Laporan keuangan proforma PT. Sepatu Bata Tbk. periode 2008-2012 menganalisis rasio likuiditas dan profitabilitas perusahaan untuk melihat kinerja keuangan dan kelangsungan usaha selama 5 tahun. Dokumen ini juga memaparkan profil perusahaan, sejarah, struktur organisasi, dan jabatan-jabatan di PT. Sepatu Bata Tbk.
1. LAPORAN KEUANGAN PROFORMA
PT. SEPATU BATA TBK.
Periode 2008-2012
Putri Permatasari Husa, SE, M.Buss.
Disusun oleh:
Kelompok 5
CAHYA PAMBARAP F3312033
GARNIS NURHIDAYAH F3312064
REBECA ARLINDA PI F3312105
PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2014
1
2. BAB I
Gambaran Umum Perusahaan
2
A. Profil Perusahaan
Pada saat ini, industri manufaktur sudah berkembang pesat di Indonesia.
Banyak perusahaan bermunculan dan melakukan suatu kegiatan manufaktur dan
proses produksi. Perusahaan-perusahaan tersebut setiap waktu berusaha untuk
meningkatkan kualitas hasil produksi. Perusahaan bersaing untuk mendapat pasar
yang lebih banyak dan berupaya mendapat perhatian dari para konsumen.
Setiap industri dituntut untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil
produksi perusahaan untuk mengahdapi persaingan yang ada saat ini. Karena dengan
hal ini, perusahanan manufaktur tersebut akan terus mendapat kepercayaan dari
konsumen. Disini perusahaan bidang industri manufaktur harus menjaga proses
produsksi agar berjalan dalam kondisi operasi yang optimal. Optimal disini berarti
dapat memenuhi permintaan konsumen dengan tepat waktu dan berkualitas. Untuk
mencapai hal tersebut, banyak faktor yang harus diperhatikan.
PT. Sepatu Bata Tbk. merupakan perusahaan industri manufaktur yang
menghasilkan produk sepatu dan sandal, baik sepatu resmi dan santai untuk pria
maupun wanita. PT. Sepatu Bata Tbk. ini melakukan proses produksi secara terus-menerus
dan dituntut untuk menghasilkan produk dengan baik dan tepat waktu. Karena
produk sepatu yang dihasilkan ini merupakan salah-satu produk yang diminat i
konsumen di Indonesia dari kalangan menengah kebawah sampai kalangan menengah
ke atas.
Struktur organisasi PT Sepatu Bata Tbk kami sajikan di dalam lampira n.
Berikut ini adalah profil perusahaan secara singkat.
3. 3
1. Dewan Komisaris:
Marcello Pace
Jorge Domingo Carbajal Gutierrez
Michael Graham Voisey Middleton
Hanafiah Djajawinata
Farid Harianto
2. Dewan Direksi:
Alberto Errico
Fabio Bellini
Ricardo Lumalessil
Solaiappan Mariappan
3. Sekretaris Perusahaan:
Is Sugiyono
4. Kantor:
Kantor Pusat
Graha Bata
Jl. R.A Kartini kav. 28
Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430
Telp. +62 21 750 5353, Fax. +62 21 750 5354
Pabrik Purwakarta
Jl. Raya Cibening
Kecamatan Campaka
Purwakarta 41181
Telp. +62 264 203 870, 203 871, Fax. +62 264 203 860
5. Akuntan Publik:
Kantor Akuntan Purwanto, Suherman & Surja.
Ernst & Young
6. Penasehat Hukum:
4. 4
Kartini Muljadi & Rekan
Jalan Gunawarman No. 18, Kebayoran Baru, Jakarta 12110.
7. Bank:
Bank Negara Indonesia Tbk, Cabang Tebet
The Hongkong Shanghai Banking Co. Ltd (HSBC)
8. Kantor Penunjang Pasar Modal:
PT. Blue Chip Mulia
Gedung Bina Mulia I Lt.4,
Jl. HR. Rasuna Said kav. 10
Kuningan Jakarta 12950
B. Sejarah Singkat Perusahaan
Bata atau T.&A. Bata Shoe Company terdaftar di Zlin, Ceko (Dulu
Cekoslovakia) oleh dua bersaudara Tomáš, Anna dan Antonín Bata (1894).
Perusahaan sepatu raksasa keluarga ini mengoperasikan empat unit bisnis
internasional: Bata Eropa, Bata Asia-Pasifika, Afrika, Bata Amerika Latin dan
Bata Amerika Utara. Produk perusahaan ini hadir di lebih dari 50 negara dan
memiliki fasilitas produksi di 26 negara. Sepanjang sejarahnya, perusahaan ini
telah menjual sebanyak 14 milyar pasang sepatu.
Di Indonesia pengoperasian penjualan sepatu Bata dijalankan oleh PT. Sepatu
Bata, Tbk. Pabrik perusahaan ini pertama kali berdiri pada tahun 1939, sejauh ini
telah menghasilkan capaian 7 juta pasang alas kaki setahun, dan terdiri dari 400
model sepatu, sepatu sandal dan sandal, dari kulit, karet dan plastik. Sebelum
tahun 1978, status Bata di Indonesia adalah PMA, sehingga dilarang menjual
langsung ke pasar. Bata menjual melalui para penyalur khusus (depot) dengan
sistem konsinyasi. Status para penyalur tersebut diubah dan pada 1 Januari 1978,
5. yaitu saat izin dagang Bata "dipindahkan" kepada mereka dan PT. Sepatu Bata,
Tbk menjadi perusahaan PMDM.
