2. BENDUNGAN TYPE URUGAN
EDITOR:
DR. SuvoNo SosRODARSONO
Direktur Jenderal Pengairan,
Departemen Pekerjaan Umum Dan Tenaga Listrik
KENSAKU TAKEDA
Former Director, Planning Department,
Tokai Regional Office, Ministry of
Agriculture and Forestry
Cetakan Keempat
PT P&ADNYA 8KAMITA
JAKARTA
3. �--
KATA PENGANTAR
PADA CETAKAN KEDUA
Buku Bendungan Type Urugan ini adalah terjemahan bebas dari naskah asli
nya yang ditulis dalam bahasa Inggris dengan judul Fill Type Dam, yang disu
sun oleh The Association for International Technical Promotion Jepang dan di
tulis oleh Mitsuru Okuda, Yoshihiro Iguchi dan Seiji Uryu.
Adapun naskah tersebut merupakan sebuah buku yang terdiri dari 4 (em-
pat) bab yaitu :
Bab 1. Umum.
Bab 2. Survey dan Investigation.
.Bab 3. Perencanaan Teknis.
Bab 4. Pelaksanaan Konstruksi.
Bahan pokok dari naskah ini disadur dari buku Konstruksi Bendungan U
rugan-Jepang yang diterbitkan oleh Departemen Pertanian Jepang dan dileng
kapi lagi dari sumber-sumber lainnya, seperti : Buku-buku Pedoman Teknik Si
pil-Jepang, informasi-informasi ilmiah serta pengalaman-pengalaman beberapa
tenaga ahli Jepang yang telah bekerja di Indonesia. Telah diusahakan pula oleh
para penulis agar buku ini sejal!q .m.uogkin sesuai den�n kondi�i di Indonesia.
Mengingat sangat langkanya bftlt'u'b'Ulitteknik 'mengenai suatu bidang ter
tentu yang ditulis dalam bahCWL--Pdcnesia, leb'ih.-lebih di bidang bendungan,
sedangkan pada saat ini pempan14-J13Jl.bendungan-bendungan, baik yang kecil
maupun yang besar sedang berke�bang.dir·IJldonesifl, maka buku ini kami ang
gap akan cukup bermanfaat,· baik' bagi Sarjalia:, 'Sarjana Muda atau �lahtsiswa
bidang Teknik Sipil, maupun bagi lainnya,�g.bei:minM di bidang teknik ben
dungan, meskipun harus diakui bahwa buku ihi masih jauh dari sempurna.
Dalam usaha menterjemahkan naskah buku ini, penterjemah menggunakan
kamus-kamus istilah teknik yang diterbitkan di Indonesia, termasuk buku isti
lah teknik pengairan. Walaupun demikian, temyata banyak mengalami kesulit
an-kesulitan, terutama dalam hal penerapan-penerapan istilah bahasa Indonesia
yang sesuai. Berhubung dengan itu buku ini masih membutuhkan penyempur
naan-penyempurnaan dari para pembaca. Oleh karena itu dari para pembaca ka
mi mengharapkan tanggapan serta saran-saran perbaikan, sehingga buku ini be
nar-benar akan bermanfaat bagi para kaum teknik pada umumnya.
Walaupun telah diusahakan penerapan istilah bahasa yang kira-kira mende
kati makna yang dimaksud, akan tetapi untuk tidak terjadi kesalah pahaman,
terutama untuk istilah-istilah yang belum lazim atau yang baru, maka di bela
kang istilah semacam ini, masih dicantumkan istilah Inggrisnya.
4. Selanjutnya kami ucapkan terima kasih dan penghargaan kepida The Asso
ciation for International Technical Promotion - Jepang dan kepada penterje
mah Sdr. Ir. M. Yusuf Gayo dari Direktorat Sungai, Direktorat Jenderal Peng
airan serta lain-lainnya, terutama Sdr. Ir. Rudianto Rochmat, yang telah mem
bfUltu, sehingga buku ini dapat diterbitkan.
Jakarta, 1 Agustus 1977.
DR.Suyono Sosrodarsono
Direktur Jenderal Pengairan
Departemen Pekerjaan Umum
& Tenaga Listrik
8. 9
PENDAHULUAN
Tanpa tersedianya udara dan air, kiranya tiada kegiatan hidup manusia di alam
ini, dan udara yang segar serta air yang bersih adalah syarat mutlak untuk menjadikan
kehidupan ini menyenangkan adanya.
Sejarah telah mencatat, bahwa tumbuhnya peradaban manusia dan perkembangan
selanjutnya senantiasa dimulai di lembah-lembah sungai yang besar, pembawa air
yang berlimpah-limpah, hal mana merupakan manifestasi bahwa air adalah karunia
alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Manusia bahari yang hidup dari basil berburu, menangkap ikan dan mengumpulkan
buah-buahan hutan serta akar-akaran, menggunakan sungai serta mata air yang bersih
dan alamiyah itu, hanya untuk pelepas dahaga atau kebutuhan hidup lainnya secara
sangat sederhana.
Bahkan ketika mereka mulai berkembang, bermukim dan mulai mencoba bercocok
tanam di tempat-tempat tertentu, maka air telah mulai semakin tak terpisahkan dari
kehidupan mereka. Dan ketika mereka menyadari bahwa hujan yang turun tidaklah
selalu sesuai dengan keinginan mereka dan bahwa air sungaipun kadang-kadang kering
di musim kemarau, maka mulailah timbul kesadaran perlunya menampung air di musim
hujan dengan mencoba membuat empang-empang yang akan dipergunakan di musim
kemarau, untuk menyirami tanaman mereka agar tidak mati kekeringan. Maka dapat
diperkirakan, bahwa sejak saat-saat inilah lahirnya sejarah perkembangan teknik
pembangunan bendungan.
Seirama dengan evolusi perkembangan peradaban manusia, maka kemajuan teknik
pembuatan empang-empang inipun semakin meningkat, yang ditandai dengan semakin
meningkatnya dimensi dari empang-empang itu. Akan tetapi empang-empang (waduk
waduk purba) tersebut, umumnya dibuat dengan konstruksi bendungan type urugan.
Bahkan ketika bendungan beton (type gravitas) diperkenalkan untuk pertama kali
di abad ke XVI, di seluruh dunia ini telah sempat dibangun �ndungan type urugan
yang jumlahnya sudah tak terhitung lagi.
Dewasa inipun, di tengah-tengah munculnya berbagai type bendungan dengan
segala bentuk dan modifikasinya, sebagai produk dari kemajuan teknologi modern,
bendungan type urugan masih tetap menduduki tempat yang penting, bukan saja untuk
membangun waduk-waduk yang kecil, tetapi juga untuk membangun waduk-waduk
raksasa.
9. 1 1
BAB 1. UMUM
1.1 Bendungan Urugan
Suatu bendungan yang dibangun dengancara menimbunkan bahan-bahan sej)erti:
batu, krakal, kerikil, pasir dan tanah pada komposisi tertentu dengan fungsi sebagai
pengempang atau pengangkatpermukaan airyangterdapatdi dalam waduk di udiknya
disebut bendungan type urugan atau "bendungan urugan".
Didasarkan pada ukuran butiran dari bahan timbunan yang digunakan, secara
umum dapat dibedakan 2 type bendungan urugan, yaitu:
* Bendungan urugan batu (rockfill dam).disingkat dengan istilah "Bendungan batu".
* Bendunganurugantanah(earthfilldam) disingkatdenganistilah "Bendungantanah".
Selain kedua jenis tersebut, terdapat pula bendungan urugan campuran, yaitu
terdiri dari timbunan batudi bagian hilirnya yangberfungsi sebagaipenyangga, sedang
bagianudiknyaterdiridaritimbunantanahyangdisampingberfungsisebagaipenyangga
tambahan, terutama berfungsi sebagai tirai kedap air.
Di dalam kegiatan-kegiatan baik perencanaannya, maupun pelaksanaan pemba
ngunannya, keduatype bendungan tersebut mempunyai banyak persamaan-persamaan
yang cukup nyata.
1.2 Klasifikasi Bendungan Urugan
Sehubungandenganfungsinyasebagaipengempangairataupengangkatpermukaan
air di dalam suatu waduk, maka secara garis besarnya tubuh bendungan merupakan
penahan rembesan airke arahhilirsertapenyangga tandonan air tersebut.
Ditinjau dari penempatan serta susunan bahan yangmembentuk tubuh bendungan
untuk dapat memenuhi'fungsinya dengan baik, maka bendungan urugan dapat digo
longkan dalam 3 (tiga) type utama, yaitu:
* Bendungan urugan homogen (bendungan homogen).
"' Bendunganuruganzonal(bendunganzonal).
* Bendunganurugan bersekat (bendungan sekat).
Untukdapatmembedakanketigatypetersebut,makaskemasertauraiansingkatnya
terterapada Gbr. 1-l.
{1) Bendungan homogen
Suatu bendungan urugan digolongkan dalam type homogen, apabila bahan yang
membentuk tubuh bendungan tersebut terdiri dari tanah yang hampir sejenis dan
gradasinya (susunan ukuran butirannya) hampir seragam.
Tubuh bendungan secara keseluruhannya berfungsi ganda, yaitu sebagai bangunan
penyangga dan sekaligus sebagai penahan rembesan air (Gbr. 1-2).
(2) Bendungan zonal
Bendungan urugan digolongkan dalam type zonal, apabila timbunan yang mem
bentuk tubuh bendungan terdiri dari batuan dengan gradasi (susunan ukuran butiran)
yang berbeda-beda dalam urutan-urutan pelapisan tertentu (Gbr. 1-l).
10. /
12 Bab l. Umum
Type: Skema Umum
dungan . .,.
Ben- _
�o�e kedap
Zo:ane tutw<:.. arr
omogen arr _, ......:·:···. · · ··. >
Drainage
J�z-�Zone transisi
71 Zone inti kedap air
� l'l��:5 Zone lulus
� .g e air
: �!-g
�
Bendun
gan
Sekat
Zone
zono,.�1"1�'"
Keterangan
Apabila 80% dari seluruh bahan pembentuk tubuh
bendungan terdiri dari bahan yang bergradasi
hampir sama.
Apabila bahan pembentuk tubuh bendungan
terdiri dari bahan yang lulus air, tetapi dilengkapi
dengan tirai kedap air di udiknya.
Apabila bahan pembentuk tubuh bendungan ter
diri dari bahan yang lulus air, tetapi dilengkapi
dengan inti kedap air yang berkedudukan miring
ke hilir.
Apabila bahan pembentuk tubuh bendungan ter
diri dari bahan yang lulus air, tetapi dilengkapi
dengan inti kedap air yang berkedudukan vertikal.
Apabila bahan pembentuk tubuh bendungan ter
diri dari bahan yang lulus air, tetapi dilengkapi
dengan dinding tidak lulus air di lereng udiknya,
yang biasanya terbuat dari lembaran baja tahan
karat, lembaran beton bertulang, aspal beton,
lembaran plastik, dll. nya.
Gb;·. 1-1 Klasifikasi Umum Bendungan Urugan.
Hamparan pelindung
Zone kedap air
F.W,L. 70,00�
Alas kedap air �"'""'""'',.---
f "'' , , ,.,
Lapisan berlempung
�-
Lapisan pasir �Patahanyang diperkirakan
Gbr. 1-2 Contoh potongan melintang bendungan urugan (ukuran: meter).
Poros bendungan
F.W.L. EL. 60,50
Tirai kedap
EL. 50,50
I _g::::����
Gbr. 1-3 Contoh potongan
(ukuran: meter).
tirai kedap air
11. 1. 2 KlasifikasiBendunganUrugan 13
Padabendungantypeinisebagaipenyanggaterutamadibebankankepadatimbunan
yang lulus air(zone lulus air), sedangpenahanrembesan dibebankan kepadatimbunan
yang kedap air (zone kedap air).
Berdasarkan letak dan kedudukan dari zone kedap airnya, maka type ini masih
dapatdibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:
* Bendungan urugan zonal dengan tirai kedap air atau "bendungan tirai" (front core
fill type dam), ialahbendungan zonal dengan zone kedap air yang membentuklereng
udik bendungan tersebut (Gbr. 1-3).
* Bendunganuruganzonal dengan inti kedapair miringatau "bendungan inti miring"
(inclined-core fill type dam), ialah bendungan zonaf yang zone kedap airnya terletak
di dalam tubuhbendungandanberkedudukanmiringkearahhilir(Gbr. 1-4 dan 1-5).
* Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air tegak atau "bendungan inti tegak"
(centrdl-�orefill type dam), ialah bendunganzonal yangzone kedapairnyaterletakdi
dalam tubuh bendungan dengan kedudukan vertikal. Biasanya inti tersebut terletak
di bidang tengah dari tubuh bendungan (Gbr. 1-6 dan 1-7).
Batuan lumpur (diluvial) F.W.L. 15
. · ;_. ·.•... ;·: · '
. .
.
•
.: ·: ; .• . �.·�·. •. . ..
...
. . .
Diiuvial pasiran dan kerikil
Aluvial
Gbr. 1-4 Contoh potongan melintang bendungan dengan inti kedap air miring
(satuan: meter).
'
Bendungan elak
Filter
/.
