SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  67
Télécharger pour lire hors ligne
PANDUAN PRAKTIS


                   IDENTIFIKASI LOKASI



                         KTP2D
      KAWASAN TERPILIH PUSAT
         PENGEMBANGAN DESA




                       EDISI DESEMBER 2006
    SEBAGAI ACUAN BAGI SATKER P2P PROVINSI
DALAM KEGIATAN PENYUSUNAN RPJM-KTP2D 2007
KATA PENGANTAR

Melengkapi Acuan pelaksanaan pengembangan Perumahan dan
Permukiman Perdesaan melalui penanganan Kawasan Terpilih
Pusat Pengembangan Desa atau KTP2D, yang tahapan
pelaksanaannya telah ditetapkan sebagai berikut; (1) Identifikasi
Lokasi, (2) Penyusunan RPJM dan (3) pelaksanaan fisik. Untuk
kepentingan penyusunan RPJM          maka diterbitkan Panduan
Praktis IDENTIFIKASI LOKASI KTP2D sebagai acuan bagi
Satuan Kerja Pengembangan Permukiman Provinsi didalam
memberikan fasilitasi dan pendampingan kepada Pemerintah
Daerah didalam mengidentifikasi desa-desa potensial yang dapat
ditangani secara keseluruhan dalam lokasi-lokasi KTP2D.

Hasil identifikasi lokasi KTP2D ini aan menjadi pegangan bagi
semua pihak didalam implementasi program-program yang bersifat
pengembangan ekonomi lokal. Karena dengan kegiatan identifikasi
KTP2D ini telah ditemukan desa-desa potensial beserta data-data
(secara terbatas) yang dapat ditindak lanjuti dengan penyusunan
rencana strategi kawasan serta indikasi program yang sesuai.

Panduan Praktis IDENTIFIKASI LOKASI KTP2D edisi 2006 ini
disajikan terutama untuk acuan pelaksanaan kegiatan tahun
anggaran 2007. Namun demikian karena keterbatasan informasi
yang bisa disampaikan, maka tidak ditutup kemungkinan
melakukan konsultasi langsung ke Direktorat Pengembangan
Permukiman, Direktorat Jenderal Ciptakarya, Departemen
Pekerjaan Umum.

Buku ini masih jauh dari sempurna, yang masih terbuka untuk
masukan-masukan yang bersifat memperbaiki.


                              Jakarta, Desember 2006
                       Direktorat Pengembangan Permukiman




                                                                i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar                                                i
Daftar Isi                                                    ii

1. Pendahuluan                                                1
2. Pengertian                                                 1
3. Maksud dan Tujuan Identifikasi KTP2D                       2
4. Konsepsi KTP2D                                             3
5. Kriteria KTP2D                                             5
6. Bentuk KTP2D                                               8
7. Langkah Kegiatan Secara Umum                               10
   a. Persiapan                                               10
   b. Pemilihan alternatif perangkat                          11
   c. Pelaksanaan kegiatan                                    12
   d. Survey potensi dominan                                  13
   e. Investigasi kawasan terpilih                            13
   f. Penentuan peringkat KTP2D                               14
   g. Legalisasi hasil identifikasi                           14
8. Tindak Lanjut Kegiatan Identifikasi                        15
   a. Identifikasi kebutuhan investasi Prasarana dan Sarana   15
   b. Identifikasi Kegiatan Pokok dan Penunjang               15
   c. Alokasi Pendanaan di Tingkat Provinsi/kabupaten         16
9. Penutup                                                    16

LAMPIRAN
1. Perangkat Identifikasi KTP2D alternatif I
2. Perangkat Identifikasi KTP2D alternatif II
3. Perangkat Identifikasi KTP2D alternatif III




                                                                   ii
1. PENDAHULUAN

  Pembangunan perdesaan secara keseluruhan telah ditangani
  melalui berbagai sektor dengan cara yang diupayakan terpadu.
  perumahan permukiman di perdesaan menjadi sangat penting
  sebagai “entry Point” pembangunan perdesan secara keseluruhan.
  Pemerintah sampai saat ini menggunakan azaz Tridaya yang
  intinya adalah pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan
  pendayagunaan prasarana dan sarana permukiman didalam
  menangani Perumahan Permukiman Perdesaan.
  Dalam    upaya    merumuskan    kebijaksanaan     pembangunan
  perdesaan, desa dikelompokan kedalam 3 (tiga) kelompok yaitu :
  a. Desa Cepat Berkembang
  b. Desa yang berpotensi untuk berkembang dan atau desa yang
     sedang berkembang
  c.   Desa Belum Berkembang
  Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) yang terdiri
  atas Desa Pusat dan Desa Hinterland, sebenarnya secara
  keseluruhan dapat mengait keseluruhan kelompok tersebut yaitu
  bahwasanya Desa Pusatnya merupakan Desa Cepat Berkembang
  sedangkan hinterlandnya dari kelompok Desa Sedang Berkembang
  dan Desa Belum Berkembang.


2. PENGERTIAN

  a. Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D), adalah
     satu satuan kawasan perdesaan sebagaimana tercantum dalam
     UU No. 24/1992, yang terdiri dari desa pusat dan desa-desa
     lain sebagai desa pendukungnya, yang memiliki keunggulan
     strategis berupa :
       1) Peran kawasan ini bagi pertumbuhan dan pengembangan
          potensi kawasan perdesaan lain di sekitamya,




                      Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 1
2) Keuntungan ekonomis (economic scale) guna
         mengembangkan potensi andalannya,
     3) Memiliki fasilitas pelayanan sosial ekonomi serta tingkat
         aksesibilitas yang relatif lebih baik di bandingkan dengan
         kawasan perdesaan disekitarnya.
  b. Identifikasi adalah kegiatan awal yang perlu dilakukan dalam
     rangka mencari dan menemukenali kawasan-kawasan
     perdesaan, yang memiliki karakter sebagaimana disebutkan
     diatas. Pada kawasan tersebut dapat dilakukan upaya
     pembangunan perdesaan melalui pendekatan penyediaan
     prasarana dan sarana yang secara langsung dapat memacu
     pertumbuhan ekonomi kawasan.


3. MAKSUD DAN TUJUAN IDENTIFIKASI LOKASI KTP2D

  Panduan praktis identifikasi lokasi KTP2D ini disusun agar diketahui
  semua kalangan baik di Pusat maupun di daerah, yang terkait
  dengan pembangunan perdesaan, terutama aparat Pemerintah
  Kabupaten. Karenanya dalam pedoman ini akan dibahas tata-cara
  praktis melaksanakan identifikasi lokasi.
  MAKSUD
  Pengenalan kawasan pusat pengembangan perdesaan. yang
  dilanjutkan dengan identifikasi lokasi ini, dimaksudkan untuk
  membantu terlaksananya pembangunan yang lebih sistematis,
  dimana :
  -   desa yang berfungsi sebagai desa pusat perlu diberikan
      perhatian khusus.
  -   dengan mengintegrasikan penanganan desa pusat dan
      hinterlandnya kedalam sistem pembangunan Kabupaten
      induknya, maka desa pusat akan berperan sebagai pendorong
      terbentuknya satu kesatuan sistem pusat-pusat perkotaan dan
      perdesaan.

  TUJUAN
  Hasil kegiatan identifikasi lokasi KTP2D ini ditujukan untuk :




                        Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 2
a. mendapatkan kawasan-kawasan perdesaan yang diindikasi
     sebagai KTP2D dalam suatu kabupaten, lengkap dengan
     urutan/rangking lokasi yang disusun berdasarkan kajian dan
     kesepakatan bersama di daerah. Urutan tersebut sebaiknya
     dikukuhkan dengan SK Bupati yang bersangkutan.
  b. mengetahui karakteristik kawasan, sesuai dengan potensi
     dominan yang dapat/akan dikembangkan (agro bisnis, wisata,
     industri, perdagangan maupun sekedar pusat pelayanan jasa
     lokal),
  c.   mengetahui jenis sumber dan pembangunan yang mendukung
       pengembangan potensi dominan kawasan, dan
  d. mengetahui perkiraan kebutuhan prasarana dan sarana
     pelayanan  dasar   kawasan    yang    dapat mendorong
     pengembangan potensi dominan kawasan.


4. KONSEPSI KTP2D

  KTP2D merupakan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan
  dengan cara mengembangkan potensi unggulannya, yaitu suatu
  sumber daya dominan baik yang belum diolah (eksplor) maupun
  sumber daya yang tersembunyi berupa sumber daya alam, sumber
  daya buatan ataupun sumber daya manusia yang difokuskan pada
  kemandirian masyarakat sesuai dengan azas TRIDAYA yang intinya
  adalah pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan pendayagunaan
  prasarana dan sarana permukiman. Hal tersebut mencerminkan
  lokalitas dari program KTP2D ini. Dengan demikian, di dalam
  tahapan penyusunan KTP2D khususnya pada langkah persiapan
  yaitu penetapan lokasi KTP2D dan perkiraan awal potensi unggulan
  kawasan, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
  Pengembangan Ekonomi Lokal yang berbasis pada konsep “Good
  Village”.
  Suatu “Good Village” diindikasikan memiliki kemampuan, terutama
  untuk mengembangkan perekonomian lokal berbasis pada potensi
  unggulannya. Kemampuan tersebut adalah :



                      Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 3
a. Kemampuan Berproduksi
   -   Adanya perubahan teknologi, misalnya dalam pengolahan
       sawah dulu masih menggunakan tenaga hewan sekarang
       sudah    menggunakan       traktor.  Pemanfaatan     SDA
       tergantung pada tingkat teknologi yang digunakan dalam
       masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dapat dicapai dengan
       perubahan teknologi yang dapat meningkatkan produksi.
   -   Adanya basis SDA dan terciptanya multiplier effect
       sehingga dapat menyediakan tenaga kerja. Tenaga kerja
       adalah elemen dari penduduk yang membantu
       mempertahankan keberlangsungan suatu perekonomian
       dengan jalan menyediakan suatu kombinasi energi dan
       intelegensi manusia kepada proses produktif.
   -   Adanya pengembangan produk (inovasi) sehingga dapat
       meningkatkan produksi, misalnya dalam bidang tambak
       tidak hanya tambak udang tetapi dikembangkan menjadi
       tambak jenis-jenis ikan. Adapun inovasi dapat dibagi dua
       yaitu inovasi yang berupa turunnya biaya termasuk
       mengenalkan metoda baru dalam pengolahan dan inovasi
       yang berupa peningkatan produk baru dengan kualitas
       baik.

b. Kemampuan Mengembangkan Kegiatan
  -    Adanya peningkatan akses pada pasar;
  -    Penyediaan sarana dan prasarana:
         • jaringan transportasi;
         • jaringan irigasi;
         • air bersih;
         • listrik;
         • pasar;
  -    Peningkatan pelayanan kesehatan;

c. Kemampuan Mengembangkan Kelembagaan
  -    Terdapat peningkatan Penghargaan/prestasi desa.
  -    Terdapat pengembangan dari kelembagaan masyarakat



                   Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 4
d. Kemampuan Meningkatkan Sumber Daya Manusia
      -   Adanya peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan
          kemampuan dalam suatu masyarakat. Hal ini untuk
          menciptakan kesempatan kerja agar angkatan kerja dapat
          dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
      -   Adanya pengembangan kualitas sumber daya manusia
          dengan melalui kemampuan berfikir masyarakat melalui
          materi dasar hitung-menghitung, membuat perbandingan,
          mengeluarkan ide, membuat keputusan dengan kendala
          tertentu.
      -   Meningkatkan fungsi fasilitas pendidikan dan fasilitas
          kesehatan. Fasilitas pendidikan untuk meningkatkan atau
          mengembangkan intelektual dan fasilitas kesehatan untuk
          mengembangkan fisik masyarakat.


5. KRITERIA KTP2D

  KRITERIA UMUM
  a. KTP2D merupakan satu kesatuan kawasan perdesaan
      Lokasi KTP2D adalah satu kesatuan kawasan perdesaan, yang
      terdiri dari desa pusat pertumbuhan dan desa-desa
      hinterlandnya. Pada umumnya desa-desa tersebut memiliki
      ikatan, baik secara ekonomi, sosial dan budaya. Sehingga
      batasan wilayah bagi lokasi KTP2D dapat merupakan suatu
      batasan fisik dan fungsional. Unutk menjaga effisiensi dan
      efektifitas penanganannya, maka jumlah desa dalam KTP2D
      minimal 3 dan maksimal 5 termasuk Desa Pusat
      Pertumbuhannya.
  b. KTP2D tidak memiliki ciri perkotaan
      Kawasan perdesaan adalah sasaran dari program KTP2D ini,
      dengan demikian wilayah-wilayah yang mencirikan kawasan
      perkotaan bukan merupakan alternatif lokasi KTP2D.
      Berdasarkan Undang-undang Penataan Ruang No. 4 Tahun



                       Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 5
1992, ciri kawasan perdesaan adalah kawasan yang
     mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan
     sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
     tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
     pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
c.   KTP2D bukan merupakan pusat pemerintahan.
     Terkait dengan batasan dan ruang lingkup KTP2D, khususnya
     pada tahapan identifikasi, maka penetapan lokasi KTP2D perlu
     memperhatikan pusat-pusat pemerintahan dan daerah
     hinterland-nya, seperti ibukota kabupaten dan ibukota
     kecamatan. Hal tersebut mengingat biasanya pada pusat-pusat
     pemerintahan telah memiliki program-program pembangunan,
     sehingga dapat menimbulkan tumpang tindihnya program
     yang pada akhirnya tujuan dan sasaran dari program KTP2D
     ini tidak tercapai secara maksimal.
     Pada umumnya di daerah-daerah sekitar pusat-pusat
     pemerintahan perkembangannya cenderung mengikuti bahkan
     tergantung pada pusat pemerintahan, sehingga daerah-daerah
     yang terpengaruh oleh perkembangan pusat pemerintahan
     disebut daerah hinterland pusat pemerintahan yang biasanya
     memiliki jarak relatif dekat dan aksesibilitas yang tinggi dengan
     pusatnya.
d. Desa Tertinggal tidak dapat mejadi bagian dari KTP2D
     Sesuai dengan konsep dasar pembentukan KTP2D, maka desa
     yang dikategorikan tertinggal tidak dianjurkan menjadi salah
     satu hinterland, karena hampir dipastikan bahwa pemenuhan
     kebutuhan pada desa tersebut akan menyedot sumber dana
     dan perhatian yang diperuntukkan bagi kawasan garapan,
     sehingga dapat diperkirakan akan menarik turun klasifikasi
     kawasan. Selain itu telah banyak alternatif program yang
     tertuju pada desa/kawasan tertinggal baik nasional, regional
     maupun lokal.


KRITERIA KHUSUS



                       Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 6
a. Kawasan Perdesaan Pusat Jasa dan Pelayanan Lokal
     -   Merupakan pusat pelayanan (sosial, ekonomi, administrasi,
         dll.)

b. Kawasan Perdesaan Wisata
     -   Mempunyai        potensi     wisata    yang     dapat/perlu
         dikembangkan menjadikegiatan utama kawasan
     -   Didukung oleh kegiatan lokal yang bersifat komplementer
         (perkebunan bunga atau buah-buahan, industri rumahan,
         terdapat situs sejarah)
     -   Mempunyai akses ke jalan regional
     -   Kawasan Perdesaan Industri
     -   Terdapatnya pengelompokan kegiatan industri yang dapat
         dikembangkan sebagai pusat industri perdesaan berskala
         kecil dan tidak polutif yang melayani desa-desa sekitarnya.
     -   Saat ini telah berkembang sebagai desa industri yang
         kegiatannya ditangani masyarakat dengan teknologi
         setempat.
     -   Didukung oleh kegiatan pertanian yang produknya
         merupakan bahan baku industri setempat


c.   Kawasan Perdesaan Pusat Perdagangan
     -Masyarakat pada umumnya datang untuk berdagang atau
      membeli/mengulak.
   - Memiliki peranan sebagai pemasok barang dari desa-desa
      hinterland atau bisa juga dari desa/kota lain.
d. Kawasan Perdesaan Pertanian/ Agro Bisnis
     -   Kegiatan utama kawasan adalah pertanian yang
         cenderung surplus
     -   Produk berorientasi pasar (lokal/regional), dengan mutu
         dan harga kompetitif, terjamin ketersediaannya sepanjang
         tahun.




                      Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 7
-   Fungsi kawasan dikembangkan sebagai daerah pertanian
         sesuai dengan RTRW Kabupatennya


6. BENTUK KTP2D

  Beragamnya ciri khas perdesaan diIndonesia, maka sangat
  dimungkinkan adanya beberapa alternatif bentuk KTP2D, sebagai
  berikut :
  a. Terdiri dari satu DPP dengan beberapa desa hinterland
     sekitarnya




     Profil KTP2D seperti diatas, biasanya berada di desa-desa di P
     Jawa dan P Bali atau kecamatan yang berdekatan dengan
     pusat-pusat pertumbuhan yang ordenya lebih tinggi dan berciri
     lebih maju dengan kepadatan penduduk yang lebih tinggi dan
     kegiatan ekonomi yang sudah lebih mapan.
     Untuk profil kawasan seperti dimungkinkan adanya hinterland
     yang lebih dari 4 (empat), namun sesuai dengan pertimbangan
     effisien dan effektifitas kawasan sebaiknya ditetapkan hanya 5
     (lima) desa termasuk Desa Pusat.
  b. Terdiri atas satu DPP dengan hinterlandnya berupa desa dan
     atau bagian dari desa




                      Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 8
Profil KTP2D sebagaimana digambarkan diatas menunjukkan
     bahwa keterkaitan antara hinterland dengan desa pusat dan
     antar hinterland bisa terjadi tidak menyeluruh artinya hanya
     bagian-bagian parsial didesa hinterland yang punya keterkaitan
     dengan desa pusat maupun dengan hinterland lainnya. Namun
     demikian pengambilan data dan atau sebutan desa
     hinterlandnya tetap pada desa induknya secara keseluruhan.


c.   KTP2D yang antara desa dan hinterland dengan desa pusat
     dibatasi oleh sungai. Penentuan hinterland berupa dusun
     didasarkan atas jarak capai/radius keterkaitan serta
     ketergantungan dusun-dusun tersebut pada DPP bersangkutan
     dibidang ekonomi dan pelayanan lainnya.




                      Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 9
Hal tersebut dimungkinkan apabila pencapaian antara desa pusat
dengan hinterlandnya relatif mudah, disamping itu memang diantara
keduanya punya ikatan dan keterkaitan baik dibidang ekonomi maupun
pemerintahan.



7. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN IDENTIFIKASI
   SECARA UMUM

Kegiatan identifikasi ini dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dengan
bantuan dan bimbingan teknis dari Pemerintah Propinsi mengacu pada
pedoman dan kriteria yang ditetapkan. Terdiri dari beberapa langkap
pokok, yaitu :


a. PERSIAPAN
    Berdasarkan alokasi paket kegiatan KTP2D dari Pemerintah
    Propinsi, Pemerintah Kabupaten melakukan beberapa persiapan
    untuk mengidentifikasi kawasan-kawasan perdesaan yang
    diindikasi sebagai KTP2D ini antara lain :
    1) Menyampaikan informasi program kepada instansi terkait
       secara berjenjang. Di Kabupaten informasi disampaikan oleh
       Bupati dalam rangka :
        -   Menyamakan persepsi tentang KTP2D
        -   Konstribusi sektor terkait yang diharapkan dapat mengisi
            pengembangan KTP2D

    2) Mengkaji dan mendalami kriteria       lokasi   KTP2D,   dalam
       kaitannya dengan RUTR Kabupaten.
    3) Mengkaji satuan-satuan wilayah pengembangan sebagaimana
       tercantum dalam RUTR dan membaginya kedalam :
        -   Kelompok kecamatan dam SWP menurut fungsi yang akan
            dikembangkan
        -   Potensi dominan setiap kecamatan dalam SWP



                       Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 10
4) Menetapkann bagian kawasan dalam kecamatan yang
     memenuhi kriteria sebagai KTP2D dan menyusunnya
     dalam daftar calon lokasi yang akan diteliti lebih lanjut.
  5) Atas nama Bupati, Bappeda melakukan koordinasi dengan
     instansi terkait, guna menetapkan calon lokasi tentatif
     (sementara), atas dasar :
      -   Potensi dominan kawasan
      -   Desa pusat dan desa hinterland
      -   Kepentingan pengembangan seluruh kabupaten

  6) Menetapkan tim dan jadwal pelaksanaan kegiatan identifikasi




b. PEMILIHAN ALTERNATIF PERANGKAT (TOOLS) UNTUK
   PENILAIAN PERINGKAT DESA
  Beragamnya kondisi wilayah di Indonesia dan pertimbangan
  kelengkapan data dari masing-masing desa bersangkutan, maka
  dalam Panduan Praktis ini disediakan 3 (tiga) alternatif parangkat
  yang dapat diterapkan; sebagai berikut;


  1) alternatif I
     Alternatif 1 dikhususkan untuk menilai desa-desa yang
     mempunyai data sangat lengkap, sehingga hasilnyapun sangat
     akurat. Hampir semua asupan data yang diproses mempunyai
     dasar yang legal, seperti jumlah penduduk, jumlah industri, dll
     langsung dimasukkan dalam sebagai komponen perhitungan
     yang dapat menentukan score desa.


  2) alternatif 2
     Alternatif 2 diperuntukkan bagi desa-desa yang lemah dalam
     data, atau bahkan sulit sekali didapatkan data tertulis. Cara


                      Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 11
pada alternatif 2 ini mensyaratkan surveyor yang handal dan
      tidak hanya satu orang melainkan berupa tim karena harus
      melakukan keputusan-keputusan dan mentransfer kondisi
      existing yang kualitatif menjadi nilai kwantitatif. Surveyor harus
      benar-benar memahami cara ini.


   3) alternatif 3
      Alternatif 3 ini lebih mudah diterapkan, bisa dipergunakan
      untuk desa-desa yang datanya ‘kurang’ lengkap namun untuk
      beberapa hal sudah tersedia dengan baik. Hasilnya tidak dapat
      seakurat pada scoring system yang dilakukan pada alternatif 1.
  Ketiga ALTERNATIF diatas disediakan dalam Panduan Praktis ini.


c. PELAKSANAAN KEGIATAN

  Survey Penetapan Kawasan
  Kegiatan ini dilakukan untuk menetapkan batas KTP2D yang lebih
  jelas, terdiri atas :
  1) Penetapan Desa Pusat, yang dapat ditetapkan dengan cara
     teknik pembobotan. Desa yang memiliki nilai terbesar
     merupakan Desa Pusat. Selain itu dilakukan kajian keuntungan
     lokasi, dimana desa terpilih adalah desa yang memiliki lokasi
     strategis, baik terhadap desa sekitarnya maupun kepusat lain.
  2) Penetapan Desa Hinterland
      -   Pada dasarnya desa yang berbatasan langsung dengan
          desa pusat merupakan desa hinterland.
      -   Hinterland efektif diukur dari tingkat atau intensitas
          terjadinya interaksi baik sosial, ekonomi maupun ikatan
          budaya.
      -   Secara mudah dapat dilihat dariarah orientasi pelayanan
          dan pemenuhan kebutuhan primer desa pusat kepada
          desa hinterland-nya.




                       Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 12
3) Gabungan antara desa-desa dan hinterland disebut sebagai
      kawasan. Yang dipilih adalah kawasan perdesaan yang
      memenuhi kriteria tertentu.


d. SURVEY POTENSI DOMINAN
   1) Potensi dominan adalah kegiatan yang terbanyak digeluti
      penduduk atau kegiatan yang memberikan kontribusi terbesar
      bagi kehidupan ekonomi kawasan
   2) Potensi tersebut dapat tersebar merata diseluruh kawasan,
      hanya pada desa hinterland atau mengelompok di desa pusat.
   3) Karakter kawasan disebut sesuai potensi dominannya (agro
      industri, agro wisata agro bisnis atau pusat jasa lokal)


e. INVESTIGASI KAWASAN TERPILIH
   Berdasarkan hasil survey potensi dan penetapan kawasan, perlu
   diseleksi lebih lanjut, kawasan-kawasan yang diindikasi dapat
   dikembangkan sebgai lokasi KTP2D. Cara seleksi adalah sebagai
   berikut (disarankan menggunakan peta sebagai dasar seleksi) :
   1) Bagi Jawa dan Bali
       -   Kawasan tersebut tidak meliputi ibukota kecamatan.
       -   Desa pusatnya minimal berjarak 5 km dari ibukota
             kecamatannya.
       -   Dalam hal 2 kawasan yang sama-sama potensial lokasinya
           berbatasan langsung,dipilih yang memiliki potensi dan
           peran yang lebih strategis bagi pembangunan di
           kabupatennya.

   2) Bagi kawasan diluar jawa dan bali
       -   Diprioritaskan bagi kawasan yang berorientasi pada
           ibukota kecamatan dan atau calon ibukota kecamatan
           baru.




                      Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 13
-   Dalam hal desanya sangat luas maka hinterlandnya adalah
            dusun dalam desa pusat, denganjarak jangkau investasi
            prasarana dan sarana pelayanan fasos dan fasum
            maksimum 10 km dari pusat kegiatannya.

     3) Intensitas akses tidak semata-mata dilihat dari ketersediaan
        jalan darat, namun setiap bentuk akses yang memungkinkan
        terjadinya hubungan inter dan antar kawasan (termasuk
        lalulintas air)
     Hasilnya dihimpun dalam DAFTAR TENTATIF CALON LOKASI
     KAWASAN TERPILIH PUSAT PENGEMBANGAN DESA, yang
     dikelompokan menurut potensi dominannya.


f.   PENENTUAN RANGKING KTP2D
     Berdasarkan hasil pengkajian teknis sebagaimana dimaksudkan
     dalam butir c, dan dengan memperhatikan variable lain
     yangberpengaruh seperti :
     1) Keterkaitan fungsi dan peran kawasan terpilih terhadap
        struktur dan sistem kota dalam kabupaten,
     2) Kedudukan/status kawasan terhadap prioritas pengembangan
        SWP secara keseluruhan,
     3) Dampak atau keuntungan dan atau kontribusi strategisyang
        dapat diberikanoleh kawasan terhadap kawasan perdesaan lain
        dieskitarnya.
     Ditetapkan DAFTAR CALON LOKASI KTP2D menurut prioritas serta
     dominasi potensinya.


g. LEGALISASI HASIL IDENTIFIKASI
     Proses berikut ini adalah legalisasi hasil identifikasi menjadi
     DAFTAR LOKASI DEFINITIF KTP2D, yang dilakukan melalui forum
     khusus di tingkat Kabupaten. Forum mana pada dasarnya hanya




                        Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 14
merupakan forum formal untuk mengesahkan hasil identifikasi
   yang pelaksanaannya telah melibatkan berbagai pihak.
   Daftar lokasi KTP2D definitif ini, disahkan dengan Surat Keputusan
   Kepala Daerah dan dinformasikan ke Propinsi untuk diketahui dan
   ditindaklanjuti. Secara periodik daftar ini perlu ditinjau kembali,
   guna mengantisipasi perkembangan di lapangan dan penyesuaian
   terhadap kebijakan pembangunan pada tahun berjalan.
8. TINDAK LANJUT KEGIATAN IDENTIFIKASI

a. Identifikasi Kebutuhan Investasi Prasarana dan Sarana
   Dasar (PSD)
   Penyediaan PSD merupakan investasi yang mahal. Indikasi teknis
   terhadap kemungkinan pembangunannya perlu dilakukan dengan
   seksama. Kajian lanjut minimal harus telah mempertimbangkan :
   1) Jenis konstruksi yang dapat dibangun berdasarkan kriteria
      teknis serta kelanjutan pengelolaan dan pemeliharaan oleh
      masyrakat.
   2) Jumlah, jenis dan alokasi PSD yang perlu dibangun untuk
      memacu tumbuh dan berkembang kegiatan usaha ekonomi
      kawasan.
   3) Perkiraan biaya investasi yang harus ditanamkan.


b. Identifikasi Kegiatan Pokok dan Penunjang
   Kajian lebih mendalam terhadap kemungkinan pengembangan
   potensi dominan perlu dilakukan dalam rangka mengenali :
   1) Kegiatan utama yang        perlu   didukung   dan   diupayakan
      pengembangannya.
   2) Kegiatan pendukung yang perlu dihadirkan atau diperkirakan
      akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan kegiatan utama;
      sehingga perlu pula diantisipasi kebutuhan PSD-nya




                       Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 15
c. Alokasi Pendanaan di Tingkat Propinsi/ Kabupaten
    Antara lain ditujukan untuk :
    1) Penyiapan RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah)
       kawasan, yang akan menjadiacuabagi seluruh pihak terkait.
       Ketersediaan RPJM secara swadaya oleh Pemerintah
       Kabupaten sangat dianjurkan, sehingga memudahkan program
       sektor masuk mengisi pembangunan di kawasan.
    2) Penyiapan masyrakat (social pre conditioning) yang akan erat
       kaitannya dengan penetapan pendekatan pembangunan yang
       dilakukan.
    3) Penyiapan rencana detail pengembangan kegiatan utama
       untuk tahun berjalan.




9. PENUTUP

Dokumen IDENTIFIKASI LOKASI KTP2D ini disimpan dan dikelola oleh
Pemerintah Kabupaten. Bila perlu setiap tahun anggran baru dilakukan
review (kajian ulang terhadap prioritas dan rangking kawasan yang
terpilih). Selanjutnya secara bertahap ditindak lanjuti dengan
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah atau RPJM
untuk masing-masing lokasi KTP2D yang didalam penyusunannya lebih
bernuansa pemberdayaan masyarakat terutama didalam penyusunan
matriks program atau rencana tindak secara detil. Dalam hal
penyusunan RPJM, telah pula disediakan Panduan Praktis yang dapat
dipakai sebagai acuan bagai berbagai kalangan.




                         Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 16
PERANGKAT IDENTIFIKASI
                                             LOKASI

                                KTP2D
                         ALTERNATIF I
          Alternatif 1 dikhususkan untuk menilai desa-desa yang
  mempunyai data sangat lengkap, sehingga hasilnyapun sangat
  akurat. Hampir semua asupan data yang diproses mempunyai
  dasar yang legal, seperti jumlah penduduk, jumlah industri, dll
    langsung dimasukkan dalam sebagai komponen perhitungan
                             yang dapat menentukan score desa.
BAGAN ALIR PROSES PENENTUAN KTP2D
                                                              TIDAK       PENGITUNGAN
                                              APAKAH DESA                    POTENSI
                   IDENTIFIKASI                TERTINGGAL                 DESA (TAHAP I)
                  AWAL SELURUH                ATAU SEDANG
KECAMATAN
                   DESA DALAM                IKUT PROGRAM
    (1)
                   KECAMATAN                PENGEMBANGAN
                        (2)                DARI CIPTA KARYA                                  MASUKAN
                                                   (3)                                         DARI
                                                                                           STAKEHOLDER


                             YA                                RANGKING SELURUH
                                                              DESA YANG MEMENUHI
                                                              PERSYARATAN POIN 3
                                                                  (HASIL PROSES
                                                                     TAHAP I)

    TIDAK DAPAT
   IKUT PROGRAM            PENENTUAN AREA
       KTP2D
                         KPT2D BERDASARKAN
                            RANGKING DESA,                    RANGKING DESA DALAM KAWASAN
                          KONDISI GEOGRAFIS,                          DAN PENENTUAN
                           DAN JUMLAH DESA
                                                                DPP, DESA DESA HINTERLAND
                             DALAM 1 KTP2D
                                                                SERTA KLASIFIKASI DESA DAN
                                (3 / 4 / 5)
                                                                         KAWASAN


                         PENGISIAN BORANG
                          SKOR DESA DAN
                        KTP2D (PERHITUNGAN                     PENGISIAN DATA RUANG UNTUK
                             TAHAP II)                        KESIMPULAN (KONDISI EKSISTING
                                                                    DAN REKOMENDASI
I. PROSES SELEKSI AWAL

Formula Proses Penghitungan KTP2D dibagi menjadi 2 Tahap Penghitungan yaitu :
Tahap 1 : Penghitungan Penentuan Kawasan KTP2D
           Sebelum dilakukan penghitungan untuk mencari DPP (Desa Pusat
           Pertumbuhan) terlebih dahulu ditentukan Kawasan KTP2D yang terdiri dari
           DPP dan Hinterland nya.
           Dalam 1 Kecamatan yang terdiri lebih dari (misalnya)10 desa dapat
           dibentuk lebih dari 1 (satu) KTP2D, berdasarkan pertimbangan effisiensi
           dan effektifitas penanganan dan pengelolaan serta dayadukung lahan juga
           aksesibilitas antar desa maka jumlah desa didalam KTP2D dibatasi
           minimal terdiri atas 3 desa dan maksimal 5 desa.

Tahap 2 : Penghitungan Penentuan DPP dan Hinterland nya
           Setelah ditentukan kawasan KTP2D yang terdiri dari sejumlah Desa,
           proses selanjutnya adalah menghitung kembali desa desa yang ada dalam
           kawasan KTP2D untuk menentukan Desa DPP dan desa Hinterland

Dasar penghitungan Tahap 1 sama seperti dasar penghitungan Tahap 2, hanya pada
penghitungan Tahap I semua desa dihitung.. Setelah dilakukan penghitungan maka
akan didapat satu Rekapitulasi Kecamatan. Data diurutkan berdasarkan Nilai Skor
dimulai dari Skor tertinggi seperti Tabel dibawah ini.




Data skor pada tabel tersebut sudah terisi secara otomatis dari hasil Borang
penghitungan Pengisian Skor Desa. Sedangkan untuk data Kriteria yang
terdiri dari 9 kolom harus diisi sesuai dengan kondisi Desa. Ke 9 kriteria
tersebut adalah :

1) Desa-desa yang akan menjadi bagian KTP2D bukan desa tertinggal dan
   tidak sedang dalam melaksanakan program akselerasi dari pemerintah
   (Cipta Karya). Filter awal tersebut bisa didapatkan dari data sekunder baik
   yang didapat dari BPS Pusat atau data dari BPS Daerah maupun sumber
   lain.
2) Merupakan satu kesatuan kawasan perdesaan yang mempunyai potensi
   a


                                                                    Lamp I - 3
Data skor pada tabel tersebut sudah terisi secara otomatis dari hasil Borang
penghitungan Pengisian Skor Desa. Sedangkan untuk data Kriteria yang
terdiri dari 9 kolom harus diisi sesuai dengan kondisi Desa. Ke 9 kriteria
tersebut adalah :

1) Desa-desa yang akan menjadi bagian KTP2D bukan desa tertinggal dan
   tidak sedang dalam melaksanakan program akselerasi dari pemerintah
   (Cipta Karya). Filter awal tersebut bisa didapatkan dari data sekunder baik
   yang didapat dari BPS Pusat atau data dari BPS Daerah maupun sumber
   lain.
2) Merupakan satu kesatuan kawasan perdesaan yang mempunyai potensi
   andalan untuk cepat bertumbuh kembang. Artinya terbentuknya suatu
   sinergi dari factor social, ekonomi, budaya yang saling mendukung serta
   terdapatnya potensi khusus yang dapat diandalkan untuk
   mengembangkan ekonomi kawasan secara menyeluruh.
3) Kawasan yang rawan terkena bencana, seperti banjir, longsor, kawasan
   rentan gempa, serta pengaruh negative gunung berapi dan wabah
   penyakit yang bersifat periodik, dapat dipertimbangkan menjadi lokasi
   KTP2D asalkan memiliki potensi unggulan yang relatif sangat layak untuk
   dikembangkan
4) Menjadi prioritas pengembangan daerah yang berada dalam konteks
   pencapaian visi dan misi daerah (Rencana Strategis Daerah).
5) Merupakan      kawasan      strategis   dalam      system   pusat-pusat
   pemukiman/pertumbuhan wilayah sehingga mampu menjadi lokomotif
   hinterlandnya dan berdaya tarik terhadap kontra-urbanisasi.
6) Mempunyai akses yang memadai, baik antar desa dalam kawasan
   maupun ke pusat-pusat lain di luar kawasan
7) Mempunyai sumber daya yang potensial sehingga mampu tumbuh
   secara mandiri dalam penguatan masyarakat, memacu keunggulan
   komparatif ekonomi masyarakat dan mempunyai kemampuan untuk
   mendayagunakan dan mengembangkan sarana dan prasarana
   pemukiman



                                                                 Lamp I - 4
8) Sikap masyarakat yang terbuka dan mudah menerima pembaharuan
   termasuk kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ini artinya
   keberhasilan program KTP2D sangat tergantung dari tingkat partisipasi
   dan kontribusi masyarakat pada kawasan tersebut.
9) Mempunyai kelembagaan dan kepemimpinan (formal atau informal)
   yang berjalan dengan baik.


Pengisian Kriteria cukup diisi angka 1 untuk YA dan 0 untuk TIDAK.
Untuk poin 1 apabila Ya maka Desa tersebut tidak dapat mengikuti program
KTP2D dan poin 3 untuk Kawasan rawan bencana; Nilai 1 untuk Tidak Rawan
Bencana dan Nilai 0 untuk Rawan Bencana.
Langkah selanjutnya adalah Pengisian Data Tingkat Kemandirian Desa (TKD)
yang terdiri dari (Swasembada, Swadaya dan Swakarsa). Data TKD dapat
diambil dari data sekunder. Walaupun Nilai Tingkat Kemandirian Desa tidak
bersifat Kuantitatif, namun Status TKD dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam penentuan DPP.
Setelah data kriteria diisi maka Nilai Skor akan dijumlahkan dengan Nilai
Kriteria dan ditulis di kolom Total Skor.


