiwa dan luas wilayah 841,80 km² mempunyai kepadatan yang paling rendah untuk tiap km² yaitu 278,00 jiwa. Sedang Kota Denpasar merupakan daerah tersempit dengan kepadatan terting- gi tiap km² sebesar 3.903,29 jiwa (dengan jumlah penduduk 483.930 jiwa dan luas wilayah hanya 123,98 km2 ). Dalam kurun waktu yang sama laju pertumbuhan penduduk rata- rata untuk seluruh wilayah Propinsi Bali cenderung naik dari 1,63 % (pada 1995/1996) menjadi 3,94% (pada 1998/1999). Lebih terinci Tabel 6.49 benkut menyajikan Jumlah Penduduk dan Laju pertumbuhan penduduk menurut kabupaten di Bali untuk kurun waktu 1995 s/d 1999. 3- Penyebaran Penduduk Sebagaimana pertumbuhan penduduknya, penyebaran penduduk Bali juga tidak merata. Sebagian besar penduduk Bali (27,13 %1 berada di Kabupaten Tabanan dan Kota Denpasar. Sedang Kabu- paten yang paling sedildt penduduknya adalah di Bangli (6,02%) Pola penyebaran penduduk ini sejak tahun 1990 tidak banyak ber- ubah. Pola penyebaran penduduk Bali menurut luas wilayah sangat njomplang, sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat kepadatan penduduk antar daerah yang menyolok, terutama antar daerah kabupaten dengan daerah kota. Wilayah kabupaten de- ngan luas 97.80% dan wilayah Bali dihuni oleh 84,16 % dan total penduduknya. Sedangkan selebihnya yang 15,84 % menetap di daerah kota dengan luas 2,20 % dan wilayah Bali seluruhnya. b. Sosial Dan Survai Sosial Ekonoini Nasional (SUSENAS) 1999 tercatat bahwa 788.143 jiwa atau sebesar 27,79 % dan total jumlah penduduk, untuk kelompok umur penduduk berumur 10 tahun ke atas menikmati pendi- dikan dengan berbagai jenjang mulai SD sampai tingkat Perguruan tinggi. Sedang yang belum menamatkan Sekolah Dasar dan belum ber-
  • 6. 2-6 sekolah berjumlah 1.556.145 jiwa atau sebesar 54,86% dan total jum- lah penduduknya. c. Budaya Kebudayaan daerah merupakan merupakan modal dasar pembangun- an yang melandasi pembangunan yang dilaksanakan, warisan budaya yang bernilai luhur merupakan dasar dalam rangka pengembangan pa- riwisata budaya yang dijiwai oleh Agama Hindu. Di Kota Denpasar ter- dapat 2 buah musium, yaitu : Musium Bali dan Lee Mayeur. Salah satu aspek yang ditangani secara berkelanjutan adalah pembinaan terhadap berbagai kelompok Kesenian. Pemerintah terus membina kelompok dan organisasi kesenian yang ada, di samping juga melestarikan berbagai jenis dan bentuk kesenian daerah yang bernilai tinggi dan luhur juga dirangsang bentuk-bentuk tari kreasi baru melalui ajang perlombaan, seperti : Pesta Kesenian dan Dharma Gita. Kepada para Seniman yang berprestasi diberikan Anugrah Seni s- ebagai penghargaan atas karyanya dan pengabdiannya, tercatat 392 Organisasi Kesenian dalam berbagai jenis, seperti : Kesenian Gong, Angklung, Gambang, Arja, Drama, Wayang, Barong, Sastra Daerah, Leko yang tersebar di pelosok Desa. d. Agama Secara Historis penduduk Pulau Bali memeluk Agama Hindu yang sam- pai saat ini masih dipegang teguh. Khusus untuk Kota Denpasar per- sentase pemeluk Agama Hindu 78,69 %, Islam 15,18 %, Kristen 3,74 %, Protestan dan 2,43 Budha 2,35 %. Sejalan dengan mayoritas pen- duduk yang beragama Hindu, demikian halnya ketersediaan fasilitas peribadatan didominasi oleh Pura, dengan jumlah keseluruhan mencapai 106 buah Pura. Dari sejumlah tersebut 105 buah diantaranya merupakan Kahyangan Tiga, 1 buah merupakan Sad Dang Kahyangan Fasilitas peribatan lainnya berupa Mesjid 26 buah, Langgar 7 buah, Musholla 69 buah serta Gereja 42 buah. Vihara dan Kelenteng juga 3 buah. Khusus mengenai Agama Hindu lebih jauh dapat dijelaskan bahwa Agama Hindu adalah suatu Agama yang bertujuan agar penganut atau pemeluknya dapat mencapai kedamaian rohani serta kesejahteraan Hidup jasmani atau Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma, dengan tiga Kerangka Dasar Ajaran meliputi, yaitu: a- Tatwa (Filsafat) b- Susila (Ethika) c- Ritual (Upacara)
  • 7. 2-7 Ketiganya tidak berdiri sendiri tetapi merupakan satu kesatuan yang ha- rus dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh. 1- Tatwa atau Filsafat Lima Dasar Keyakinan Hakiki Agama Hindu yang disebut Panca Cradha (Cradha: Dasar Keyakinan, Panca: Lima), yaitu meliputi: Widhi Tatwa, yaitu percaya dan yakin dengan adanya Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) Atma Tatwa, yaitu percaya adanya Atma (Roh leluhur), percaya adanya Karma Pala (buah atau hasil dari perbuatan), Punarbhawa Tatwa merupakan keyakinan ten- tang penjelmaan kembali atau kelahiran berulang-ulang dan Mok- sha Tatwa, yaitu percaya dengan adanya kebebasan dari ikatan keduniawian. Filosofi Hindu juga mengenal dan menghormati adanya orang- orang suci, Tempat-tempat Suci sebagai tempat persembahyang- an, demikian juga dikenal beberapa hari-hari Suci, serta yang terpenting adalah adanya Pustaka Suci sebagai pedoman ajaran Agama Hindu yang harus dipegang teguh, disebut Wedha. 2- Susila atau Ethika Merupakan pedoman dasar bagi penganut agama Hindu dalam mengembangkan prilaku kehidupan bermasyarakat sehingga ter- cipta keserasian, keselarasan dan keseimbangan, sekaligus ten- tang ketergantungan satu sama yang lain dalam berbagai aspek kehidupan. Menurut pandangan agama Hindu, dalam masyarakat diwarnai oleh sesuatu yang hidup dan kehidupan itu sendiri diten- tukan oleh sumber yang memberi kehidupan. Tiga sebab (sumber) terjadinya interaksi sebagai prilaku kebaikan berkisar pada: 1) Hubungan manusia dengan sesamanya. 2) Hubungan manusia dengan lingkungannya, dan 3) Hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Susila ini juga ditekankan bahwa manusia dilahirkan sudah berbekal berbagai unsur negatif atau kekurangan-kekurangan se- perti: Sapta Tumira (Surupa, Dana, Guna, Kulina, Yowana, Mada, Moha, Matsarya). Dan segi-segi negatip tersebut dapat dinetralisir dengan Tri Kaya Parisudha: Tiga Dasar kebaikan yang harus dilaksanakan, yaitu : 1) Manacika: Berfikir yang baik, 2) Wacika: Berbicara yang baik, 3) Kayika : Berbuat yang baik.