"/
·� Timbunan batu
Terowongan inspeksi
Gbr. 1-5 Contoh bendungan urugan Zonal inti Qtiring (satuan: meter).
Drainage horizontal
Tirai sementasi
Bend. lama
Gbr. 1-6 Contoh potongan melintang bendungan urugan Zonal inti tegak
(satuan: meter).
12. 14 Bab 1. Umum
Bendungan Sekat beton .
lnti
Gbr. t-7 Contoh potongan melintang bendungan type Zonal dengan inti keddp air
vertikal (satuan: meter).
(3) Bendungan urugan bersekat (bendungan sekat)
Bendungan urugan digolongkan dalam type sekat (facing) apabila di lereng udik
tubuh bendungan dilapisi dengan sekat tidak lulus air (dengan kekedapan yang tinggi)
seperti Iembaran baja tahan karat, beton aspal, lembaran beton bertulang, hamparan
plastik, susunan beton blok, dan lain-lain. (Gbr. 1-8).
. . .
Lapisan atas '
Lapisa�rP:aspal -!, L
.
apisan pengering
+ pasir / -Lapisan bawah
/ / -Lapisan perata
<:
, .....: • • · Lapisan
' c/ makadam
·
' ..
Skema Konstruksi Sekat
air
6.00
Skema Konstruksi Pencegah
Rembesan.
Gbr. 1-8 Contoh rencana teknis Bendungan Sekat.
1.3 Beberapa Keistimewaan Bendungan Urugan
1:3.1 Karakteristika Bendungan Urugan
Parit pembuang
Dibandingkan dengan jenis-jenis lainnya, maka bendungan urugan mempunyai
keistimewaan-keistimewaan sebagai berikut:
* pembangunannya dapat dilaksanakan pada hampir semua kondisi geologi dan
geografi yang dijumpai.
13. r
1. 3 Beberapa Keistimewaan Bendungan Urugan 15
* tupuhbahan untuk tubuh bendungan dapat digunakan batuan yang terdapat di sekitar calon
bendungan. ./
Akan tetapi type ini mempunyai kelemahan yang cukup berarti, yaitu tidak mampu
menahan limpasan di atas mercunya, dimana limpasan-limpasan yang terjadi dapat
menyebabkan longsoran-longsoran pada lereng hilir yang dapat mengakibatkan jebolnya
bendungan tersebut.
Beberapa k�rakteristika utama dari bendungan urugan,' adalah sebagai berikut:
(1) Bendungan urugan mempunyai alas yang luas, sehingga beban yang harus didukung
oleh pondasi bendungan per satuan unit luas biasanya kecil. Beban utama yang
harus didukung oleh pondasi terdiri dari berat tubuh bendungan dan tekanan
hydrostatis dari air dalam waduk.
Karena haltersebut, maka bendungan urugan dapat dibangun di atas batuan yang
sudah lapuk atau di atas alur sungai yang tersusun dari batuan sedimen dengan
kemampuan daya dukung yang rendah asalkari kekedapannya dapat diperbaiki
pada tingkat yang dikehendaki.
(2) Bendungan urugan selalu dapat dibangun dengan menggunakan bahan batuan
yang terdapat di sekitar calon bendungan. Dibandingkan dengan jenis bendungan
beton, yang memerlukan bahan-bahan fabrikat seperti semen dalam jumlah besar
dengan harga yang tinggi dan didatangkan dari tempat yang jauh, maka bendungan
urugan dalam hal ini menunjukkan tendensi yang positip.
(3) Dalam pembangunannya, bendungan urugan dapat dilaksanakan secara mekanis
dengan intensitas yang tinggi (full mechanized) dan karena banyaknya type-type
peralatan yang sudah diprodusir, maka dapat dipilihkan peralatan yang paling
cocok, sesuai dengan sifat-sifat bahan yang akan digunakan serta kondisi lapangan
pelaksanaannya.
Akan tetapi karena tubuh bendungan terdiri dari timbunan tanah atau timbunan
batu yang berkomposisi lepas, maka bahaya jebolnya bendungan umumnya
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
��f!ltiilt¥-�timbunan
a l>endu�an
rik'li _
_
-udik, maupun lereng(a) longsoran yang terjadi baik pada lereng udik, maupun lereng hilir tubuh
bendungan.
(b) terjadinya sufosi (erosi dalam atau piping) oleh gaya-gaya yang timbul dalam
aliran filtrasi yang terjadi di dalam tubuh bendungan.
(c) Suatu konstruksi yang kaku tidak diinginkan di dalam tubuh bendungan,
karena konstruksi tersebut tak dapat mengikuti gerakan konsolidasi dari
tubuh bendungan tersebut.
(d) Proses pelaksanaan pembangunannya biasanya sangat peka terhadap pengaruh
ikliin.
Lebih-lebih p�da bendungan tanah, dimana kelembaban optimum tertentu
perlu dipertahankan terutama pada saat pelaksanaan penimbunan dan
pemadatannya.
1.3.2 Perancangan Untuk Bendungan Urugan
Pada hakekatnya existensi suatu bendungan telah dimulai sejak diadakannya
kegiatan-kegiatan survey, perancangan, perencanaan teknis, pembangunan, operasi
dan pemeliharaan sampai akhir dari umur efek:tip bendungan tersebut.
Semakin mendalam pelaksanaan survey dan perancangan dikerjakan, inaka semakin
mudahlah pembuatan perencanaan-teknisnya dan semakin mudah pula pelaksanaan
pembangunannylj., karena kemungkinan terjadinya modifikasi-modifikasi konstruksi
akan semakin kecil.
(4)
14. 16 Bab 1. Umum
Tetapi sebaliknya apabila survey dan perancangannya kurang teliti dan kurang
mendalam, kadang-kadangpilihan yang semula(padatingkatperancangan)jatuh pada
bendungan beton, dapat berubah menjadi bendungan urugan setelah tiba pada saat
pembuatan perencanaan-teknisnya, sehingga seluruh basil survey dan perancangan
yang semula, terpaksa ditinjau kembali. Bahkan pada beberapa kasus, kadang-kadang
di saat suatu bendungan dalam proses pelaksanaan pembangunannya, akibatdiketemu
kannya kondisi-kondisi geologi yang kurang menguntungkan, terpaksa harus memin
dahkan sumbu bendungan yang telah ditetapkan atau memperbaiki kemiringan
kemiringan lereng bendungan, yang mengakibatkan bahwa volume urugan dapat
berubah dengan sangat menyolok.
Contoh-contoh kejadian tersebut di atas, dapat mengakibatkan terlambatnya
pelaksanaanpembangunannya,dankadang-kadangbahkanterpaksaharusditinggalkan
begitu saja, karena timbulnya tambahan-tambahan pembiayaan yang melampaui batas
persyaratanekonomis.
Berhubung ha! tersebut, maka kemantapan perencanaan-teknis suatu bendungan
sangat ditentukan oleh ketelitian pada pelaksanaan survey dan investigasi, sehingga
mendapatkan data-data yang dapat dipercaya dan selanjutnya akan diperoleh analisa
analisa yangjitu.
Dari basil analisa-analisa teknis tersebut, maka akan dapat ditentukan dengan
mantap hal-hal sebagai berikut:
* Kendudukan bendungan yangpaling·baik (the mostfavorab/e dam site).
* Type bendungan yangpaling cocok.
* Metode pelaksanaan pembangunan yangpalingefektif.
Berdasarkandata-datayangbetul-betul lengkap sertadapat mencerminkan kondisi
sesun.gguhnya dari tempat kedudukan calon bendungan dan disertai dengan analisa
analjsa yang jitu dengan mengadakan sistim coba-banding dari berbagai alternatif
secara'beriilang kali, barulah akan dapat diharapkan ketepatan dan kemantapan dari
ketiga unsur pokok terse�ut di atas.
Beberapa aspek terpenting yang perlu dipelajari untuk dapat merealisir gagasan
pembangunan suatu bendungan adalah:
* Topografi.
* Geologi teknik.
* Pondasi.
* Hidrologi.
* Bahanbendungan.
* Bangunanpelimpah.
* Bangunanpenyadap.
* Lain-lain.
(1) Topogra.fi
Apabila peninjauan hanya didasarkan pada kondisi topografi, maka bendungan
Est�an menguntungkan dibangun Qadabeton akan lebih menguntungkan jika sekiranya dibangun pada alur sungai yang
dalam tetapi sempit, sebaliknya pada alur sungai yang dangkal tetapi lebar, bendungan
urugan akan lebih murah.
:yang
�lamtetapisemj?it1sebaliknyapada sungaiyan�dangk�I bendunen
uruglY,liikan wm:ab.
Akan tetapi, berhubung banyaknya faktor lain yang perlu diperhitungkan, antara
lain kondisi geologi di daerah calon bendungan, tersedianya bahan dengan kwalitas
yang memenuhi syarat untuk tubuh bendungan, kemampuan teknologi pelaksanaan
pembangunannya; maka pada kenyataannya kadang-kadang bahkan terjadi hal yang
sebaliknya.
Selain itu sering juga dijumpai bendungan dengan konstruksi kombinasi (type
urugan dikombinasikan dengan bendungan beton). Karenanya secara pasti sukarlah
15. 1. 3 Beberapa Keistimewaan Bendungan Urugan 17
untuk dapat ditetapkan langsung type mana yang paling cocok untuk suatu Iokasi
calon bendungan, sebelum diactakan penelitian-penelitian secara menctalam ctan saksama
terhactap semua faktor-faktor yang akan rnempengaruhi rencana pembangunan suatu
bendungan.
Walaupun demikian kernampuan actaptasi bendungan urugan jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan benctungan beton, sehingga kernungkinan terpil'ihnya bendungan
urugan lebih besar ctari pacta benctungan beton.
Dalarn keadaan dimana rnernbangun bendungan urugan pacta alur yang sempit
tetapi dalam, rnerupakan altematif yang terpilih, rnaka perlu ctiperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
(a) Diusahakan agar pemilihan bahan untuk tubuh bendungan sedemikian rupa
sehingga potongan melintangnya paling sederhana. (Jenis bahan serta gradasi
nya diusahakan supaya tidak banyak).
Hal tersebut akan rnenguntungkan, karena pelaksanaan pembangunannya
lebih sederhana, mengingat sempitnya lapangan pelaksanaannya, dan terbatas
nya ruang gerak untuk alat-alat berat yang digunakan untuk pengangkutan
bahan tubuh bendungan.
(b) Retak-retak pada tubuh bendungan kemungkinan dapat terjadi akibat perbe
daan angka konsolidasi yang besar antara bagian tubuh benctungan yang
Untuk.mencegah terjadinya xang fatal pada timbunan kedae air._disaran
Qn agar ctipilih benctungan urugan jntj tegak karena hendungan typej';;j
terletak di atas dasar sungai dmt bagian tubuh benctungan yang terletak di
atas tebing sungai.
dapat menxesuaikan djrj dkngan kktidak seragaman proses
l$Qnsolictasi._dihandjng deg,gan henduugau uwgan jntj mjring.
(c) Biasanya kebocoran-kebocoran yang paling rnudah terjadi adalah di daerah
kontak antara timbunan yang kedap air (inti, tirai, ctll.) ctengan tebing sungai.
Karenanya dianjurkan agar penggalian untuk landasan inti tersebut pada tebing
dan dasar sungai supaya ctibuat berparit-parit agar kontak menjadi lebih luas
dan turnpuan antara timbunan kedap air dengan alasnya (tebing dan dasar
sungai) rnenjadi lebih sempuma.
Penggalian-penggalian pada calon landasan inti kedap air supaya ctilaksanakan
dengan teliti dan pekerjaan penimbunannya agar ctilakukan ctengan cermat
serta diusahakan agar digunakan bahan tanah liat dengan angka P. I. (Plasticity
Index) tidak kurang ctari 15.
(d) Pacta keadaan topografi, dimana tebing sungainya terlalu curam, sehingga
rnenyukarkan_ pembuatan bangunan-bangunan pelengkap untuk bendungan
(seperti: bangunan pelimpah, bangunan penyactap, bangunan pengglontoran
ctan jaringan jalan-jalan exploitasi) ctan apabila debit banjimya relatif sangat
besar dibandingkan ctengan lebar sungai, maka dalam hal ini bendungan beton
merupakan alternatif yang paling rnemungkinkan.
(e) Pada kondisi topografi seperti yang tertera pada ad. d. di atas stabilitas bendu
ngan akan lebih rneningkat, karena tebing sungai dapat pula bekerja sebagai
penyangga, baik untuk beban vertikal maupun beban-beban horizontal secara
langsung (sehingga tubuh bendungan dapat disangga oleh alur sungai secara
stereornetris).
(2) Geo/ogi teknik
Pada hakekatnya penelitian geologi teknik yang perlu dilakukan, tidak hanya di
daerah sekitar ternpat kedudukan calon bendungan yang akan ·dibangun, tetapi harus
pula diadakan penelitian di daerah calon waduk dan sekitarnya untuk mengidentifisir
Untuk mencegah terjadinya retak yang fatal pada timbunan kedap air, disaran-
kan agar dipilih bendungan urugan inti tegak karena bendungan type ini
lebih mudah dapat menyesuaikan diri dengan ketidak seragaman proses
konsolidasi, dibanding dengan bendungan urugan inti miring .