II. PENGISIAN DATA POTENSI DESA
Pengisian Data dimulai dari Borang Pengisian Skor Desa yang didapat dari
Data Potensi Desa atau data Lapangan (survei)
Sesuai dengan Buku Pedoman Identifikasi KTP2D terdapat aspek-aspek yang
akan dihitung dalam proses identifikasi KTP2D yaitu :

A. Potensi Sektor Unggulan
B. Ketersediaan Prasarana Sarana Dasar untuk menunjang perkembangan
   produksi dan jasa
C. Ketersediaan Prasarana Sarana Dasar melayani jasa-jasa publik
D. Kondisi kependudukan untuk memenuhi skala ekonomi dan pelayanan
   sosial ekonomi desa
E. Akses terhadap desa ke desa sekitarnya


                                                                 Lamp I - 5
F. Akses desa ke kota terdekat

Setiap Aspek tersebut akan diberi Nilai Bobot yang berbeda disesuaikan pada
keseimbangan Potensi desa / kawasan.

Dibawah ini akan dijelaskan proses penghitungan aspek-aspek tersebut hingga
dapat menghasilkan satu Rekapitulasi penghitungan yang akan dijadikan
sebagai bahan dalam menentukan kawasan KTP2D, klasifikasi kawasan, Desa
DPP dan desa Hinterland serta klasifikasi masing masing desa.

A. Potensi Sektor Unggulan Produksi dan Jasa sebagai Penggerak
   Pertumbuhan: BOBOT (20%)

    Bagian ini meliputi :
    A.1. Bidang Kegiatan Ekonomi Masyarakat atau Rumah Tangga Ekonomi
         (20%)

        a.   Industri, Pariwisata dan Kerajinan    (40)    Nilai 100, sebagai
        b.   Perdagangan, Pariwisata dan Jasa      (30)    nilai kesatuan
        c.   Pertanian dan Perkebunan              (20)    terbesar pada setiap
        d.   Lainnya                               (10)    tahapan


    Penjelasan :

    a. Kolom per desa diisi sesuai dengan data Potensi Desa, setelah
       semua data diisi selanjutnya data dijumlahkan kebawah untuk
       mendapatkan Nilai Pembagi.
    b. Kolom Bobot berisi Nilai 40,30,20,10 adalah nilai bobot yang telah
       didefinisikan sebelumnya.
    c. Nilai bobot per desa adalah hasil perkalian Data Potensi Desa / Nilai
       Pembagi x Bobot
    d. Kolom Skor merupakan penjumlahan dari hasil penghitungan Nilai
       Bobot




                                                               Lamp I - 6
e. Kolom 20% dari A didapat dari Perkalian Skor per desa x 20 % (20 %
       adalah nilai bobot untuk ”Potensi Sektor Unggulan Produksi dan
       Jasa sebagai Penggerak Pertumbuhan”).
    f. Kolom 20 % dari Total didapat dari hasil Perkalian Nilai 20% dari A x
       20% (20 % adalah nilai bobot untuk ”Potensi Sektor Unggulan
       Produksi dan Jasa sebagai Penggerak Pertumbuhan”
    g. Nilai 20 % dari Total per desa akan dijumlahkan dengan Nilai dari
       aspek lainnya dan akan terlihat pada ”Tabel Rekapitulasi Pengisian
       Data KTP2D”


                       MATRIK ISIAN A.1 dan A.2




Contoh Penghitungan Desa :

    Data Jumlah Industri Kecil dan Kerajinan di Desa diisi sesuai data yang
    berasal dari Potensi desa juga data Perdagangan dan Jasa serta data
    Pertanian dan Perkebunan.


                                                               Lamp I - 7
Setelah data di isi maka sistem akan menghitung secara otomatis sesuai
    bobot yang sudah didefinisikan sebelumnya.
    Data perhitungan tersebut akan diisikan kedalam kolom 40,30,20,10
    Kolom Skor berisi akumulasi data kolom bobot
    Kolom 20 % dari A berisi data perhitungan dari Kolom Skor x 20 % (Nilai
    20 % adalah bobot untuk Aspek A.1)
    Kolom 20 % dari Total berisi data perhitungan dari Kolom 20 % dari A x
    20 % (Nilai 20 % adalah bobot untuk Aspek A) demikian juga untuk item
    A.2 dan seterusnya

A.2. Badan Pengelolaan Kegiatan Ekonomi Masyarakat        BOBOT (20%)
     a. Badan Usaha / Perusahaan          (55)
     b. Koperasi/Organisasi Petani        (45)
     Form Isian A.2 berisi jumlah Badan Usaha / Perusahaan yang mengelola
     Kegiatan Ekonomi serta jumlah Koperasi / Organisasi Petani.

A.3. Jumlah Pabrik/Industri BOBOT (20%)
     a. > 5       (50)
     b. 2 – 4 (35)
     c. < 2       (15)
     Berisi jumlah Pabrik / Industri Besar ; Jika desa tersebut memiliki > 5
     pabrik maka isi kolom dengan angka 50, untuk jumlah 2-4 pabrik isi angka
     35 dan jika hanua ada 1 isi 15.

A.4. Sektor Ekonomi Potensial BOBOT (20%)
     a. Industri Besar dan Sedang          (30)
     b. Perdagangan dan Jasa               (30)
     c. Industri Kecil                     (20)
     d. Sawah/Perkebunan                   (15)
     e. Perikanan/Pertanian Lahan Kering (5)
     Berisi data sektor ekonomi potensial yang terdapat di desa; yang terdiri
     dari Jumlah Industri Besar dan sedang, Perdagangan dan Jasa, Industri
     Kecil, Sawah dan Perkebunan serta Perikanan, yang masing masing
     memiliki Nilai Bobot.




                                                                Lamp I - 8
A.5. Tingkat Pendapatan Dominan Masyarakat BOBOT (20%)
     a. < Rp 800.000 per bln                 (10)
     b. Rp 800 rb s/d Rp 1.4 juta per bln (20)
     c. Rp 1.4 juta s/d Rp 2 juta per bln (30)
     d. > Rp 2 juta per bln                  (40)
     Berisi data penghasilan rata rata warga desa per bulan


B. Ketersedian Prasarana Sarana Dasar Penunjang Produksi Dan Jasa
B.1. Sarana Listrik    BOBOT (25%)
     a. Dilayani PLN (50)
     b. Non PLN         (35)
     c. Lainnya         (15)
     Berisi data jumlah warga yang sudah memakai PLN, Non PLN (Genset)
     atau Lainnya (Minyak Tanah)

B.2. Sarana Telepon BOBOT ( 20%)
     a. Jumlah Telepon Rumah Tangga / Pribadi      (75)
     b. Telepon Umum                               (25)
     c. Tidak Ada                                  (0)
     Berisi data jumlah warga yang sudah memiliki Sambungan Telepon atau
     Telepon Umum yang terdapat di Desa tersebut.

B.3. Penyediaan Air Bersih BOBOT (10%)
     a. PAM / PDAM                         (60)
     b. Air Sumur / Pompa                  (40)
     c. Lainnya (Air Hujan / Sungai)       (0)
     Berisi data jumlah warga yang sudah memakai fasilitas PAM/PDAM;
     Pemakai Sumur atau jumlah warga yang mengambil air dari sungai untuk
     dipergunakan sebagai air bersih


B.4. Sarana Air Limah BOBOT (10%)
     a. Dialirkan ke Riol kota /Pengolahan Limbah (50)
     b. Septitank / cubluk                        (40)
     c. Sungai                                    (10)


                                                              Lamp I - 9
Berisi data jumlah warga pembuangan limbahnya sudah dikelola oleh
    Pemda/Swasta ; pembuangan limbahnya ke Septitank atau sungai.


B.5. Sarana Persampahan       BOBOT (10%)
     a. Diangkut oleh truk Pemda/Swasta TPA    (60)
     b. Dikelola lingkungan                    (40)
     c. Lainnya (tanpa lokasi pembuangan)       (0)
     Berisi data jumlah warga pembuangan sampahnya sudah dikelola oleh
     Pemda/Swasta ; pembuangan sampahnya dikelola oleh lingkungan atau
     tanpa lokasi pembuangan)

B.6. Drainage     BOBOT (10%)
     a. Kesaluran Drainage                  (50)
     b. Dialirkan ke sumur resapan          (40)
     c. Lainnya (tanpa lokasi pembuangan) (0)
     Berisi data jumlah warga yang lingkungannya sudah memiliki saluran
     drainage atau dialirkan ke sumur resapan atau lainnya.

B.7. Sarana Pengairan/Irigasi Drainage (15%)
     a. Primer              (50)
     b. Sekunder            (35)
     c. Lainnya             (15)
     Berisi data jumlah warga yang lingkungannya sudah memiliki saluran
     drainage atau dialirkan ke sumur resapan atau lainnya.

C. Pendukung Pelayanan Jasa-jasa Publik           BOBOT (20%)

C.1. Fasilitas Perdagangan / Pasar      BOBOT (30%)
     a. Pasar Modern/Induk                     (50)
     b. Pasar Tradisional Pertokoan            (35)
     c. Toko / warung                          (15)
     Berisi data jumlah pasar yang dimiliki oleh desa tersebut; baik Pasar
     Modern, Pertokoan / pasar tradisonal ataupun toko / warung

C.2. Fasilitas Perkreditan   BOBOT (20%)


                                                                  Lamp I - 10
a. Bank               (45)
    b. KUD                (35)
    c. Koperasi lainnya (20)
    Berisi data jumlah Bank (bank umum atau BPR), KUD atau koperasi
    lainnya yang dapat menyalurkan kredit kepada warga


C.3. Fasilitas Pendidikan BOBOT (10%)
     a. Perguruan Tinggi                   (50)
     b. SMTA/Madrasah Aliyah               (35)
     c. SMTP/Madrasah Tsanawiyah           (10)
     d. SD/Madrasah Ibtidaiyah              (5)
     Berisi data jumlah Sekolah SD, SLTP, SLTA maupun Perguruan Tinggi di
     masing masing desa termasuk sekolah pendidikan agama diisi sesuai
     dengan tingkatan sekolah umum.

C.4. Lususan Strata Pendidikan BOBOT (10%)
     a. Perguruan Tinggi/Akademi          (50)
     b. SMTA/Madrasah Aliyah              (35)
     c. SMTP/Madrasah Tsanawiyah          (10)
     d. SD/Madrasah Ibtidaiyah             (5)
     Berisi data jumlah lulusan strata pendidikan sesuai dengan tingkatan
     akademik termasuk lulusan sekolah Agama dan Kejuruan.

C.5. Fasilitas Kesehatan BOBOT ( 5%)
     a. Rumah Sakit/RSB             (50)
     b. Puskesmas                   (35)
     c. Balai Kesehatan/Poliklinik (15)
     Berisi data jumlah Sarana kesehatan ; Jumlah Rumah Sakit / RSB,
     Puskesmas dan juga Poliklinik, Balai Kesehatan ataupun Pustu
     (Puskermas Pembantu)

C.6. Fasilitas Kantor Pos BOBOT ( 5%)
     a. Ada        (100)
     b. Tidak ada (0)
     Berisi data jumlah Kantor Pos di desa.


                                                           Lamp I - 11
C.7. Fasilitas olah raga BOBOT ( 5%)
     a. Lap. Sepakbola (50)
     b. Lap. Volley        (35)
     c. Lainnya            (15)
     Berisi data jumlah Lapangan Sepak Bola, Volley atau lainnya(Basket,
     Badminton dll)



C.8. Fasilitas Rekreasi BOBOT ( 5%)
     a. Bioskop             (50)
     b. Taman Hiburan (25)
     c. Lainnya             (25)
     Berisi data jumlah sarana hiburan yaitu : Bioskop, taman hiburan dll

C.9. Perumahan menurut jenis dinding BOBOT (10%)
     a. Tembok                    ( 50)
     b. Setengah tembok           (35)
     c. Lainnya                   (15)
     Berisi data jumlah rumah warga desa menurut jenis dindingnya yaitu :
     tembok (permanen), setengah tembok (semi permanen) atau lainnya
     (kayu, bambu dll)

D. Kondisi Kependudukan Terkait Skala Ekonomi            BOBOT (15%)

D.1. Kepadatan Penduduk BOBOT (35%)
     Kepadatan penduduk (kepadatan diberi nilai 100, dianggap sebagai
     kesatuan potensi yang utuh)
     Isi data Jumlah kepadatan penduduk masing masing desa.

D.2. Jumlah Penduduk BOBOT (35%)
     Jumlah penduduk (jumlah diberi nilai 100, dianggap sebagai kesatuan
     potensi yang utuh)
     Isi data Jumlah Penduduk masing masing desa.



                                                                 Lamp I - 12
D.3. Kelembagaan Masyarakat BOBOT (30%)
     a. LKMD                (45)
     b. LMD                 (45)
     c. Lainnya             (10)
     Berisi data jumlah kelembagaan masyarakat yang ada di desa antara lain :
     LKMD, LMD dan lainnya


E. Kwalitas prasarana dan Aksesibilitas internal kawasan (15%)

E.1. Kualitas Prasarana Jalan BOBOT (20%)
     a. Aspal/Beton                          (60)
     b. Perkerasan bukan Aspal/Beton         (30)
     c. Tanah                                (10)
     Berisi data panjang jalan yang sudah diaspal, sudah diperkeras dan jalan
     yang masih tanah

E.2. Pendukung Sarana Sistem Transportasi       BOBOT (10%)
     a. Terminal                           (50)
     b. Lainnya (dermaga sungai / pantai) (50)
     c. Lainnya                            (0)
     Berisi jumlah sarana pendukung transportasi yaitu : Terminal Bus/Angkot,
Dermaga, pangkalan dll.

E.3. Moda Angkuan BOBOT (15%)
     a. Bus Umum / Truk                                 (30)
     b. Angkutan Pedesaan Roda 4/3                      (30)
     c. Kendaraan Roda 2 / Ojek / Spd. motor            (10)
     d. Kapal / Perahu                                  (20)
     e. Delman / Gerobak dan sejenisnya                 (10)
Berisi data jumlah alat transportasi yang dimiliki warga desa baik untuk umum
ataupun pribadi

E.4. Apakah akses dari satu desa ke desa lain yang terdekat dalam kawasan
       BOBOT (20%)
     a. Ada ke semua desa                   (50)


                                                                Lamp I - 13
b. Ada ke sebagian desa                 (35)
    c. Tidak ada                            (15)
    Berisi data adanya akses jalan dari satu desa ke desa lainnya dalam satu
    kawasan; Jika ada kesemua desa isi dengan angka 50, jika hanya
    sebagian desa isi dengan 35 dan jika belum ada sama sekali akses
    tersebut isi dengan 15

E.5. Apakah ada pergerakan barang antar desa dalam kawasan BOBOT
     (20%)
     a. Ada ke semua desa         (60)
     b. Ada ke sebagian desa      (40)
     c. Tidak ada                 (0)
     Berisi data adanya pergerakan Barang dari satu desa ke desa lainnya
     dalam satu kawasan; Jika ada kesemua desa isi dengan angka 60, jika
     hanya sebagian desa isi dengan 40

E.6. Apakah ada pergerakan orang antar desa dalam kawasan (20%)
     a. Ada ke semua desa                 (50)
     b. Ada ke sebagian desa              (35)
     c. Tidak ada                         (0)
     Berisi data adanya pergerakan Orang dari satu desa ke desa lainnya
     dalam satu kawasan; Jika ada kesemua desa isi dengan angka 60, jika
     hanya sebagian desa isi dengan 40


F. Tingkat Aksesibilitas Eksternal Kawasan         BOBOT (15%)

F.1. Jarak Pusat Desa desa dalam kawasan dengan Kota orde yang lebih
     tinggi diluar kawasan Terdekat     BOBOT (50%)
     a. > 10 km             (15)
     b. 6 – 10 km           (35)
     c. < 5 km              (50)
     Berisi data Jarak tempuh dari desa dalam kawasan ke kota dengan orde
     yang lebih tinggi (Kota Kecamatan). Jika jarak tempuh < 5 km isi dengan
     angka 50, jika jarak tempuh antara 6 – 10 km isi dengan 35 dan jika jarak
     tempuh lebih dari 10 km isi dengan 15


                                                               Lamp I - 14
F.2. Waktu Tempuh dari DPP/Desa dalam kawasan ke Kota / orde yang lebih
     tinggi diluar kawasan Terdekat dengan menggunakan sarana tercepat
     yang ada       BOBOT (50%)
      a. > 3 jam            (15)
      b. 1 – 3 jam          (35)
      c. < 1 jam            (50)
     Berisi data Waktu tempuh dari desa dalam kawasan ke kota dengan orde
     yang lebih tinggi (desa ke Kota Kecamatan). Jika Waktu tempuh < 1 jam
     isi dengan angka 50, jika waktu tempuh antara 1 – 3 jam isi dengan 35
     dan jika waktu tempuh lebih dari 3 jam diisi angka 15

Demikian uraian dari masing masing Aspek dalam kaitannya dengan
penghitungan formula KTP2D.
Hasil penghitungan tersebut diisikan kedalam Tabel ”Rekapitulasi Pengisian
Data KTP2D”

(Jika pengisian data dilakukan dengan bantuan Komputer dengan
software Microsoft Excel maka sistem akan mengisi secara otomatis
semua hasil penghitungan yang telah dilakukan di Matrik A1 s/d Matrik F2
tersebut kedalam Tabel Rekapitulasi ini)




                                                            Lamp I - 15
III. REKAPITULASI DATA KTP2D (Format Matriks)

                        MATRIK ISIAN REKAP




       Pengisian kolom A1 s.d F2 diambil dari penghitungan masing nasing
       aspek (A1-F2) seperti yang telah diuraikan diatas.
       Nilai tersebut akan dijumlah dan diisikan pada Kolom Total Skor Desa
       untuk masing masing desa
       Nilai Total Skor Desa tersebut dijumlahkan kebawah untuk
       mendapatkan Total Skor Kawasan.
       Nilai Total Skor Desa tersebut dijadikan indeks 100 dengan cara :
       Total Skor Desa / Nilai Total Kawasan x 100 mendapatkan Total Nilai
       Kawasan sebesar 100. Nilai tersebut diisikan di kolom Skor Akhir
       (Indeks 100)
       Dari Nilai Skor Akhir tersebut, Desa dapat diklasifikasikan sesuai
       dengan Klasifikasi Desa sesuai tabel dibawah ini :




                                                             Lamp I - 16
Data Klasifikasi desa diisikan kedalam kolom Klasifikasi Desa / KTP2D
Selain Data Skor diisi juga data Tingkat Kemandirian Desa (Swasembada,
Swakarya dan Swadaya), data ini dapat menjadi Nilai Tambah untuk
menentukan DPP.
Kolom Keterangan berisi keterangan Status Desa KTP2D (DPP /
Hinterland)
Penentuan Klasifikasi Kawasan disesuaikan dengan Total Skor Kawasan




                                                        Lamp I - 17
IV. REKAPITULASI PENGHITUNGAN DATA (Format Tabel/Borang)




                                                   Lamp I - 18
Ruang terakhir yang harus diisi adalah Ruang Kesimpulan dan
Rekomendasi seperti contoh diatas
Data Skor berasal dari Matrik penghitungan detil aspek-aspek yang
telah dilakukan diatas mulai dari A.1 s/d F.2
Skor yang diberi kurung kurawa <> merupakan total skor maksimal
Kolom Keterangan (Jelaskan secara spesifik bentuk, jenis dan
skala serta nama desanya) harus diisi untuk menjelaskan kondisi
data, karena yang tertera pada Matrik ini hanya Nilai Penghitungan
Kesimpulan Kondisi Eksisting berisi kesimpulan umum mengenai
kondisi desa desa dengan segala kekurangan dan kelebihan dari
masing masing desa
Rekomendasi Indikasi Program : berisi Indikasi Program yang
dapat/harus dilaksanakan untuk menjalankan Program KTP2D




                                                    Lamp I - 19
LAMPIRAN - 2




PERANGKAT IDENTIFIKASI LOKASI

                           KTP2D

                      ALTERNATIF II

   Alternatif 2 diperuntukkan bagi desa-desa yang lemah dalam data, atau bahkan sulit sekali
  didapatkan data tertulis. Cara pada alternatif 2 ini mensyaratkan surveyor yang handal dan
 tidak hanya satu orang melainkan berupa tim karena harus melakukan keputusan-keputusan
    dan mentransfer kondisi existing yang kualitatif menjadi nilai kwantitatif. Surveyor harus
                                benar-benar memahami cara ini.