  • 8. 2-8 3- Upacara atau Ritual Upacara merupakan cara yang dilengkapi dengan berbagai sara- na sehingga dapat melakukan hubungan antara manusia dengan Tuhan, Atman dalam segala manifestasinya guna mencapai kesu- cian jiwa. Inti pokok Upacara adalah Yadnya, yaitu pengorbanan suci yang tulus iklas serta rasa kasih. Yadnya pada garis besarnya dibagi menjadi lima yang disebut Panca Yadnya (Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadya dan Bhuta Yadnya) dan masing-masing dapat dinyatakan kepada siapa yadnya itu ditujukan. Pengorbanan di sini meliputi jasmaniah dan rohaniah. Pelaksanaan Yadnya ini dikaitkan dengan wariga (baik buruknya hari) dan perbintangan. Dalam melaksanakan Upacara itu diper- gunakan Tirta (Air suci) merupakan alat untuk membersihkan jiwa. Sedangkan Api (pedupaan) merupakan saksi serta pengantar persembahan kita. Bunga atau Canang Sari beserta banten- banten lainnya adalah Lambang dari sarinya Bumi yang kita persembahkan kepada Sang Hyang Widhi untuk menyampaikan rasa kecintaan dan kebahagian hati serta rasa terima kasih yang tulus iklas dan suci. 6. Kondisi Ekonomi a. Ekonomi Makro Klungkung memang tidak bisa mengandalkan potensi pertanian dan pariwisata untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Pajak terbesar dipungut dari pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C dari penambangan pasir di sungai, sedangkan hampir 50 persen retribusi berasal dari pelayanan kesehatan. Total pendapatan jika dibandingkan dengan sembilan kabupaten/kota yang lain berada pada urutan ke-8 di atas Kabupaten Bangli. Dari segi pendapatan daerah, Klungkung tidak akan bisa mengulangi kejayaannya masa lalu. b. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Propinsi Bali Atas Dasar Harga Yang Berlaku menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dan Rp. 13,525 trilyun padatahun 1998 menjadi Rp. 14,530 trilyun pada akhir tahun 1999.Kontribusi ter- besar adalah untuk lapangan usaha Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu sebesar 31,26 %. Sementara lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian memberikan kontribusi paling kecil yaitu 0,70 % c. Pendapatan Per Kapita Secara umum pendapatan perkapita rata-rata penduduk Bali cenderung meningkat dan tahun ke tahun, yaitu Rp. 8.422.915,56 pada tahun 1997 - menjadi Rp. 16.578.695,30 pada akhir tahun 1998 (dengan migas yang berarti mengalami kenaikan Rp. 8.155.799,74. Sedangkan penda-
  • 9. 2-9 patan perkapita tanpa migas meningkat dan Rp. 4.212.453,84 menjadi Rp. 6.808.092,73 di tahun 1998. Dengan melihat besarnya pendapatan perkapita penduduk Bali di tahun 1997 dan 1998, maka pertumbuhan pendapatan perkapita penduduk Bali adalah sbesar 96,83 % dengan migas dan 61,62% tanpa migas d. Sektor Pertanian Sebenarnya yang menjadi kegiatan ekonomi terbesar adalah pertanian. Tahun 2002 kegiatan ekonomi ini menyumbang Rp 325 miliar. Namun topografisnya yang sebagian besar berupa bukit-bukit terjal dan tandus menjadi kendala kemajuan pertanian. Selain hampir 50 persen wilayah- nya berada pada kemiringan 15-40 persen. Kecamatan Nusa Penida yang terdiri atas Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan, bahkan tidak bisa ditanami padi. 1- Tanaman Pangan Padi hanya bisa ditanam di Klungkung daratan. Luas lahan sawah pada 2002 adalah 3.965 hektar. Luas areal sawah ini hanya 13 persen dari luas wilayah Klungkung. Sisanya didominasi lahan kering dan perkebunan. Seperti daerah-daerah lain, tahun 1998 hingga 2002, luas lahan sawah cenderung menurun rata-rata 0,5 persen. Penyebabnya juga sama yaitu alih fungsi lahan pertanian menjadi nonpertanian. Apalagi, saat ini sedang ada proyek pembangunan ruas Jalan Tohpati-Kusamba yang merupakan jalur jalan di selatan Bali. Meskipun ada penurunan areal persawahan, produksi padi tahun 2002 mencapai 30.752 ton, meningkat 15 persen dari tahun sebe- lumnya. Beras yang dihasilkan didistribusikan juga kepada pendu- duk Kecamatan Nusa Penida melalui pelabuhan Tribuana, Banjar Bias, atau Kusamba. Produksi padi terbesar ada di Kecamatan Banjarangkan. Wajar saja karena wilayah ini mempunyai areal sa- wah paling luas yaitu 2.058 hektar, dengan dukungan 55,3 persen penduduk bermata pencarian di sektor pertanian tanaman pa- ngan. Daerah persawahan di provinsi Bali secara umum didominasi ke- nampakan vegetatif yaitu rata-rata 41 persen, dengan persentase tertinggi di kabupaten Buleleng dan Klungkung 64-65 persen dan terendah di kabupaten Jembrana 13 persen. Kenampakan lahan bera rata-rata 30 persen dengan persentase tertinggi di kabupaten Jembrana 48 persen dan terendah di kabupaten Klungkung 21 persen. Sementara itu kenampakan fase air rata-rata 7 persen dengan persentase tertinggi 14 persen terjadi di kabupaten Badung 19 persen dan terendah di kabupaten Bangli 2 persen. Tutupan awan yang cukup banyak terdapat di kabupaten badung, Bangli, Jembrana dan Karangasem lebih dari 31 persen.
  • 10. 2-10 Analisis data bulan Juni-Juli 2002 menunjukkan bahwa prakiraan panen rata-rata perkabupaten periode September-Desember 2002 di provinsi Bali adalah 41 persen dengan persentase tertinggi di kabupaten Klungkung 65 persen dan terendah di kabupaten Jembrana 13 persen. 2- Perkebunan Selain padi, Klungkung daratan juga mengandalkan palawija. Jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang ijo, kacang tanah, kedelai, buah-buahan dan sayuran tetap bisa diproduksi. Meski produksi- nya tidak sebesar kabupaten lain di Bali. Seperti ubi jalar, produksi tahun 2002 mencapai 2.664 ton, hanya empat persen dari total produksi Bali. Tetapi kelompok ibu-ibu setempat bisa mengolah ubi jalar dan ubi kayu menjadi kue yang hasilnya dipasarkan sam- pai swalayan-swalayan besar di Bali. Tidak bisa ditanami padi, bukan berarti Kecamatan Nusa Penida tidak bisa menghasilkan tanaman pangan. Penduduk setempat berupaya menanami lahan kering dengan tanaman yang tidak memerlukan pengairan rutin. Kecamatan kepulauan ini memang tidak dialiri sungai dan hanya mengandalkan mata air Penida di Desa Sakti dan mata air Guyangan di Desa Batukandik. Komoditas pertanian andalannya adalah jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang ijo, kelapa, dan jambu mete. Bahkan penduduk setempat menjadikan ubi kayu sebagai makanan pokok yang diolah menjadi gaplek. Produksi jagung, kacang tanah, dan jambu mete pada tahun 2002 terbesar se-Klungkung. Produksi pertanian Nusa Penida mulai bernilai ekonomis tinggi saat kacang tanah diolah menjadi makanan khas Bali, yaitu kacang asin dan kacang kapri. Pabrik kacang merek Garuda juga memanfaatkan sebagian hasilnya sebagai bahan baku. 3- Perikanan Produksi perikanan laut dan darat Pulau Bali, pada tahun 2000 mencapai 145.549,9 ton yang terdiri dari atas produksi perikanan laut (penangkapan dan budidaya) sebesar 142.429,90 ton dan perikanan darat 3.125,0 ton. Jika dibandingkan produksi tahun 1999 sebesar 145.402,1 ton mengalami peningkatan 1,01% a- Perikanan Darat Penduduk Nusa Penida tidak bisa begitu saja mengandalkan pertanian tanaman pangan yang hanya produktif saat musim penghujan. Mereka mulai melihat potensi laut yang mengeli- linginya. Menanam rumput laut di pinggir-pinggir pantai men-