Merek berlisensi Perusahaan, selain merek Bata utama, termasuk North Star,
Power, Bubblegummers, Marie-Claire dan Weinbrenner. Perusahaan ini juga
tetap sebagai anggota dari Organisasi Sepatu Bata internasional. Yang berlokasi
di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, 12750. Yang didirikan di
Indonesia pada tanggal 15 Oktober 1931 dengan akte notaris Adrian Hendrick
Van Ophuisjen No. 64, dengan nama Nederlandsch-Indische Schoenhande l
Maatschappij Bata, kemudian tanggal 29 Desembar 1931 berubah namanya
menjadi PT Sepatu Bata. Perusahaan ini berkantor pusat dulunya di Jalan TMP
Kalibata, tetapi sekarang berpindah di daerah jalan T.B Simatupang karena
proyek Kalibata City. Pada tahun 1995 pabrik baru di buka di Purwakarta Jawa
Barat. Sampai saat ini perusahaan ini adalah pelopor perusahaan alas kaki di
Indonesia. Agar tetap dapat bersaing di pasar global, maka semua upaya
dilakukan seperti perbaikan teknologi dan efisiensi produksi agar tetap dapat
bersaing. Salah satu yang tetap harus dipertahankan adalah kinerja keuangan
perusahaan. Kondisi keuangan harus selalu berada dalam standar yang telah
ditetapkan oleh perusahaan PT Sepatu Bata adalah perusahaan yang bergerak di
bidang industri alas kaki dan juga mengacu kepada standar industri sejenis.
Corporate initiatives, Menjadikan Bata sebagai lembaga internasional yang
memiliki gagasan dan kreativitas yang tinggi serta menciptakan kondisi yang
merangsang untuk berfikir secara internasional.
Bata Culture menciptakan kesempatan yang sama bagi semua karyawan untuk
mendapatkan promosi atau pelatihan dan pendidikan. Dengan mendapatkan
training tersebut, diharapkan karyawan memperoleh keahlian yang pada akhirnya
bisa mendapatkan promosi untuk level internasional.
5
6. Culture, Perusahaan Bata Memiliki tradisi untuk menjadi perusahaan yang
berkontribusi untuk kesejahteraan masyarakat disekitar kegiatan usaha
perusahaan.
Bata Bekerja keras untuk membangun hubungan jangka panjang dengan suplier
dan distributornya. kegiatan Usaha Bata di seluruh dunia, dipastikan
dilaksanakan secara etis.
Perkembangan PT. Sepatu Bata Tbk. Di Indonesia dari tahun ke-tahun:
Tahun 1931, didirikan di Indonesia sebagai importir sepatu.
Tahun 1940, produksi dimulai di pabrik Kalibata di Jakarta Selatan.
Tahun 1982, tercatat di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 24 Maret.
Tahun 1994, menyelesaikan pembangunan pabrik Purwakarta.
Tahun 2004, memperoleh Lisensi Import dan Distribusi Umum.
Tahun 2008, pabrik tanah Kalibata dijual dan produksi dipindahkan ke
6
Purwakarta.
Tahun 2008, administrasi dan kantor pemasaran dipindahkan ke Graha
Bata, Cilandak Barat, Jakarta.
Tahun 2009, pembukaan toko Bata terbesar dan menjadi unggulan di
Mall Artha Gading Jakarta, Indonesia.
Tahun 2010, membuka konsep kios baru dengan merek PataPata.
Jabatan-jabatan :
Presiden Direktur
Jabatan ini memiliki fungsi yang menentukan jalannya perusahaan yang ditinja u
dari egala aspek, baik itu menentukan jalannya produksi, pemasaran dan
manajemen perusahaan perusahaan secara keseluruhan. Dalam hal ini, Presiden
Direktur lain dari departemen-departemen yang ada dalam perusahaan tersebut.
Production
7. Bagian produksi merupakan bagian yang merealisasikan seluruh planning dan
konsep yang ingin di hasilkan menjadi suatu produkjadi yan akan dikeluarkan ke
pasaran. Bagian ini bertanggungjawab atas jalannya proses produksi yang
dihasilkan dengan memenuhi estimasinya.
7
Purchasing
Bagian ini berfungsi dimana melakukan pembelian dan pemesanan. Pembelia n
dan pemesana dilakukan bagian purchasing antara lain dalam hal pembelia n
material. Bagian purchasing yang melakukan pemesanan material yang
dibutuhkan untuk keperluan produksi. Dan tentunya pembelian dan pemesanan
yang dilakukan sesuai dengan yang dibutuhkan.
Product Development Support
Product Development Support sebagai bagian yang berfungsi untuk merancang
dan mengembangkan produk yang udah ada, agar produk tersebut dapat
mengikuti perkembangan tren mode terkini.
Dimulai dengan membuat konsep hingga menjadi sebuat prototype produk yang
dikembangkan. Setelah itu produk diajukan untuk menjadi produk yang akan
dibut masal dan dipasarkan.
Marketing
Marketing merupakan bagian yang menjalankan tugas pemasaran produ yang
telah dihasilkan terhadap konsumen. Bagian marketing juga membuat suatu
Production Estimate yang diberikan ke bagian produksi.dimana ddalamnya
berisi mengenai berap banyakn jumlah produk yang diestimasikan dalam
produksi.
Financial
Departemen financial memiliki fungsi sebagai accounting perusahaan ini.
Kmudian bagian finansial berfungsi sebagai pemegang pengendalian data, baik
hal penjualan maupun pembelia.
8. 8
Human Resources
Bagian ini merupakan divisi yang berkaitan dengan segala hal mengenai sumber
daya manusia didalam pabrik. Baik itu hal perekrutan pegawai, kesejahteraan
pegawai sampai denga pemberhentisn masa kerja pegawai.