                                                                                   LAMP 2 - 1
LAMPIRAN 2




KRITERIA PEMILIHAN KAWASAN TERPILIH PUSAT
PENGEMBANGAN DESA (alternatif 2)

Dari pendekatan penentuan KTP2D perlu memperhatikan aspek-aspek berikut :

A.   KTP2D merupakan satu kesatuan kawasan perdesaan
B.   KTP2D tidak meliputi kawasan yang memiliki ciri perkotaan
C.   KTP2D tidak meliputi pusat-pusat pemerintahan dan daerah hinterland-nya
D.   Kemampuan Berproduksi
E.   Kemampuan Mengembangkan Kegiatan
F.   Kemampuan Mengembangkan Kelembagaan
G.   Kemampuan Meningkatkan Sumber Daya Manusia

Untuk dapat menggabungkan keseluruhan pertimbangan tersebut digunakan data PODES. Data Dasar diperkaya
dengan data tata ruang dan geografi wilayah serta pengecekan dan diskusi dengan pemerintah daerah. Pada tahap
pertama dilakukan penyeleksian desa-desa yang TIDAK memiliki CIRI PERKOTAAN dan tidak termasuk PUSAT-
PUSAT PEMERINTAHAN DAN HINTERLANDNYA. Secara Skematis Flow Chart dapat dilihat pada gambar dibawah
berikut.




                                                                                                   LAMP 2 -2
LAMPIRAN 2




                Proses Penentuan Alternatif Lokasi KTP2D




Selanjutnya tahap kedua adalah penentuan Desa Pusat Pertumbuhan dengan menentukan nilai desa
untuk kondisi mengenai aspek-aspek D sampai G sebagai berikut :




                                                                                   LAMP 2 -3
LAMPIRAN 2




A. Kemampuan Berproduksi
                                                                     Tabel 1
                                                         Kriteria Kemampuan Berproduksi

                                                                                         Sistem
                               Faktor             Variabel              Kriteria                  Bobot   Nilai     Keterangan
                                                                                          Nilai



                                        25%   Produksi    50%   Produktivitas      40%   Tinggi    60     3,00    Sesuai dengan
                                                                komoditi                                          standar
                                                                                                                  produktivitas
                                                                                                                  komoditi
                                                                                         Sedang    30     1,50



                                                                                         Rendah    10     0,50



                                                                Nilai tambah       30%   Tinggi    60     2,25    dari bahan
       KEMAMPUAN BERPRODUKSI




                                                                komoditas                                         mentah diproses
                                                                                                                  sampai menjadi
                                                                                                                  barang siap
                                                                                                                  pakai/barang jadi



                                                                                         Sedang    30     1,13    dari bahan
                                                                                                                  mentah diproses
                                                                                                                  sampai menjadi
                                                                                                                  bahan
                                                                                                                  baku/barang
                                                                                                                  setengah jadi



                                                                                         Rendah    10     0,38    hanya
                                                                                                                  menghasilkan
                                                                                                                  bahan mentah
                                                                                                                  saja



                                                                Sistem             30%   Tinggi    60     2,25    sudah tersedia
                                                                pengelolaan                                       badan pengelola
                                                                                                                  dan berjalan




                                                                                                                                    LAMP 2 -4
LAMPIRAN 2




                                                  Sistem
Faktor       Variabel            Kriteria                  Bobot   Nilai     Keterangan
                                                   Nilai

                          komoditas/jasa                                   dengan baik




                                                  Sedang    30     1,13    sudah tersedia
                                                                           badan pengelola
                                                                           namun belum
                                                                           berjalan dengan
                                                                           baik



                                                  Rendah    10     0,38    belum memiliki
                                                                           badan pengelola



         Pasar      30%   Jangkauan         40%   Tinggi    60     1,80    pemasarannya
                          pemasaran                                        sudah keluar
                                                                           kecamatan



                                                  Sedang    30     0,90    pemasarannya
                                                                           keluar desa
                                                                           dalam kecamatan



                                                  Rendah    10     0,30    pemasarannya
                                                                           dalam desa saja



                          keberadaan        30%   Tinggi    60     1,35    ada jaringan dan
                          jaringan                                         berjalan secara
                          pemasaran                                        rutin/baik
                          komoditas/jasa


                                                  Sedang    30     0,68    ada jaringan, tapi
                                                                           tidak
                                                                           menentu/berjalan
                                                                           secara rutin/baik




                                                                                             LAMP 2 -5
LAMPIRAN 2




                                                 Sistem
Faktor      Variabel            Kriteria                  Bobot   Nilai     Keterangan
                                                  Nilai



                                                 Rendah    10     0,23    tidak ada
                                                                          jaringan sama
                                                                          sekali



                         Keterkaiatan      30%   Ada       70     1,58
                         dengan sektor
                         lain
                         (Aglomerasi
                         antar sektor)           Tidak     30     0,68
                                                 Ada



         Tenaga    20%   Penyerapan        50%   Tinggi    60     1,50    dapat menyerap
         Kerja           asal tenaga                                      tenaga kerja dari
                         kerja yang                                       luar kecamatan
                         terlibat


                                                 Sedang    30     0,75    dapat menyerap
                                                                          tenaga kerja dari
                                                                          luar desa dalam
                                                                          kecamatan



                                                 Rendah    10     0,25    hanya menyerap
                                                                          tenaga kerja dari
                                                                          dalam desa saja



                         Spesifikasi       30%   Ada       80     1,20
                         Tenaga Kerja
                         (keberagaman
                         keterampilan
                         yang terlibat           Tidak     20     0,30
                         dalam sitem             Ada
                         produksi
                         komoditas/
                         Jasa)




                                                                                          LAMP 2 -6
LAMPIRAN 2




                                                                                                           Sistem
                                          Faktor               Variabel               Kriteria                      Bobot    Nilai     Keterangan
                                                                                                            Nilai



                                                                             Persentase            20%     Tinggi    60      0,60     > 80 %
                                                                             penduduk
                                                                             desa bekerja
                                                                             di sektor
                                                                             utama                         Sedang    30      0,30     80 - 60 %



                                                                                                           Rendah    10      0,10     < 60 %




B. Kemampuan Mengembangkan Kegiatan
                                                                           Tabel 2
                                                         Kriteria Kemampuan Mengembangkan Kegiatan
                          Faktor                         Variabel               Kriteria             Sistem Nilai    Bobot    Nilai     Keterangan
                                                   Prasarana        10%   Pelayanan         100%     PLN               60      2,10    sumber listrik
                                                   Listrik                listrik                                                      berasal dari
                                                                                                                                       PLN
       KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN KEGIATAN




                                                                                                     Non-PLN          30       1,05    sumber listrik
                                                                                                                                       berasal Non
                                                                                                                                       PLN mis.
                                                                                                                                       mesin diesel
                                                                                                     Tidak ada         10      0,35    Tidak ada
                                                                                                                                       listrik
                                                   Prasarana Air    10%   Pelayanan air     100%     PDAM              60      2,10    sumber air
                                            35%




                                                   Bersih                 bersih                                                       bersih
                                                                                                                                       masyarakat
                                                                                                                                       diperoleh dari
                                                                                                                                       PDAM (sistem
                                                                                                                                       perpipaan,
                                                                                                                                       ledeng)
                                                                                                     Non-PDAM         30       1,05    sumber air
                                                                                                                                       bersih
                                                                                                                                       masyarakat
                                                                                                                                       diperoleh dari
                                                                                                                                       Non-PDAM
                                                                                                                                       (sumur
                                                                                                                                       pompa




                                                                                                                                                        LAMP 2 -7
LAMPIRAN 2




Faktor        Variabel               Kriteria          Sistem Nilai     Bobot   Nilai   Keterangan
                                                                                        tangan,
                                                                                        sumur gali)



                                                       Tidak ada         10     0,35    sumber air
                                                                                        bersih
                                                                                        masyarakat
                                                                                        diperoleh dari
                                                                                        sungai, air
                                                                                        hujan dsb
         Prasarana       10%   pola             100%   Tempat            60     2,10    masyarakat
         Persampahan           pembuangan              Sampah +                         mendaur
                               sampah                  Diangkut                         ulang sampah
                                                                                        atau terdapat
                                                                                        badan
                                                                                        pendaur
                                                                                        ulang sampah
                                                       Dalam             30     1,05    tersedia TPS
                                                       lubang/dibakar
                                                       Tidak ada         10     0,35    masyarakat
                                                                                        membuang
                                                                                        sampah
                                                                                        sendiri
                                                                                        dengan cara
                                                                                        ditimbun dan
                                                                                        dibakar
         Prasarana       10%   Pelayanan        50%    Telepon           60     1,05    Masyarakat
         Telepon               telepon                 Rumah                            pada
                                                                                        umumnya
                                                                                        memiliki
                                                                                        telepon
                                                                                        rumah
                                                       Telepon           30     0,53    Masyarakat
                                                       Umum                             pada
                                                                                        umumnya
                                                                                        menggunakan
                                                                                        telepon
                                                                                        umum
                                                                         10     0,18    Tidak
                                                                                        terdapat
                                                       Tidak ada                        telepon
                               Sinyal GSM       50%    Kuat              60     1,05
                                                       Lemah             30     0,53




                                                                                                         LAMP 2 -8
LAMPIRAN 2




Faktor        Variabel                Kriteria         Sistem Nilai   Bobot   Nilai   Keterangan
                                                       Tidak ada       10     0,18
         Prasarana       10%   Jarak antara      35%   10-20 km        60     0,74
         jalan                 desa dengan
                                                       20-30 km        25     0,31
                               ibukota
                               terdekat                > 30 km         15     0,18
                               Moda              35%   Kendaraan       40     0,49
                               angkutan                Bermotor
                               antara desa             Roda 3 atau
                               dengan                  lebih
                               ibukota
                                                       Kendaraan       30     0,37
                               terdekat
                                                       Bermotor
                                                       Roda 2
                                                       Perahu          20     0,25
                                                       Bermotor
                                                       Kendaraan       10     0,12
                                                       Tidak
                                                       Bermotor
                               Kualitas          30%   Aspal           60     0,63
                               Jalan
                                                       Diperkeras      30     0,32
                                                       Tanah           10     0,11
         Sarana          10%   Jenis sarana      50%   Poliklinik      35     0,61
         Kesehatan             kesehatan
                                                       Puskesmas       25     0,44
                                                       Puskesmas       20     0,35
                                                       Pembantu
                                                       Posyandu        10     0,18
                                                       Polindes        10     0,18
                               Akses ke          50%   Sangat Mudah    60     1,05    Sarana
                               Puskesmas                                              kesehatan
                               Terdekat                                               dimanfaatkan
                                                                                      oleh desa-
                                                                                      desa
                                                                                      sekitarnya
                                                       Mudah           30     0,53    Sarana
                                                                                      kesehatan
                                                                                      dimanfaatkan
                                                                                      hanya oleh
                                                                                      desa ini
                                                       Sulit           10     0,18    Sarana
                                                                                      kesehatan
                                                                                      dimanfaatkan




                                                                                                     LAMP 2 -9
LAMPIRAN 2




Faktor         Variabel                Kriteria          Sistem Nilai   Bobot   Nilai   Keterangan
                                                                                        hanya oleh
                                                                                        desa ini

                                                         Sangat Sulit     0     0,00    Sarana
                                                                                        kesehatan
                                                                                        dimanfaatkan
                                                                                        hanya oleh
                                                                                        desa ini
         Sarana           10%   Jenis sarana      60%    SLTP            60     1,26
         Pendidikan             pendidikan
                                                         SD              30     0,63
                                                         TK              10     0,21
                                Lembaga           40%    Ada             80     1,12
                                Keterampilan
                                                         Tidakada        20     0,28
         Sarana           10%   Jenis sarana      100%   Lap. Sepak      60     2,10
         Olahraga               olahraga                 Bola
                                                         Lap. Volley     30     1,05
                                                         Lap.            10     0,35
                                                         Bulutangkis
         Sarana           10%   Jenis Sarana      50%    Pasar           45     0,79
         Perekonomian           Perdagangan
                                                         Pertokoaan      30     0,53
                                                         Warung          20     0,35
                                                         Tidak ada        5     0,21
                                Lembaga           30%    Ada             70     0,74
                                perkrediatan/
                                                         Tidak Ada       30     0,32
                                Koperasi
                                Lembaga           20%    Ada             70     0,49
                                keuangan
                                                         Tidak Ada       30     0,21
                                informal
          Sarana          10%   Terminal          100%   Ada             70     2,45
         Transportasi
                                                         Tidak ada       30     1,05




                                                                                                     LAMP 2 -10
LAMPIRAN 2




  C. Kemampuan Mengembangkan Kelembagaan

                                                           Tabel 3
                                       Kriteria Kemampuan Mengembangkan Kelembagaan
                      Faktor              Variabel                Kriteria               Sistem Nilai     Bobot   Nilai   Keterangan
                                    Kemandirian      45%   Tingkat           100%   Swadaya                60     2,70
    KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN




                                    Desa                   Kemandirian
                                                                                    Swakarsa               30     1,35
                                                           Desa
                                                                                    Swasembada             10     0,45
          KELEMBAGAAN




                                    Kelembagaan      35%   Tipe LKMD         50%    Tipe I                 60     1,05
                                    Masyarakat                                      Tipe II                30     0,53
                              10%
                                                                                    Tipe III               10     0,18
                                                           Keberadaan        50%    Ada                    80     1,40
                                                           LMD
                                                                                    Tidak Ada              20     0,35
                                    Program          20%   Keberadaan        100%   Ada                    80     1,60
                                                           Program
                                                                                    Tidak Ada              20     0,40




D. Kemampuan Meningkatkan Sumber Daya Manusia

                                                          Tabel 4
                                    Kriteria Kemampuan Meningkatkan Sumber Daya Manusia
                      Faktor              Variabel                Kriteria               Sistem Nilai     Bobot   Nilai   Keterangan
                              35%   Pendidikan       35%   Tingkat           100%   Akademi/universitas    40     4,20
    KEMAMPUAN MENINGKATKAN




                                                           Pendidikan
                                                                                    SMU                    30     3,15
                                                                                    SLTP                   20     1,58
                                                                                    SD                     10     0,53
             SDM




                                    Keterampilan     30%   Keterampilan      100%   Tinggi                 70     6,30    Keterampilan
                                                           Tenaga                                                         luas,
                                                           Kerja                                                          Pelatihan
                                                                                                                          Silang
                                                                                                                          (Broad Skills,
                                                                                                                          Cross-
                                                                                                                          Training)




                                                                                                                                  LAMP 2 -11
LAMPIRAN 2




          Faktor          Variabel               Kriteria            Sistem Nilai   Bobot   Nilai   Keterangan
                                                                  Rendah             30     2,70    Keterampilan
                                                                                                    Khusus
                                                                                                    Pekerjaan
                                                                                                    (Job-specific
                                                                                                    Skills)
                    Karakteristik    35%   Jumlah           50%   >1000 jiwa         60     3,15
                    penduduk               Penduduk
                                                                  1000 - 500 jiwa    30     1,58
                                                                  < 500 jiwa         10     0,53
                                           Kepadatan        50%   > 30 jiwa/km2      60     3,15
                                           penduduk
                                                                  30-10 jiwa/km2     30     1,58
                                                                  <10 jiwa/km2       10     0,53




Berdasarkan Tabel-tabel diatas, rentang nilai yang digunakan dalam penentuan Desa Pusat Pertumbuhan berkisar
antara 13,76 – 59,94.
Dari rentang nilai tersebut maka desa – desa dengan kelompok nilai :
1. 38,00 – 59,94 dikategorikan sebagai Desa Cepat Berkembang dan direkomendasikan sebagai Desa Pusat
     Pertumbuhan
2. 35,40 – 38,00 dikategorikan sebagai Desa Sedang Berkembang dan apabila desa tersebut berbatasan
     langsung dengan desa cepat berkembang direkomendasikan sebagai desa hinterland.
3. 13,76 – 35,40 dikategorikan sebagai Desa Belum Berkembang dan dan apabila desa tersebut berbatasan
     langsung dengan desa cepat berkembang direkomendasikan sebagai desa hinterland.

Skema Penentuan Desa Pusat Pertumbuhan dan Hinterlandnya dapat dilihat pada gambar dibawah berikut ini.




                                                                                                            LAMP 2 -12
LAMPIRAN 2




                                           Gambar 2
         Proses Penentuan Desa Pusat Pertumbuhan dan Desa Hinterland




Selain hal tersebut, prioritas penanganan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) diukur
berdasarkan rentang nilai dari masing-masing kriteria penentuan Desa Pusat Pertumbuhan.
1. Kemampuan Berproduksi (3,10 -15,53)
2. Kemampuan Mengembangan Kegiatan (4,49 – 20,86)
3. Kemampuan Mengembangkan Kelembagaan (1,38 – 6,75)
4. Kemampuan Meningkatankan Sumber Daya Manusia (4,80 - 16,80)


Selanjutnya Nilai kemampuan masing-masing desa dihitung persentasenya (%) terhadap nilai tertinggi
dari masng-masing kemampuan. Hal ini untuk mempermudah dalam menentukan prioritas penanganan
KTP2D. Prioritas penanganan KTP2D ditunjukan oleh nilai persentase terkecil pada setiap aspek-aspek
penilaian.