  • 11. 2-11 jadi pilihan karena pantainya masih dilindungi karang dan ti- dak berhadapan langsung dengan Laut Selatan. Didukung oleh pantai di kawasan Nusa Penida sepanjang 70 kilometer, produksi dari tahun 1998 hingga 2002 cenderung meningkat rata-rata 6 persen tiap tahun. Tahun 2002 mencapai 108.726 ton. RUMPUT laut-kadang juga disebut ganggang laut- tumbuh di wilayah pantai. Ada yang berwarna hijau, kemerahan, keco- klatan, biru kehijauan, dan sebagainya. Namun, yang nilai ekonominya tinggi untuk industri hanyalah ganggang coklat dan merah. Memang ada yang berwarna hijau seperti "gang- gang usus ayam" (Enteromorpha), makanan utama nener bandeng, atau "sebelah laut" (Ulva) yang merupakan sayur- an laut terkenal mahal harganya, namun keduanya masih kalah dengan rumput laut berwarna coklat dan merah. Rumput laut merah dan coklat memang merupakan salah satu bahan baku yang sangat potensial dan luas pengguna- annya. Agar-agar dari rumput laut digunakan pada makanan (kue-kue), pengental sup, pengental es-krim sampai ke bahan untuk membuat media/substrat di laboratorium. Hasil rumput laut berguna juga kapsul, salep, tablet, filer, plester, serta pengental lainnya. Bahan ini dikenal sangat luas sejak lama, terutama dalam bentuk batangan persegi empat. Sekarang sudah banyak beredar agar-agar berbentuk tepung yang lebih murni kalau dibandingkan dengan bentuk batangan. Agar-agar misalnya, merupakan hasil ekstraksi rumput laut jenis Gelidium. Bahkan, pupuk organik yang terbuat dari rumput laut yang tidak diolah jadi bahan kimia, merupakan pupuk yang sangat baik. Karena di dalam rumput laut terkandung bukan saja makro-mineral (N, O, K, S, dan sebagainya) tetapi juga mikro-mineral (Fe, Mg, Na, dan sebagainya). Karena itu, rumput laut sangat populer untuk pertanian sayuran, buah- buahan, dan bunga di RRC, Jepang, Inggris, Perancis, dan Kanada. Rumput laut Indonesia mempunyai harga sangat tinggi di pa- saran dunia, bukan karena kandungan kimia di dalamnya memenuhi persyaratan (seperti agar-agar, karagen, dan se- bagainya) tetapi juga karena wilayah perairan pantai tempat ganggang laut tersebut tumbuh rata-rata belum tercemar berat, baik yang datang dari pencemar domestik (rumah- tangga) ataupun pencemar non-domestik (dari pabrik, indus- tri, dan sebagainya).
  • 12. 2-12 Saat ini hanya dari kandungan air raksa (Hg) yang disyarat- utamakan oleh konsumen di Eropa, Amerika, dan Jepang (sebagai negara pengguna produk rumput laut terbesar di dunia), sehingga rumput laut asal Indonesia rata-rata masih memenuhi persyaratan itu. Permintaan luar negeri terhadap rumput laut Indonesia se- tiap tahun terus meningkat, khususnya untuk jenis-jenis La- minaria, Gelidiella, Gracillaria, dan Euchema. Tapi, karena pengadaan rumput laut sebagian besar masih tergantung kepada alam, sedang pengadaan melalui budidaya masih terbatas, maka banyak dari permintaan tersebut belum terpe- nuhi. Padahal, harga rumput laut Indonesia cukup tinggi kalau di- bandingkan dengan hasil dari negara lain. Misalnya, untuk jenis Euchema spinosum kering yang telah diputihkan harga- nya 325-350 dollar AS per ton FOB, sedang yang berwarna hitam (asli) antara 250-270 dollar AS per ton FOB di Hong- kong. Tetapi, untuk jenis Euchema cottoni (lebih halus) lebih tinggi harganya, yaitu antara 325-350 dollar AS per ton FOB. Masyarakat Jepang merupakan negara "pemakan" gang- gang laut, bahkan juga yang tanpa diolah lebih dahulu. Jenis makanan seperti aonori (dari jenis Enteromorpha), makombu (dari jenis Laminaria), wakame (dari jenis Undaria), kawanori (dari jenis Prasiola), dan sebagainya terbuat dari rumput/ ganggang laut secara langsung tanpa diolah. Rumput laut amat berperan dalam menu makan tradisional Jepang, ka- rena seperti makombu yang berwarna keunguan, selalu muncul untuk sayur maupun pembungkus makanan dan nasi. Secara kimia, rumput laut terdiri dari air (27,8%), protein (5,4%), karbohidrat (33,3%), lemak (8,60%), serta serat ka- sar (3,0%), dan abu (22,25%). Sedang melalui pengolahan, rumput laut akan menghasilkan bahan-bahan di bawah ini. 1) Algin, baik dalam bentuk asam alginik ataupun dalam bentuk alginat. Pada umumnya senyawa ini dihasilkan dari jenis Macrocystis, Ecklonia, Fucus, Lesonia, dan Sargassum, dengan produksi rata-rata per tahun 6.000- 7.500 ton, terutama di Amerika Serikat, Inggris, Peran- cis, Norwegia, dengan negara konsumen mulai dari Jerman, Jepang, Australia, Kanada, Perancis, Belanda, Spanyol, dan sebagainya. 2) Agar-agar, yang merupakan senyawa asam-belerang dan ester dari galaktan-linier. Jenis ganggang yang menghasilkan agar-agar antara-lain Gelidium, Graci-
  • 13. 2-13 laria, Ahnfeltia, dan sebagainya. Di perairan Indonesia paling banyak dari jenis Gelidium dan Gracilaria. 3) Karagenin, umumnya dalam bentuk garam karena be- reaksi dengan unsur-unsur Na, Ca, dan K. Secara ki- mia, karagenin terbagi menjadi fraksi-fraksi kappa-kara- genin dan iotakaragenin. Jenis ganggang yang meng- hasilkannya antara lain Chondrus, Gigartina, dan Euchema, dengan manfaat dan penggunaan sama se- perti agar-agar dan algin. Di samping bahan utama yang sudah disebut di atas, rumput laut dapat menghasilkan bahan lain yang umum dinamakan eucheman (dari Euchema), funoran (dari Gloiopeltis, Ahn- feltia, dan sebagainya), nori (dari Phorphyra), kombu (dari Laminaria), fukoidin (dari Fucus, Laminaria, Macrocystis, Ascophylum, dan sebagainya) serta fukosterol (dari jenis yang sama dengan fukodin). Selain hasil olahan rumput laut yang banyak digunakan di bi- dang industri, secara langsung rumput laut juga digunakan sebagai makanan ternak. Di Irlandia, pakan ternak penghasil daging dan susu menggunakan Rhodymenia, jenis yang se- cara ekonomi tidak menghasilkan bahan industri. Diban- dingkan dengan rumput laut hijauan lainnya, rumput laut mempunyai kandungan nutrien dan gizi lebih sebagai pakan ternak. Secara tradisional, penduduk memanen rumput laut di kawasan pantai berkarang dengan berlari ke tengah laut saat laut surut. Dengan cepat mereka memilih, mengambil dan kemudian mengumpulkannya. Begitu air laut pasang, me- reka lari ke darat menggenggam hasilnya. Setiap hari bertruk-truk mengangkut rumput laut kering ke beberapa pabrik agar-agar di Jakarta dan Surabaya. Pe- mandangan seperti di atas merupakan hal yang umum dite- mukan sekitar Pameungpeuk (Garut), Surade (Sukabumi) ataupun pantai berkarang lainnya penghasil rumput laut. Pantai berkarang yang berair jernih banyak didapatkan di ka- wasan Indonesia, merupakan tempat sangat baik dan subur untuk pertumbuhan rumput laut. Menurut catatan Puslitbang Oseanografi/LIPI, hampir di seluruh kawasan Indonesia potensial untuk membudidayakan rumput laut ini. Agar lebih optimal, sejak tahun 1960-an Puslitbang Oseano- grafi/LIPI maupun Lembaga Penelitian Perikanan Laut/De- partemen Pertanian serta pembudidayaan rumput laut telah mengembangkan upaya penanaman rumput laut.