Merchandising
Bagian merchandising memiliki tugas untuk menyerap tren pasar untuk
diterapkan kedalam produksi. Bagiann ini juga bertugas untuk membuat Sales
Report, dimana laporan ini digunakan sebagai dasar pembuatan planning
kedepan serta dipakai untuk penyeleki produk-produk yang akan dijual untuk
waktu yang akan datang.
Costing
Bagian costing berfungsi untuk merincikan jumlah pengeluaran biaya yang
dikeluarkan untuk keperluan dalam menghasilkan produk, sebagai contoh biaya-biaya
material yang harus dikeluarkan dan hal itu semuanya tentuang didalam
costing ticket.
9. BAB II
Latar Belakang Analisis
Analisis sangat bergantung pada informasi laporan keuangan perusahaan dan
merupakan salah satu sumber informasi yang penting disamping informasi mengenai
kondisi industri, seperti bunga pasar perusahaan, kondisi perekonomian, kualitas
menajemen dan hal yang lainnya sebagai asumsi lain yang mempengaruhi hasil
analisis. Untuk dapat menganalisa kinerja perusahaan dalam kemampuannya
memperoleh laba dan kegiatan operasionalnya kita dapat mengukur lewat bergai
macam rasio yang dibandingkan dengan perusahaan lain dalam satu industri yang
sama.
Dewasa ini banyak kita jumpai industri besar salah satunya pada industr i
produksi sepatu. Di Indonesia kita banyak menjumpai merk sepatu yang sudah tidak
asing lagi di kalangan masyarakat mulaidari merk local dan internas ional, seperti Ando,
Bata, Nevada, New Era, Buccheri dan lain sebagainya. Hari ini banyak sekali merk
sepatu lokal yang namanya mulai meredup. Pada makalah kali ini kami ingin
menganalisis salah satu produk local yaitu sepatu Bata yang pada tahun 2000-an
namanya cukup dikenal. PT sepatu Bata yang berdiri pada tahun 1931 dengan nama
NederlandschIndische Schoenhandel Maatschappij Bata ini diperkirakan akan
mempunyai pangsa pasar yang potensial di masa yang akan datang. Akan tetapi dari
tahun ke tahun terutama pada tahun 2000 ke atas banyak dijumpai merk luar negeri
yang merajah pangsa pasar Indonesia , dari makalah ini kami ingin mengetahui
seberapa besar pengaruhnya hal tersebut terhadap tren Sepatu Bata ini. Dengan
memanfaatkan laporan keuangan yang berupa Laporan Laba/Rugi dan Neraca yang
dipublikasikan pada tahun 2008-2012 sebagai modal untuk menghitung rasio yang
digunakan untuk menganalisa kondisi keuangan perusahaan, serta untuk
memproyeksikan kelangsungan hidup perusahaan 4 tahun kedepan.
9
10. BAB III
Analisis Laporan Keuangan Proforma
10
A. Analisis Rasio
1. Rasio Likuiditas
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajian finansial jangka pendek yang berupa hutang – hutang
jangka pendek (short time debt)
1.1. Rasio Lancar
Merupakan rasio yang menunjukkan besarnya kas yang dimiliki perusahaan
ditambah dengan aset-aset yang bisa berubah menjadi kas dalam waktu satu
tahun, relatif terhadap besarnya hutang-hutang yang jatuh tempo dalam waktu
dekat (tidak lebih dari satu tahun) atau rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki
Dapat dihitung dengan formula:
Aktiva Lancar
Kewajiban Lancar
TAHUN AKTIVA
LANCAR*
KEWAJIBAN
LANCAR*
RASIO
LANCAR
2008 240302947 110428767 2,18
2009 242294757 103018589 2,35
11. 2010 295496348 141757440 2,08
2011 316645577 148822766 2,10
2012 357373694 168267966 2,12
Rasio Lancar
2008 2009 2010 2011 2012
11
*dalam ribuan rupiah
Tabel 1.1 Rasio lancar
2.35
2.08
Grafik 1.1 Grafik rasio lancar
2.18
2.13 2.12
Berdasarkan grafik di atas , rasio lancar PT Sepatu Bata Tbk. selama 5 tahun
2.40
2.35
2.30
2.25
2.20
2.15
2.10
2.05
2.00
1.95
mulai dari tahun 2008 hingga tahun 2012 menunjukkan jumlah yang cenderung
stabil di atas angka 2. Perubahan yang terjadi juga tidak signifikan meskipun
perusahaan sempat mengalami kenaikan dan penurunan, rasio masing-mas ing
yaitu 2,18 (2008), 2,35 (2009), 2,08 (2010), 2,13 (2011), dan 2,12( 2012). Pada
tahun 2008 rasio lancar menunjukkan angka 2,18 berarti setiap Rp 2,18 dari kas
dapat menjamin Rp 1 dari hutang lancar. Sehingga masih ada sisa kas bebas Rp
1,18 yang dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan
dan kegiatan lainnya. Pada tahun 2009 rasionya naik 17% menjadi 2,35. Hal
12. tersebut diakibatkan adanya kenaikan aktiva lancar perusahaan yang diikuti dengan
penurunan kewajiban lancarnya. Sempat mengalami penurunan pada tahun 2010
sebesar 27%, nyatanya perusahaan berhasil menaikkan rasionya pada tahun 2011
sebesar 5% menjadi 2,13. Akan tetapi perusahaan harus kembali mengalami
penurunan pada tahun 2012 meskipun jumlahnya sangat kecil yaitu 1%. Secara
umum, salah satu hal penting yang berpengaruh terhadap rasio lancar perusahaan
yaitu aktiva lancar selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun akan tetapi hal
tersebut tidak seimbang dengan kenaikan kewajiban lancarnya sehingga pada tahun
2010 dan 2012 rasio lancar perusahaan harus mengalami penurunan.
