2. KENAPA?
•َينِنِمْؤُمْال َرَمَأ اًبِيَط ََّلِإ ُلَبْقَي ََل ٌبِيَط َ َّاَّلل َّنِإَينِلَس ْرُمْال ِهِب َرَمَأ اَمِب[ص:20]َلاَقَف:{ُك ُلُسُّالر اَهُّيَأ اَيواُل
اًحِلاَص واُلَمْعا َو ِتاَبِيَّالط َنِم}[المؤمنون:51]َلاَق َّمُث{ُك واُنَمآ َِينذَّال اَهُّيَأ اَياَم ِتاَبِيَط ْنِم واُل
ْمُكَانْق َز َر}[البقرة:172]َثَعْشَأ ، َرَفَّسال ُليِطُي ًًلُجَر َرَكَذ َّمُث َلاَقَي ِاءَمَّسال ىَلِإ ُهَدَي ُّدُمَي َرَبْغَأ،ِب َر اَي ُلوُق
َرَحْالِب َِيذَغ َو ،ٌماَرَح ُهُسَبْلَم َو ،ٌماَرَح ُهُماَعَط َو ،ِب َر اَيُهَل ُجابَتْسُي ىَّنَأَف ِام(والترمذي مسلم)
• “Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik-baik. Sesungguhnya Allah
memerintahkan kaum beriman dengan apa-apa yang diperintahkan kepada para nabi.” Lalu Beliau membaca,
“Wahai para rasul makanlah yang baik-baik dan kerjakanlah amal shalih.” (QS. Al-Mu’minun (23): 51). Dan
membaca, “Wahai orang-orang beriman makanlah yang baik-baik dari apa-apa yang Kami rezekikan kepada
kalian.” (QS. Al-Baqarah (2): 172). Lalu beliau menyebutkan ada seorang laki-laki dalam sebuah perjalanan
yang jauh, kusut dan berdebu, dia menengadahkan kedua tangannya ke langit, “Wahai Rabb, wahai Rabb,”
sedangkan makanannya haram, minumannnya haram, pakaiannya haram dan dia dikenyangkan dengan yang
haram, bagaimana bisa doanya dikabulkan?”
3. •ِهِب ىَل ْوَأ ُارَّنالَف ،ٍتْحُس ْنِم َتَبَن ٍمْحَل ُّلُك(الترغ صحيحوالترهيب يب:2242)
“Setiap daging yang tumbuh dari harta yang haram, neraka adalah tempat yang layak baginya.”
(Shahih at-Targhib wat Tarhid no. 2242)
•أبى أم شاء الربا أكل وإَل تفقه قد من إَل سوقنا في يبع َل(الخطاب بن عمر)
“Jangan berjualan di pasar kami kecuali yang telah fakih (dalam ilmu jual beli). Jika tidak, ia
akan makan riba baik ia menyengaja atau tidak.”
4. •بهًلكها هللا أذن قرية في والربا الزنا ظهر إذا(مسعود ابن)
• “Apabila zina dan riba telah tampak di suatu negeri, maka Allah telah menandakan
kehancurannya.” (Ibnu Mas’ud)
•حرام أو حًلل أ بطنك يدخل ما تنظر حتى نفعك ما السارية هذه قيام قمت لو(الورد بن وهيب)
“Sekiranya kamu berdiri (shalat malam) seperti pilar masjid ini, itu tidak bermanfaat bagimu sehingga kamu
memperhatikan apa yang masuk perutmu, apakah ia halal atau haram.” (Wuhaib bin al-Warad)
5. TRANSAKSI SYAR’I
Transaksi yang kita lakukan oleh syariat diklasifikasikan menjadi 4, masing-masing memiliki
aturan yang berbeda:
1. Transaksi Mu’awadhah
2. Transaksi Irfaq
3. Transaksi Tabarru’
4. Transaksi I`timan
6. MU’AWADHAH
• Mu’awadhah berarti saling menukar
• Yang termasuk transaksi ini adalah bay’ (jual beli), ijarah (sewa menyewa), dan
mudharabah—syirkah (kerja sama)
7. IRFAQ
• Irfaq berarti menyayangi
• Yang termasuk transaksi irfaq yaitu akad pinjam; jika yang dikembalikan benda yang
dipinjam disebut ‘ariyah, dan jika yang dikembalikan gantinya disebut qardh.
8. TABARRU’
• Tabarru’ berarti berbuat baik.
• Yang termasuk transaksi tabarru’ adalah hibah, hadiah, waqaf, dan shadaqah.
9. I’TIMAN
• I’timan berarti kepercayaan.
• Yang termasuk transaksi i’timan adalah wadi’ah (titipan) dan wakalah (perwakilan).
10. SYARAT TRANSAKSI SYAR’I
• Transaksi syar’i harus memenuhi syarat dan tidak boleh mengandung salah satu dari tiga
unsur pengharam transaksi: riba, kezhaliman, gharar (spekulasi).
• Syarat pelaku: berakal, baligh, ridha.
• Syarat barang: bukan najis, bermanfaat, jelas dzatnya, kadarnya, sifatnya, dapat diserahkan,
dimiliki oleh yang berakad.
• Syarat shighat: ijab, qabul, dan tidak mengandung syarat yang merusak akad. .
11. SYARAT KERJA SAMA
• Kerja sama yang dibolehkan syar’i adalah kerja sama dalam modal, kerja sama dalam usaha,
kerja sama dalam keduanya, dan kerja sama antara pemodal dan pengusaha
• Keuntungan yang didapat harus dibagi berdasarkan prosentase.
• Jika terjadi kerugian, rugi dana ditanggung pemodal, rugi tenaga ditanggung pengusaha.