                                                                                           LAMP 2 -13
LAMPIRAN 2




Contoh :
Hasil skoring terhadap desa-desa di suatu kabupaten yang telah diseleksi berdasarkan ciri perkotaan dan pusat-
pusat pemerintahan berikut daerah hinterland-nya dan membentuk suatu kesatuan kawasan adalah sebagai berikut :

                                                Tabel 5
                                   Penentuan Desa Pusat Pertumbuhan
                       DESA        NILAI          KATEGORI DESA            DPP/HINTERLAND
                         A           46,13   Desa Cepat Berkembang                     DPP
                         B           37,70   Desa Sedang Berkembang            Hinterland
                         C           36,89   Desa Belum Berkembang             Hinterland


                                                 Tabel 6
                                      Penentuan Prioritas Penanganan
                                                                              Desa
                     ASPEK PENILAIAN
                                                                 A                 B                  C
           Kemampuan Berproduksi                         10,98       71%   12,05        78%    9,55       61%
           Kemampuan Mengembangkan Kegiatan              14,74       71%   10,54        51%   11,52       55%
           Kemampuan Mengembangkan Kelembagaan            6,23       92%    3,68        55%    3,48       52%
           Kemampuan Meningkatan SDM                     14,18       84%   11,43        68%   12,34       73%
                             TOTAL                      46,13         -    37,70         -    36,89        -
                     Prioritas Penanganan              Produksi/Kegiatan     Kegiatan         Kelembagaan




                                                                                                                LAMP 2 -14
LAMPIRAN 2




Catatan :
Berdasarkan hasil perbandingan antara pedoman yang lama dengan yang baru terdapat perbedaan-perbedaan
sebagai berikut :
1. Istilah “Desa Tertinggal” pada pedoman yang lama diganti dengan “Desa Belum Berkembang”.
2. Kriteria umum lokasi KTP2D “Bukan Kawasan Rawan Bencana” pada pedoman yang lama tidak dipergunakan
    lagi pada pedoman yang baru, hal ini akan memberikan kesempatan bagi kawasan yang rawan bencana tetapi
    memiliki potensi dominan. Penanganan kawasan rawan bencana diasumsikan menggunakan teknologi yang
    mampu mengatasi daerah rawan bencana. Mis. Rumah tahan gempa pada lokasi KTP2D yang dindikasikan
    sebagai kawasan rawan gempa.
3. Proses Penentuan Lokasi KTP2D pada pedoman baru dilakukan dengan terlebih dahulu menseleksi desa-desa
    pada suatu kabupaten, sehingga desa-desa yang dindikasikan memiliki ciri perkotaan dan termasuk dalam
    pusat-pusat pemerintahan dan daerah hinterlandnya, tidak dilibatkan dalam proses penentuan Desa Pusat
    Pertumbuhan (DPP).
4. Proses penentuan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) pada pedoman yang baru menggunakan 4 (empat) kriteria
    yaitu, Kemampuan Berproduksi, Kemampuan Mengembangkan Kegiatan, Kemampuan Mengembangkan
    Kelembagaan dan Kemampuan Meningkatkan Sumber Daya Manusia, hal tersebut merupakan bentuk
    pendekatan yang dipergunakan yaitu Pendekatan ekonomi lokal yang berbasis pada kemampuan desa sebagai
    “Good Village”.
5. Selain, penentuan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dan Desa Hinterland. Pada pedoman baru dapat pula
    ditentukan prioritas penanganan berdasarkan persentase nilai masing-masing kemampuan.




                                                                                               LAMP 2 -15
LAMPIRAN 3




PERANGKAT IDENTIFIKASI LOKASI

                                                     KTP2D

                                          ALTERNATIF III


     Alternatif 3 ini lebih mudah diterapkan, bisa dipergunakan untuk desa-desa yang
    datanya ‘kurang’ lengkap namun untuk beberapa hal sudah tersedia dengan baik.
  Hasilnya tidak dapat seakurat pada scoring system yang dilakukan pada alternatif 1.




                                                                         LAMP. 3 - 1
LAMPIRAN 3


      DIAGRAM 2.1
      PANDUAN TAHAPAN IDENTIFIKASI LOKASI KTP2D



                                       Tahapan – 9 :
                           2
                                   BEBAS DARI GANGGUAN




                                       Tahapan – 10 :
                           3
                                   PENGHARGAAN TERHADAP
                                           DESA

                                                                           Tahapan 12
Tahapan 1
                                       Tahapan – 11 :                         PROSES
PENETAPAN                  4                                                PENILAIAN
  DAERAH                           KETEKAITANYA DENGAN                      MASING-2
KECAMATAN                              SISTIM KOTA                           KRITERIA




                                                                              DAFTAR
                                                                           IDENTIFIKASI
                                                                            LOKASI DAN
                                                                           POTENSI YANG
                                        Tahapan 2 – 8 :
                                                                              DAPAT
                                                                            DIKEMBANG
                               1     TINGKAT POTENSI YANG
                                                                               KAN
                                     DAPAT DIKEMBANGKAN




                                                             LAMP. 3 - 2
LAMPIRAN 3

        Diagram 2.2.
        IDENTIFIKASI LOKASI
        KAWASAN TERPILIH PUSAT PENGEMBANGAN DESA


                                                Tahapan – 9 :
                                       2
                                                Desa bebas dari
                                                  gangguan


                                                Tahapan – 10 :
                                       3
                                            Penghargaan Terhadap
                                                    Desa

Tahapan 1 :                                                                                             Tahapan 12 :
                                                Tahapan – 11 :
PENETAPAN                              4                                                                  PROSES
  DAERAH                                   Kajian Keterkaitan KTP2D                                     PENILAIAN
KECAMATAN                                     dengan sistem kota                                        MASING-2
                                                                                                         KRITERIA



                    Tahapan 2 :             Tahapan 3 :                Tahapan 4 :

                     Potensi sektor        Memiliki PSU unt.            Memiliki PSU
                       unggulan               menunjang               untuk pelayanan                      DAFTAR
                   produksi dan jasa        perkembangan              jasa-jasa publik                  IDENTIFIKASI
                        sebagai             produksi & jasa
                      Penggerak                                                                         LOKASI KTP2D
                     pertumbuhan                                                                        DAN POTENSI
                                                                                                         YANG DAPAT
                                            Tahapan 6 :                Tahapan 8 :                     DIKEMBANGKAN
                                              Mempunyai               Mempunyai lokasi
                   Tahapan 5 :               kelembagaan                 yang mudah
                                              masyarakat              dijangkau Daerah
                       Mempunyai                                         Propinsi dan
                   jumlah penduduk                                    Kabupaten, atau
                   yang cukup untuk                                   mempunyai akses
                    memenuhi skala          Tahapan 7 :                   yang baik
                      ekonomi dan                                       terhadap kota
                    untuk pelayanan           Mempunyai               dan desa-desa di
                     sosial ekonomi          kelembagaan                  sekitarnya
                                              masyarakat




                                                                                         LAMP. 3 - 3
KTP2D POTENSI
KTP2D POTENSI
KTP2D POTENSI
KTP2D POTENSI
KTP2D POTENSI
KTP2D POTENSI
KTP2D POTENSI
KTP2D POTENSI
KTP2D POTENSI
KTP2D POTENSI
KTP2D POTENSI

Contenu connexe

Tendances

Konsep Pembangunan Kawasan Perdesaan
Konsep Pembangunan Kawasan PerdesaanKonsep Pembangunan Kawasan Perdesaan
Konsep Pembangunan Kawasan PerdesaanAulia Arif
 
Peraturan Penataan Ruang RDTR
Peraturan Penataan Ruang  RDTRPeraturan Penataan Ruang  RDTR
Peraturan Penataan Ruang RDTRhenny ferniza
 
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Himpunan Mahasiswa Planologi ITS
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
 
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...Deki Zulkarnain
 
Laporan Kerja Praktik
Laporan Kerja PraktikLaporan Kerja Praktik
Laporan Kerja PraktikNur Hilaliyah
 
Rencana induk pariwisata Kota Surabaya - Bappeko Surabaya 2007
Rencana induk pariwisata Kota Surabaya -  Bappeko Surabaya 2007Rencana induk pariwisata Kota Surabaya -  Bappeko Surabaya 2007
Rencana induk pariwisata Kota Surabaya - Bappeko Surabaya 2007Fitri Indra Wardhono
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Analisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahanAnalisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahanibram77
 
Perencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifPerencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifDadang Solihin
 
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNANEVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNANDadang Solihin
 
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan RuangAudit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruangushfia
 
Bab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanBab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanmuhfidzilla
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi BantenRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi BantenPenataan Ruang
 
Presentasi akhir Studio Perencanaan Pracimantoro
Presentasi akhir Studio Perencanaan PracimantoroPresentasi akhir Studio Perencanaan Pracimantoro
Presentasi akhir Studio Perencanaan Pracimantorostudiopracimantoro
 
Aplikasi teori von thunen dalam struktur ruang kota
Aplikasi teori von thunen dalam struktur ruang kotaAplikasi teori von thunen dalam struktur ruang kota
Aplikasi teori von thunen dalam struktur ruang kotaKhalid Adam
 
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayainfosanitasi
 
Review RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang AmpekReview RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang Ampekhenny ferniza
 

Tendances (20)

Konsep Pembangunan Kawasan Perdesaan
Konsep Pembangunan Kawasan PerdesaanKonsep Pembangunan Kawasan Perdesaan
Konsep Pembangunan Kawasan Perdesaan
 
Peraturan Penataan Ruang RDTR
Peraturan Penataan Ruang  RDTRPeraturan Penataan Ruang  RDTR
Peraturan Penataan Ruang RDTR
 
Struktur ruang
Struktur ruangStruktur ruang
Struktur ruang
 
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
 
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
 
Laporan Kerja Praktik
Laporan Kerja PraktikLaporan Kerja Praktik
Laporan Kerja Praktik
 
Matriks itbx 2
Matriks itbx 2Matriks itbx 2
Matriks itbx 2
 
Rencana induk pariwisata Kota Surabaya - Bappeko Surabaya 2007
Rencana induk pariwisata Kota Surabaya -  Bappeko Surabaya 2007Rencana induk pariwisata Kota Surabaya -  Bappeko Surabaya 2007
Rencana induk pariwisata Kota Surabaya - Bappeko Surabaya 2007
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Analisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahanAnalisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahan
 
Perencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifPerencanaan Partisipatif
Perencanaan Partisipatif
 
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNANEVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
 
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan RuangAudit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
 
Bab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanBab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluan
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi BantenRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
 
Presentasi akhir Studio Perencanaan Pracimantoro
Presentasi akhir Studio Perencanaan PracimantoroPresentasi akhir Studio Perencanaan Pracimantoro
Presentasi akhir Studio Perencanaan Pracimantoro
 
Aplikasi teori von thunen dalam struktur ruang kota
Aplikasi teori von thunen dalam struktur ruang kotaAplikasi teori von thunen dalam struktur ruang kota
Aplikasi teori von thunen dalam struktur ruang kota
 
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
 
Review RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang AmpekReview RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang Ampek
 

En vedette

Pedoman tim ahli bangunan gedung
Pedoman tim ahli bangunan gedungPedoman tim ahli bangunan gedung
Pedoman tim ahli bangunan gedunginfosanitasi
 
Pedoman persyaratan teknis bangunan gedung
Pedoman persyaratan teknis bangunan gedungPedoman persyaratan teknis bangunan gedung
Pedoman persyaratan teknis bangunan gedunginfosanitasi
 
Panduan pelaksanaan peremajaan kawasan permukiman kota
Panduan pelaksanaan peremajaan kawasan permukiman kotaPanduan pelaksanaan peremajaan kawasan permukiman kota
Panduan pelaksanaan peremajaan kawasan permukiman kotainfosanitasi
 
Pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan
Pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkunganPedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan
Pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkunganinfosanitasi
 
Pedoman teknis imb gedung
Pedoman teknis imb gedungPedoman teknis imb gedung
Pedoman teknis imb gedunginfosanitasi
 
Pedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi
Pedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggiPedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi
Pedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggiinfosanitasi
 

En vedette (7)

Pedoman tim ahli bangunan gedung
Pedoman tim ahli bangunan gedungPedoman tim ahli bangunan gedung
Pedoman tim ahli bangunan gedung
 
Pedoman persyaratan teknis bangunan gedung
Pedoman persyaratan teknis bangunan gedungPedoman persyaratan teknis bangunan gedung
Pedoman persyaratan teknis bangunan gedung
 
Panduan pelaksanaan peremajaan kawasan permukiman kota
Panduan pelaksanaan peremajaan kawasan permukiman kotaPanduan pelaksanaan peremajaan kawasan permukiman kota
Panduan pelaksanaan peremajaan kawasan permukiman kota
 
Pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan
Pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkunganPedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan
Pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan
 
Pedoman teknis imb gedung
Pedoman teknis imb gedungPedoman teknis imb gedung
Pedoman teknis imb gedung
 
Pedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi
Pedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggiPedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi
Pedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi
 
Pedoman umum rtbl
Pedoman umum rtblPedoman umum rtbl
Pedoman umum rtbl
 

Similaire à KTP2D POTENSI

Bahan tayang pid ta 2019, rakor tpid
Bahan tayang pid ta 2019, rakor tpidBahan tayang pid ta 2019, rakor tpid
Bahan tayang pid ta 2019, rakor tpidSumardi Arahbani
 
Pemanfaatan P2KTD Program Inovasi Desa
Pemanfaatan P2KTD Program Inovasi DesaPemanfaatan P2KTD Program Inovasi Desa
Pemanfaatan P2KTD Program Inovasi DesaEka Saputra
 
RDTR Labang dsk.pdf
RDTR Labang dsk.pdfRDTR Labang dsk.pdf
RDTR Labang dsk.pdfApriadi Budi
 
Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018
Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018
Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018Salim S Ag
 
Desa Cerdas 2 (Pak Ikbal).pptx
Desa Cerdas 2 (Pak Ikbal).pptxDesa Cerdas 2 (Pak Ikbal).pptx
Desa Cerdas 2 (Pak Ikbal).pptxEdyKusnady1
 
Bahan Presentasi KPND-KPML Final 1.ppt
Bahan Presentasi KPND-KPML Final 1.pptBahan Presentasi KPND-KPML Final 1.ppt
Bahan Presentasi KPND-KPML Final 1.pptmachin4
 
1c petunjuk teknis operasional (pto) pid tahun 2019
1c petunjuk teknis operasional (pto) pid tahun 20191c petunjuk teknis operasional (pto) pid tahun 2019
1c petunjuk teknis operasional (pto) pid tahun 2019LeonardusPaulus
 
MaterI Orientasi Kader Digital (1).pdf
MaterI Orientasi Kader Digital (1).pdfMaterI Orientasi Kader Digital (1).pdf
MaterI Orientasi Kader Digital (1).pdfNyoman Arto Suprapto
 
MaterI Orientasi Kader Digital (1).pdf
MaterI Orientasi Kader Digital (1).pdfMaterI Orientasi Kader Digital (1).pdf
MaterI Orientasi Kader Digital (1).pdfNyoman Arto Suprapto
 
Resume Pelaksanaan New Site Development Kota Kendari
Resume Pelaksanaan New Site Development Kota KendariResume Pelaksanaan New Site Development Kota Kendari
Resume Pelaksanaan New Site Development Kota KendariBagus ardian
 
Standar Operasional Prosedur SDGs Desa 2021.pptx
Standar Operasional Prosedur SDGs Desa 2021.pptxStandar Operasional Prosedur SDGs Desa 2021.pptx
Standar Operasional Prosedur SDGs Desa 2021.pptxbumdeswibawamukti1
 
AGENDA IV 2022.pptx
AGENDA IV 2022.pptxAGENDA IV 2022.pptx
AGENDA IV 2022.pptxneliherawati
 
Draft Master Plan RTH Kab. Gresik_P2KH - agustus 2012_final
Draft Master Plan RTH Kab. Gresik_P2KH - agustus 2012_finalDraft Master Plan RTH Kab. Gresik_P2KH - agustus 2012_final
Draft Master Plan RTH Kab. Gresik_P2KH - agustus 2012_finalAndon Setyo Wibowo
 
Draft Master Plan RTH P2KH Gresik 2012- agustus 2012_draft final
Draft Master Plan RTH P2KH Gresik 2012- agustus 2012_draft finalDraft Master Plan RTH P2KH Gresik 2012- agustus 2012_draft final
Draft Master Plan RTH P2KH Gresik 2012- agustus 2012_draft finalAndon Setyo Wibowo
 
materi panorama kabid.ppt
materi panorama kabid.pptmateri panorama kabid.ppt
materi panorama kabid.pptFennyPuspadewi1
 
Kepmen desapdtt nomor 83 tahun 2017
Kepmen desapdtt nomor 83 tahun 2017 Kepmen desapdtt nomor 83 tahun 2017
Kepmen desapdtt nomor 83 tahun 2017 Eka Saputra
 

Similaire à KTP2D POTENSI (20)

Bahan tayang pid ta 2019, rakor tpid
Bahan tayang pid ta 2019, rakor tpidBahan tayang pid ta 2019, rakor tpid
Bahan tayang pid ta 2019, rakor tpid
 
Pemanfaatan P2KTD Program Inovasi Desa
Pemanfaatan P2KTD Program Inovasi DesaPemanfaatan P2KTD Program Inovasi Desa
Pemanfaatan P2KTD Program Inovasi Desa
 
RDTR Labang dsk.pdf
RDTR Labang dsk.pdfRDTR Labang dsk.pdf
RDTR Labang dsk.pdf
 
Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018
Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018
Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018
 
Desa Cerdas 2 (Pak Ikbal).pptx
Desa Cerdas 2 (Pak Ikbal).pptxDesa Cerdas 2 (Pak Ikbal).pptx
Desa Cerdas 2 (Pak Ikbal).pptx
 
Bahan Presentasi KPND-KPML Final 1.ppt
Bahan Presentasi KPND-KPML Final 1.pptBahan Presentasi KPND-KPML Final 1.ppt
Bahan Presentasi KPND-KPML Final 1.ppt
 
Metodologi Penyusunan RIPPDA
Metodologi Penyusunan RIPPDAMetodologi Penyusunan RIPPDA
Metodologi Penyusunan RIPPDA
 
Pto pid 2019
Pto pid 2019Pto pid 2019
Pto pid 2019
 
1c petunjuk teknis operasional (pto) pid tahun 2019
1c petunjuk teknis operasional (pto) pid tahun 20191c petunjuk teknis operasional (pto) pid tahun 2019
1c petunjuk teknis operasional (pto) pid tahun 2019
 
MaterI Orientasi Kader Digital (1).pdf
MaterI Orientasi Kader Digital (1).pdfMaterI Orientasi Kader Digital (1).pdf
MaterI Orientasi Kader Digital (1).pdf
 