12
1.2. Rasio Cepat
Merupakan angka perbandingan antara jumlah uang kas bank, piutang dagang, dan
sekuritas yang mudah dijual terhadap jumlah utang lancar. Rasio ini di pakai sebagai
ukuran kemampuan perusahaan untuk membayar dengan segera utang lancamya.
Persediaan tidak termasuk di dalamnya karena persediaan dianggap memerlukan waktu
yang cukup lama untuk dapat direalisasikan menjadi kas.
Dapat dihitung dengan formula:
Aktiva lancar – persediaan
Kewajiban lancar
TAHUN Aktiva
Lancar*
Persediaan* Kewajiban
Lancar*
RASIO
CEPAT
2008 240302947 151761143 110428767 0,80
2009 242294757 164290195 103018589 0,76
13. 2010 295496348 191217901 141757440 0,74
2011 316645577 193997433 148822766 0.82
2012 357373694 221854075 168267966 0.81
Rasio Cepat
13
*dalam ribuan rupiah
Tabel 1.2 Rasio cepat
0.76
0.74
Grafik 1.2 Rasio cepat
0.80
0.82
0.84
0.82
0.80
0.78
0.76
0.74
0.72
0.70
Berdasarkan grafik di atas, terungkap bahwa terjadi penurunan rasio cepat
perusahaan dari 0,80 (2008) menjadi 0,76 (2009). Penyebab penurunan rasio
tersebut karena adanya kenaikan persediaan barang yang dimiliki perusahaan
sebesar 8,25% yang melebihi kenaikan aktiva lancarnya. Penurunan juga masih
terjadi di tahun 2010, di mana pada tahun ini seluruh komponen yang
mempengaruhi rasio cepat perusahaan mengalami kenaikan. Akan tetapi besarnya
kenaikan aktiva lancar yang hanya 21% tidak bisa mengimbangi kenaikan
persediaan sebesar 16% dan kewajiban lancar sebesar 37%. Sehingga pada tahun
0.81
0.68
2008 2009 2010 2011 2012
14. ini, rasio cepat perusahaan menurun 4%. Namun perusahaan masih bisa
mempertahankan eksistensinya, hal ini terbukti pada tahun 2011 rasio cepatnya
meningkat cukup signifikan dari 0,74 (2010) menjadi 0,82 (2011). Pada tahun
2012, rasio cepat perusahaan mengalami sedikit penurunan sebesar 1% yang
disebabkan adanya kenaikan sebesar 13% pada kewajiban lancarnya.
14
1.3. Rasio Kas
Menunjukkan aktiva lancar yang paling likuid (mudah dicairkan/diuangkan) dan dapat
digunakan segera untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Dapat dihitung dengan formula:
Aktiva lancar – persediaan – piutang usaha
Kewajiban lancar
TAHUN AKTIVA
LANCAR*
PERSEDIAAN* PIUTANG
USAHA*
KEWAJIBAN
LANCAR*
RASIO
KAS
2008 240302947 151761143 14722762
110428767 0,67
2009 242294757 164290195 13732316 103018589 0,62
2010 295496348 191217901 20460201 141757440 0,59
2011 316645577 193997433 27259760 148822766 0,64
2012 357373694 221854075 31449167 168267966 0,62
*dalam ribuan rupiah
Tabel 1.3 Rasio kas
15. Rasio Kas
Grafik 1.3 Grafik Rasio Kas
0.68
0.66
0.64
0.62
0.60
0.58
0.56
Berdasarkan analisa laporan keuangan dapat diketahui pada tahun 2008, rasio
kas perusahaan menunjukkan angka 0,67. Hal tersebut berarti setiap Rp 1,00
kewajiban lancar perusahaan dijamin dengan Rp 0,67 aktiva lancar setelah
dikurang persediaan dan piutang usaha. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa
perusahaan belum cukup likuid dalam membiayai kewajiban lancarnya karena aset
yang dimiliki belum mampu menutup kewajiban lancarnya. Jika perusahaan
dihadapkan pada kondisi dimana ia harus melunasi piutang lancarnya pada saat
yang bersamaan tahun itu juga perusahaan harus menjual atau mengubah aset lain
menjadi kas atau dengan penukaran. Pada tahun 2009 dan 2010 terjadi penurunan
rasio kas perusahaan masing- masing sebesar 5% dan 3%. Hal tersebut diakibatkan
adanya kenaikan persediaan yang dimiliki perusahaan sebesar 8% di tahun 2009
dan pada tahun 2010 kenaikan aktiva lancar perusahaan tidak mampu mengimbangi
kenaikan persediaan, piutang usaha, dan kewajiban lancarnya. Meskipun sempat
mengalami kenaikan sebesar 5% pada tahun 2011 namun tidak demikian dengan
tahun berikutnya karena pada tahun 2012 rasio kas perusahaan menurun sebesar
2%.
15
0.67
0.62
0.59
0.64
0.62
0.54
2008 2009 2010 2011 2012
16. 16
2. Rasio Aktivitas
Rasio ini mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat
tingkat efektivitas aset. Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian tingkat
aktivitas aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu.
2.1. Rasio Perputaran Piutang
Rasio ini memberikan analisa mengenai frekuensi piutang dapat berubah menjadi
bentuk uang tuai kemudian berubah kembali menjdi bentuk piutang.