16. 18 Bab 1. Umum
adanya celah-celah yang mengakibatkan kebocoran ataupun kemungkinan adanya
daerah-daerah yang mudah longsor (sliding zones).
Pekerjaan sementasi yang dilaksanakan pada celah-celah patahan tersebut serta
pencegahan longsoran-longsoran dalam keadaan waduk sudah terisi akan mem
butuhkan biaya yang lebih besar. Sedangkan apabila dibiarkan begitu saja, mungkin
akan terjadi kehilangan-kehilangan air yang sangat berlebihan, yang mengalir keluar
dari celah-celah patahan-patahan tersebut. Selain itu adanya retakan-retakan yang luas
penyebarannya, dapat mengakibatkan terjadi longsoran-longsoran berkapasitas besar,
yang mungkin dapat meluncur masuk ke dalam waduk. Dengaa masuknya suatu masa
tebing di sekitar waduk tersebut akan menyebabkan penuhnya waduk terisi sedimen
dalam waktu yang amat singkat, yang diikuti oleh keluarnya air waduk secara mendadak,
sehingga terjadi luapan-luapan yang sangat membahayakan daerah-daerah di sebelah
hilirnya.
Penting pula diperhatikan usaha-usaha pencegahan kebocoran-kebocoran yang timbul
di sekitar waduk, yang sering terjadi karena kurangnya perhatian terhadap patahan
patahan, retakan-retakan, bahkan gua-gua di bawah tanah pada saat penelitian geologi
teknis dilaksanakan.
(3) Pondasi
Pada dasarnya, seperti telah dijelaskan terdahulu, bendungan urugan dapat diba
ngun di atas hampir semua keadaan topografi dan geologi yang dijumpai, sedangkan
bendungan beton hanya mungkin dibangun di atas pondasi yang kukuh.
Di atas batuan yang lemah (batuan sedimen seperti: batuan !umpur tufaan dan beberapa
batuan metamorf dan batuan lepas), pembangunan bendungan urugan akan lebih
aman dibandingkan dengan bendungan beton. Apabila pondasi terdiri dari tanah yang
lulus a1r atau daya dukungnya rendah , diperlukan perbaikan dengan sementasi (grouting)
yang kadang-kadang biayanya cukup besar.
Mengingat struktur geologi suatu lapisan 'Walaupun secara makrokospis kelihatannya
homogen, tetapi tidak selalu demikian dalam susunan mikroskopisnya, sehingga hanya
dari hasil-hasil survey dan pengamatan-pengamatan visuil saja, kondisi geologi yang
sebenarnya tak dapat secara pasti digambarkan. Karenanya di dalam pembuatan
perencanaan teknisnya diperlukan angka-angka keamanan yang cukup, untuk meng
hindarkan hal-hal tak terduga yang mungkin saja dapat terjadi, baik pada saat-saat
pelaksanaan pembangunan suatu bendungan, ataupun pada masa-masa exploitasinya.
Jika hasil-hasil perhitungan dan analisa mendapatkan angka pembiayaan sangat
tinggi untuk pekerjaan perbaikan pondasinya, maka dianjurkan agar rencana tempat
kedudukan bendungan (proposed dam site), maupun dimensi dari pada bendungan perlu
ditelaah kembali dan meninjau kemungkinan-kemungkinan pada alternatif yang lain.
(4) Bahan bendungan
Didasarkan atas pemikiran, bahwa type bendungan yang paling ekonomis yang
harus dipilih, maka dipandang perlu untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
(a) Kwalitas dan kwantitas bahan yang mungkin terdapat di sekitar tempat
kedudukan calon bendungan.
(b) Jarak pengangkutannya dari daerah penggalian (borroll'-pits and quarry-areas)
ke tempat penimbunan calon tubuh bendungan.
Lokasi bahan yang terdapat di daerah calon waduk merupakan perhatian pertama,
sebelum mempertimbangkan bahan-bahan yang terdapat di daerah lainnya.
Demikian pula perlu diteliti cara-cara penggalian yang paling efisien, sesuai dengan
sifat-sifat dan formasi dari bahan tersebut dan cara-cara pengangkutan yang efektif
dari tempat pengambilan ke tempat-tempat penimbunannya pada calon tubuh bendu
ngan tersebut.
17. 1. 3 Beberapa Keistimewaan Bendungan Urugan 19
Mengingat hampir semua batuan (seperti: tanah, pasir, kerikil dan batu) dapat
digunakan untuk konstruksi tubuh bendungan urugan, maka akan banyaklah alternatif
yang harus dipertimbangkan dan diperbandingkan, sebelum mendapatkan sebuah
alternatif konstruksi tubuh bendungan yang paling ekonomis.
Untuk mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya perubahan-peruba
han volume timbunan tubuh bendungan, maka penyediaan bahan sebaiknya 2 (dua)
kali lebih banyak dari pada perhitungan volume pada rencanateknisnya.
Akan sangat menguntungkan apabila tempat pengambilan bahan batu dan bahan
tanah terletak pada suatu daerah yang berdekatan dengan calon tubuh bendungan.
Apabila bahan-bahan yang diperoleh tak dapat digunakan secara langsung atau
pada saat penggalian, pengangkutan, penimbunan, pemadatan maupun masa exploita
sinya bahan tersebut akan berubah karakteristika mekanis dan kimiawinya, maka
diperlukan adanya usaha-usaha penyesuaian seperlunya ataupun pencegahan-pencegahan
agar dapat dihindarkan perubahan-perubahan tersebut di atas, antara lain dengan cara
sebagai berikut:
(a) Untuk bahan kedap air
* Menyesuaikan angka kadar air (kelembaban) dengan kebutuhan (kalau
terlalu tinggi dijemur, kalau terlalu rendah disiram air.)
* Mencampurkan beberapa macam bahan galian asli, sehingga dapat diperoleh
bahan dengan gradasi yang diinginkan.
* Mengeluarkan butiran-butiran yang terlalu besar, di luar ukuran-ukuran
yang diinginkan.
(b) Untuk bahan lulus air
* Memperbaiki gradasi (dengan mencampur-campur beberapa bahan galian)
agar dapat digunakan untuk bahan filter.
* Memproses batuan lunak agar tidak mudah pecah.
* Mengayak bahan berbutiran,lepas untuk bahan dasaran atau timbunan
timbunan khusus lainnya.
Untuk semua hal tersebut di atas, diperlukan adanya biaya-biaya tambahan.
Selanjutnya pengujian-pengujian bahan secara sempurna dengan dukungan metode
metode penyempurnaan kwalitas bahan secara ekonomis adalah suatu usaha yang
sangat menentukan guna mendapatkan bahan yang ekonomis serta pembuatan bendu
ngan yang paling murah.
(5) Bangunan pelimpah
Apabila debit banjir suatu bendungan diperkirakan akan berkapasitas besar
dibandingkan dengan volume waduk dan jika ditinjau dari kondisi topografinya penem
patan suatu bangunan pelimpah akan mengalami kesukaran, maka alternatif bendungan
urugan mungkin secara teknis akan sukar untuk dipertanggung jawabkan dan bendungan
beton mungkin akan lebih memadai dan penelitian-penelitian serta analisa-analisa
selanjutnya yang lebih mendalam terhadap kemungkinan pembangunan bendungan
beton perlu dilaksanakan.
Kekurangan yang paling menonjol pada bendungan urugan adalah lemahnya daya
tahan bendungan terhadap limpasan (over-topping) dan dalam kondisi hydrologi seperti
tersebut di atas, maka bendungan urugan merupakan alternatif yang tidak meyakinkan.
Memforsir alternatif bendungan urugan harus pula diimbangi dengan pembuatan
bangunan pelimpah yang besar, agar kapasitasnya mampu menampung debit yang besar
tersebut. dan pembuatannya akan membutuhkan biaya yang sedemikian besarnya,
sehingga kalau dibandingkan dengan harga bangunan pelimpahnya telah mendekati
harga alternatif bendungan beton, sebagaimana halnya bendungan beton sekaligus
dapat pula berfungsi sebagai bangurian pelimpah.
18. 20 Bab 1. Umum
Pada beberapa contoh yang extrim telah menunjukkan bahwa telah banyak diba
ngunnya suatu bendungan urugan, dimana harga bangunan pelimpahnya sudah meliputi
(40 sfd 50%) dari harga bendungan secara keseluruhan.
Akan tetapi dengan mencoba mendapatkan Iokasi-Iokasi dari pada punggung perbukitan
yang agak rendah yang akan mengelilingi calon waduk (saddle-backed topography),
mungkin dapat diketemukan suatu punggung perbukitan yang cukup rendah, sehingga
dapat dibuat suatu bangunan pelimpah frontal yang lebar.
Selanjutnya hasil dari penggalian untuk tempat kedudukan bangunan pelimpa.h
dan bangunan-bangunan pelengkap lainnya diusahakan agar dapat dipergunakan untuk
bahan penimbunan tubuh bendungan dan deil.gan demikian harga pembangunan waduk
dapat ditekan pada tingkat yang paling ekonomis.
Pada penentuan kapasitas bangunan pelimpah supaya dipertimbangkan pula hal-hal
yang berkenaan dengan fungsi dari waduk dan cara-cara penyadapan air dari waduk
tersebut.
Apabila suatu bendungan urugan akan dibangun di daerah-daerah yang exploita
sinya agak sukar, perlu dipertimbangkan pembuatan suatu pelimpah darurat, sehingga
debit banjir dapat ditangani secara lebih mantap.
(6) Bangunan penyadap
Pl,lda hakekatnya air yang terdapat di dalam waduk akan dipergunakan untuk
berbagai macam kebutuhan dengan berbagai macamsyarat-syarat teknis penyadapannya,
sehingga bangunan penyadap yang ditetapkan supaya dapat disesuaikan dengan syarat
syarat penyadapan yang dibutuhkan tersebut. Umumnya air yang disadap dari waduk
dipergunakan untuk keperluan-keperluan irigasi, pembangkit tenaga listrik, air minum,
pengendalian banjir, penggelontoran dan Iain-Iainnya.
Seyogyanya diperhatikan pula kemungkinan-kemungkinan type bangunan penyadap
yang berfungsi ganda, sesuai dengan tujuan pembangunan waduk yang bersangkutan,
misalnya air penggelontoran dikeluarkan melalui terowongan pembuang, terowongan
penggelontor lumpur atau terowongan pelimpah banjir dan kesemuanya ini agar selalu
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan ekonomis.
Seperti halnya bangunan penyadap type menara (bangunan penyadap menara)
mempunyai suatu kelebihan, bahwa operasi pintunya mudah dan dapat mengatur debit
pengambilan secara ketat, tetapi harganya begitu tinggi dibandingkan dengan bangunan
penyadap type lainnya. Selain itu bangunan penyadap type menara ini membutuhkan
pondasi yang kuat serta memerlukan exploitasi dan pemeliharaan yang teliti pula.
Sebaliknya bangunan penyadap sandar berterowongan miring, selain pembiayaannya
rendah, type ini tidak memerlukan pondasi yang kuat, demikian pula biaya exploitasi
dan pemeliharaannya tidak terlalu tinggi.
Akan tetapi bila ditelaah lebih lanjut, dapat kiranya dicatat, bahwa untuk menda
patkan lokasi pembuatan type penyadap kedua inipun tidaklah selalu mudah. Disamping
itu semakin panjang terowongannya, maka pelaksanaan operasinya akan semakin sukar,
karena membutuhkan penampang yang semakin besar untuk mengalirkan debit yang
sama, yang bera:rti memerlukan pintu-pintu yang besar dan berat.
Demikian pula bila diperhatikan perbedaan pada terowongan penyalurnya (outlet
conduit) antara kedua type bangunan penyadap tersebut di atas dapat dicatat hal-hal
sebagai berikut:
* Pada bangunan penyadap type kedua, terowongan penyalurnya berformasi miring,
sehingga akan lebih panjang dari terowongan pada bangunan penyadap type pertama.
* Berhubung karena terowongan penyalur pada bangunan penyadap type kedua Ietak
pintu pengambilannya lebih dangkal, maka diperlukan terowongan. yang lebih
panjang.
·
19. 1 . 3 Beberapa Keistimewaan Bendungan Urugan 21
* Terowongan penyalur pada bangunan penyadap type kedua, biasanya terletak di atas
permukaan pondasi yang lemah, sehingga pembuatannya dengan sistiri1 terbuka,
sedang terowongan penyalur pada bangunan penyadap type pertama dibuat dengan
sistim tertutup, karena biasanya letaknya lebih dalam.
* Pada terowongan pengatur bangunan penyadap type pertama pada masa-masa
exploitasinya akan mendapat beban dari tubuh bendungan, beban hydrostatis dan
gempa, sedang untuk terowongan penyalur pada type kedua beban-beban tersebut
hampir tidak ada.
Dengan cara memperbandingkan seperti uraian tersebut di atas, maka suatu type
bangunan penyadap dapat dipertimbangkan dan akhirnya dapat ditetapkan suatu type
yang teknis-ekonomis paling cocok untuk suatu bendungan yang akan dibangun.