  • 14. 2-14 Di beberapa daerah bahkan sudah terdapat petani rumput laut berpotensi tinggi seperti di Bali. Sekitar Klungkung ada petani rumput laut yang pada kegiatan awalnya hanya meng- usahakan lahan seluas 100 m persegi saja. Tetapi dengan semakin meningkatnya hasil dan pendapatannya, ia meluas- kan areal tanamnya jadi 2 ha, dengan keuntungan rata-rata per bulan lebih dari Rp 10 juta. Menurut Puslitbang Oseanografi/LIPI, sedikitnya ada 57 jenis rumput laut bernilai ekonomi di Indonesia, yaitu 16 jenis yang termasuk ganggang hijau, 9 jenis ganggang coklat, dan 25 jenis ganggang merah. Dari ke-57 jenis tersebut 10 jenis benar-benar sudah teruji nilainya. b- Perikanan Laut Dalam upaya meningkatkan produksi perikanan, baik untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun ekspor, pengem- bangan usaha penangkapan ikan merupakan suatu altematif di samping produksi perikanan melalui budidaya. Upaya pengelolaan sumberdaya ikan bertujuan dapat dimanfaatkan secara optimal dan berlangsung terus menerus sehingga pemanfaatan sumber tidak melebihi daya dukungnya. Salah satu aspek dalam pengelolaan sumberdaya ikan adalah pe- ngendalian dan penataan pemanfaatan sumberdaya ikan. Secara rinci potensi sumberdaya ikan adalah sebagai berikut diuraikan di bawah ini. Berdasarkan letak geografis potensi dan jenis sumber-daya perairan laut daerah bali dengan luas 9.500 km2 (tidak tennasuk perairan samudera Hindia dan ZEE) dapat dibagi menjadi 3 (tiga) wilavah perairan laut yaitu: 1) Perairan Bali bagian utara, meliputi perairan pantai sepanjang Kabupaten Buleleng dengan luas perairan 3.168 km2 . 2) Perairan Bali bagian timur, meliputi perairan pantai se- panjang Kabupaten Karangasern, Klungkung, dan Gia- nvar dengan luas perairan 3.350 km2 . 3) Perairan Bali bagian barat, meliputi perairan Kabupaten Badung, Tabanan dan Jembrana (perairan selat Bali), dengan luas perairan 2.982 km2 . Perikanan laut tidak termasuk perairan Samudera Hindia dan ZEEI memiliki potensi sumberdaya ikan lestari sebesar 67.335 ton/lahun yang terdiri dari sumber perikanan pelagis 52.787 ton/tahun dan sumber perikanan demersal 14.568 ton/th (belum termasuk potensi udang dan ikan karang). Dari potensi sumberdaya ikan tersebut, jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) adalah sebesar 53.884 ton/th. Dilihat
  • 15. 2-15 dari produksi ikan laut tahun 1998 sebesar 55.035, 2 ton (se- lain ikan tuna yang ditangkap di ZEEI), maka pemanfaatan- nya sudah mencapai 81,70 %. Untuk daerah tertentu dan sumberdaya ikan tertentu dikhawatirkan terjadi tangkapan lebih seperti ikan pelagis sedangkan ikan demersal pada umumnya masih berpeluang besar untuk ditingkatkan pe- manfaatannya secara lestari. Pemanfaatan ikan pelagis perlu mendapat perhatian. Untuk itu telah dilakukan beberapa upaya antara lain adanya SKB antara Gubernur Jawa Timur dan Gubenur Bali yang mene- tapkan jumlah purse seine yang boleh beroperasi dan pem- binaan potensi. Daerah-daerah penangkapan ikan nelayan-nelayan Bali se- bagian terbesar berada di luar perairan wilayah Bali di mana sebelah barat dibatasi selat Bali sedangkan bagian timur ber- batasan dengan selat Lombok di bagian Utara dibatasi laut jawa, di bagian selatan dibatasi oleh Samudra Indonesia, hal ini diakibatkan oleh selain terbatasnya wilayah perairan laut propinsi ini juga oleh dominan kapal motor dalam struktur armada penangkapan di PP / PPI. Dalam wilayah propinsi Bali terdapat operasi bongkar ikan besar tetapi tidak termasuk dalam wilayah kewenangan Di- nas Perikanan Provinsi Bali, yaitu kegiatan operasional Peri- kanan Samudera Besar di Pelabuhan Umum Benoa. Volume ekspor dan devisa yang diperoleh dan kegiatan ini sangat besar. Jenis-jens ikan yang dominan tertangkap di daerah-daerah penangkapan ikan Pantai Bali dan didaratkan di PP / PPI : tuna segar, kerapu. lobster, hiu, dan cakalang. e. Sektor Industri Tahun 2002 tercatat 5.077 industri kecil/rumah tangga. Meski bisa memberikan kontribusi Rp 101 miliar pada kegiatan ekonomi tahun 2002, tapi bukan merupakan kegiatan ekonomi andalan dan terbesar. f. Sektor Pariwisata 1- Objek dan Daya Tarik Wisata Potensi yang mampu menunjang berkembangnya kepariwisataan adalah: a- Tatacara kehidupan masyarakat (way of life), kesucian, upa- cara agama, adat istiadat yang kesemuanya berlandaskan ajaran agama hindu.
  • 16. 2-16 b- Keindahan alam, bangunan bersejarah dan arsitektur bali. c- Sarana dan fasilitas yang memadai sampai bertaraf inter- nasional. Daftar ODTW di Kabupaten Klungkung, adalah sebagai berikut : a- Monumen Puputan Klungkung. b- Pura Taman Sari. c- Goa Jepang. d- Desa Tihingan. e- Kerta Gosa. f- Desa Wisata Kamasan. g- Pantai Kusamba. h- Kawasan Nusa Penida. i- Suana. j- Karang Bolong. k- Lembongan dan Jungut Batu. l- Pantai Atuh. m- Teluk Sebila & Labuan Ampuak. n- Lila Arsana. o- Musium Nyoman Gunarsa. p- Budaga. Deskripsi beberapa ODTW, adalah sebagai berikut : a- Monumen Puputan Klungkung Untuk memperingati Perang Puputan didirikan Monumen Puputan Klungkung. Monumen berbentuk lingga dan yoni ini berdiri di atas tanah seluas 123 meter persegi di Kecamatan Klungkung. b- Pantai Atuh Pantai Atuh terletak disebuah teluk yang indah dengan alam berpasir putih disebelah kirinya dengan menjorok kelaut ter- dapat Tanjung Juntil dan disebelah kanan (Selatan) men- jorok Labuan Ampuak berlanjut ketimurnya lagi terletak Gili Batu Melawang, Gili Batu Padasan, Gili Batu Abah dan Gili Batu Metegen. Di ujung Timur Tanjung Juntil dan juga diujung Timur Gili Padasan terdapat tempat memancing yang sangat idial karena didepan kedua tanjung tersebut dilewati oleh arus bolak-balik dari Utara ke Selatan (dan sebaliknya) yang diikuti oleh rombongan/ Kawanan ikan bersklala ikan besar dan kecil, terutama setelah dan sebelum Purnama dan bebe- rapa hari sebelum dan sesudah Tilem atau bulan mati, hari- hari tersebut merupakan surganya bagi pemancing mania.