Dapat dihitung dengan formula:
Perputaran piutang = Penjualan
Piutang
Rata-rata umur piutang = 365
Perputaran piutang
TAHUN PENJUALAN* PIUTANG * PERPUTARAN
PIUTANG
RATA-RATA
UMUR
PIUTANG
2008 539762355 14722762
37 10
2009 598466433
13732316 44 8
2010 644189190 20460201 31 12
2011 678591535 27259760 25 15
17. 2012 751449338
31449167 24 15
Rasio Perputaran Piutang
2008 2009 2010 2011 2012
17
*dalam ribuan rupiah
Tabel 2.1 Rasio perputaran piutang
43.58
11.59
31.48
14.66
15.28
24.89 23.89
8.38
18.00
16.00
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
Grafik 2.1 Grafik Rasio perputaran piutang
36.66
9.96
Perputaran Piutang
Rata-rata umur piutang
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa rasio perputaran perusahaan
50.00
45.00
40.00
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
pada tahun 2008 sebesar 37 kali atau piutang rata-rata baru dapat tertagih setelah 10
hari. Rasio ini mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi 44 kali atau piutang
rata-rata dapat tertagih hanya dalam waktu 8 hari saja. Namun perolehan ini tidak bisa
dipertahankan oleh perusahaan karena pada tahun 2010 hingga 2012 rasio perputaran
piutangnya justru terus mengalami penurunan yang mengakibatkan semakin lamanya
piutang perusahaan baru dapat tertagih. Semakin rendah tingkat perputaran piutang
perusahaan menunjukkan terlalu besarnya modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk
18. piutang. Perusahaan sebaiknya dapat menekan penjualan kreditnya agar rasio
perputaran piutangnya dapat membaik. Hal ini dapat dicapai melalui peningkata n
motivasi SDM bagian penagihan, dengan cara memberikan reward atau bonus bagi
SDM penagihan yang kinerjanya baik (mampu melakukan penagihan piutang dengan
cepat).
2.2. Rasio Perputaran Persediaan
Rasio ini menunjukkan berapa kali persediaan barang berputar selama satu periode
tertentu
18
Dapat dihitung dengan formula:
Perputaran persediaan = Harga Pokok Penjualan
Persediaan
Rata-rata umur persediaan = 365
Perputaran persediaan
TAHUN HARGA
POKOK
PENJUALAN*
PERSEDIAAN* PERPUTARAN
PERSEDIAAN
RATA-RATA
UMUR
PERSEDIAAN
2008 301240031
151761143 1,98 184
2009 322782390
164290195 1,96 186
2010 337998532 191217901 1,77 206
19. 2011 369611149
193997433 1.91 192
2012 400963064
221854075 1,81 202
Rasio Perputaran Persediaan
184 186
206
192
202
1.98 1.96 1.77 1.91 1.81
2008 2009 2010 2011
19
*Dalam ribuan rupiah
Tabel 2.2 Rasio Perputaran persediaan
Grafik 2.2 Rasio perputaran persediaan
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
Rata-rata umur persediaan
Perputaran Persediaan
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa tingkat perputaran
0.00
persediaan pada tahun 2008 sebesar 1,98 kali atau barang dagangan rata-rata baru dapat
terjual setelah tersimpan di dalam gudang selama 184 hari.Rasio ini mengalami
penurunan selama 4 tahun berturut-turut mulai tahun 2009 hingga tahun 2012.
Penurunan ini disebabkan karena kenaikan jumlah persediaan yang dimiliki perusahaan
20. tidak seimbang dengan kenaikan harga pokok penjualannya. Rasio Perputara
Persediaan yang rendah dapat terjadi karena perusahaan melalukan over investment
dalam persediaannya, hal ini mengindikasikan pengendalian persediaan yang dimiliki
perusahaan kurang efektif sehingga persediaan harus menunggu dalam waktu yang
cukup lama baru dapat terjual. Hal lain yang mempengaruhi perputaran persediaan ini
dimungkinkan produk sepatu ini bukan merupakan fast moving product atau produk
yang cepat terjual, umumnya konsumen membeli sepatu sesuai kebutuhannya. Jadi
angka 184 masih tergolong wajar.
2.3. Rasio Perputaran Aktiva Tetap
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjuala n
berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan,
20
Dapat dihitung dengan formula:
Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan
Aktiva Tetap
TAHUN PENJUALAN* AKTIVA
TETAP*
RASIO
PERPUTARAN
AKTIVA TETAP
2008 539762355 161597632 3,34
2009 598466433
174384380 3,43
21. 2010 644189190 295496348 3,41
2011 678591535
316645577 3,39
2012 751449338
357373694 3,47
Rasio Perputaran Aktiva Tetap
2008 2009 2010 2011 2012
21
*Dalam ribuan rupiah
Tabel 2.3 Rasio Perputaran Aktiva Tetap
3.43
3.41
3.39
3.47
Grafik 2.3 Rasio Perputaran Aktiva Tetap
3.34
Rasio Perputaran Aktiva Tetap
Rasio perputaran aktiva tetap perusahaan pada tahun 2008 sebesar 3,34. Hal ini
3.48
3.46
3.44
3.42
3.40
3.38
3.36
3.34
3.32
3.30
3.28
3.26
berarti setiap Rp 1,00 aktiva tetap mampu menghasilkan Rp 3,34 penjualan netto.Pada
tahun 2009 rasio perputaran aktiva tetapnya meningkat menjadi 3,43. Hal itu
disebabkan danya peningkatan penjualan yang melebihi peningkatan aktiva tetap
perusahaan. Namun rasio ini harus mengalami penurunan selama 2 tahun mulai tahun
22. 2010 hingga 2011 karena aktiva tetap yang dimiliki perusahaan terus meningka t
meskipun jumlahnya tidak signifikan. Pada tahun 2012 perusahaan berhasil menaikka n
penjualannya sebesar 10% sehingga rasio perputaran aktiva tetap perusahaan ikut
meningkat menjadi 3,47. Perusahaan diharapkan mampu mengurangi aktiva tetapnya
yng sudah tidak produktif lagi agar penggunaan aktiva tetapnya dapat lebih efektif
lagi.