(7) Lain-lain
Selain problema yang bersifat teknis dan ekonomis, pembangunan sebuah waduk
akan menyangkut problema-problema sosial, seperti pembebasan tanah dan pemindahan
penduduk dari areal-areal yang akan digunakan sebagai waduk, bendungan dan
komplex-komplex pelaksanaan serta penggantian-penggantian pada bangunan-bangunan
umum yang harus ditinggalkan penduduk.
Demikian pula pemindahan-pemindahan fasilitas-fasilitas umum dari daerah yang akan
tergenang, seperti jalan-jalan raya, jalan-jalan kereta api, kantor-kantor pemerintahan,
pasar-pasar dan lain-lainnya.
Selain itu karena membangun sebuah waduk merupakan suatu bangunan yang besar,
sehingga mempunyai pengaruh-pengaruh yang sangat luas pada kehidupan masyarakat,
yang antara lain adalah peningkatan yang drastis pada kondisi sosial ekonomi penduduk
yang berada baik di sekitar waduk, maupun daerah-daerah lain yang masih dalam
jangkauan pengaruh dari waduk tersebut.
20.
21. BAB 2. SURVEY DAN INVESTIGASI
2.1 Survey Dan Investigasi Pendahuluan
2.1.1 Survey Dan Investigasi Terhadap Data-Data Yang Sudah Tersedia
23
Sebelum kegiatan survey dimulai, terlebih dahulu supaya diketahui aspek-aspek
terpenting yang mendorong timbulnya gagasan pembangunan sebuah bendungan yang
biasanya adalah:
* pentingnya existensi bendungan tersebut ditinjau dari segi-segi ekonomis maupun
sosial.
• tujuan-tujuan pokok pembangunan dari bendungan.
• fungsi pokok yang akan dibebankan pada calon bendungan.
• perkiraan kemampuan teknis dari calon bendungan.
• dan lain-lainnya.
Sesudah latar belakang dari gagasan pembangunan waduk tersebut diketahui
dengan pasti dan gagasan tersebut memang berlandaskan pada dasar-dasar yang kuat,
barulah dapat dimulai dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
• pengumpulan data-data yang sudah tersedia, yang ada hubungannya dengan
pembangunan bendungan tersebut.
• pengumpulan informasi dan keterangan baik tertulis maupun lisan di sekitar daerah
calon bendungan, maupun di daerah-daerah dimana pengaruh existensi bendungan
diperkirakan akan terasa (baik yang bersifat menguntungkan inaupun yang bersifat
merugikan).
Pengumpulan data-data dan informasi supaya diusahakan sebanyak mungkin.
Dari basil analisa data-data dan informasi yang telah diperoleh, barulah dapat
melangkah kepada kegiatan penyusunan skedule survey dan investigasi selanjutnya
yang akan dipergunakan sebagai dasar perancangan bendungan tersebut.
Adalah sangat penting untuk mengetahui tempat-tempat penyimpanan data-data
yang diperlukan, seperti misalnya data-data geologi yang tersimpan pada instansi
instansi atau perusahaan-perusahaan tertentu dan data-data ini biasanya tidak dipublisir.
Semakin banyak data-data yang terkumpul, berarti akan semakin menghemat biaya
dan waktu, sehingga kegiatan survey dapat berjalan lebih cepat.
Pada da�arnya kegiatan survey dan investigasi pendahuluan, terdiri dari dua bagian
yaitu:
* pengumpulan data-data dasar.
* rcngujian data yang sudah terkumpul.
(1) Pengumpulan data-data dasar
Walaupun data-data dasar yang diperoleh biasanya dalam skala yang J<ecil, sehingga
tak dapat memberikan gambaran yang selengkap-lengkapnya pada bendungan yang
akan dircncanakannya, akan tetapi data-data tersebut akan sangat menentukan jalannya
kegiatan survey dan investigasi selanjutnya.
Data-data yang dapat diperoleh dalam survey pendahuluan ini adalah data-data
sebagai berikut:
(a) Peta-peta topografi
22. 24 · Bab 2. Survey dan Investigasi
Biasanya oleh instansi-instansi tertentu baik di tingkat�usat maupun di tingkat
propinsi diterbitkan peta-peta. topografi dengan skala 1 :50.000. atau 1 :25.000.
Peta-peta ini merupakan data yang paling pondamentil, sebelum kegiatan-kegiatan
survey dan investigasi selanjutnya dapat direncanakan.
(b) Peta-peta geologi
Biasanya peta-peta geologi dalam skala-skala yang kecil juga diterbitkan oleh
instansi-instansi tertentu, baik di tingkat pusat maupun di tingkat propinsi. Berda
sarkan peta-peta tersebut beberapa kondisi geologi dari suatu daerah tertentu sudah
dapat diketahui secara kasar, misalnya mengenai formasi batuan, proses pemben
tukannya, umur geologi suatu lapisan, struktur geologinya, dan lain-lain.
(c) Foto Udara
Dengan foto udara akan sangatlah mudah untuk mempelajari dan menganalisa
tempat kedudukan calon bendungan dan daerah sekitamya, dimana kesukaran
kesukaran pengamatan setempat terhadap struktur geologinya, dengan mudah
dapat diatasi dengan penggunaan foto udara, misalnya untuk mengetahui adanya
daerah-daerah yang mudah longsor (sliding zones), daerah-daerah patahan, lipatan
lipatan dan lain-lain.
Dengan memperhatikan wama dan bayangan pada foto udara, secara kasar
dapat diketahui tingkat kelembaban tanah, formasi permukaan air tanah dan
keadaan drainagenya, misalnya akan dapat dibedakan antara daerah lempung kedap
air dan daerah formasi pasiran yang kering.
Dan pengamatan-pengamatan terhadap jenis-jenis vegetasi, penyebaran serta
tingkat kesuburannya pada foto tersebut, maka dapat diperkirakan formasi batuan
dasar suatl1 daerah, kelembabannya dan lain-lain.
(d) Lain-lain
Data-data lainnya yang tidak kurang pentingnya adalah peta-peta land-use,
peta-peta tanah tinjau dan catatan-catatan kegiatan pembangunan di waktu-waktu
yang lampau.
(2) Pengujian (kalibrasi) data-data yang terkumpul
Pada hakekatnya tidaklah semua data-data yang terkumpul itu dapat dipercaya
adanya, diperlukan juga suatu pengujian-pengujian (kalibrasi) dengan metode tertentu,
antara lain sebagai berikut:
* memperbandingkan data-data yang sejenis yang telah diperoleh dan mengusahakan
agar dipilih data-data yang paling logis.
* mengadakan pemeriksaan-pemeriksaan setempat terhadap kebenaran data-data
tersebut.
* memperbandingkan dan mencari persamaan yang logis antara dua jenis data yang
berbeda, umpamanya dengan membandingkan data-data topografi dengan data-data
geologi, data-data meteorologi dengan data-data hydrologi dan lain-lain.
Untuk jelasnya dapat kiranya diikuti beberapa uraian di bawah ini, dimana cara
cara untuk memperbandingkan data-data topografi dengan data-data geologi, sebagai
suatu kelaziman yang logis pada kondisi alam yang sebenarnya, antara lain:
* daerah-daerah yang rendah, biasanya terdiri · dari batuan aluvial.
* daerah-daerah yang tinggi, biasanya terdiri dari batuan diluvial.
* daerah-daerah gunung berapi, biasanya terdiri dari batuan asal gunung berapi, seperti
debu gunung berapi, tufa, breksi, lava, dan lain-lain.
* daerah-daerah perbukitan, terdiri dari batuan diluvial, berumur tertiair, granit, dan
lain-lain.
* daerah-daerah pegunungan, biasanya terdiri dari batuan-batuan berumur paleozoic,
23. 2. 1 SurveydanInvestigasiPendahuluan
mesozoic, batuan-batuan metamorf, batuan beku (igneous-rock) dan lain-lain.
2.1.2 Survey Dan Investigasi Daerah Tempat Kedudukan Caloa Bendungan
25
Sesudahternpatkedudukanbendunganditetapkansecarakasarberdasarkananalysa
dari data-datayangberhasildikumpulkan, makasurveydaninvestigasidaerah kedudu
kan calon bendungan perlu dilaksanakan untuk mengetahui dengan saksama keadaan
yang sebenarnya, guna penyusunan rencana-rencana kegiatan survey dan.investigasi
yang lebih mendalam.
Kegiatansurveydaninvestigasi ini selain daerah tempat kedudukan calon bendu
ngan,akanmencakuppuladaerahdisekitarternpatkedudukancalonbendungantersebut,
yang diperkirakan akan mendapatkan pengaruh langsung baik pada saat-saat pelak
sanaan survey dan investigasinya, maupun pada waktu pelaksanaan pembangunannya.
(J) Perlengkapanfperalatan survey dan investigasi lapangan
Guna melaksanakan pekerjaan-pekerjaan survey dan investigasi Iapangan, diperhi
kan perlengkapan-perlengkapan/peralatan sebagai berikut:
(a) Ringkas�n dan kesimpulan-kesimpulan dari hasil-hasil survey dan pengum-
pulan data-data terdahulu.
(b) Palu untuk survey geologi, clinometer, kaca pembesar, dan lain-lain.
(c) Pita ukur, waterpas tangan, meteran, dan lain-lain.
(d) Kantong-kantongplastik.
(e) Buku catatandan pensil.
(f) Tusteldanteropong.
(g) Lampu baterai.
(2) Kegiatan survey dan investigasi /apangan
Survey dan investigasi lapangan yang diperlukan, umumnya terdiri dari kegiatan
kegiatan berikut:
(a) Pemetaangeologi permukaan (out-crop survey)
Pekerjaan ini diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih saksama
terhadap jenis-jenis batuan yang membentuk permukaan tanah dan mencoba
memperkirakan daerah penyebaran serta ketebalannya, sifat-sifat fisik maupun
mekanisnya, dan lain-lain. Hal tersebut sangat diperlukan untuk mendapatkan
gambaran sepintas, apakah tempat kedudukan calon bendungan yang secara kasar
telah terpilih sudah cukup wajar untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
Biasanya dalam pelaksanaan pembangunan sebuah bendlingan senantiasa akan
dijumpai problema-problema yang cukup b�rat, karena terdapatnya jenis-jenis
batuan yang sudah lapuk dengan daya dukung yang rendah, lapisan pasir dan
kerikil dengan permeabilitas yang tinggi, Iapisan yang terdiri dari bahan vulkanis,
Iapisan baiuan endapan bekasalursungai, lapisan talus (endapan akibat longsoran
tanah), lapisan batuanyangmudah larut, antaralain: batuan kapur, batuangaram,
dan lain sebagainya.
(b) Survey dan investigasi untuk bahan bendungan
Dengan menggunakan peta-peta topografi dan geologi, maka dengan mudah
dapatdiketahuijenis batuanasalyangterdapatdi sekitardaerahternpat kedudukan
calon bendungan. Demikian pula dengan mudah diketahui jenis sedimen yang
terdapat di daerah ini serta memperkirakan kapasitas dari masing-masing jenis
sedimen tersebut.
Berdasarkan hasil-hasil-survey tersebut di atas, maka akan dapat disusun
rencana-rencana kegiatan survey dan investigasi selanjutnya. Mengingat kegiatan
24. 26 Bab 2. Survey dan Investigasi
survey dan investigasi pondasi bendungan dan bahan bendungan biasanya dilak
sanakan dengan metode-metode yang sama, maka diatijurkan agar kegiatannya
dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
2.2 Pengukuran Dan Pemetaan Topografi.
2.2.1 Pemetaaa Dall Pengukuraa Calon Waduk
Pekerjaan pemetaan dan pengukuran akan mencakup daerah-daerah sebagai
berikut:
* daerah calon waduk yang akan tergenang air.
* jalur calon jalan-jalan raya/kereta api yang harus dipindahkan dari daerah yang
tergenang.
* daerah-daerah yang diperkirakan akan menjadi tempat kedudukan calon bendungan,
maupun tempat-tempat yang diperkirakan akan menjadi tempat kedudukan bangunan
pelengkap bendungan yang bersangkutan.
Pekerjaan pemetaan dan pengukuran ini diperlukan untuk nielakukan hal-hal
sebagai berikut:
* memperkirakan volume calon waduk.
* menentukan kedudukan calon bendungan serta bangunan-bangunan pelengkapnya.
* menentukan luasnya daerah yang perlu dibebaskan, termasuk semua bangunan dan
tanaman yang terdapat di dalamnya.
Untuk calon bendungan dan calon waduk, batas-batas yang dipetakan adalah :
* daerah yang dikelilingi oleh sebuah garis yang tinggi yang letaknya pada elevasi I,2
kali tinggi calon bendungan.
* daerah yang tercakup 50 meter di luar kedua ujung mercu calon bendungan dan
melebar ke arah hilir sejauh 100 meter dari poros calon bendungan.
Skala peta disesuaikan dengan luasnya daerah genangan yaitu dengan ketentuan
seperti yang tertera pada Tabel 2-l dan dengan garis-garisinterval tinggi Im, 2m atau 5m.
Tabel 2-l. Luas daerah geuangan waduk clan skala peta
yang lazim dipergunakan.