  • 17. 2-17 Di sebelah Selatan Labuhan Ampuak terdapat Goa Alam, sa- rang Burung Walet, komoditi yang sangat langka dan sangat mahal harganya. Di daratan Lembah Atuh keadaan tanahnya sangat subur, di sini juga terdapat sebuah Pura Atuh, sebuah Pura Segara, khusus pemujaan terhadap Dewa Baruna (Pu- ra Segara) yang piodalannya dilakukan setiap sasih Kedasa (Bulan Kesepuluh) penanggalan bali (Isaka) di mana masya- rakat datang dari penjuru Desa dan Banjar Bendem, Desa Tanglad dan lain-lainnya. Upacara piodalan dilakukan sehari penuh dengan dipersem- bahkan berbagai tarian diantaranya tarian baris Jangkang pelillit sebuah tarian masal yang sangat sakral, tarian yang menggambarkan para prajurit kerajaan yang siap mengha- dapi musuh yang datang menyerang, dan sangat langka yang ada di banjar Pelilit. Agak kedalam terdapat dua sumur suci yang airnya sangat bening dan murni, air tawar tersebut mungkin kualitasnya terbaik di seluruh kawasan Nusa Peni- da. Akses menuju Pantai Atuh dapat dicapai melalui dua arah yaitu dari banjar Pelilit (20 Km dari pelabuhan boot buyuk) dan dilanjutkan dengan jalan tanah kurang lebih 2 Km dan yang satunya dari Banjar Kelodan (17 Km dari Buyuk) dilanjutkan dengan kurang lebih 5 Km jalan tanah. c- Lembongan dan Jungut Batu Pantai Lembongan yang berpasir Putih dengan karang lau- tnya yang indah juga terdapat berjenis-jenis ikan yang hidup di dalamnya. Merupakan panorama pemandangan bawah laut yang indah Dari pantai ini dapat disaksikan peman- dangan Matahari terbenam di ufuk Barat. Antara Nusa Lem- bongan dan Nusa Ceningan terdapat jembatan di atas laut yang menghubungkan kedua pulau itu. Di Nusa Ceningan terdapat goa-goa tempat bersarangnya burung walet. d- Kompleks Bekas Kerajaan Klungkung Tidak jauh dari obyek wisata sejarah ini, terdapat kompleks bekas Kerajaan Klungkung. Kawasan wisata yang terdiri atas Kerta Ghosa, Taman Gili, dan Pemedal Agung ini juga ramai dikunjungi wisatawan. Tahun 2002 jumlah wisatawan men- capai 54.000 orang, lebih banyak dari obyek-obyek wisata yang lain. Namun, retribusi yang dipungut dari pariwisata menyumbang sekitar 12 persen dari total retribusi. Begitu juga dengan jasa hiburan dan rekreasi yang memberi kontri- busi kegiatan ekonomi 2002 sebesar Rp 2,1 miliar.
  • 18. 2-18 e- Desa Wisata Kamasan Obyek wisata di Kecamatan Klungkung tidak hanya wisata sejarah. Empat kilometer arah selatan dari Kota Semarapura terdapat desa wisata Kamasan. Desa yang ada sejak zaman Dinasti Gelgel ini merupakan desa yang hampir seluruh penduduknya berprofesi seniman lukisan kamasan. Dulu memang penduduk Kamasan bermata pencarian petani. Namun sejak Gunung Agung meletus tahun 1963, mereka beralih profesi menjadi seniman. Tidak hanya kerajinan lukisan yang dihasilkan, tapi juga kerajinan perak, emas, kuningan, dan selongsong peluru. f- Industri Kerajinan Gong, Gamelan, Kerajinan Barang-Barang Untuk Upacara Keagamaan Terdapat industri kerajinan gong dan gamelan di Desa Ti- hingan dan kerajinan barang-barang untuk upacara keaga- maan di Desa Budaga. Memang sebagian besar industri pengolahan yang ada masih berskala kecil atau rumah tangga. g- Pantai Kusamba Pantai Kusamba merupakan obyek wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi, terletak sekitar 7 km ke arah timur dari kota Semarapura. Di samping itu, pantai ini merupakan pantai nelayan dan juga tempat pembuatan garam secara tradisional. Kita dapat menyaksikan setiap hari para nelayan yang sedang melaut mencari ikan maupun petani garam yang sedang membuat garam di pinggir pantai. Sampan nelayan berderet di pinggir pantai di bawah pohon nyiur, begitu pula pondok-pondok pembuatan garam berjejer di sepanjang pantai, menimbulkan pemandangan yang benar-benar menarik bagi mereka yang berkunjung ke pantai tersebut. Bagi wisatawan yang sedang berkunjung ke Bali, obyek wisata ini sangat ideal untuk dipilih sebagai salah satu tujuan wisata. 2- Usaha Jasa Pariwisata Mengenai fasilitas hotel tersedia sebanyak 7.289 kamar dengan tempat tidur berjumlah 12.896 tempat tidur. Dari 220 hotel yang 21 buah termasuk hotel berbintang dengan jumlah kamarnya 2.988 serta 5.159 tempat tidur, sedangkan jumlah kamar hotel non bintang yang tersedia adalah 4.301 kamar dengan tempat tidur sebanyak 7.737 tempat tidur.