2.4. Rasio Perputaran Total Aktiva
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjuala n
berdasarkan total aktiva yang dimiliki perusahaan,
22
Dapat dihitung dengan formula:
Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan
Total Aktiva
TAHUN PENJUALAN* TOTAL
AKTIVA*
RASIO
PERPUTARAN
TOTAL AKTIVA
2008 539762355 401900579 1,34
2009 598466433
416679137 1,44
2010 644189190 484261555 1,33
2011 678591535
516651305 1,31
23. 2012 751449338
574107994 1,31
Rasio Perputaran Total Aktiva
2008 2009 2010 2011
23
*dalam ribuan rupiah
Tabel 2.4 Rasio Perputaran Total Aktiva
1.44
1.33
1.31 1.31
Grafik 2.4 Rasio perputaran total aktiva
1.34
Rasio Perputaran Total Aktiva
Dari hasil analisis, dapat diketahui bahwa perputaran total aktiva pada tahun
1.45
1.40
1.35
1.30
1.25
1.20
2008 sebesar 1,34 kali. Artinya setiap Rp 1,00 aktiva dapat menghasilkan Rp 1,34
penjualan . Kondisi perusahaan dapat dikatakan membaik karena terjadi peningkata n
rasio dari tahun 2008 ke 2009 sebesar 0,11 hal ini terjadi karena adanyta penjuala n
aktiva yang cukup banyak. Namun perusahaan kembali mengalami penurunan rasio
pada tahun 2010 hingga 2011 yang disebabkan adanya kenaikan pada total aktiva .
Pada tahun 2012 rasionya stabil pada angka 1,31. Perusahaan diharapkan mampu
meningkatkan lagi penjualannya atau mengurangi sebagian aktiva yang kurang
produktif agar rasionya dapat terus meningkat. Kenaikan rasio ini terjadi karena
24. adanya kombinasi dari hal berikut: kenaikan kas yang sebagian besar merupakan
simpanan dalam deposito berjangka, kenaikan piutang dagang terutama karena
kenaikan tagihan ke franchise, kenaikan persediaan menggambarkan pengaruh dari
kenaikan penjualan sejalan dengan bunyi hukum permintaan dan penawaran dimana
penawaran akan meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan, kenaikan dalam
aktiva lancar lain-lain umumnya merupakn bagian dari kenaikan dari sewa yang
dibayar dimuka untuk masa jangka panjang.
24
3. Rasio Profitabilitas
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aset, modal saham tertentu
3.1. Profit Margin
Rasio ini digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan menghasilkan laba
bersih pada tingkat penjualan tertentu
Dapat dihitung dengan formula:
Laba bersih
Penjualan
TAHUN LABA BERSIH* Penjualan* PROFIT
MARGIN
2008 157562668 539762355 0,29
2009 52980646 598466433
0,09
2010 60975070 644189190 0,09
25. 2011 56615123 678591535
0,08
2012 69343398 751449338
0,09
Profit Margin
0.09 0.09
2008 2009 2010 2011 2012
25
*dalam ribuan rupiah
Tabel 3.1 Profit Margin
Grafik 3.1 Profit Margin
0.29
0.08 0.09
Profit Margin
Berdasarkan analisa pada grafik di atas, dapat diketahui bahwa profit margin
0.35
0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
perusahaan cenderung tinggi di tahun 2008 dan stabil di tahun 2009 hingga 2012. Pada
tahun2008 profit margin perusahaan berada pada angka 0,29 yang berarti setiap Rp
1,00 penjulan bersih perusahaan mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp
0,29.Namun di tahun 2009, profit margin perusahaan menurun hingga 20%, ini sekali
lagi disebabkan karena adanya penjualan aktiva yang cukup banyak sehingga dapat
menghasilkan laba diluar usaha yang cukup banyak pula. Meskipun begitu, rasio ini
26. stabil hingga tahun 2010. Pada tahun 2011 profit margin perusahaan menurun 1%
menjadi 0,08. Hal ini disebabkan oleh penurunan laba perusahaan dari
Rp60.975.070.000,00 menjadi Rp 56.615.123.000, 00. Namun pada tahun 2012 profit
margin perusahaan kembali naik 1% menjadi 0,09.
3.2. Return on Total Asset (ROA)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan
tingkat aset tertentu.
26
Dapat dihitung dengan formula:
Laba bersih
Total Aset
TAHUN LABA BERSIH* TOTAL ASET* RETURN ON
TOTAL
ASSET(ROA)
2008 157562668 401900579 0,39
2009 52980646 416679137 0.13
2010 60975070 484261555 0,13
2011 56615123 516651305 0,11
2012 69343398 574107994 0,12
*dalam ribuan rupiah
Tabel 3.2 Return On Total Asset (ROA)
27. ROA
Grafik 3.2 Return On Total Asset
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa perusahaan memiliki ROA yang
0.45
0.40
0.35
0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
tinggi pada tahun 2008 dan cenderung stabil pada tahun 2009 hingga 2012 meskupun
jumlahnya sering mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2008 ROA
perusahaan menunjukkan angka 0,39 yang berarti setiap Rp 1,00 total aktiva bersih
yang dimiliki perusahaan mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,39. Pada
tahun 2009 ROA perusahaan menurun drastis dari 0,39 menjadi 0,13. Hal ini
disebabkan karena laba yang dimiliki perusahaan menurun 66%. Penurunan laba
perusahaan terjadi karena naiknya beban usaha yang harus ditanggung perusahaan.