Luas daerah genangan waduk Skala
Lebih besar dari 100 ha 1/2.000- 1/5.000
Antara 50 -:- lOO ha l/1 .000- l/2.000
Lebih kecil dari 50 ha 1/500- l/1.000
2.2.2 Pemetaan Pada Tempat Kedudukaa Calon Bendungan
Untuk tempat kedudukan calon bendungan, di samping peta (gambar· situasi)
dibutuhkan juga beberapa gambar-gambar penampang melintangnya (penampang
penampang melintang yang memotong sungai) dan penampang memanjang (sejajar
dengan songai).
Tujuan dari pekerjaan tersebut adalah untuk membuat gambar-gambar rencana
tubuh bendungan, rencana perbaikan-perbaikan pondasi (apabila kelak diperlukan),
untuk mendapatkan gambaran secara kasar volume tubuh bendungan, memperkirakan
kemungkinan-kemungkinan lokasi dari pada bangunan-bangunan pelengkap bendu
ngan, dan lain-lain.
25. 2. 3 Survey Meteorologi dan Hydrologi 27
Peta-peta dan gambar-gambar supaya dibuat dalam skala I : 500 atau I : 1.000. dengan
interval tinggi 1 meter.
2.3 Survey Meteorologi Dan Hydrologi
2.3.1 Pemasangan Alat-alat Observasi
Kegiatan survey meteorologi dan hydrologi hanya dapat dimulai apabila sudah
dipasang dan disediakan peralatan sebagai berikut:
* alat pengukur temperatur.
* alat penakar hujan.
* alat pengukur debit aliran air sungai.
* alat pengukur temperatur air.
* alat pengukur sedimen.
* alat-alat meteorologi.
* dan lain-lain.
Realisasi dan pemasangan peralatan tersebut sebaiknya dilaksanakan pada permu
laan dari kegiatan survey & investigasi rencana pembangunan sebuah bendungan.
Data-data yang diperoleh dari pencatatan-pencatatan dan pengukuran-pengukuran
tersebut akan merupakan data-data yang sangat penting sebagai bahan analysa-analysa
dan perhitungan-perhitungan guna menentukan kapasitas calon waduk, tinggi serta
volume calon tubuh bendungan dan penetapan debit b.anjir-rencana untuk menentukan
kapasitas bangunan pelimpah atau saluran-saluran banjir lainnya.
Perincian kegiatan survey dan investigasi yang diperlukan adalah sebagai berikut:
(I) Observasi meteorologi di sekitar tempat kedudukan calon bendungan, yang
terdiri dari pengukuran dan pencatatan temperatur, kelembaban, kecepatan
angin serta arahnya, tingkat radiasi sinar matahari, penguapan, curah hujan
dan intensitasnya, dan lain-lain.
(2) Penempatan alat penakar curah hujan pada tempat-tempat yang sesuai di
seluruh daerah pengaliran calon bendungan dengan kerapatan tertentu, untuk
menentukan karakteristika curah hujan di daerahtersebut. Sebaiknyadigunakan
alat pengukur curah hujan otomatispada lokasi-lokasi tertentu,denganmemper
timbangkan kondisi topografi, kecepatan angin serta arahnya, pohon-pohonan
yang terdapat di sekitarnya, agar alat-alat pencatat tersebut dapat menghasil
kan data-data yang relevant.
(3) Pengukuran dan pencatatan temperatur air sungai dan pengamatan kwali
tasnya pada beberapa lokasi tertentu di sebelah hilir calon bendungan.
(4) Pengukuran dan pencatatan debit air sungai pada tempat kedudukan calon
bendungan.
Data-data curah hujan dan debit sungai merupakan data-data yang paling ponda
mentil dalam merencanakan pembangunan suatu bendungan. Dan ketepatan dalam
pemilihan-pemilihan lokasi serta pemilihan type peralatannya (baik untuk curah hujan
maupun untuk debit sungai) adalah merupakan faktor-faktor yang menentukan pada
kwalitas data yang kelak akan diperoleh.
Khususnya dalam penempatan stasiun pencatat debit disarankan agar memperha
tikan hal-hal sebagai berikut :
(l) Supaya diusahakan lokasi yang berdekatan dengan calon kedudukan bendu
ngan, tetapi diperhatikan agar dapat dihindarkan fluktuasi debit yang dipe
ngaruhi oleh adanya · kegiatan pelaksanaan pembangunan bendungan yang
bersangkutan.
26. 28 Bab 2. Survey dan Investigasi
(2) Supaya diusabakan lokasi pada bagian sungai yang lurus dengan luas penam
pang lintang yang bampir seragam dan dengan kemiringan yang konstan.
Pada prinsipnya pengukuran-pengukuran yang dilaksanakan umumnya dengan
metode current meter (current meter method).
Walaupun demikian dalam kondisi-kondisi tertentu dipergunakan pula metode pelam
pung (floating method) dan metode pengukuran dengan ambang pelimpab (weirmethod).
(1) Methode current meter
Pada bakekatnya cara ini termasuk cara yang sudab agak kuno, walaupun demikian
mengingat pelaksanaannya yang tidak terlalu sukar, sedang basilnyapun cukup dapat
diandalkan sebingga metode current meter pada saat ini masib sangatluaspemakaiannya.
Prinsip pelaksanaannya adalab dengan urutan sebagai berikut:
(a) Menentukan suatu penampang sungai untuk lokasi pelaksanaan pengukuran
debit.
(b) Mengukur kecepatan aliran air yang melintasi penampang sungai tersebut di
atas dengan current meter yang didasarkan pada prosedur-prosedur tertentu.
Apabila kecepatan rata-rata tersebut dikalikan dengan luas penampang
basabnya, maka debit sungai tersebut dapat dibitung dengan mudab.
Fluktuasi permukaan air sungai dicatat oleb suatu alat pencatat dan secara
otomatis tergambar sebuab grafik yang disebut bydrograf-elevasi permukaan
air.
(c) Dengan melaksanakan pengukuran-pengukuran debit seperti pada ad. (b) di
atas secara berulang kali, pada elevasi permukaan air yang berbeda-beda maka
didapatlab angka debit sungai yang berbeda-beda pula dan dari basil-basilnya
maka dapat dibuatkan kurva elevasi versus debit yang disebut kurva debit
(rating curve).
(d) Dengan menggunakan rating curve ini, maka setiap elevasi permukaan air
sungai yang tercatat pada bydrograf-elevasi dapat diketabui debitnya.
(2) Metode pelampung yang terdiri dari 2 (dua) type yaitu
* metode pelampung permukaan (surfacefloat method).
• metode pelampung tongkat (barfloat method).
Prinsip pengukurannya adalab dengan mengetabui kecepatan rata-rata aliran
permukaan air sungai yang kemudian dikalikan dengan luas penampang sungai dan
dengan memasukkan beberapa koeffisien ke dalam perkalian tersebut. Akan tetapi
karena adanya aliran-aliran permukaan yang menyilang, ombak serta tiupan angin di
atas permukaan air sungai, maka kecepatan aliran permukaan yang sesunggubnya tidak
selalu sesuai dengan kecepatan banyutnya pelampung, sebingga akan memberikan basil
dengan angka-angka yang kurang tepat.
Metbode pelampung biasanya digunakan pada waktu banjir atau pada saat metode lain
tidak dapat dilaksanakan, karena kelangkaan peralatannya.
(3) Metode ambangpelimpah (weir method)
Metode ini sangat cocok untuk pengukuran sungai-sungai yang kecil dengan basil
yang tinggi ketelitiannya.
Beberapa problema yang perlu mendapat perbatian kbusus dalam kegiatan pengu
kuran dan pencatatan debit sungai, yaitu :
(I) Mengingat babwa alur sungai sepanjang existensinya senantiasa bergerak
dengan intensitas-intensitas tertentu, maka bagian sungai dimana sebuab
stasiun pengukurjpencatat debit akan turut bergerak dengan intensitas
tertentu pula yang mengakibatkan konfigurasi penampang lintang sungai di
tempat tersebut akan berubab-ubab dan dengan demikian bentuk penampang
basab sungainyapun dari waktu ke waktu akan berubab-ubab.
27. 2. 3 Survey Meteorologi dan Hydrologi 29
(2) Baik pada sungai-sungai yang besar, maupun pada sungai-sungai yang kecil
perubahan penampang basahnya senantiasa terjadi, karenanya hubungan
antara elevasi permukaan dan debitnya senantiasa berubah-ubah pula_dan
dengan demikian kurva debit (rating curve) suatu penampang sungai *an
senantiasa turut berubah-ubah. i
Untuk mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan yang fatal, maka disarankan
agar dalam periocre-periode tertentu supaya luas penampang sungai pada
tempat-tempat pengukuran/pencatatan debit diukur kembali dan jika diper
lukan maka kurva debit dapat diganti untuk disesuaikan.
(3) Pada pembuatan kurva debit, agar pengukuran-pengukuran dilaksanakan baik
pada de�it kecil dan debit normal maupun pada saat terjadinya banjir-banjir
besar dengan pelaksanaan yang berulang kali.
(4) Hasil-hasil yang diperoleh dari pengukuran-pengukuran debit tersebut di
gunakan untuk menganalisa hubungan antara debit air yang mengalir dari
suatu daerah pengaliran dan intensitas curah hujan yang jatuh di daerah
pengaliran tersebut.
2.3.2 Sun'ey Data-data Debit Banjir Yang Pemah Terjadi
Guna pembuatan rencana-teknis bangunan pelimpah sebuah bendungan, maka
diperlukan suatu debit banjir-rencana yang realistis. Untuk ini, angka-angka basil
perhitungan hydrologi perlu diuji dengan menggunakan data-data banjir-banjir besar
dari pencatatan-pencatatan/pengamatan-pengamatan setempat.
Data-data debit banjir besar yang pernah terjadi, dapat diperoleh dari tanda-tanda
adanya genangan-genangan tertinggi yang pernah terjadi, yang terdapat ;antara lain
pada jembatan-jembatan, pada bangunan-bangunan di tepi sungai yang biasanya ditan
dai oleh petugas-petugas penjagaan banjir setempat. Survey data-data banjir besar ini
disarankan pula untuk dilakukan di sungai-sungai yang berdekatan.
Beberapa contoh kongkrit dalam usaha mendapatkan data-data banjir besar yang
pernah terjadi.
(1) Memperbandingkan kondisi meteoro/ogi
Apabila data-data hydrologi dan meteorologi daerah pengaliran calon bendungan
sangat terbatas, sedang data-data: di daerah pengaliran sungai di sekitarnya cukup
banyak, maka dengan memperbandingkan kondisi-kondisi geologi dan topografinya,
akan dapat diperkirakan tingkat persamaan debit banjir yang mungkin terjadi pada
daerah-daerah pengaliran tersebut.
Biasanya daerah yang diperbandingkan diambil dalam radius 30 s/d 50km dari
kedudukan calon bendungan. Walaupun demikian, pada suatu kasus yang istimewa,
pernah dilakukan perkiraan-perkiraan debit banjir suatu sungai yang memperbandingkan
dengan daerah pengaliran sungai lain sejauh ± I OOkm dari tempat kedudukan calon
bendungan, dimana setelah diselidiki dengan saksama, ternyata kondisi-kondisi topo
grafi, ·geologi, maupun meteorologinya pada kedua daerah krsebut memang hampir
sama. Akan tetapi harus disadari bahwa selain ketiga faktor tersebut, masih banyak
faktor-faktor lain yang kondisinya mungkin tidak sama, sehingga akan menghasilkan
estimasi yang kurang teliti, karenanya hasil-hasil perhitungan yang bagaimanapun
kasarnya, sangat diperlukan sebagai bahan pertimbangan.
(2) Daerah pengaliran sungai yang tidak mempunyai stasiun pencatat
Biasanya pada sungai-sungai yang kecil atau anak-anak sungai jarang sekali
dilakukan pengukuran dan pencatatan-pencatatan data, baik untuk memperoleh data
meteorologi maupun untuk memperoleh data-data hydrologi. Dalam kondisi yang
28. 30 Bab 2. Survey dan lnvestigasi
demikian maka satu-satunya cara untuk menetapkan debit banjir-rencana biasanya
dengan menggunakan tanda-tanda banjir yang pernah terjadi seperti yang telah diuraikan
terdahulu.
Dengan didapatkannya elevasi tertinggi dari permukaan air sungai pada saat
saat terjadinya banjir yang paling besar dan dengan metode hydrolika maka akan
dihitung debit banjir-rencana yang diinginkan. Dan titik-titik pengamatan yang paling
ideal adalah di atas mercu sebuah bendung atau di bagian atas sebuah terjunan, karena
perhitungan-perhitungan hydrolika pada tempat-tempat tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus-rumus yang sederhana ·dan ketelitian hasilnya cukup
memadai.
(3) Kalibrasi data
Data-data yang sepintas lalu kelihatannya kurang dapat dipercaya, seyogyanya
tidak segera dinyatakan gugur dan disisihkan.
Kebenaran dari data-data tersebut harus terlebih dahulu dianalisa, baik dengan cara
membanding-bandingkan dengan data-data lainnya, · ataupun dengan mengadakan
analisa-analisa perhitungan empiris (kalau memang rumusnya ada) dan jika perlu
dengan peninjauan setempat.