MaterI Orientasi Kader Digital (1).pdf
MaterI Orientasi Kader Digital (1).pdfMaterI Orientasi Kader Digital (1).pdf
MaterI Orientasi Kader Digital (1).pdf
 
Resume Pelaksanaan New Site Development Kota Kendari
Resume Pelaksanaan New Site Development Kota KendariResume Pelaksanaan New Site Development Kota Kendari
Resume Pelaksanaan New Site Development Kota Kendari
 
Standar Operasional Prosedur SDGs Desa 2021.pptx
Standar Operasional Prosedur SDGs Desa 2021.pptxStandar Operasional Prosedur SDGs Desa 2021.pptx
Standar Operasional Prosedur SDGs Desa 2021.pptx
 
320
320320
320
 
Sistem perencanaan kepariwisataan
Sistem perencanaan kepariwisataanSistem perencanaan kepariwisataan
Sistem perencanaan kepariwisataan
 
AGENDA IV 2022.pptx
AGENDA IV 2022.pptxAGENDA IV 2022.pptx
AGENDA IV 2022.pptx
 
Draft Master Plan RTH Kab. Gresik_P2KH - agustus 2012_final
Draft Master Plan RTH Kab. Gresik_P2KH - agustus 2012_finalDraft Master Plan RTH Kab. Gresik_P2KH - agustus 2012_final
Draft Master Plan RTH Kab. Gresik_P2KH - agustus 2012_final
 
Draft Master Plan RTH P2KH Gresik 2012- agustus 2012_draft final
Draft Master Plan RTH P2KH Gresik 2012- agustus 2012_draft finalDraft Master Plan RTH P2KH Gresik 2012- agustus 2012_draft final
Draft Master Plan RTH P2KH Gresik 2012- agustus 2012_draft final
 
materi panorama kabid.ppt
materi panorama kabid.pptmateri panorama kabid.ppt
materi panorama kabid.ppt
 
Kepmen desapdtt nomor 83 tahun 2017
Kepmen desapdtt nomor 83 tahun 2017 Kepmen desapdtt nomor 83 tahun 2017
Kepmen desapdtt nomor 83 tahun 2017
 

Plus de infosanitasi

Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014infosanitasi
 
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019infosanitasi
 
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program SanitasiUsulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasiinfosanitasi
 
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019infosanitasi
 
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang KesehatanPengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehataninfosanitasi
 
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015infosanitasi
 
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015infosanitasi
 
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMKesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMinfosanitasi
 
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019infosanitasi
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasiinfosanitasi
 
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...infosanitasi
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukimaninfosanitasi
 
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015infosanitasi
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...infosanitasi
 

Plus de infosanitasi (20)

Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014
 
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
 
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program SanitasiUsulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
 
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
 
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang KesehatanPengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
 
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
 
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
 
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMKesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
 