  • 19. 2-19 3- Wisatawan Jumlah Wisatawan Manca Negara yang datang lewat Interport Ngurah Rai dan Pelabuhan Laut Padang Bai dan Benoa tahun 2002 berjumlah 1.278.789 orang, sedangkan yang datang ke kota Denpasar sebanyak 1.281.842 orang. Wisatawan domestik/nu- santara datangnya baru bisa dipantau dari laporan bulanan peng- usaha hotel atas tahun-tahun yang menginap di hotelnya masing- masing. Dewasa ini frekwensi arus lalu lintas angkutan orang maupun barang dirasakan makin meningkat, hal ini merupakan hasil dari tersedianya fasilitas perhubungan secara memadai sebagai faktor penunjang kelancaran kehidupan ekonomi. 7. Transportasi a. Perhubungan Darat Prasarana dan sarana transportasi darat di propinsi Bali telah menga- lami perkembangan yang begitu pesat sejak tahun 1990/1991. Hal ini ditandai dengan peiungkatan dan status jalan yang sudah ada baik kualitas konstruksi maupun kualitas dan tingkat pelayanannya. Jaringan transportasi darat di propinsi Bali terdiri dari : 1- Jalan Arteri Primer : Gilimanuk - Denpasar - Padangbai. 2- Jalan Kolektor Primer, meliputi :  Ruas Gilimanuk - Singaraja - Amiapura – Padangbai.  Ruas Siririt - Pupuan – Antosari.  Ruas Singaraja - Bedugul - Beringkit (Mengwi).  Ruas Kubutambahan - Kintamani - Bangli - Sidan (Gianyar).  Ruas Beringkit - Batuan (Gianyar).  Ruas Soka (Tabanan) - Tanah Lot – Kuta. 3- Jaringan transportasi danau : Kedisan - Trunyan (Danau Batur) bersifat lokal. 4- Jaringan transportasi penyeberangan : berfungsi sebagai angkut- an penumpang, pariwisata dan nelayan, meliputi :  Gilimanuk – Ketapang.  Padangbai – Lembar.  Kusamba - Buyuk (penyeberangan lokal). b. Perhubungan Laut Berkembangnya teknologi bidang penangkapan ikan berdampak makin berkembangnya armada penangkapan ikan dengan teknologi maju yang mampu mencapai daeiah penangkpan di perairan ZEEI. Usaha penangkapan ikan dengan menggunakan teknologi maju pelaksanaan- nya masih terbatas pada perusahaan-penisahaan perikanan dan belum mampu dijangkau oleh nelayan kecil. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya permodalan yang dimiliki oleh nelayan kecil, rendahnya
  • 20. 2-20 pengetahuan dan ketrampilan nelayan kecil sehingga belum dapat menguasai teknologi di bidang penangkapan. Dalam tahun 1998 perkembangan armada penangkapan ikan di daerah bali cukup menggembirakan yakni terjadi peningkatan baik dan segi kuantitas maupun kualitas. Namun demikian bila diperhatikan penang- kapan ikan skala kecil/ perikanan rakyat masih mendominasi kegiatan penangkapan ikan di bali yakni sebanyak 12.892 unit (95,02%) terdiri dari perahu tanpa motor dan perahu motor tempel, sedangkan armada penangkapan ikan skala menengah/besar hanya 676 unit (4,98%) dari total armada yang ada. Di Propinsi Bali terdapat potensi besar sebagai terminal ekspor peri- kanan dan produk perikanan karena adanya infrastruktur transportasi yang sangat lengkap dan baik. Dalam kawasan Pelabuhan Umum Benoa terdapat aktifitas perikanan samudera terbesar di Indonesia. Di sini terkonsentrasi industri pengolahan ikan tangkapan berorientasi eksport dengan volume mencapai 200.000 ton/tahun yang sebagian besar diekspor dalain bentuk ikan beku. Kapal ikan yang beroperasi dan wilayah ini juga cukupbanyak dan ber- tonase besar, hal ini dapat diperiksa dari SPI (Surat ljin Penangkapan Ikan yang dikeluarkan untuk perusahaan yang berpangkalan di Benoa sebanyak 21 perusahaan dengan masing-masing memiliki 3 sampai 89 kapal atau total mencapai 455 kapal. Keseluruhan kapal ini berbendera Rl dengan status ada yang milik sendiri, KSO/charter, dan ada yang dari keagenan. Ukuran isi kotor (GT) kapal bervariasi dari 6 GT hingga 157 GT. Adanya desakan kebutuhan tambahan dermaga bongkar ikan, mendorong para pengusaha setempat bekerja sania dengan pihak Kantor cabang Pelabuhan Umum Benoa membangun dermaga perikanan untuk digunakan umum. Pertumbuhan industri perikanan yang cukup besar dan prospektif ini perlu meridapat perhatian, terutama dalam kontribusinya kepada pere- konomian lokal. maupun Indonesia. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya "take and give" yang seimbang antara pihak perusahaan de- ngan kepentingan negara. 8. Pembiayaan Pembangunan Daerah a. Kebijaksanaan pembiayaan pembangunan diusahakan bersumber dari sektor pemerintah dan swasta/dunia usaha. Pembiayaan pembangunan dari sektor pemerintah yang sumbernya dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan terus ditingkatkan. Kegiatan-kegiatan pembangunan yang strategis dan yang mempunyai dampak nasional diusahakan pendana- annya dari Pemerintah Pusat. Sumber dana dari bantuan luar negeri atau pinjaman luar negeri masih dibutuhkan sebagai sumber pembia- yaan terutama untuk mempercepat pembenahan akibat krisis berke- panjangan.
  • 21. 2-21 b. Peningkatan pendapatan daerah melalui penggalian sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah di samping sumber-sumber lainnya dengan meningkatkan efisiensi pengumpulan dan pengeloannya agar lebih ter- arah dan terkendali serta meningkatkan pengawasannya dengan ber- pedoman pada peraturan-undangan yang berlaku. c. Meningkatkan peranan perbankan dan lembaga keuangan lainnya di dalam pembiayaan pembangunan daerah agar makin mampu menam- pung, menyalurkan aspirasi dan minat masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan. d. Menciptakan iklim usaha yang sehat untuk kelancaran berusaha de- ngan maksud untuk meningkatkan peran serta masyarakat dan swas- ta/dunia usaha dalam pembangunan. 9. Kebijakan Pembangunan a. Pengembangan Perikanan Kebijaksanaan pembangunan perikanan Bali mempunyai visi dan misi bahwa pembangunan perikanan merupakan usaha pembangunan ekonomi rakyat menempati urutan prioritas dan akan dikembangkan melaui sistem kelembagaan yang mengakar dari kekuatan ekonomi lakyat. Pembangunan perikanan yang berkelanjutan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani/nelayan Bali pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Sejalan dengan maksud dan tujuan perikanan Bali adalah "Perikanan Modern, Tangguh dan Efisien" dengan misi sebagai berikut : 1- Memberdayakan petani/nelayan tradisional masyarakat perikanan yang mandiri, maju, sejahtera dan berkualitas. 2- Peningkatan gizi masyarakat melalui pemantapan konsumsi hasil perikanan. 3- Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan secara optimal dan berkelanjutan. 4- Menerapkan dan mengembangkan teknologi spesifik lokasi. 5- Mengembangkan dan melaksanakan diversifikasi usaha. Tujuan Pembangunan Perikanan Bali adalah : 1- Memberdayakan petani/nelayan dan meningkatkan kualitas sum- berdaya manusia perikanan. 2- Meningkatkan pemasaran dan perbaikan disytribusi untuk meman- tapkan gizi masyarakat. 3- Meningkatkan produksi, produktivitas, hasil olahan, mutu produk, daya saing dan ekpor hasil perikanan. 4- Meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani/nelayan melalui peningkatan produktivitas dan pendapatan. 5- Mengembangkan ekonomi dan memperluas kesempatan usaha produktif di pedesaan. 6- Meningkatkan kemampuan kelembagaan perikanan.
  • 22. 2-22 Langkah operasional yang penting untuk ditempuh dalam rangka men- capai tujuan pembangunan perikanan tersebut adalah sebagai berikut : 1- Pengelolaan sumberdaya perikanan adalah berpedoman pada upaya pemanfaatan secara optimal dan rasional sekaligus mem- pertahankan kelestarian sumber dan lingkungan. Peningkatan pro- duksi ikan ekonomis penting untuk pemenuhan kebutuhan dasar dan peningkatan pendapatan petani nelayan yang ditunjang pe- ningkatan upaya (effort) dan prasarana (infrastruktur) harus meng- acu pada cara penangkapan yang berwawasan lingkungan. 2- Pengambangan usaha penangkapan ikan tetap diarahkan pada perairan yang belum padat pengusahaannya, namun sumber daya ikannya masih cukup potensial, disamping pengembangan pe- nangkapan ikan lepas pantai dan samudera/ ZEE. Pemanfatan sumberdaya perikanan demersal yang selama ini belum diusaha- kan dengan optimal terus diupayakan peningkatannnya. Selain itu usaha-usaha diversifikasi penangkapan ikan terus diupayakan serta disesuaikan dengan musim, jenis dan potensi sumbernya. 3- Di bidang budidaya laut khususnya rumput laut, usaha ekstensi- fikasi sekaligus dengan peningkatan intensifikasi terus dilanjutkan dan diupayakan peningkatannya, disamping diversifikasi komodi- tas budidaya laut selain rumput laut. Untuk menunjang pengem- bangan budidaya laut ini poerlu didukung dengan penetapan areal untuk menghindari terjadinya benturan kepentingan antar kegiatan sektor, sehingga ada jaminan dan kepastian hukum bagi petani atau swasta lainnya dalain pengusahaan budidaya laut. 4- Pengembangan budidaya udang tambak akan terus diupayakan penigkatannya melalui ektensifikasi, intensifikasi dengan tetap memperhatikan daya dukung lahan, serta diversifikasi untuk jenis komoditas lainnya seperti kakap putih, kepiting dan lainnya. Pengembangan tambak diupayakan melalui peningkatan peran serta sektor swasta, disamping juga melalui program INTAM dan Swadaya masyarakat Untuk mendukung pengembangan tambak ini, prasarana saluran irigasi perlu ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitas serta perlu adanya penataan kawasan tambak. 5- Selanjutnya pengembangan budidaya ikan air tawar terutama akan diarahkan untuk penyediaan ikan konsumsi bagi konsumen lokal dan pariwisata. Pengambangan budidaya ikan air tawar ini dilaksanakan melalui intensifikasi (INMINDI) dan diversifikasi. Upaya pengembangan minapadi ditingkatkan dan dan dikaitkan dengan pengembangan budidaya jaring apung dikembangkan, disamping peningkatan restocking melalui penebaran ikan untuk mendukung upaya pelestarian sumber di perairan umum yang meliputi sungai, waduk dan danau.