Jadi data-data yang sempat terkumpul harus dikalibrasi dengan saksama sebelum
data-data tersebut dinyatakan gugur, karena kadang-kadang terjadi hal-hal yang bahkan
sebaliknya, dimana data-data yang kelihatannya kurang logis, ternyata jauh Iebih fit
dibandingkan dengan data-data lainnya. Ha! tersebut, mungkin disebabkan keistime
waan-keistimewaan kondisi setempat yang hanya dengan sepintas lalu saja tidak sempat
teradoptir, pada saat survey lapangan dilaksanakan.
2.3.3 Survey Curah Hujan
Pada rencana pembangunan sebuah bendungan, data-data curah hujan ini diperlu
kan untuk penganalisaan 2 (dua) aspek utama yaitu :
* Penganalisaan kapasitas persediaan air yang terdapat di daerah pengaliran yang
mengalir melalui tempat kedudukan calon bendungan serta ftuktuasi debitnya, dalam
periode-periode harian, bulanan dan tahunan atau periode jangka yang panjang
(multi-years period).
* Penganalisaan karakteristika debit banjir, antara lain mengenai kapasitas debit banjir,
durasi banjir, musim terjadinya banjir dan periode-periode perulangannya.
Data curah hujan tersebut biasanya merupakan data-data hujan jam-jaman, hujan
harian, distribusi curah hujah pada saat terjadi hujan yang lebat, dan lain-lain.
Data-data ini dapat dikumpulkan dari basil pencatatan stasiun penakar hujan
ataupun stasiun-stasiun meteorologi yang biasanya dipasang baik untuk kebutuhan
kebutuhan yang bersifat umum, maupun yang bersifat khusus dan sementara. Semua
data-data dari daerah pengaliran maupun dari daerah sekitarnya yang pernah dicatat
supaya dicari dan dikumpulkan, yang kelak akan sangat berguna untuk analisa-analisa
yang lebih mendalam.
Dalam menetapkan daerah survey curah hujan yang diperlukan, supaya didasarkan
pada pe1timbangan-pertimbangan topografis dan pada radius pengamatan dari titik
tempat kedudukan calon bendungan.
Guna penentuan daerah survey kiranya beberapa karakteristika dari pada curah
hujan perlu mendapat perhatian, antara lain sebagai berikut:
* Pada dataran rendah pantai yang datar maka curah hujan biasanya menunjukkan
tendensi penurunan secara proporsionil sesuai dengan semakin jauhnya suatu ternpat
del)gan garis pantai.
29. 2. 3 Survey Meteorologi dan Hydrologi
* Makin tinggi elevasi suatu daerah biasanya angka curah hujannya semakin tinggi.
31
Data-data curah hujan yang pernah dicatat oleh masing-masing alat penakar hujan
supaya dikumpulkan semuanya. Semakin panjang periode pencatatan yang berhasil
dikumpulkan berarti semakin baik, karena dengan data-data yang panjang periode
pencatatannya, berarti akan mendapatkan hasil-hasil perhitungan probabilitas yang
memadai.
Data-data dengan periode pencatatan yang sekurang-kurangnya 30 tahun, merupakan
data-data diinginkan, karena dari data-data tersebut akan diperoleh angka-angka
probabilitas yang dapat diandalkan.
Untuk bendungan urugan, biasanya kapasitas bangunan pelimpah direncanakan
untuk dapat melewatkan debit banjir dengan kemungkinan perulangan (return period)
100 tahun yang dikalikan dengan koeffisien 1,2.
* data <;urah hujan tahunan.
* data curah hujan terbesar harian pada tiap-tiap tahun.
* data curah hujan terbesar dalam 4 jam pada tiap-tiap tahun.
* data curah hujan terbesar dalam 1 jam pada tiap-tiap tahun.
* data distribusi curah hujan pada saat terjadinya hujan hujan yang lebat
2.3.4 Perhitungan Debit Banjir-rencana
Pada prinsipnya debit-debit rencana diperoleh dari hasil-hasil perhitungan
MR.(
an curah
hujan-rencana dengan memasukkan beberapa faktor kondisi daerah pengaliran, sedang
debit banjir rencana didapat dari perhitungan curah hujan maximum rata-rata yang
jatuh di daerah pengaliran dan jangka waktu sejak terkumpulnya air hujan tersebut
sampai pada saat terjadinya debit besar pada tempat kedudukan calon bendungan.
Besarnya jangka waktu tersebut tergantung dari kondisi topografi dan geologi daerah
pengaliran.
Hanya sesudah diketahui angka-angka hubungan antara curah hujan dan debit
banjir, maka debit banjir-rencana dapat dihitung dengan metode unit hydrograf.
Dengan semakin berkembangnya ilmu di bidang hydrologi maka sangat banyaklah
metode perhitungan yang sudah diperkenalkan serta dikembangkan dan di bawah ini
akan diuraikan sebuah contoh perhitungan hydrologi yang sederhana, tetapi yang
masih luas penggunaannya.
Secara garis besarnya perhitungan tersebut terdiri dari 3 (tiga) tahapan sebagai
berikut:
* Perhitungan curah hujan maximum-rencana.
* Perhitungan debit banjir-rencana.
* Pengujian basil perhitungan debit banjir-rencana
(1) Perhitungan curah hujan maximum-rencana
Seperti yang telah diuraikan terdahulu, bahwa kapasitas bangunan pelimpah untuk
bendungan urugan biasanya direncanakan untuk dapat menampung debit banjir dengan
periode perulangan (return period) 100 tahun (atau disingkat Q���), dikalikan dengan
angka koeffisien I ,2.
Akan tetapi apabila banjir-banjir yang pernah terjadi melampaui Q���. maka debit
banjir-rencana supaya didasarkan pada debit banjir yang pernah terjadi dikalikan dengan
angka koeffisien 1,2.
Untuk perhitungan curah hujan-rencana digunakan metode matematika statistik
dalam periode-periode tahunan. Dalam perhitungan hydrologi metode matematika
statistik yang didasarkan kurva frekwensi binomium itu, sudah sedemikian berkem
bangnya sehingga menghasilkan modifikasi-modifikasi perhitungan probabilitas yang
30. 32 Bab 2. Survey dan Investigasi
beraneka ragam, tergantung pada tempat-tempat dimana metode tersebut dilahirkan
dan dikembangkan. Antara lain dapat kiranya dikemukakan di sini, metode-metode
yang biasa dipergunakan adalah metode-metode perhitungan probabilitas yang diper
kenalkan oleh Hazen, Foster, Kimball, lwai, Gutnbel, Tomas (metode nonparameter).
Sebagai contoh di bawah ini adalah metode-metode Iwai dan Hazen.
Metode perhitungan excess probability (metode Iwai)
Dari data-data curah hujan yang berhasil dikumpulkan dapat dipisahkan setiap
tahunnya angka curah hujan terbesar dalam durasi tertentu (harian, empat jam atau
satu jam), sedang dari data debit sungai dapat pula dipisahkan dan dikumpulkan debit
terbesar (maximum) yang pernah terjadi setiap tahunnya. Semakin panjang jangka
waktu pencatatan, berarti angka-angka tersebut semakin banyak, maka akan semakin
jelaslah kurva frekwensi yang dihasilkan dari masing-masing jenis angka curah hujan
yang tercatat dan akan terlihat bahwa kurva frekwensi )tlng tergambar merupakan
kurva binomium, jadi bukan merupakan kurva Gauss.
Dari kurva Gauss (kurva frekwensi dengan distribusi ·normal), akan menghasilkan
rumus sebagai berikut:
dimana:
W(x) = )nlooe-�·.de
e =a log x +bXo +b
e: variable normal.
x: variable kemungkinan.
a, b,x0 : konstanta. .
(2.1)
(2.2)
Berbagai cara yang digunakan untuk mendapatkan angka-angka konstanta dan di
sini Iwai mengusulkan sebagai berikut:
Konstanta x0 :
I Mlog x0 - :E log x1
nt=lPerkiraan permulaan untuk harga konstanta b:
Perkiraan permulaan untuk angka X0 :
I a
X0 = log (x1 +b)=-:E log (x1 +b)nt=lPerkiraan permulaan untuk angka a:
1 I 2 t (I x1 + b)2l-a=vn-lt=l og
.Xo+b
=
I--'!:!!_ • ,.jgz -X�
'Yn-1
(2.3)
(2.4)
(2.5)
(2.6)
31. dimana:
2. 3 Survey Meteorologi dan Hydrologi
- 1 ,
X2 = - :E {log (x1 + b)Jl
n t = t
33
(2.7)
x1: angka data (observedvalue) denganjangkaiyang dimulai dari angkaterbesar
dan berakhir pada angka yang terkecil (urutan regressi).
x, : angka datadengan datas yang dimulai dari angka yang terkecil atau dengan
jangka (n - s + 1) dimulai dari angka terbesar.
n: jumlah data yang terkumpul.
m: n/10 integer (perhitungan pecahan dari 0,5 dan lebih serta mengabaikan
sisanya).
Sesudah didapatkan harga-harga perkiraan dari konstanta-konstanta a, b dan x0,
maka perhitungan probabilitas hydrologi tersebut dapat dilanjutkan dengan rumus
sebagai berikut:
log (x + b) = log (x0 + b) + (!)e (2.8)
Contoh perhitungan:
Untuk jelasnya di bawah ini akan dicoba memberikan contoh-contoh praktis
perhitungan dengan urutan sebagai berikut:
1) Harga pendekatan pertama untuk konstanta x0 dihitung dengan menggunakan
rumus (2.3) dan harga konstanta b dihitung dengan rumus (2.4).
2) Dengan diketahuinya harga konstanta b, maka log (x1 + b) akan dapat dihitung
dan harga x0 dapat pula dicari dengan menggunakan rumus (2.5).
3) Derigan mudah harga {log (x1 + b)J2 dapat pula diperoleh dan selanjutnya
harga X2 pun dapat dihitung dengan rumus (2.7).
4) Harga 1/a akan mudah didapat dengan menggunakan rumus (2.6).
5) Harga probabilitas (kemungkinan) timbulnya- suatu kejadian hydrologi tersebut
akhirnya dapat dicari dengan rumus (2.8), dimana harga edapat dicari dengan
menggunakan Tabel 2-2.
Contoh-contoh perhitungan kemungkinan berulangnya (excess probability) kejadian
hydrologi.
Seandainya telah dikumpulkan data hydrologi sejenis yang diperlukan (seperti
yang tertera pada Tabel 2-3) adalah data curah hujan maximum harian setiap tahun
dalam jangka waktu pencatatan 31 tahun.
Tabel 2-2. Angka variable normal terhadap frekwensi perulangaa 'T'.
T 1/T e T 1/T e
500 0,00200 2,0352 30 0,03333 1,2971
400 0,00250 1,9840 25 0,04000 1,2379
300 0,00333 1,9227 20 0,05000 1 ,1631
250 0,00400 1,8753 15 0,06667 1,0614
200 0,00500 1,8214 10 0,10000 0,0062
150 0,00667 1,7499 8 0,12500 0,8134
100 0,01000 1,6450 5 0,20000 0,5951
80 0,01250 1 ,5851 4 0,25000 0,4769
60 0,01667 1,5049 3 0,33333 0,3045
50 0,02000 1,4522 2 0,50000
40 0,02500 1,3859
33. 2. 3 Survey Meteorologi dan Hydrologi 35
1) Metode Iwai
No.
1
2
3
Total
a) Daftar data dengan tahun yang berurutan (seperti yang tertera pada Tabel
2-3) dipindahkan pada daftar dengan urutan regressi seperti yang tertera
pada Tabel 2-4.
b) Selanjutnya menghitung konstanta b dengan cara seperti yang tertera pada
contoh Tabel 2--5.
c) Perkiraan permulaan dari komponen 1/a pada rumus (2.6) sebagai berikut:
_!_ =
I 2n • ,.jg2 - x2 =
12 X 31 . ,.)3,2280 - (1,7832)2
a 'V n - 1- 'V 31 - I
= ,.j2,0667·,.j0,0482 = 1,4376 X 0,219 = 0,3156
d) Perhitungan kemungkinan perulangan curah hujan harian maximum
tahunan, seperti yang tertera pada Tabel 2-6, yaitu untuk kemungkinan
perulangan 200 tahun R��� = 238mm sedang untuk kemungkinan perula
ngan 500 tahun, R��� = 276mm.
Tabel l-5. Contoh perhitungan untuk memperoleh harga konstanta 'b'.