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
 
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
 
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
 

KTP2D POTENSI

  • 1. PANDUAN PRAKTIS IDENTIFIKASI LOKASI KTP2D KAWASAN TERPILIH PUSAT PENGEMBANGAN DESA EDISI DESEMBER 2006 SEBAGAI ACUAN BAGI SATKER P2P PROVINSI DALAM KEGIATAN PENYUSUNAN RPJM-KTP2D 2007
  • 2. KATA PENGANTAR Melengkapi Acuan pelaksanaan pengembangan Perumahan dan Permukiman Perdesaan melalui penanganan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa atau KTP2D, yang tahapan pelaksanaannya telah ditetapkan sebagai berikut; (1) Identifikasi Lokasi, (2) Penyusunan RPJM dan (3) pelaksanaan fisik. Untuk kepentingan penyusunan RPJM maka diterbitkan Panduan Praktis IDENTIFIKASI LOKASI KTP2D sebagai acuan bagi Satuan Kerja Pengembangan Permukiman Provinsi didalam memberikan fasilitasi dan pendampingan kepada Pemerintah Daerah didalam mengidentifikasi desa-desa potensial yang dapat ditangani secara keseluruhan dalam lokasi-lokasi KTP2D. Hasil identifikasi lokasi KTP2D ini aan menjadi pegangan bagi semua pihak didalam implementasi program-program yang bersifat pengembangan ekonomi lokal. Karena dengan kegiatan identifikasi KTP2D ini telah ditemukan desa-desa potensial beserta data-data (secara terbatas) yang dapat ditindak lanjuti dengan penyusunan rencana strategi kawasan serta indikasi program yang sesuai. Panduan Praktis IDENTIFIKASI LOKASI KTP2D edisi 2006 ini disajikan terutama untuk acuan pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2007. Namun demikian karena keterbatasan informasi yang bisa disampaikan, maka tidak ditutup kemungkinan melakukan konsultasi langsung ke Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Ciptakarya, Departemen Pekerjaan Umum. Buku ini masih jauh dari sempurna, yang masih terbuka untuk masukan-masukan yang bersifat memperbaiki. Jakarta, Desember 2006 Direktorat Pengembangan Permukiman i
  • 3. DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar Isi ii 1. Pendahuluan 1 2. Pengertian 1 3. Maksud dan Tujuan Identifikasi KTP2D 2 4. Konsepsi KTP2D 3 5. Kriteria KTP2D 5 6. Bentuk KTP2D 8 7. Langkah Kegiatan Secara Umum 10 a. Persiapan 10 b. Pemilihan alternatif perangkat 11 c. Pelaksanaan kegiatan 12 d. Survey potensi dominan 13 e. Investigasi kawasan terpilih 13 f. Penentuan peringkat KTP2D 14 g. Legalisasi hasil identifikasi 14 8. Tindak Lanjut Kegiatan Identifikasi 15 a. Identifikasi kebutuhan investasi Prasarana dan Sarana 15 b. Identifikasi Kegiatan Pokok dan Penunjang 15 c. Alokasi Pendanaan di Tingkat Provinsi/kabupaten 16 9. Penutup 16 LAMPIRAN 1. Perangkat Identifikasi KTP2D alternatif I 2. Perangkat Identifikasi KTP2D alternatif II 3. Perangkat Identifikasi KTP2D alternatif III ii
  • 4. 1. PENDAHULUAN Pembangunan perdesaan secara keseluruhan telah ditangani melalui berbagai sektor dengan cara yang diupayakan terpadu. perumahan permukiman di perdesaan menjadi sangat penting sebagai “entry Point” pembangunan perdesan secara keseluruhan. Pemerintah sampai saat ini menggunakan azaz Tridaya yang intinya adalah pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan pendayagunaan prasarana dan sarana permukiman didalam menangani Perumahan Permukiman Perdesaan. Dalam upaya merumuskan kebijaksanaan pembangunan perdesaan, desa dikelompokan kedalam 3 (tiga) kelompok yaitu : a. Desa Cepat Berkembang b. Desa yang berpotensi untuk berkembang dan atau desa yang sedang berkembang c. Desa Belum Berkembang Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) yang terdiri atas Desa Pusat dan Desa Hinterland, sebenarnya secara keseluruhan dapat mengait keseluruhan kelompok tersebut yaitu bahwasanya Desa Pusatnya merupakan Desa Cepat Berkembang sedangkan hinterlandnya dari kelompok Desa Sedang Berkembang dan Desa Belum Berkembang. 2. PENGERTIAN a. Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D), adalah satu satuan kawasan perdesaan sebagaimana tercantum dalam UU No. 24/1992, yang terdiri dari desa pusat dan desa-desa lain sebagai desa pendukungnya, yang memiliki keunggulan strategis berupa : 1) Peran kawasan ini bagi pertumbuhan dan pengembangan potensi kawasan perdesaan lain di sekitamya, Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 1
  • 5. 2) Keuntungan ekonomis (economic scale) guna mengembangkan potensi andalannya, 3) Memiliki fasilitas pelayanan sosial ekonomi serta tingkat aksesibilitas yang relatif lebih baik di bandingkan dengan kawasan perdesaan disekitarnya. b. Identifikasi adalah kegiatan awal yang perlu dilakukan dalam rangka mencari dan menemukenali kawasan-kawasan perdesaan, yang memiliki karakter sebagaimana disebutkan diatas. Pada kawasan tersebut dapat dilakukan upaya pembangunan perdesaan melalui pendekatan penyediaan prasarana dan sarana yang secara langsung dapat memacu pertumbuhan ekonomi kawasan. 3. MAKSUD DAN TUJUAN IDENTIFIKASI LOKASI KTP2D Panduan praktis identifikasi lokasi KTP2D ini disusun agar diketahui semua kalangan baik di Pusat maupun di daerah, yang terkait dengan pembangunan perdesaan, terutama aparat Pemerintah Kabupaten. Karenanya dalam pedoman ini akan dibahas tata-cara praktis melaksanakan identifikasi lokasi. MAKSUD Pengenalan kawasan pusat pengembangan perdesaan. yang dilanjutkan dengan identifikasi lokasi ini, dimaksudkan untuk membantu terlaksananya pembangunan yang lebih sistematis, dimana : - desa yang berfungsi sebagai desa pusat perlu diberikan perhatian khusus. - dengan mengintegrasikan penanganan desa pusat dan hinterlandnya kedalam sistem pembangunan Kabupaten induknya, maka desa pusat akan berperan sebagai pendorong terbentuknya satu kesatuan sistem pusat-pusat perkotaan dan perdesaan. TUJUAN Hasil kegiatan identifikasi lokasi KTP2D ini ditujukan untuk : Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 2
  • 6. a. mendapatkan kawasan-kawasan perdesaan yang diindikasi sebagai KTP2D dalam suatu kabupaten, lengkap dengan urutan/rangking lokasi yang disusun berdasarkan kajian dan kesepakatan bersama di daerah. Urutan tersebut sebaiknya dikukuhkan dengan SK Bupati yang bersangkutan. b. mengetahui karakteristik kawasan, sesuai dengan potensi dominan yang dapat/akan dikembangkan (agro bisnis, wisata, industri, perdagangan maupun sekedar pusat pelayanan jasa lokal), c. mengetahui jenis sumber dan pembangunan yang mendukung pengembangan potensi dominan kawasan, dan d. mengetahui perkiraan kebutuhan prasarana dan sarana pelayanan dasar kawasan yang dapat mendorong pengembangan potensi dominan kawasan. 4. KONSEPSI KTP2D KTP2D merupakan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara mengembangkan potensi unggulannya, yaitu suatu sumber daya dominan baik yang belum diolah (eksplor) maupun sumber daya yang tersembunyi berupa sumber daya alam, sumber daya buatan ataupun sumber daya manusia yang difokuskan pada kemandirian masyarakat sesuai dengan azas TRIDAYA yang intinya adalah pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan pendayagunaan prasarana dan sarana permukiman. Hal tersebut mencerminkan lokalitas dari program KTP2D ini. Dengan demikian, di dalam tahapan penyusunan KTP2D khususnya pada langkah persiapan yaitu penetapan lokasi KTP2D dan perkiraan awal potensi unggulan kawasan, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal yang berbasis pada konsep “Good Village”. Suatu “Good Village” diindikasikan memiliki kemampuan, terutama untuk mengembangkan perekonomian lokal berbasis pada potensi unggulannya. Kemampuan tersebut adalah : Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 3
  • 7. a. Kemampuan Berproduksi - Adanya perubahan teknologi, misalnya dalam pengolahan sawah dulu masih menggunakan tenaga hewan sekarang sudah menggunakan traktor. Pemanfaatan SDA tergantung pada tingkat teknologi yang digunakan dalam masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dapat dicapai dengan perubahan teknologi yang dapat meningkatkan produksi. - Adanya basis SDA dan terciptanya multiplier effect sehingga dapat menyediakan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah elemen dari penduduk yang membantu mempertahankan keberlangsungan suatu perekonomian dengan jalan menyediakan suatu kombinasi energi dan intelegensi manusia kepada proses produktif. - Adanya pengembangan produk (inovasi) sehingga dapat meningkatkan produksi, misalnya dalam bidang tambak tidak hanya tambak udang tetapi dikembangkan menjadi tambak jenis-jenis ikan. Adapun inovasi dapat dibagi dua yaitu inovasi yang berupa turunnya biaya termasuk mengenalkan metoda baru dalam pengolahan dan inovasi yang berupa peningkatan produk baru dengan kualitas baik. b. Kemampuan Mengembangkan Kegiatan - Adanya peningkatan akses pada pasar; - Penyediaan sarana dan prasarana: • jaringan transportasi; • jaringan irigasi; • air bersih; • listrik; • pasar; - Peningkatan pelayanan kesehatan; c. Kemampuan Mengembangkan Kelembagaan - Terdapat peningkatan Penghargaan/prestasi desa. - Terdapat pengembangan dari kelembagaan masyarakat Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 4
  • 8. d. Kemampuan Meningkatkan Sumber Daya Manusia - Adanya peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan dalam suatu masyarakat. Hal ini untuk menciptakan kesempatan kerja agar angkatan kerja dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. - Adanya pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan melalui kemampuan berfikir masyarakat melalui materi dasar hitung-menghitung, membuat perbandingan, mengeluarkan ide, membuat keputusan dengan kendala tertentu. - Meningkatkan fungsi fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan. Fasilitas pendidikan untuk meningkatkan atau mengembangkan intelektual dan fasilitas kesehatan untuk mengembangkan fisik masyarakat. 5. KRITERIA KTP2D KRITERIA UMUM a. KTP2D merupakan satu kesatuan kawasan perdesaan Lokasi KTP2D adalah satu kesatuan kawasan perdesaan, yang terdiri dari desa pusat pertumbuhan dan desa-desa hinterlandnya. Pada umumnya desa-desa tersebut memiliki ikatan, baik secara ekonomi, sosial dan budaya. Sehingga batasan wilayah bagi lokasi KTP2D dapat merupakan suatu batasan fisik dan fungsional. Unutk menjaga effisiensi dan efektifitas penanganannya, maka jumlah desa dalam KTP2D minimal 3 dan maksimal 5 termasuk Desa Pusat Pertumbuhannya. b. KTP2D tidak memiliki ciri perkotaan Kawasan perdesaan adalah sasaran dari program KTP2D ini, dengan demikian wilayah-wilayah yang mencirikan kawasan perkotaan bukan merupakan alternatif lokasi KTP2D. Berdasarkan Undang-undang Penataan Ruang No. 4 Tahun Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 5
  • 9. 1992, ciri kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. c. KTP2D bukan merupakan pusat pemerintahan. Terkait dengan batasan dan ruang lingkup KTP2D, khususnya pada tahapan identifikasi, maka penetapan lokasi KTP2D perlu memperhatikan pusat-pusat pemerintahan dan daerah hinterland-nya, seperti ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan. Hal tersebut mengingat biasanya pada pusat-pusat pemerintahan telah memiliki program-program pembangunan, sehingga dapat menimbulkan tumpang tindihnya program yang pada akhirnya tujuan dan sasaran dari program KTP2D ini tidak tercapai secara maksimal. Pada umumnya di daerah-daerah sekitar pusat-pusat pemerintahan perkembangannya cenderung mengikuti bahkan tergantung pada pusat pemerintahan, sehingga daerah-daerah yang terpengaruh oleh perkembangan pusat pemerintahan disebut daerah hinterland pusat pemerintahan yang biasanya memiliki jarak relatif dekat dan aksesibilitas yang tinggi dengan pusatnya. d. Desa Tertinggal tidak dapat mejadi bagian dari KTP2D Sesuai dengan konsep dasar pembentukan KTP2D, maka desa yang dikategorikan tertinggal tidak dianjurkan menjadi salah satu hinterland, karena hampir dipastikan bahwa pemenuhan kebutuhan pada desa tersebut akan menyedot sumber dana dan perhatian yang diperuntukkan bagi kawasan garapan, sehingga dapat diperkirakan akan menarik turun klasifikasi kawasan. Selain itu telah banyak alternatif program yang tertuju pada desa/kawasan tertinggal baik nasional, regional maupun lokal. KRITERIA KHUSUS Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 6
  • 10. a. Kawasan Perdesaan Pusat Jasa dan Pelayanan Lokal - Merupakan pusat pelayanan (sosial, ekonomi, administrasi, dll.) b. Kawasan Perdesaan Wisata - Mempunyai potensi wisata yang dapat/perlu dikembangkan menjadikegiatan utama kawasan - Didukung oleh kegiatan lokal yang bersifat komplementer (perkebunan bunga atau buah-buahan, industri rumahan, terdapat situs sejarah) - Mempunyai akses ke jalan regional - Kawasan Perdesaan Industri - Terdapatnya pengelompokan kegiatan industri yang dapat dikembangkan sebagai pusat industri perdesaan berskala kecil dan tidak polutif yang melayani desa-desa sekitarnya. - Saat ini telah berkembang sebagai desa industri yang kegiatannya ditangani masyarakat dengan teknologi setempat. - Didukung oleh kegiatan pertanian yang produknya merupakan bahan baku industri setempat c. Kawasan Perdesaan Pusat Perdagangan -Masyarakat pada umumnya datang untuk berdagang atau membeli/mengulak. - Memiliki peranan sebagai pemasok barang dari desa-desa hinterland atau bisa juga dari desa/kota lain. d. Kawasan Perdesaan Pertanian/ Agro Bisnis - Kegiatan utama kawasan adalah pertanian yang cenderung surplus - Produk berorientasi pasar (lokal/regional), dengan mutu dan harga kompetitif, terjamin ketersediaannya sepanjang tahun. Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 7
  • 11. - Fungsi kawasan dikembangkan sebagai daerah pertanian sesuai dengan RTRW Kabupatennya 6. BENTUK KTP2D Beragamnya ciri khas perdesaan diIndonesia, maka sangat dimungkinkan adanya beberapa alternatif bentuk KTP2D, sebagai berikut : a. Terdiri dari satu DPP dengan beberapa desa hinterland sekitarnya Profil KTP2D seperti diatas, biasanya berada di desa-desa di P Jawa dan P Bali atau kecamatan yang berdekatan dengan pusat-pusat pertumbuhan yang ordenya lebih tinggi dan berciri lebih maju dengan kepadatan penduduk yang lebih tinggi dan kegiatan ekonomi yang sudah lebih mapan. Untuk profil kawasan seperti dimungkinkan adanya hinterland yang lebih dari 4 (empat), namun sesuai dengan pertimbangan effisien dan effektifitas kawasan sebaiknya ditetapkan hanya 5 (lima) desa termasuk Desa Pusat. b. Terdiri atas satu DPP dengan hinterlandnya berupa desa dan atau bagian dari desa Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 8
  • 12. Profil KTP2D sebagaimana digambarkan diatas menunjukkan bahwa keterkaitan antara hinterland dengan desa pusat dan antar hinterland bisa terjadi tidak menyeluruh artinya hanya bagian-bagian parsial didesa hinterland yang punya keterkaitan dengan desa pusat maupun dengan hinterland lainnya. Namun demikian pengambilan data dan atau sebutan desa hinterlandnya tetap pada desa induknya secara keseluruhan. c. KTP2D yang antara desa dan hinterland dengan desa pusat dibatasi oleh sungai. Penentuan hinterland berupa dusun didasarkan atas jarak capai/radius keterkaitan serta ketergantungan dusun-dusun tersebut pada DPP bersangkutan dibidang ekonomi dan pelayanan lainnya. Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 9
  • 13. Hal tersebut dimungkinkan apabila pencapaian antara desa pusat dengan hinterlandnya relatif mudah, disamping itu memang diantara keduanya punya ikatan dan keterkaitan baik dibidang ekonomi maupun pemerintahan. 7. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN IDENTIFIKASI SECARA UMUM Kegiatan identifikasi ini dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dengan bantuan dan bimbingan teknis dari Pemerintah Propinsi mengacu pada pedoman dan kriteria yang ditetapkan. Terdiri dari beberapa langkap pokok, yaitu : a. PERSIAPAN Berdasarkan alokasi paket kegiatan KTP2D dari Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten melakukan beberapa persiapan untuk mengidentifikasi kawasan-kawasan perdesaan yang diindikasi sebagai KTP2D ini antara lain : 1) Menyampaikan informasi program kepada instansi terkait secara berjenjang. Di Kabupaten informasi disampaikan oleh Bupati dalam rangka : - Menyamakan persepsi tentang KTP2D - Konstribusi sektor terkait yang diharapkan dapat mengisi pengembangan KTP2D 2) Mengkaji dan mendalami kriteria lokasi KTP2D, dalam kaitannya dengan RUTR Kabupaten. 3) Mengkaji satuan-satuan wilayah pengembangan sebagaimana tercantum dalam RUTR dan membaginya kedalam : - Kelompok kecamatan dam SWP menurut fungsi yang akan dikembangkan - Potensi dominan setiap kecamatan dalam SWP Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 10
  • 14. 4) Menetapkann bagian kawasan dalam kecamatan yang memenuhi kriteria sebagai KTP2D dan menyusunnya dalam daftar calon lokasi yang akan diteliti lebih lanjut. 5) Atas nama Bupati, Bappeda melakukan koordinasi dengan instansi terkait, guna menetapkan calon lokasi tentatif (sementara), atas dasar : - Potensi dominan kawasan - Desa pusat dan desa hinterland - Kepentingan pengembangan seluruh kabupaten 6) Menetapkan tim dan jadwal pelaksanaan kegiatan identifikasi b. PEMILIHAN ALTERNATIF PERANGKAT (TOOLS) UNTUK PENILAIAN PERINGKAT DESA Beragamnya kondisi wilayah di Indonesia dan pertimbangan kelengkapan data dari masing-masing desa bersangkutan, maka dalam Panduan Praktis ini disediakan 3 (tiga) alternatif parangkat yang dapat diterapkan; sebagai berikut; 1) alternatif I Alternatif 1 dikhususkan untuk menilai desa-desa yang mempunyai data sangat lengkap, sehingga hasilnyapun sangat akurat. Hampir semua asupan data yang diproses mempunyai dasar yang legal, seperti jumlah penduduk, jumlah industri, dll langsung dimasukkan dalam sebagai komponen perhitungan yang dapat menentukan score desa. 2) alternatif 2 Alternatif 2 diperuntukkan bagi desa-desa yang lemah dalam data, atau bahkan sulit sekali didapatkan data tertulis. Cara Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 11
  • 15. pada alternatif 2 ini mensyaratkan surveyor yang handal dan tidak hanya satu orang melainkan berupa tim karena harus melakukan keputusan-keputusan dan mentransfer kondisi existing yang kualitatif menjadi nilai kwantitatif. Surveyor harus benar-benar memahami cara ini. 3) alternatif 3 Alternatif 3 ini lebih mudah diterapkan, bisa dipergunakan untuk desa-desa yang datanya ‘kurang’ lengkap namun untuk beberapa hal sudah tersedia dengan baik. Hasilnya tidak dapat seakurat pada scoring system yang dilakukan pada alternatif 1. Ketiga ALTERNATIF diatas disediakan dalam Panduan Praktis ini. c. PELAKSANAAN KEGIATAN Survey Penetapan Kawasan Kegiatan ini dilakukan untuk menetapkan batas KTP2D yang lebih jelas, terdiri atas : 1) Penetapan Desa Pusat, yang dapat ditetapkan dengan cara teknik pembobotan. Desa yang memiliki nilai terbesar merupakan Desa Pusat. Selain itu dilakukan kajian keuntungan lokasi, dimana desa terpilih adalah desa yang memiliki lokasi strategis, baik terhadap desa sekitarnya maupun kepusat lain. 2) Penetapan Desa Hinterland - Pada dasarnya desa yang berbatasan langsung dengan desa pusat merupakan desa hinterland. - Hinterland efektif diukur dari tingkat atau intensitas terjadinya interaksi baik sosial, ekonomi maupun ikatan budaya. - Secara mudah dapat dilihat dariarah orientasi pelayanan dan pemenuhan kebutuhan primer desa pusat kepada desa hinterland-nya. Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 12
  • 16. 3) Gabungan antara desa-desa dan hinterland disebut sebagai kawasan. Yang dipilih adalah kawasan perdesaan yang memenuhi kriteria tertentu. d. SURVEY POTENSI DOMINAN 1) Potensi dominan adalah kegiatan yang terbanyak digeluti penduduk atau kegiatan yang memberikan kontribusi terbesar bagi kehidupan ekonomi kawasan 2) Potensi tersebut dapat tersebar merata diseluruh kawasan, hanya pada desa hinterland atau mengelompok di desa pusat. 3) Karakter kawasan disebut sesuai potensi dominannya (agro industri, agro wisata agro bisnis atau pusat jasa lokal) e. INVESTIGASI KAWASAN TERPILIH Berdasarkan hasil survey potensi dan penetapan kawasan, perlu diseleksi lebih lanjut, kawasan-kawasan yang diindikasi dapat dikembangkan sebgai lokasi KTP2D. Cara seleksi adalah sebagai berikut (disarankan menggunakan peta sebagai dasar seleksi) : 1) Bagi Jawa dan Bali - Kawasan tersebut tidak meliputi ibukota kecamatan. - Desa pusatnya minimal berjarak 5 km dari ibukota kecamatannya. - Dalam hal 2 kawasan yang sama-sama potensial lokasinya berbatasan langsung,dipilih yang memiliki potensi dan peran yang lebih strategis bagi pembangunan di kabupatennya. 2) Bagi kawasan diluar jawa dan bali - Diprioritaskan bagi kawasan yang berorientasi pada ibukota kecamatan dan atau calon ibukota kecamatan baru. Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 13
  • 17. - Dalam hal desanya sangat luas maka hinterlandnya adalah dusun dalam desa pusat, denganjarak jangkau investasi prasarana dan sarana pelayanan fasos dan fasum maksimum 10 km dari pusat kegiatannya. 3) Intensitas akses tidak semata-mata dilihat dari ketersediaan jalan darat, namun setiap bentuk akses yang memungkinkan terjadinya hubungan inter dan antar kawasan (termasuk lalulintas air) Hasilnya dihimpun dalam DAFTAR TENTATIF CALON LOKASI KAWASAN TERPILIH PUSAT PENGEMBANGAN DESA, yang dikelompokan menurut potensi dominannya. f. PENENTUAN RANGKING KTP2D Berdasarkan hasil pengkajian teknis sebagaimana dimaksudkan dalam butir c, dan dengan memperhatikan variable lain yangberpengaruh seperti : 1) Keterkaitan fungsi dan peran kawasan terpilih terhadap struktur dan sistem kota dalam kabupaten, 2) Kedudukan/status kawasan terhadap prioritas pengembangan SWP secara keseluruhan, 3) Dampak atau keuntungan dan atau kontribusi strategisyang dapat diberikanoleh kawasan terhadap kawasan perdesaan lain dieskitarnya. Ditetapkan DAFTAR CALON LOKASI KTP2D menurut prioritas serta dominasi potensinya. g. LEGALISASI HASIL IDENTIFIKASI Proses berikut ini adalah legalisasi hasil identifikasi menjadi DAFTAR LOKASI DEFINITIF KTP2D, yang dilakukan melalui forum khusus di tingkat Kabupaten. Forum mana pada dasarnya hanya Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 14