  • 23. 2-23 Sehubungan dengan akan diberlakukannya otonomi daerah, maka per- lu dipersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan kewenangan antara pro- vinsi dan Kabupaten / Kota. Sebagian besar daerah baik provinsi mau- pun Kabupaten - Kota, sama-sama mendukung penuh adanya pember- lakuan Undang-undang, baik UU No, 22 tahun 99 tentang Pemerin-tah Dae- rah maupun UU No. 25 tahun 99 tentang Perimbangan Keuangan an-tara Pe- merintah Pusat dan Daerah, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan PPI. Bahkan beberapa hal berikut ini disarankan untuk dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembagian kewenangan pengelolahan, diantaranya PPI yang dibangun oleh dana APBN dan sudah ke Provinsi diserahkan ke Kabupaten / Kota, PPI yang dibangun Oleh APBD Provinsi diserah- kan ke Pemerintah Provinsi, perlu adanya peninjauan ulang dalam hal pembagian Retribusi pelaksanaan lelang antara Provinsi, Kabupaten/ Kota dan PUSKUD. Dari dua unit PPI/TPI yang telah berfungsi tersebut di atas satu unit di antaranya fasilitasnya terus ditingkatkan yaitu dan Pangkalan Pendaran lkan menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai. Pangkalan pendaratan ikan (PPI) Pengambengan mempunyai peranan yang penting untuk menun- jang dan memperiancar kegiatan perikanan yang memanfaatkannya yaitu nelayan yang beroperasi di selat Bali dan menampung kegiatan nelayan dan PPI/TPI Kedonganan di Kabupaten Badung. Selain dan itu juga PPI/TPI Pengambengan menunjang kegiatan agribisnis yang men- jadi pendekatan pembangunan sektor perikanan yang sudah berkem- bang di PPI/TPI Pengambengan dan sekitarnya. Adapun fasilitas-fasi- litas yang telah dibangun di PPI/TPI Pengambengan sampai pada ta- hun 1998 jauh berbeda dengan tahun 1997. Selain prasarana penang- kapan ikan juga prasarana pasca panen memegang peranan penting, untuk menangani agar ikan tetap segar sampai pada konsumen akhir. b. Pengembangan Pariwisata Pengembangan kepariwisataan diarahkan guna mewujudkan Bali se- bagai obyek pariwisata budaya. Sumber utama dan titik berat kepariwi- sataan bertumpu pada kebudayaan yang dijiwai oleh agama Hindu ser- ta keindahan alam. Kepariwisataan tidak terbatas pada usaha kerajinan tangan, pertanian dan budaya serta kesenian tetapi justru merupakan usaha komplementer yang sangat komplek dan menyeluruh, baik dalam bentuk pelayanan, seperti : Akomodasi dan transportasi serta pelayanan jasa-jasa lainnya. Langkah-langkah guna menunjang usaha kepariwisataan antara lain melalui pengembangan obyek wisata serta kegiatan produksi barang kerajinan untuk cinderamata, di samping tetap menjaga stabilitas keamanan dan kelestarian lingkungan hidup. Berdasarkan Perda Provinsi Tingkat I Bali No.14 tahun 1989 sebagian urusan Pemerintahan di bidang Kepariwisataan telah diserahkan kepa- da kabupaten./kota yang meliputi:
  • 24. 2-24 1- Urusan Obyek Wisata, sepanjang yang tidak menjadi urusan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Tingkat I Bali. 2- Urusan Usaha Rekreasi dan hiburan Umum kecuali disco dan rekreasi air. 3- Urusan perkemahan dan Mandala Wisata. 4- Urusan Promosi di dalam Wilayah. c. Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia 1- GEF/UNDP/IMO Regional Programme GEF/UNDP/IMO Regional Programme adalah suatu program ker- jasama manajemen lingkungan dengan fokus kepada pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut di Asia Timur antara 11 nega- ra, yaitu : Brunei Darusalam, Cambodia, China, Korea Utara, Indo- nesia, Malaysia, Philippines, Korea Selatan, Singapore, Thailand dan Vietnam. Executing Agency untuk program tersebut adalah International Maritime Organization (IMO), dimulai pada tahun 1999 dengan dua pilot project, yaitu di Xianmen (Republic Rakyat China) dan di Batangas (Philippines). Saat ini PEMSEA Program mengem- bangkan 6 National ICM Demonstration Site : Bali-Indonesia, Sihanoukville-Cambodia, Nampo-Korea Utara, Selangor-Malaysia, Chonburi-Thailand dan Danang-Vietnam. Untuk pelaksanaan ICM Demonstration Site di Bali, meliputi 4 kabupaten yaitu Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem dan 1 kota Denpasar, yang telah dimulai pada tanggal 8 September 2000 sampai dengan tahun 2004 (5 tahun). Status pelaksanaan ICM di Bali sampai dengan Pebruari 2002 adalah : a- Penyediaan data dan informasi untuk mendukung proses perencanaan program pengelolaan pesisir dan laut. b- Pembentukan Project Management Office (PMO) dan Project Coordinating Committee (PCC) pada tingkat lokal (Bali), telah selesai dilakukan. c- Profil Lingkungan 4 kabupaten : Badung, Gianyar, Klung- kung, Karangasem dan Kota Denpasar. d- Strategi Pengelolaan Lingkungan untuk Bali Tenggara. Dalam PEMSEA dimungkinkan adanya pararel site, saat ini ada 2 Pararel Site yang telah ditetapkan adalah : Bataan-Phlippines (MOU 10 Pebruari 2000) dan Shiwa-Korea Selatan (MOU 15 Maret 2001). Di samping itu terdapat 3 Lokasi Subregional Sea Area / Pollution Hot Spot, yaitu : Bohai Sea China (MOU 23 Juli 2000), Manila Bay Philippines (MOU 8 Januari 2001) dan Gulf of Thailand (MOU sedang disiap-