Xt x, Xt •Xs Xt + x, X1 • X, - xij 2x0 - (x1 + x,)
222,0 32,1 7.126,2 254,1 2.015,4 - 1 1 1,1
146,0 37,4 5.460,4 183,4 349,6 - 40,4
135,0 38,4 5.184,0 173,4 73,2 - 30,4
bt
-18,14
- 8,65
- 2,41
-29,20
:. b = - 9,73
log x1 = 1,85424
x, = 71,49 • • X� * 5.1 10,8 2x0 * 143,0
Tabel 2-6. Tabel perhitungan untuk mendapatkan probabilitas curah
hujan harian maximum tahunan.
c; (1/a)·e (1/a)·c; + Xo x + b X
1/T CD ® ® + Xo @ @ - b
1/10 0,9062 0,2860 2,0692 1 17,3 127
1/50 1 ,4522 0,4583 2,2415 174,3 1 84
1/100 1,6450 0,5192 2,3024 200,6 210
1/200 1,8214 0,5748 2,3580 228,0 238
1/300 1,9227 0,6068 2,3900 245,4 255
1/500 2,0352 0,6423 2,4255 266,3 276
2) Metode Hazen
Metode ini dapat digunakan untuk menghitung kemungkinan perulangan
suatu kejadian dengan data-data yang terbatas, sedang prosedurnya sangat
sederhana dengan basil yang biasanya agak lebih besar tetapi cukup memadai
untuk dipergunakan. Seperti yang tertera pada Tabel 2-7 data-data yang
terkumpul telah disusun secara regressi.
a) Harga ifn dengan mudah dapat dihitung dimana:
n : jumlah data yang tercatat.
i: nomor urut dari data yang tercatat pada tabel regressi.
34. 36
No.
urut
regressi
1
2
3
4
5
6
7
8
9.
10
1 1
12
13
14
15
16
b)
c)
d)
99,9
l_ X 100•
99
9S
90
80
70
60
so
40
30
20
10
s
0,1
10
Bab 2. Survey dan Investigasi
Tabel l-7. Tabel perhitungan untuk memperoleh probabilitas curah hujao.
Tanggal No. Tanggal
terjadinya urut terjadinya
i/n Xo hujan regressi i/n :Xo hujan
0,03226 222,0 8,15,1938 17 0,54839 68,8 5,13,1934
0,06452 146,0 9,15, '47 18 0,58064 65,0 9,17, '39
0,09677 135,0 9, 8, '40 19 0,61290 60,2 8,29, '35
0,12093 121,8 7,27; '53 20 0,64516 60,0 4,25, '37
0,16129 1 14,0 7,22, '41 21 0,67742 56,5 6,21, '49
0,19335 108,5 7, 7, '27 22 0,70968 55,1 7,19, '23
0,22581 100,3 9,16, '48 23 0,74194 54,0 6,13, '28
0,25806 96,0 7,12, '44 24 0,77419 52,2 8, 5, '26
0,29032 96,0 7,27, '31 25 0,80645 48,0 7,18, '51
0,32258 88,0 3,22, '45 26 0,83871 46,3 9, 9, '46
0,35484 86,0 8, 5, '52 27 0,87097 46,3 7, 7, '25
0,38710 82,0 10, 4, '36 28 0,90323 44,4 11,16, '33
0,41935 80,2 8, 2, '32 29 0,93548 38,4 4,25, '24
0,45161 70,3 1 1,17, '42 30 0,96774 37,4 8, 4, '50
0,48387 70,0 8,13, '43 31 1,00000 32,1 7,28, '29
0,51613 68,8 7, 5, '30
Hasil perhitungan digambarkan pada kertas kemungkinan logaritmis·
(logaritmic probability paper), seperti yang tertera pada Gbr. 2-1.
Dengan menggunakan Gbr. 2-1, maka dapat diperoleh
R100 = 250mm dan R500 = 290mm.
Kertas probability logaritmis (logaritmic probability paper) dapat dibuat
dengan cara sebagai berikut:
0
'C
1
.
1
I�
1
"'
o
s
10
20
100
200
soo
20 30 406070 90100 150200 300
80
XI DIDl
Gbr. 2-1
Metode perhitungan yang sederbana dengan
kertas kemungkinan logaritmis.
35. Gradasi
yg lebih
rendah
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
2
3
4
5
6
2. 3 Survey Meteorologi dan Hydrologi
* skala horizontal digambar dalam skala logaritmis biasa.
37
* skala vertikal dimulai dari garis tengah kertas merupakan angka 50%·
Sedang ke atas dan ke bawah dari garis tengah tersebut dibuatkan garis
garis seperti yang tertera pada Tabel 2-8, yang akan menunjukkan
angka-angka prosentasi selanjutnya (ke atas menunjukkan angka
prosentasi lebih besar dari angka 50% sedang ke bawah menunjukkan
angka yang lebih kecil dari 50%).
Dan garis ini menunjukkan prosentasi dari kemungkinan perulangan
suatu kejadian atau suatu angka yang mungkin dapat timbul.
Tabel 2-8. Susunan gradasi dari kertas kemungkinan logaritmis.
Jarak Gradasi Gradasi Jarak Gradasi Gradasi Jarak
dari yg lebih yg lebih dari yg Iebih yg lebih dari
datum tinggi rendah datum tinggi rendah datum
3,0902 99,9 7 1,4758 93 24 0,7063
2,8782 99,8 8 1,4051 92 26 0,6433
2,7478 99,7 9 1,3408 91 28 0,5828
2,6521 99,6 10 1,2816 90 30 0,5244
2,5758 99,5 1 1 1,2265 89 32 0,4677
2,5121 99,4 12 1,1750 88 34 0,4125
2,4573 99,3 13 1,1264 87 36 0,3585
2,4089 99,2 14 1,0803 86 38 0,3055
2,3656 99,1 15 1,0364 85 40 Ot2533
2,3263 99 16 0,9945 84 42 0,2019
2,0537 98 17 0,9542 83 44 0,1"510
1,8808 97 18 0,9154 82 46 0,1004
1,7507 96 19 0,8779 81 48 0,0502
1,6449 95 20 0,8416 80 50 0
1,5548 94 22 0,7722 79
Gradasi
yg lebih
tinggi
76
74
72
70
68
66
64
62
60
58
56
54
52
50
(2) Perhitungan debit banjir-rencana
Apabila tersedia data curah hujan dengan periode dalam jam maka metode per
hitungan unit hydrograf dapat diterapkan. Dan apabila tersedia suatu kurva korelasi
yang teliti antara curah hujan harian dan debit banjir besar yang pernah terjadi, maka
debit banjir-rencana akan dapat diperoleh dengan mudah.
Selain tersebut di atas debit banjir-rencana dapat dihitung dengan salah satu rumus
rasional seperti yang tertera di bawah ini:
dimana:
Q _
f·r·A
- 3,6
Q: debit banjir (m3/dt)
A : daerah pengaliran (km2)
(2.9)
r: intensitas curah hujan rata-rata dalam jangka waktu (T) sejak permulaan
jatuhnya hujan sampai dengan waktu mulai timbulnya banjir (flood arrival
time) (mm/jam).
Untuk mendapatkan harga Q, maka terlebih dahulu supaya didapatkan harga
harga komponen yang terdapat dalam rumus tersebut, yaitu :
f: koeffisien pengaliran.
T: interval kedatangan banjir (flood arrival time).
36. 38 Bab 2. Survey dan Investigasi
r: intensitas curah hujan rata-rata dalam interval T (mm/jam).
Untuk mendapatkan harga dari komponen tersebut dengan cara-cara sebagai
berikut:
(a) Koeffisien pengaliran -/
Kocffisien pengaliran adalah suatu variable yang didasarkan pada kondisi
daerah pengaliran dan karakteristika hujan yang jatuh di daerah tersebut. Untuk
rencana pembangunan suatu bendungan, makaangkakoeffisien pengaliran biasanya
lebih besar dari 0,8. Beberapa petunjuk· untuk mendapatkan angka tersebut dapat
dilihat pada Tabel 2-9 dan Tabel 2-10.
Tabel l-9. Koeffisien pengaliran (run-olfcoeffisien) dari sungai-sungai
(didasarkan pada rumus-rumus hydrolika, diterbitkan
oleh Civil Engineering Society, Japan).
Daerah pegunungan berlereng terjal
Daerah perbukitan
Daerah bergelombang dan bersemak-semak
Daerah dataran yang digarap
Daerah persawahan irigasi
Sungai di daerah pegunungan
Sungai kecil di daerah dataran
Sungai yang besar dengan wilayah
pengaliran yang lebih dari seperduanya
terdiri dari dataran
(b) Interval kedatangan banjir -T
Harga T dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
dimana :
0,75-0,90
0,7 -0,8
0,5 -0,75
0,45-0,6
0,7 -0,8
0,75 -0,85
0,45-0,75
0,50-0,75
(2. 10)
1: panjang bagian sungai dari mata airnya sampai pada tempat kedudukan
rencana bendungan (km).
W: kecepatan perambatan banjir (m/dt atau km/jam).
Untuk mendapatkan harga W dipergunakan rumus sebagai berikut:
atau
W = 20(�)o
.6 (m/dt)
(H
)o,6W = 72
T
(km/jam)
dimana:
(2. 1 1)
(2. 12)
H : perbedaan elevasi antara mata air sungai dengan titik tempat kedudukan
rencana bendungan.
Guna meyakinkan ketelitian harga Tdengan basil perhitungan yang mendekati
keadaan yang sesungguhnya, maka dilakukan pengujian-pengujian, yang antara
37. 2. 3 Survey Meteorologi dan Hydrologi 39
Tabel l-10. Koeffisien-koeffisien pengaliran dari buku-pedoman yang diterbitkan
oleh Texas Highway .Department.
Kondisi
permukaan
tanah Jenis tanah yg membentuk dataran
Tanah kehitam-
hitaman atau
Dataran Pasir atau lem- kekuning-
sedikit pung pasiran kuningan
Inklinasi (%) Land use bergelombang (lulus air) (kedap air)
Min. Max. Min. Max. Min. Max.
rgn
0,15 0,20 0,15 0,20
Daerah dataran Padang 0,20 0,25 0,25 0,30
0- 1 rumput
Pertanian 0,25 0,35 0,30 0,40
r
mn 0,15 0,20 0,18 0,25
Daerah berge- Padang 0,25 0,30 0,30 0,40 0,35 0,45
lombang 1 "'3,5 rumput
Pertanian 0,40 0,45 0,45 0,65 o,so 0,75
rgn
0,20 0,25 0,25 0,30
Daerah perbukitan Padang 0,35 0,45 0,45 0,55
3,5-5,5 rumput
Pertanian 0,60 0,75 0,70 0,85
{Hutan 0,70 0,80
Daerah pegunungan Tanah 0,80 0,90
gundul
lain dengan memperbandingkan hasil-hasil dari perhitungan dengan rumus-rumus
lainnya.
Komponen T merupakan komponen yang paling penting dalam perhitungan,
dan ketelitian hasilnya akan sangat menentukan ketelitian basil perhitungan Q.
Andaikan jangka waktu yang diperlukan sejak hujan turun di atas permukaan
tanah sampai terkumpulnya air ke dalam alur sungai dinyatakan dengan01, kecepatan
perambatan banjir setelah terkumpulnya air dalam alur sungai dinyatakan dengan
W dan panjang sungai dinyatakan dengan /, maka interval kedatangan banjir (T)
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
I
T = OI + w (2.1 3)
Akan tetapi oleh karena harga 01 biasanya sangat kecil, sedang harga yang
teliti tidak selalu mudah diperoleh, maka komponen 01 tersebut biasanya diabaikan
dan harga T dihitung dengan rumus (2. 10).
Untuk memudahkan perhitungan biasanya dibuatkan diagram seperti yang
tertera pada Gbr. 2-2, yang didasarkan pada rumus (2.10).
Perhitungan dengan rumus (2.9) tersebut di atas dapat dilakukan dengan urutan
sebagai berikut:
* Dari peta topografi dasar (biasanya dengan skala I : 25.000) dapat dihitung
panjang sungai (/) yang diinginkan. Supaya diperhatikan bahwa sebagai titik
permulaan pengukuran untuk harga /, dimulai dari tempat keluarnya mata air
sungai dan bukan dari tempat tertinggi pada daerah pengaliran sungai tersebut.
* Untuk menetapkan harga W, disamping dengan rumus-rumus empiris, sebaiknya
38. 40
IJ(m)
Bab 2. Survey dan Investigasi
30
Rumua: W(km/jam - 72(jamft)•••
W(km/jam)
30
40
$0
60
80
100
T(jam) = 1/W
Propil memaujang 0,6
- � �·1,o
�4)
----
T(jam)
o.t ------
------·o,2
0,4
20 [Penggunaan]
Hubungkan I dan h dengan garis lurus,
dan skala pada Tdan W dibaca.
(Skala W tidak selalu dapat dibaca)
[Pertanyaan]
Apabila perbedaan tinggi, h = 207 m
10 jarak I = 29 km
0,8 9 Carilah kecepatan dan waktu keda-
-------
200 -----
600
1000
1,0 8 tangan banjir.
2,0 7 [Pemecahan]4,0 6 W = lS kmfjam
6,0 T = 0,19jam
10,0 ' [Catatan)
Kesalahan W kurang dari +2%
4 Kesalaban T kurang dari -3 %
Gbr. 2-l Diagram perhitungan untuk interval kectatangan banjir.
dilakukan pula dengan pengukuran-pengukuran setempat, karena harga W tidak
hanya tergantung pada kemiringan sungai, tetapi masih dipengaruhi oleh banyak
faktor lainnya, (seperti: lebar sungai, kedalaman sungai, konfigurasi sungai,
vegetasi yang terdapatdalam sungai, jenis sedimen yang bergerak di dasar sungai
maupun yang melayang dalam aliran sungai, dan sebagainya).