Namun angka ini stabil hingga tahun 2010 . Pada tahun ROA perusahaan menurun 2%
dikarenakan ada penurunan laba bersih perusahaan yang diikuti dengan kenaikan total
asetnya. ROA perusahaan kembali naik pada tahun 2012 meskipun hanya 1% menjadi
0,12.
3.3. Return on Total Equity (ROE)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan
modal saham yang dimiliki
27
0.39
0.13 0.13
0.11 0.12
0.00
2008 2009 2010 2011 2012
ROA
28. 28
Dapat dihitung dengan formula:
Laba bersih
Modal saham
TAHUN LABA BERSIH* MODAL
SAHAM*
RETURN ON
TATAL
EQUITY(ROE)
2008 157562668 13000000 12,12
2009 52980646 13000000 4,08
2010 60975070 13000000 4,69
2011 56615123 13000000 4,36
2012 69343398 13000000 5,33
*dalam ribuan rupiah
Tabel 3.3 Return On Equity (ROE)
29. ROE
Grafik 3.3 Return On Equity (ROE)
Berdasarkan grafik di atas, ROE perusahaan pada tahun 2008 sebesar 12,12
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
yang berarti setiap Rp 1,00 saham mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp 12,12.
Hal ini disebabkan karena perusahaan berhasil memperoleh laba yang tinggi pada tahun
tersebut. Sayangnya, perusahaan tidak mampu mempertahankan perolehan labanya
sehingga pada tahun 2009 ROE nya menurun drastis hingga 65% menjadi 4,08. ROE
perusahaan sempat mengalami kenaikan pada tahun 2010 dari 4,08 menjadi 4,69 yang
disebabkan adanya peningkatan laba perusahaan. Meskipun begitu, pada tahun 2011
ROE perusahaan harus kembali mengalami penurunan meskipun jumlahnya tidak
signifikan. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan ROE sebesar 22% yang disebabkan
laba perusahaan naik dari Rp 56.615.123.000,00 menjadi Rp
69.343.398.000,00.
29
12.12
4.08
4.69 4.36
5.33
0.00
2008 2009 2010 2011 2012
ROE
30. 30
4. Rasio Solvabilitas.
Rasio yang mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemliknya dengan dana
yang disediakan oleh guru,dipinjam dari kreditur
4.1. Rasio Total Hutang terjadap Total Aset
Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur
Dapat dihitung dengan formula:
Total Hutang
Total Aset
TAHUN TOTAL
HUTANG*
TOTAL ASET* RASIO TOTAL
HUTANG
terhadap TOTAL
ASET
2008 128782339 401900579 0,32
2009 115335252 416679137 028
2010 152752590 484261555 0,32
2011 162171217 516651305 0,31
2012 186619508 574107994 0,33
*dalam ribuan rupiah
Tabel 4.1 Rasio total hutang terhadap total aset
31. Rasio Total Hutang terhadap Total Aset
Grafik 4.1 Rasio total hutang terhadap total aset
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa rasio total hutang terhadap
0.33
0.32
0.31
0.30
0.29
0.28
0.27
0.26
total aset perusahaan selama tahun 2008 hingga 2012 cukup stabil kendati selalu
mengalami kenaikan dan penurunan .Pada tahun 2008, rasionya berada pada angka
0,32 yang berarti setiap Rp 0,32 hutang perusahaan dijamin oleh Rp 1,00 aset. Pada
tahun 2009, rasionya menurun 4% menjadi 0,28 dikarenakan perusahaan mampu
meningkatkan jumlah aset dan menurunkan jumlah kewajibannya. Pada tahun 2010,
rasio total hutang terhadap total aset perusahaan kembali naik di angka 0,32 yang
disebabkan peningkatan total kewajibannya menjadi 32% sementara total asetnya
hanya meningkat sebesar 16%. Di tahun 2011 rasio perusahaan sempat kembali
menurun meskipun jmlahnya tidak terlalu signifikan yaitu sebesar 1%. Perusahaan
kembali mengalami peningkatan rasio pada tahun 2012 sebesar 2% karena adanya
peningkatan total aset perusahaan.
4.2. Rasio TIE (Time Interest Earned Ratio)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang dengan laba sebelum
bunga pajak
31
0.32
0.28
0.32 0.31
0.33
0.25
2008 2009 2010 2011 2012
Rasio Total Hutang terhadap
Total Aset
32. Rasio TIE
32
Dapat dihitung dengan formula:
Laba sebelum bunga dan pajak
Bunga
TAHUN LABA SEBELUM
BUNGA dan PAJAK*
BUNGA* RASIO TIE
2008 229967590 1213804 189,46
2009 76658249 4980268 15,39
2010 88957670 4390307 20,26
2011 81127717 2554959 31,87
2012 100163879 0 0
*dalam ribuan rupiah
Tabel 4.2 Rasio TIE
Grafik 4.2 Rasio TIE
189.46
15.39 20.26
31.78
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00 0.00
2008 2009 2010 2011 2012
Rasio TIE
33. Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa rasio TIE perusahaan pada
tahun 2008 adalah 189,46 yang berarti setiap Rp 1,00 beban sebelum bunga dan pajak
dijamin dengan 189,46 laba sebelum bunga dan pajak. Hal tersebut menunjukka n
bahwa laba yang dimiliki perusahaan sebelum bunga dan pajak sangat mencukupi
untuk menutup beban operasional dan hutangnya dikarenakan pada tahun tersebut laba
yang dimiliki cukup tinggi. Namun, pada tahun 2009 rasionya mengalami penurunan
drastis hingga 91%. Hal tersebut disebabkan karena ada kenaikan harga pokok
penjualan serta beban usaha perusahaan yang melebihi kenaikan penjualannya. Pada
tahun 2010 hingga tahun 2011, rasio TIE perusahaan mengalami kenaikan yang
disebabkan kenaikan laba sebelum bunga dan pajak yang diikuti dengan penurunan
beban bunganya. Pada tahun 2012 bunga menunjukkan angka nol dikarenakan terjadi
pelunasan hutang bunga di tahun 2011 sehingga pada tahun ini beban bunga perusahaan
nol.