  • 25. 2-25 kan). Terbuka kemungkinan untuk Indonesia mengusulkan lokasi "hot spot", yaitu : Teluk Benoa dan lokasi pararel site : Sukabumi. Mengingat adanya kemungkinan untuk penerapan model penge- lolaan ICM Bali di lokasi lain (pararel site) dengan penyesuaian kondisi setempat, maka terbuka kemungkinan Indonesia mengu- sulkan "pararel site PEMSEA ICM" : Syarat pengusulan pararel site adalah : a- Kesiapan daerah (institusi, sumberdaya manusia, penda- naan. b- Secara resmi diajukan oleh National Focal Point kepada Re- gional Programme Director PEMSEA c- Mengadopsi ICZM Management Plan yang telah dikem- bangkan di lokasi ICM Demonstration Site yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Dengan memperhatikan potensi pesisir dan laut Kabupaten Sukabumi dan sebagai tindak lanjut MOU antara Menteri Negara Lingkungan Hidup / Kepala Bapedal dengan Bupati Sukabumi yang telah ditandatangani pada tanggal 12 Juli 2001 dengan mengadopsi Program Pantai dan Laut Lestari, maka diusulkan Kabupaten Sukabumi menjadi PEMSEA GEF/UNDP/IMO Pararel Site. 2- Proses Integrated Coastal Management (ICM) Bali Demonstration Site a- Tahap Persiapan Membangun mekanisme pengelolaan proyek, meliputi kan- tor, fasilitas pendukung, staffing, klarifikasi keterkaitan kerja PMO dengan pemerintah daerah (4 kabupaten dan 1 kota), pelatihan staf dan anggaran. b- Tahap Inisiasi Penyiapan profil lingkungan (4 kabupaten dan 1 kota : identifikasi potensi, permasalahan lingkungan), membangun visi-misi, membangun rencana komunikasi dengan stake- holders. c- Tahap Pengembangan Menyiapkan Strategi Dasar Pengelolaan Pesisir (ICM) Bali Tenggara. d- Tahap Adopsi Ddopsi ICM Bali Tenggara oleh pemerintah 4 kabupaten dan
  • 26. 2-26 1 kota, sosialisasi ICM Bali Tenggara kepada seluruh stake- holders. e- Tahap Implementasi Pelaksanaan strategi ICM Bali Tenggara di 4 kabupaten dan 1 kota. f- Tahap Penyempurnaan dan Konsolidasi Penyempurnaan terhadap ICM Bali Tenggaraberdasarkan implementasi lapangan dan pengembangan ICM Bali Teng- gara ke daerah-daerah lain disesuaikan dengan kondisi se- tempat. PEMSEA Demonstration Site Bali sampai dengan bulan Pebruari 2002, telah menyelesaikan tahap persiapan, tahap inisiasi dan tahap pengembangan, direncanakan pada saat PEMSEA Side Event di Bali tanggal 2 Juni 2002, akan masuk pada tahap adopsi, dan direncanakan pada akhir tahun 2004 akan sampai pada tahap penyempurnaan dan konsolidasi. Bersamaan dengan Acara Fourth Meeting of the Prepatory Committee for the World Summit on Sustainable Development, di Bali pada tanggal 27 Mei - 7 Juni 2002, telah diselenggarakan Pararel Event atas kerjasama antara Kementerian Lingkungan Hidup, Pemerintah Provinsi Bali, GEF dan PEMSEA, di Pantai Sanur pada tanggal 2 Juni 2002. Dalam acara tersebut dihadiri oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup, Wakil Gubernur Bali, Ketua DPRD Prop Bali, Kepala-kepala Daerah Kabupaten/Kota serta DPRD Kabupaten/kota se Bali, daerah-daerah lain di luar Bali seperti DKI Jakarta, Sukabumi, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Makassar, Sulawesi Utara dll serta undangan dari Delegasi Prepcom4. Acara utama dalam Pararel Event tersebut adalah : a- Penandatanganan Deklarasi Bali "Strategi Pengelolaan Pesisir dan Laut Wilayah Bali" oleh Bupati/Walikota dan Ketua DPRD se- Bali, Gubernur dan Ketua DPRD Provinsi serta Menteri Negara Lingkungan Hidup. b- Penandatanganan "Strategi Pengelolaan Pesisir Wilayah Bali Tenggara" oleh daerah-daerah yang melaksanakan Program PEMSEA, yaitu : Kabupaten Badung, Gianyar, Klungkung, Ka- rangasem dan Kota Denpasar serta Gubernur Bali. c- Laporan Pelaksanaan kegiatan ICM Demonstration Site di Bali, meliputi 4 kabupaten yaitu Badung, Gianyar, Klungkung, Karanga- sem dan 1 kota Denpasar, yang telah dimulai pada tanggal 8 Sep- tember 2000, direncanakan sampai dengan tahun 2004 (5 tahun), yang dikoordinasikan oleh Bapedalda Provinsi Bali.
  • 27. 2-27 Diharapkan dengan ditandatanganinya Deklarasi Bali mengenai "Stra- tegi Pengelolaan Pesisir dan Laut Wilayah Bali", maka Kabupaten Bule- leng, Jembrana, Tabanan dan Bangli dapat segera mengikuti "langkah- langkah" pengelolaan wilayah pesisir dan laut yang telah dirintis oleh Kabupaten Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem dan Kota Den- pasar, yaitu : a- Tahap Persiapan : membangun mekanisme pengelolaan di kabu- paten/kota yang bersangkutan, meliputi kantor, fasilitas pendu- kung, staffing, klarifikasi keterkaitan kerja antar stakeholders, pela- tihan staf dan anggaran. b- Tahap Inisiasi : penyiapan profil lingkungan yang meliputi iden- tifikasi potensi, permasalahan lingkungan, membangun visi-misi, membangun rencana komunikasi dengan stakeholders di masing- masing kabupaten. c- Tahap Pengembangan : menyiapkan Strategi Dasar Pengelolaan Pesisir (ICM) di masingmasing kabupaten. d- Tahap Adopsi : adopsi ICM Bali Tenggara oleh pemerintah Kabu- paten Buleleng, Jembrana, Tabanan dan Bangli serta sosialisasi ICM tersebut kepada seluruh stakeholders. e- Tahap Implementasi : pelaksanaan strategi ICM di Kabupaten Bule- leng, Jembrana,Tabanan dan Bangli. f- Tahap Penyempurnaan dan Konsolidasi : penyempurnaan terhadap ICM berdasarkan implementasi lapangan dan pengembangan ICM di masing-masing daerah. Bersamaan dengan Acara Pararel Event, dibahas rencana Pararel Site untuk Kabupaten Sukabumi. Dengan memperhatikan potensi pesisir dan laut Kabupaten Sukabumi dan sebagai tindak lanjut MOU antara Menteri Negara Lingkungan Hidup / Kepala Bapedal dengan Bupati Sukabumi yang telah ditandatangani pada tanggal 12 Juli 2001 dengan mengadopsi Program Pantai dan Laut Lestari serta telah dipenuhinya persyaratan : a- kesiapan daerah (institusi, sumberdaya manusia, pendanaan) b- secara resmi diajukan oleh National Focal Point kepada Regional Programme Director PEMSEA c- mengadopsi ICZM Management Plan yang telah dikembangkan di lokasi ICM Demonstration Site yang disesuaikan dengan kondisi setempat, maka oleh pihak PEMSEA Coordinator Program, Kabupaten Sukabumi layak menjadi PEMSEA GEF/UNDP/IMO Pararel Site. Untuk itu direncanakan Tim Evaluasi Persiapan Pararel Site PEMSEA Management Office Manila akan mengadakan kunjungan dan pertemuan dengan seluruh stakeholders di Kabupaten Sukabumi, pada bulan Juli-Agustus 2002 dan diharapkan penandatanganan MOU antara Bupati Sukabumi de- ngan PEMSEA Coordinator Program akan dapat dilakukan pada bulan Oktober 2002.
  • 28. 2-28