(c) Intensitas curah hujan rata-rata dalam interval waktu T
Untuk memperoleh harga intensitas curah hujan rata-rata dalam waktu T(r)
baik yang dinyatakan dalam curah hujan harian, 4-jaman, 1-jaman, dan lain-lain,
dapat digunakan rumus-rumus sebagai berikut:
1) Apabila perhitungan dilakukan berdasarkan data curah hujan harian, maka
rumus yang digunakan adalah:
dimana:
R4 (24)•
r = 24 T
(2.14)
r: intensitas curah hujan rata-rata dalam interval waktu T(mm/jam).
R4 : curah hujan harian (mm)
T: interval kedatangan banjir (jam)
n: biasanya 2/3 sampai dengan 1/2
2) Apabila perhitungan dilakukan berdasarkan data-data curah hujah maximum
dalam interval waktu tertentu (T jam), maka rumus yang digunakan adalah:
dimana:
. r,I = -::JT
i: intensitas curah hujan maximum (mm/jam).
(2.15)
r,: intensitas curah hujan terbesar yang terjadi dalam interval T jam
(mm).
(3) Pengujian hasilperhitungan debit banjir-rencana
Debit banjir-rencana yang dihitung dengan rumus (2.9) dapat diuji dengan cara
sebagai berikut:
• Hasil perhitungan diperbandingkan dengan hasil-hasil pengukuran debit yang pemah
39. h
2. 3 Survey Meteorologi dan Hydrologi 41
dilaksanakan di daerah pengaliran sungai yang bersangkutan, maupun di daerah
pengaliran sungai di dekatnya yang kondisinya hampir bersamaan.
* Diperbandingkan dengan perhitungan-perhitungan yang didasarkan pada rumus
rumus empiris lainnya.
* Diperbandingkan dengan hasil survey banjir di lapangan (tanda-tanda banjir besar
yang pernah terjadi, tanda-tanda genangan pada bangunan-bangunan yang terdapat
di sepanjang sungai, dan lain-lain).
* Diperbandingkan dengan pengukuran-pengukuran setempat pada waktu pelaksanaan
survey dan investigasi maupun pelaksanaan pembangunan calon bendungan.
Metode-metode perhitungan serta perkiraan banjir yang biasanya dilakukan oleh
penduduk setempat dapat pula digunakan dalam pengujian-pengujian tersebut.
Metode-metode yang paling luas yang digunakan baik untuk pengujian hasil-hasil
perhitungan, maupun untuk mendapatkan angka debit banjir-rencana secara kasar
tetapi cukup memadai adalah dengan rumus Creager.
Dalam buku "Engineering for dams" yang diterbitkan oleh U.S.B.R. dinyatakan
bahwa puncak banjir dari sebuah banjir terbesar yang mungkin dapat terjadi sepanjang
existensi sungai bersangkutan, dalam bentuk rumus Creager dinyatakan sebagai berikut:
dimana:
Q = 46 C A <o.u4A-o,o4sl
Q: debit puncak suatu banjir (ft3/dt)
A : luas daerah pengaliran (mile2)
C: koeffisien
(2. 16)
Harga C = lOO untuk menghitung debit puncak suatu kemungkinan banjir terbesar
yang hanya sekali terjadi sepanjang existensi dari sungai yang bersangkutan dan pe
ngalaman-pengalaman menunjukkan bahwa angka tersebut cukup realistis.
2.3.5 Kapasitas Pengendalian Banjir
Pada prinsipnya, merencanakan bangunan pelimpah pada bendungan urugan,
adalah tanpa memperhitungkan adanya kapasitas pengendalian banjir yang biasanya
terdapat pada ruangan di bagian sebelah atas permukaan air penuh calon waduk.
Akan tetapi dalam keadaan dimana bangunan pelimpah harus direncanakan tanpa
pintu pengatur (bangunan pelimpah tetap) dan apabila pada saat waduk terisi penuh
luas muka airnya cukup besar dibandingkan dengan luas daerah pengaliran sehingga
penggunaan pengendalian banjir diperkirakan cukup pantas, maka suatu kapasitas
pengendalian banjir pada calon waduk tersebut dapat juga dipertimbangkan.
Bangunan pelimpah yang direncanakan dengan mempertimbangkan suatu kapasitas
pengendalian banjir di dalam waduk (floodstorage), biasanya debit pelimpahan bangunan
tersebut akan lebih rendah dari debit banjir maximum-rencana, karena sebagian air
banjir untuk sementara akan tertahan di dalam waduk.
Untuk menghitung kapasitas pengendalian banjir pada waduk semacam ini dapat
digunakan berbagai metode, yang pada hakekatnya didasarkan pada persamaan sebagai
berikut:
Pengaliran air yangl Pengaliran air yang l Volume air yang lme�intasi bangunan = masuk ke dalam waduk. - tertahan di dalam
pehmpah. waduk.
Salah satu contoh perhitungan dengan menggunakan metode grafis (diagrammatica/
40. 42
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0
Bab 2. Survey dan Inv.:stigasi
.,x�Kurva debit keluar.
Kurva elevasi
permukaan
air waduk.
qdt
104 m3 �--������--��--������--�
0,5 1,0 1,5 2,0t
0,8
0,6
0,4H
(m)
0,2
Gbr. 2-3 Kurva·kurva debit banjir yang mengalir masuk dan mengalir keluar, serta
kurva elevasi permukaan air dalam waduk.
Mercu bangunan pelimpah
3,0 2,0 1,0
-}Qdt(104m3)
(m)
r!>t
Gbr. 2.-4 Contob perhitungan-grafikpengendalian banjir dengan grafik V, 'If, if,.
solution), seperti yang tertera pada Gambar-Gbr. 2-3 dan Gbr. 2-4 dapat dilakukan
dengan urutan seperti uraian di bawah ini :
� Andaikan, pada waktu t dan (t + dt), debit yang masuk ke dalam waduk masing
masing sebesar q, dan q,+d" sedang debit yang keluar dari waduk melalui bangunan
pelimpah masing-masing sebesar Q, dan Q,+dr dan volume air yang tertahan di dalam
waduk dalam jangka waktu antara t dan (t + dt) adalah perbedaan antara volume
air yang terdapat pada waduk pada waktu t dan pada waktu (t + dt) yang masing
masing dinyatakan sebagai V, dan V,+dr·
* Dengan demikian dalam jangka waktu dt (yaitu selisih antara waktu t dan waktu
t + dt), maka diperoleh jurrilah volume sebagai berikut:
t Volume air yang masuk ke dalam waduk {V1) dapat dinyatakan sebagai berikut:
(2.17)
41. 2. 3 Survey Meteorologi dan Hydrologi 43
t Volume air yang mengalir keluar melalui bangunan pelimpah (V0) dapat dinyatakan
sebagai berikut:
(2.18)
t Volume air yang tertahan (V,) di dalam waduk dinyatakan sebagai berikut:
v. = v,+dt- v, (2.19)
* Apabila ketiga persamaan di atas digabungkan maka akan dihasilkan rumus sebagai
berikut:
Andaikan :
ffJI = V - Q dt
2
t/>1 = V + � dt
= (v+ � dr),+dt- (v- � dr),
maka rumus (2.20) akan menjadi :
(2.20)
(2.21)
(2.22)
(2.23)
Selanjutnya perhitungan metode gratis ini dapat dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut:
(I) Dengan menggambarkan permukaan air waduk di atas mercu bangunan
pelimpah pada sumbu vertikal (H), dan volume waduk (V) pacH!. sumbu
horizontal, sehingga didapatkan suatu kurva H ,., V. (periksa Gbr. 2-3).
(2) Besarnya interval waktu (dt) sebaiknya disesuaikan dengan interval waktu
datangnya banjir (T).
Misalnya besarnya harga T kurang dari satu jam, maka dt dapat ditetapkan
setiap 10 menit sedang apabila harga T lebih dari satu jam, maka dapat dite
tapkan setiap 20 menit, tetapi penetapan harga dt diusahakan merupakan
kelipatan yang bulat dari harga T untuk memudahkan penggambaran-peng
gambaran kurva-kurva Iainnya.
(J) Debit air yang keluar melalui bangunan pelimpah (Q) yang tergantung dari
elevasi air waduk di atas mercu bangunan pelimpah (H) dengan mudah dapat
dihitung.
Disarankan agar interval untuk H diambil antara lO a' 20cm.
(4) lj2Qdt disesuaikan elevasi permukaan air dalam waduk (H) dalam interval
waktu dt dapat digambarkan dan dapat dihasilkan kurva H,., Ij2Qdt. (periksa
Gbr. 2-4).
(5) Apabila panjang garis 1 /2Qdt yang diperoleh pada kurva H ,., lj2Qdt dengan
sumbu H digambarkan di sebelah kanan dan kiri kurva H "' V, sedemikian
sehingga kurva H ,., V seolah-olah menjadi sumbu yang baru, maka garis
lengkung yang tergambar di sebelah kiri adalah kurva rp1 "' H dan di sebelah
42. 44 Bab 2. Survey dan lnvestigasi
kanan adalah kurva l/>1 - H (periksa Gbr. 2-4.).
(6) Sehubungan dengan debit banjir yang masuk ke dalam waduk, sesuai dengan
hydrograf banjir yang dipilih yang berupa kurva t - q dan dari padanya dapat
disusun daftar debit yang terjadi pada setiap saat dengan interval waktu dt
(IO a' 20 menit) sejak permulaan sampai dengan berakhirnya banjir tersebut.
Dengan demikian akan tersusun daftar t1 , t2, t3 • • • dst. dalam interval
waktu dt dan berturut-turut akan memberikan harga q1, q2, q3 • • • • • • dst.
(7) Kapasitas aliran banjir yang masuk ke dalam waduk dalam interval waktu
dt sejak waktu t1 s/d waktu t2 adalah I/2(q1 + q2) dt yang didapat dari kurva
pada point (6) di atas dan sebuah garis yang panjangnya sama dengan harga
1/2(q1 + q2) dt (pada Gbr. 2-4) dinyatakan sebagai garis (1) diletakkan hori
zontal di sebelah kanan kurva rp 1, sesuai dengan elevasi permukaan air pada
saat waktu t1 tersebut.
Dari ujung kanan garis ini ditarik sebuah garis vertikal dan memotong
kurva l/>1 dan titik perpotongannya adalah sebagai elevasi permukaan air
pada saat waktu t2 dan dengan demikian kapasitas air banjir yang tertahan
dalam waduk dapat diketahui dari kurva H "' V pada elevasi permukaan air
tersebut.
(8) Dengan prosedur seperti pada point (7), yaitu apabila panjang garis yang
menunjukkan harga I/2(q1 + q2) dt (pada Gbr. 2-4) dinyatakan sebagai garis
(2), diletakkan horizontal di sebelah kanan kurva l/>1 pada elevasi permukaan
air pada saat t2 dan kemudian ditarik garis vertikal melalui ujung kanan
garis I/2(q1 + q2) dt yang memotong kurva l/>1, maka titik perpotongan ini
merupakan elevasi permukaan air pada saat t3•
(9) Pada saat q. dt mencapai harga yang sama dengan Q. dt, hal tersebut berarti
permukaan air dalam waduk mencapai elevasi yang tertinggi dan kemudian
seirama dengan pe�urunan debit banjir, maka permukaan airpun akan me
nurun pula.
Apabila permukaan air tertinggi yang diperoleh pada point (9) tersebut di atas
lebih tinggi dari elevasi maximum-rencana, maka kapasitas bangunan pelimpah harus
ditingkatkan, yaitu dengan melebarkan ambang pelimpahnya.
Akan tetapi apabila diperoleh permukaan air tertinggi tersebut ternyata masih
lebih rendah dari elevasi maximum-rencana, maka lebar ambang pelimpah dapat
diperkecil. Untuk mendapatkan kapasitas bangunan pelimpah yang sesuai, maka
perhitungan-perhitungan tersebut di atas dilakukan berkali-kali dengan merubah-rubah
lebar ambang pelimpah, sehingga akhirnya mendapatkan ukuran ambang yang sesuai
dengan kapasitas pengendalian banjir untuk calon bendungan yang bersangkutan.
Pada hakekatnya belum ada suatu standard yang membatasi kapasitas dari ba
ngunan pelimpah, karena itu kapasitas-rencananya terutama didasarkan pada karakte
ristika hujan yang turun di daerah pengaliran calon bendungan serta pada pertimbangan
pertimbangan ekonomis.
Di Amerika, bangunan pelimpah pada waduk-waduk kecil biasanya direncanakan
untuk pelimpahan air banjir keluar dari waduk dalam beberapa hari yang sebelumnya
ditahan untuk sementara di dalam waduk.
Akan tetapi di Jepang biasanya jangka waktu yang diperkenankan untuk elevasi
tertinggi dalam waduk sangat dibatasi, karena Jepang merupakan salah satu daerah
dengan intensitas hujan yang tinggi.
Sebagai tambahan, dapat kiranya diperhatikan agar dalam merencanakan bangunan
pelimpah, bahwa walaupun kapasitas pengendalian banjir waduk tak dapat diharapkan,
akan tetapi seyogyanya dilakukan pengujian kemampuan bangunan pelimpah beserta