33
4.3. Fixed Charge Coverage
Rasio ini menghitung kemampuan perusahaan membayar beban tetap total
termasuk biaya sewa. Rasio ini memperhitungka sewa, karena meskipun sewa bukan
hutang tetapi sewa merupakan beban tetap dan mengurangi kemampuan hutang
perusahaan. Beban tetap tersebut mempunyai efek yang sama dengan beban bunga
푓푖푥푒푑 푐ℎ푎푟푔푒 푐표푣푒푟푎푔푒 =
퐸퐵퐼푇
퐵푢푛푔푎
34. TAHUN EBIT BUNGA
fixed charge coverage
31.78
200.00
180.00
160.00
140.00
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00 0.00
2008 2009 2010 2011 2012
34
FIXED
CHARGE
COVERAGE
2008 229967590 1213804 189,4602
2009 76658249 4980268 15,39239
2010 88957670 4390307 20,26229
2011 81185836 2554959 31,77579
2012 99147385 0 0
*dalam ribuan rupiah
Tabel 4.3 Fixed Charge Coverage
189.46
15.39 20.26
fixed charge coverage
Grafik 4.3 Fixed Charge Coverage
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa rasio Fixed Charge
Coverage, pada tahun 2008 menunjukkan angka 189,46 ini berarti setiap Rp 1 laba
sebelum pajak dan bunga dapat menjamin Rp 189,46 beban tetap. Tapi angka ini
menurun drastis pada tahun 2009 mencapai 15,39 karena ternyata pada tahun 2008 PT.
Sepatu Bata . Tbk.menjual sebagian besar aset tetapnya, sehingga terdapat kenaikan
laba yang cukup besar. Seterusnya pada tahun 2009 hingga tahun 2011 relatif stabil.
35. Akan tetapi tahun 2012 rasio menunjukkan angka nol “0” , dikarenakan tidak ada pajak
bunga yang ditanggung oleh perusahaan sebab pada tahun 2011 perusahaan dapat
melunasi hutang sehingga beban bunga dapat ditekan dan perbaikan sistem komunikas i
on line dengan bank yang telah memperbaiki proses cashflow management.
35
B. Analisis Keuangan Proforma
Penjualan rata-rata PT Sepatu Bata dari tahun 2008 hingga 2012 meningkat 9%,
maka diproyeksikan kedepan perusahaan akan mengalami peningkatan yang sama
dengan tahun sebelumnya. Peningkatan penjualan ini diiringi dengan peningkatan
HPP 7% dan biaya usaha 8% beban lain-lain mencapai angka 509% sehingga laba
turun tiap tahunnya 9% dari laba tahun lalu. Tapi jika dilihat secara nominal dalam
proyeksi 5 tahun kedepan laba perusahaan masih cukup konstan hampir menyentuh
angka 70 Milyar. Dari sini perusahaan diharapkan dapat mempertahankan atau
menaikan penjualannya dan mempertahankan atau menurunkan biaya
operasionalnya agar laba yang dicapai dapat stabil dan akan lebih baik lagi jika
perusahaan dapat menaikkan labanya.
36. BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis rasio dan proforma diatas, dapat disimpulkan bahwa PT
Sepatu Bata Tbk ini mempunyai beberapa kelemahan diantaranya perusahaan ini
mempunyai jumlah aktiva tetap yang terlalu tinggi sehingga penggunaannya
kurang efektif. Dilihat dari rasio likuiditas maka perusahaan dapat dikatakan cukup
likuid meskipun dari jumlah rasio lancar jika dibanding dengan rasio cepat maka
persediaan turut andil kisaran 65%nya. Jika dilihat dari rasio aktivitas, perusahaan
kurang dapat memaksimalkan penggunaan aktiva tetap yang dimilikinya dan rasio
yang dimilikinya masih berada di bawah rata-rata rasio industri. Pada rasio
profitabilitas margin laba , ROA, ROE cenderung stabil dari tahun ke tahun,
pengecualian pada tahun 2008 dimana terdapat penjualan asset yang
mengakibatkan kenaikan laba yang signifikan. Pada rasio solvabilitas perusahaan
dikatakan solvable hal ini dibuktikan dengan terlunasinya utang jangka panjang
yang dimiliki, bahkan pada tahun 2011 PT Sepatu Bata Tbk mampu melunas i
Biaya bunga yang menjadi kewajibannya.
36
37. BAB V
SARAN
Dari kelemahan yang dimiliki oleh PT. Sepatu Bata Tbk diatas, sebaiknya
perusahaan tersebut mengurangi penggunaan aktiva tetap, sehingga ROA dapat
meningkat. Selanjutnya perusahaan diharapkan lebih berinovasi lagi dalam hal
desain produk, agar lebih dapat meiningkatkan daya beli konsumen. Selain itu
strategi pemasaran perusahaan dipandang kurang efektif dan efisien, kurang
memanfaatkan media elektronik, rasio yang dimiliki PT. Sepatu Bata Tbk masih
berada di bawah rata-rata rasio industrinya.
37