  • 18. merupakan forum formal untuk mengesahkan hasil identifikasi yang pelaksanaannya telah melibatkan berbagai pihak. Daftar lokasi KTP2D definitif ini, disahkan dengan Surat Keputusan Kepala Daerah dan dinformasikan ke Propinsi untuk diketahui dan ditindaklanjuti. Secara periodik daftar ini perlu ditinjau kembali, guna mengantisipasi perkembangan di lapangan dan penyesuaian terhadap kebijakan pembangunan pada tahun berjalan. 8. TINDAK LANJUT KEGIATAN IDENTIFIKASI a. Identifikasi Kebutuhan Investasi Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) Penyediaan PSD merupakan investasi yang mahal. Indikasi teknis terhadap kemungkinan pembangunannya perlu dilakukan dengan seksama. Kajian lanjut minimal harus telah mempertimbangkan : 1) Jenis konstruksi yang dapat dibangun berdasarkan kriteria teknis serta kelanjutan pengelolaan dan pemeliharaan oleh masyrakat. 2) Jumlah, jenis dan alokasi PSD yang perlu dibangun untuk memacu tumbuh dan berkembang kegiatan usaha ekonomi kawasan. 3) Perkiraan biaya investasi yang harus ditanamkan. b. Identifikasi Kegiatan Pokok dan Penunjang Kajian lebih mendalam terhadap kemungkinan pengembangan potensi dominan perlu dilakukan dalam rangka mengenali : 1) Kegiatan utama yang perlu didukung dan diupayakan pengembangannya. 2) Kegiatan pendukung yang perlu dihadirkan atau diperkirakan akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan kegiatan utama; sehingga perlu pula diantisipasi kebutuhan PSD-nya Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 15
  • 19. c. Alokasi Pendanaan di Tingkat Propinsi/ Kabupaten Antara lain ditujukan untuk : 1) Penyiapan RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) kawasan, yang akan menjadiacuabagi seluruh pihak terkait. Ketersediaan RPJM secara swadaya oleh Pemerintah Kabupaten sangat dianjurkan, sehingga memudahkan program sektor masuk mengisi pembangunan di kawasan. 2) Penyiapan masyrakat (social pre conditioning) yang akan erat kaitannya dengan penetapan pendekatan pembangunan yang dilakukan. 3) Penyiapan rencana detail pengembangan kegiatan utama untuk tahun berjalan. 9. PENUTUP Dokumen IDENTIFIKASI LOKASI KTP2D ini disimpan dan dikelola oleh Pemerintah Kabupaten. Bila perlu setiap tahun anggran baru dilakukan review (kajian ulang terhadap prioritas dan rangking kawasan yang terpilih). Selanjutnya secara bertahap ditindak lanjuti dengan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah atau RPJM untuk masing-masing lokasi KTP2D yang didalam penyusunannya lebih bernuansa pemberdayaan masyarakat terutama didalam penyusunan matriks program atau rencana tindak secara detil. Dalam hal penyusunan RPJM, telah pula disediakan Panduan Praktis yang dapat dipakai sebagai acuan bagai berbagai kalangan. Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa - 16
  • 20. PERANGKAT IDENTIFIKASI LOKASI KTP2D ALTERNATIF I Alternatif 1 dikhususkan untuk menilai desa-desa yang mempunyai data sangat lengkap, sehingga hasilnyapun sangat akurat. Hampir semua asupan data yang diproses mempunyai dasar yang legal, seperti jumlah penduduk, jumlah industri, dll langsung dimasukkan dalam sebagai komponen perhitungan yang dapat menentukan score desa.
  • 21. BAGAN ALIR PROSES PENENTUAN KTP2D TIDAK PENGITUNGAN APAKAH DESA POTENSI IDENTIFIKASI TERTINGGAL DESA (TAHAP I) AWAL SELURUH ATAU SEDANG KECAMATAN DESA DALAM IKUT PROGRAM (1) KECAMATAN PENGEMBANGAN (2) DARI CIPTA KARYA MASUKAN (3) DARI STAKEHOLDER YA RANGKING SELURUH DESA YANG MEMENUHI PERSYARATAN POIN 3 (HASIL PROSES TAHAP I) TIDAK DAPAT IKUT PROGRAM PENENTUAN AREA KTP2D KPT2D BERDASARKAN RANGKING DESA, RANGKING DESA DALAM KAWASAN KONDISI GEOGRAFIS, DAN PENENTUAN DAN JUMLAH DESA DPP, DESA DESA HINTERLAND DALAM 1 KTP2D SERTA KLASIFIKASI DESA DAN (3 / 4 / 5) KAWASAN PENGISIAN BORANG SKOR DESA DAN KTP2D (PERHITUNGAN PENGISIAN DATA RUANG UNTUK TAHAP II) KESIMPULAN (KONDISI EKSISTING DAN REKOMENDASI
  • 22. I. PROSES SELEKSI AWAL Formula Proses Penghitungan KTP2D dibagi menjadi 2 Tahap Penghitungan yaitu : Tahap 1 : Penghitungan Penentuan Kawasan KTP2D Sebelum dilakukan penghitungan untuk mencari DPP (Desa Pusat Pertumbuhan) terlebih dahulu ditentukan Kawasan KTP2D yang terdiri dari DPP dan Hinterland nya. Dalam 1 Kecamatan yang terdiri lebih dari (misalnya)10 desa dapat dibentuk lebih dari 1 (satu) KTP2D, berdasarkan pertimbangan effisiensi dan effektifitas penanganan dan pengelolaan serta dayadukung lahan juga aksesibilitas antar desa maka jumlah desa didalam KTP2D dibatasi minimal terdiri atas 3 desa dan maksimal 5 desa. Tahap 2 : Penghitungan Penentuan DPP dan Hinterland nya Setelah ditentukan kawasan KTP2D yang terdiri dari sejumlah Desa, proses selanjutnya adalah menghitung kembali desa desa yang ada dalam kawasan KTP2D untuk menentukan Desa DPP dan desa Hinterland Dasar penghitungan Tahap 1 sama seperti dasar penghitungan Tahap 2, hanya pada penghitungan Tahap I semua desa dihitung.. Setelah dilakukan penghitungan maka akan didapat satu Rekapitulasi Kecamatan. Data diurutkan berdasarkan Nilai Skor dimulai dari Skor tertinggi seperti Tabel dibawah ini. Data skor pada tabel tersebut sudah terisi secara otomatis dari hasil Borang penghitungan Pengisian Skor Desa. Sedangkan untuk data Kriteria yang terdiri dari 9 kolom harus diisi sesuai dengan kondisi Desa. Ke 9 kriteria tersebut adalah : 1) Desa-desa yang akan menjadi bagian KTP2D bukan desa tertinggal dan tidak sedang dalam melaksanakan program akselerasi dari pemerintah (Cipta Karya). Filter awal tersebut bisa didapatkan dari data sekunder baik yang didapat dari BPS Pusat atau data dari BPS Daerah maupun sumber lain. 2) Merupakan satu kesatuan kawasan perdesaan yang mempunyai potensi a Lamp I - 3
  • 23. Data skor pada tabel tersebut sudah terisi secara otomatis dari hasil Borang penghitungan Pengisian Skor Desa. Sedangkan untuk data Kriteria yang terdiri dari 9 kolom harus diisi sesuai dengan kondisi Desa. Ke 9 kriteria tersebut adalah : 1) Desa-desa yang akan menjadi bagian KTP2D bukan desa tertinggal dan tidak sedang dalam melaksanakan program akselerasi dari pemerintah (Cipta Karya). Filter awal tersebut bisa didapatkan dari data sekunder baik yang didapat dari BPS Pusat atau data dari BPS Daerah maupun sumber lain. 2) Merupakan satu kesatuan kawasan perdesaan yang mempunyai potensi andalan untuk cepat bertumbuh kembang. Artinya terbentuknya suatu sinergi dari factor social, ekonomi, budaya yang saling mendukung serta terdapatnya potensi khusus yang dapat diandalkan untuk mengembangkan ekonomi kawasan secara menyeluruh. 3) Kawasan yang rawan terkena bencana, seperti banjir, longsor, kawasan rentan gempa, serta pengaruh negative gunung berapi dan wabah penyakit yang bersifat periodik, dapat dipertimbangkan menjadi lokasi KTP2D asalkan memiliki potensi unggulan yang relatif sangat layak untuk dikembangkan 4) Menjadi prioritas pengembangan daerah yang berada dalam konteks pencapaian visi dan misi daerah (Rencana Strategis Daerah). 5) Merupakan kawasan strategis dalam system pusat-pusat pemukiman/pertumbuhan wilayah sehingga mampu menjadi lokomotif hinterlandnya dan berdaya tarik terhadap kontra-urbanisasi. 6) Mempunyai akses yang memadai, baik antar desa dalam kawasan maupun ke pusat-pusat lain di luar kawasan 7) Mempunyai sumber daya yang potensial sehingga mampu tumbuh secara mandiri dalam penguatan masyarakat, memacu keunggulan komparatif ekonomi masyarakat dan mempunyai kemampuan untuk mendayagunakan dan mengembangkan sarana dan prasarana pemukiman Lamp I - 4
  • 24. 8) Sikap masyarakat yang terbuka dan mudah menerima pembaharuan termasuk kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ini artinya keberhasilan program KTP2D sangat tergantung dari tingkat partisipasi dan kontribusi masyarakat pada kawasan tersebut. 9) Mempunyai kelembagaan dan kepemimpinan (formal atau informal) yang berjalan dengan baik. Pengisian Kriteria cukup diisi angka 1 untuk YA dan 0 untuk TIDAK. Untuk poin 1 apabila Ya maka Desa tersebut tidak dapat mengikuti program KTP2D dan poin 3 untuk Kawasan rawan bencana; Nilai 1 untuk Tidak Rawan Bencana dan Nilai 0 untuk Rawan Bencana. Langkah selanjutnya adalah Pengisian Data Tingkat Kemandirian Desa (TKD) yang terdiri dari (Swasembada, Swadaya dan Swakarsa). Data TKD dapat diambil dari data sekunder. Walaupun Nilai Tingkat Kemandirian Desa tidak bersifat Kuantitatif, namun Status TKD dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan DPP. Setelah data kriteria diisi maka Nilai Skor akan dijumlahkan dengan Nilai Kriteria dan ditulis di kolom Total Skor. II. PENGISIAN DATA POTENSI DESA Pengisian Data dimulai dari Borang Pengisian Skor Desa yang didapat dari Data Potensi Desa atau data Lapangan (survei) Sesuai dengan Buku Pedoman Identifikasi KTP2D terdapat aspek-aspek yang akan dihitung dalam proses identifikasi KTP2D yaitu : A. Potensi Sektor Unggulan B. Ketersediaan Prasarana Sarana Dasar untuk menunjang perkembangan produksi dan jasa C. Ketersediaan Prasarana Sarana Dasar melayani jasa-jasa publik D. Kondisi kependudukan untuk memenuhi skala ekonomi dan pelayanan sosial ekonomi desa E. Akses terhadap desa ke desa sekitarnya Lamp I - 5
  • 25. F. Akses desa ke kota terdekat Setiap Aspek tersebut akan diberi Nilai Bobot yang berbeda disesuaikan pada keseimbangan Potensi desa / kawasan. Dibawah ini akan dijelaskan proses penghitungan aspek-aspek tersebut hingga dapat menghasilkan satu Rekapitulasi penghitungan yang akan dijadikan sebagai bahan dalam menentukan kawasan KTP2D, klasifikasi kawasan, Desa DPP dan desa Hinterland serta klasifikasi masing masing desa. A. Potensi Sektor Unggulan Produksi dan Jasa sebagai Penggerak Pertumbuhan: BOBOT (20%) Bagian ini meliputi : A.1. Bidang Kegiatan Ekonomi Masyarakat atau Rumah Tangga Ekonomi (20%) a. Industri, Pariwisata dan Kerajinan (40) Nilai 100, sebagai b. Perdagangan, Pariwisata dan Jasa (30) nilai kesatuan c. Pertanian dan Perkebunan (20) terbesar pada setiap d. Lainnya (10) tahapan Penjelasan : a. Kolom per desa diisi sesuai dengan data Potensi Desa, setelah semua data diisi selanjutnya data dijumlahkan kebawah untuk mendapatkan Nilai Pembagi. b. Kolom Bobot berisi Nilai 40,30,20,10 adalah nilai bobot yang telah didefinisikan sebelumnya. c. Nilai bobot per desa adalah hasil perkalian Data Potensi Desa / Nilai Pembagi x Bobot d. Kolom Skor merupakan penjumlahan dari hasil penghitungan Nilai Bobot Lamp I - 6
  • 26. e. Kolom 20% dari A didapat dari Perkalian Skor per desa x 20 % (20 % adalah nilai bobot untuk ”Potensi Sektor Unggulan Produksi dan Jasa sebagai Penggerak Pertumbuhan”). f. Kolom 20 % dari Total didapat dari hasil Perkalian Nilai 20% dari A x 20% (20 % adalah nilai bobot untuk ”Potensi Sektor Unggulan Produksi dan Jasa sebagai Penggerak Pertumbuhan” g. Nilai 20 % dari Total per desa akan dijumlahkan dengan Nilai dari aspek lainnya dan akan terlihat pada ”Tabel Rekapitulasi Pengisian Data KTP2D” MATRIK ISIAN A.1 dan A.2 Contoh Penghitungan Desa : Data Jumlah Industri Kecil dan Kerajinan di Desa diisi sesuai data yang berasal dari Potensi desa juga data Perdagangan dan Jasa serta data Pertanian dan Perkebunan. Lamp I - 7
  • 27. Setelah data di isi maka sistem akan menghitung secara otomatis sesuai bobot yang sudah didefinisikan sebelumnya. Data perhitungan tersebut akan diisikan kedalam kolom 40,30,20,10 Kolom Skor berisi akumulasi data kolom bobot Kolom 20 % dari A berisi data perhitungan dari Kolom Skor x 20 % (Nilai 20 % adalah bobot untuk Aspek A.1) Kolom 20 % dari Total berisi data perhitungan dari Kolom 20 % dari A x 20 % (Nilai 20 % adalah bobot untuk Aspek A) demikian juga untuk item A.2 dan seterusnya A.2. Badan Pengelolaan Kegiatan Ekonomi Masyarakat BOBOT (20%) a. Badan Usaha / Perusahaan (55) b. Koperasi/Organisasi Petani (45) Form Isian A.2 berisi jumlah Badan Usaha / Perusahaan yang mengelola Kegiatan Ekonomi serta jumlah Koperasi / Organisasi Petani. A.3. Jumlah Pabrik/Industri BOBOT (20%) a. > 5 (50) b. 2 – 4 (35) c. < 2 (15) Berisi jumlah Pabrik / Industri Besar ; Jika desa tersebut memiliki > 5 pabrik maka isi kolom dengan angka 50, untuk jumlah 2-4 pabrik isi angka 35 dan jika hanua ada 1 isi 15. A.4. Sektor Ekonomi Potensial BOBOT (20%) a. Industri Besar dan Sedang (30) b. Perdagangan dan Jasa (30) c. Industri Kecil (20) d. Sawah/Perkebunan (15) e. Perikanan/Pertanian Lahan Kering (5) Berisi data sektor ekonomi potensial yang terdapat di desa; yang terdiri dari Jumlah Industri Besar dan sedang, Perdagangan dan Jasa, Industri Kecil, Sawah dan Perkebunan serta Perikanan, yang masing masing memiliki Nilai Bobot. Lamp I - 8
  • 28. A.5. Tingkat Pendapatan Dominan Masyarakat BOBOT (20%) a. < Rp 800.000 per bln (10) b. Rp 800 rb s/d Rp 1.4 juta per bln (20) c. Rp 1.4 juta s/d Rp 2 juta per bln (30) d. > Rp 2 juta per bln (40) Berisi data penghasilan rata rata warga desa per bulan B. Ketersedian Prasarana Sarana Dasar Penunjang Produksi Dan Jasa B.1. Sarana Listrik BOBOT (25%) a. Dilayani PLN (50) b. Non PLN (35) c. Lainnya (15) Berisi data jumlah warga yang sudah memakai PLN, Non PLN (Genset) atau Lainnya (Minyak Tanah) B.2. Sarana Telepon BOBOT ( 20%) a. Jumlah Telepon Rumah Tangga / Pribadi (75) b. Telepon Umum (25) c. Tidak Ada (0) Berisi data jumlah warga yang sudah memiliki Sambungan Telepon atau Telepon Umum yang terdapat di Desa tersebut. B.3. Penyediaan Air Bersih BOBOT (10%) a. PAM / PDAM (60) b. Air Sumur / Pompa (40) c. Lainnya (Air Hujan / Sungai) (0) Berisi data jumlah warga yang sudah memakai fasilitas PAM/PDAM; Pemakai Sumur atau jumlah warga yang mengambil air dari sungai untuk dipergunakan sebagai air bersih B.4. Sarana Air Limah BOBOT (10%) a. Dialirkan ke Riol kota /Pengolahan Limbah (50) b. Septitank / cubluk (40) c. Sungai (10) Lamp I - 9
  • 29. Berisi data jumlah warga pembuangan limbahnya sudah dikelola oleh Pemda/Swasta ; pembuangan limbahnya ke Septitank atau sungai. B.5. Sarana Persampahan BOBOT (10%) a. Diangkut oleh truk Pemda/Swasta TPA (60) b. Dikelola lingkungan (40) c. Lainnya (tanpa lokasi pembuangan) (0) Berisi data jumlah warga pembuangan sampahnya sudah dikelola oleh Pemda/Swasta ; pembuangan sampahnya dikelola oleh lingkungan atau tanpa lokasi pembuangan) B.6. Drainage BOBOT (10%) a. Kesaluran Drainage (50) b. Dialirkan ke sumur resapan (40) c. Lainnya (tanpa lokasi pembuangan) (0) Berisi data jumlah warga yang lingkungannya sudah memiliki saluran drainage atau dialirkan ke sumur resapan atau lainnya. B.7. Sarana Pengairan/Irigasi Drainage (15%) a. Primer (50) b. Sekunder (35) c. Lainnya (15) Berisi data jumlah warga yang lingkungannya sudah memiliki saluran drainage atau dialirkan ke sumur resapan atau lainnya. C. Pendukung Pelayanan Jasa-jasa Publik BOBOT (20%) C.1. Fasilitas Perdagangan / Pasar BOBOT (30%) a. Pasar Modern/Induk (50) b. Pasar Tradisional Pertokoan (35) c. Toko / warung (15) Berisi data jumlah pasar yang dimiliki oleh desa tersebut; baik Pasar Modern, Pertokoan / pasar tradisonal ataupun toko / warung C.2. Fasilitas Perkreditan BOBOT (20%) Lamp I - 10
  • 30. a. Bank (45) b. KUD (35) c. Koperasi lainnya (20) Berisi data jumlah Bank (bank umum atau BPR), KUD atau koperasi lainnya yang dapat menyalurkan kredit kepada warga C.3. Fasilitas Pendidikan BOBOT (10%) a. Perguruan Tinggi (50) b. SMTA/Madrasah Aliyah (35) c. SMTP/Madrasah Tsanawiyah (10) d. SD/Madrasah Ibtidaiyah (5) Berisi data jumlah Sekolah SD, SLTP, SLTA maupun Perguruan Tinggi di masing masing desa termasuk sekolah pendidikan agama diisi sesuai dengan tingkatan sekolah umum. C.4. Lususan Strata Pendidikan BOBOT (10%) a. Perguruan Tinggi/Akademi (50) b. SMTA/Madrasah Aliyah (35) c. SMTP/Madrasah Tsanawiyah (10) d. SD/Madrasah Ibtidaiyah (5) Berisi data jumlah lulusan strata pendidikan sesuai dengan tingkatan akademik termasuk lulusan sekolah Agama dan Kejuruan. C.5. Fasilitas Kesehatan BOBOT ( 5%) a. Rumah Sakit/RSB (50) b. Puskesmas (35) c. Balai Kesehatan/Poliklinik (15) Berisi data jumlah Sarana kesehatan ; Jumlah Rumah Sakit / RSB, Puskesmas dan juga Poliklinik, Balai Kesehatan ataupun Pustu (Puskermas Pembantu) C.6. Fasilitas Kantor Pos BOBOT ( 5%) a. Ada (100) b. Tidak ada (0) Berisi data jumlah Kantor Pos di desa. Lamp I - 11
  • 31. C.7. Fasilitas olah raga BOBOT ( 5%) a. Lap. Sepakbola (50) b. Lap. Volley (35) c. Lainnya (15) Berisi data jumlah Lapangan Sepak Bola, Volley atau lainnya(Basket, Badminton dll) C.8. Fasilitas Rekreasi BOBOT ( 5%) a. Bioskop (50) b. Taman Hiburan (25) c. Lainnya (25) Berisi data jumlah sarana hiburan yaitu : Bioskop, taman hiburan dll C.9. Perumahan menurut jenis dinding BOBOT (10%) a. Tembok ( 50) b. Setengah tembok (35) c. Lainnya (15) Berisi data jumlah rumah warga desa menurut jenis dindingnya yaitu : tembok (permanen), setengah tembok (semi permanen) atau lainnya (kayu, bambu dll) D. Kondisi Kependudukan Terkait Skala Ekonomi BOBOT (15%) D.1. Kepadatan Penduduk BOBOT (35%) Kepadatan penduduk (kepadatan diberi nilai 100, dianggap sebagai kesatuan potensi yang utuh) Isi data Jumlah kepadatan penduduk masing masing desa. D.2. Jumlah Penduduk BOBOT (35%) Jumlah penduduk (jumlah diberi nilai 100, dianggap sebagai kesatuan potensi yang utuh) Isi data Jumlah Penduduk masing masing desa. Lamp I - 12
  • 32. D.3. Kelembagaan Masyarakat BOBOT (30%) a. LKMD (45) b. LMD (45) c. Lainnya (10) Berisi data jumlah kelembagaan masyarakat yang ada di desa antara lain : LKMD, LMD dan lainnya E. Kwalitas prasarana dan Aksesibilitas internal kawasan (15%) E.1. Kualitas Prasarana Jalan BOBOT (20%) a. Aspal/Beton (60) b. Perkerasan bukan Aspal/Beton (30) c. Tanah (10) Berisi data panjang jalan yang sudah diaspal, sudah diperkeras dan jalan yang masih tanah E.2. Pendukung Sarana Sistem Transportasi BOBOT (10%) a. Terminal (50) b. Lainnya (dermaga sungai / pantai) (50) c. Lainnya (0) Berisi jumlah sarana pendukung transportasi yaitu : Terminal Bus/Angkot, Dermaga, pangkalan dll. E.3. Moda Angkuan BOBOT (15%) a. Bus Umum / Truk (30) b. Angkutan Pedesaan Roda 4/3 (30) c. Kendaraan Roda 2 / Ojek / Spd. motor (10) d. Kapal / Perahu (20) e. Delman / Gerobak dan sejenisnya (10) Berisi data jumlah alat transportasi yang dimiliki warga desa baik untuk umum ataupun pribadi E.4. Apakah akses dari satu desa ke desa lain yang terdekat dalam kawasan BOBOT (20%) a. Ada ke semua desa (50) Lamp I - 13
  • 33. b. Ada ke sebagian desa (35) c. Tidak ada (15) Berisi data adanya akses jalan dari satu desa ke desa lainnya dalam satu kawasan; Jika ada kesemua desa isi dengan angka 50, jika hanya sebagian desa isi dengan 35 dan jika belum ada sama sekali akses tersebut isi dengan 15 E.5. Apakah ada pergerakan barang antar desa dalam kawasan BOBOT (20%) a. Ada ke semua desa (60) b. Ada ke sebagian desa (40) c. Tidak ada (0) Berisi data adanya pergerakan Barang dari satu desa ke desa lainnya dalam satu kawasan; Jika ada kesemua desa isi dengan angka 60, jika hanya sebagian desa isi dengan 40 E.6. Apakah ada pergerakan orang antar desa dalam kawasan (20%) a. Ada ke semua desa (50) b. Ada ke sebagian desa (35) c. Tidak ada (0) Berisi data adanya pergerakan Orang dari satu desa ke desa lainnya dalam satu kawasan; Jika ada kesemua desa isi dengan angka 60, jika hanya sebagian desa isi dengan 40 F. Tingkat Aksesibilitas Eksternal Kawasan BOBOT (15%) F.1. Jarak Pusat Desa desa dalam kawasan dengan Kota orde yang lebih tinggi diluar kawasan Terdekat BOBOT (50%) a. > 10 km (15) b. 6 – 10 km (35) c. < 5 km (50) Berisi data Jarak tempuh dari desa dalam kawasan ke kota dengan orde yang lebih tinggi (Kota Kecamatan). Jika jarak tempuh < 5 km isi dengan angka 50, jika jarak tempuh antara 6 – 10 km isi dengan 35 dan jika jarak tempuh lebih dari 10 km isi dengan 15 Lamp I - 14
  • 34. F.2. Waktu Tempuh dari DPP/Desa dalam kawasan ke Kota / orde yang lebih tinggi diluar kawasan Terdekat dengan menggunakan sarana tercepat yang ada BOBOT (50%) a. > 3 jam (15) b. 1 – 3 jam (35) c. < 1 jam (50) Berisi data Waktu tempuh dari desa dalam kawasan ke kota dengan orde yang lebih tinggi (desa ke Kota Kecamatan). Jika Waktu tempuh < 1 jam isi dengan angka 50, jika waktu tempuh antara 1 – 3 jam isi dengan 35 dan jika waktu tempuh lebih dari 3 jam diisi angka 15 Demikian uraian dari masing masing Aspek dalam kaitannya dengan penghitungan formula KTP2D. Hasil penghitungan tersebut diisikan kedalam Tabel ”Rekapitulasi Pengisian Data KTP2D” (Jika pengisian data dilakukan dengan bantuan Komputer dengan software Microsoft Excel maka sistem akan mengisi secara otomatis semua hasil penghitungan yang telah dilakukan di Matrik A1 s/d Matrik F2 tersebut kedalam Tabel Rekapitulasi ini) Lamp I - 15
  • 35. III. REKAPITULASI DATA KTP2D (Format Matriks) MATRIK ISIAN REKAP Pengisian kolom A1 s.d F2 diambil dari penghitungan masing nasing aspek (A1-F2) seperti yang telah diuraikan diatas. Nilai tersebut akan dijumlah dan diisikan pada Kolom Total Skor Desa untuk masing masing desa Nilai Total Skor Desa tersebut dijumlahkan kebawah untuk mendapatkan Total Skor Kawasan. Nilai Total Skor Desa tersebut dijadikan indeks 100 dengan cara : Total Skor Desa / Nilai Total Kawasan x 100 mendapatkan Total Nilai Kawasan sebesar 100. Nilai tersebut diisikan di kolom Skor Akhir (Indeks 100) Dari Nilai Skor Akhir tersebut, Desa dapat diklasifikasikan sesuai dengan Klasifikasi Desa sesuai tabel dibawah ini : Lamp I - 16
  • 36. Data Klasifikasi desa diisikan kedalam kolom Klasifikasi Desa / KTP2D Selain Data Skor diisi juga data Tingkat Kemandirian Desa (Swasembada, Swakarya dan Swadaya), data ini dapat menjadi Nilai Tambah untuk menentukan DPP. Kolom Keterangan berisi keterangan Status Desa KTP2D (DPP / Hinterland) Penentuan Klasifikasi Kawasan disesuaikan dengan Total Skor Kawasan Lamp I - 17
  • 37. IV. REKAPITULASI PENGHITUNGAN DATA (Format Tabel/Borang) Lamp I - 18
  • 38. Ruang terakhir yang harus diisi adalah Ruang Kesimpulan dan Rekomendasi seperti contoh diatas Data Skor berasal dari Matrik penghitungan detil aspek-aspek yang telah dilakukan diatas mulai dari A.1 s/d F.2 Skor yang diberi kurung kurawa <> merupakan total skor maksimal Kolom Keterangan (Jelaskan secara spesifik bentuk, jenis dan skala serta nama desanya) harus diisi untuk menjelaskan kondisi data, karena yang tertera pada Matrik ini hanya Nilai Penghitungan Kesimpulan Kondisi Eksisting berisi kesimpulan umum mengenai kondisi desa desa dengan segala kekurangan dan kelebihan dari masing masing desa Rekomendasi Indikasi Program : berisi Indikasi Program yang dapat/harus dilaksanakan untuk menjalankan Program KTP2D Lamp I - 19
  • 39. LAMPIRAN - 2 PERANGKAT IDENTIFIKASI LOKASI KTP2D ALTERNATIF II Alternatif 2 diperuntukkan bagi desa-desa yang lemah dalam data, atau bahkan sulit sekali didapatkan data tertulis. Cara pada alternatif 2 ini mensyaratkan surveyor yang handal dan tidak hanya satu orang melainkan berupa tim karena harus melakukan keputusan-keputusan dan mentransfer kondisi existing yang kualitatif menjadi nilai kwantitatif. Surveyor harus benar-benar memahami cara ini. LAMP 2 - 1
  • 40. LAMPIRAN 2 KRITERIA PEMILIHAN KAWASAN TERPILIH PUSAT PENGEMBANGAN DESA (alternatif 2) Dari pendekatan penentuan KTP2D perlu memperhatikan aspek-aspek berikut : A. KTP2D merupakan satu kesatuan kawasan perdesaan B. KTP2D tidak meliputi kawasan yang memiliki ciri perkotaan C. KTP2D tidak meliputi pusat-pusat pemerintahan dan daerah hinterland-nya D. Kemampuan Berproduksi E. Kemampuan Mengembangkan Kegiatan F. Kemampuan Mengembangkan Kelembagaan G. Kemampuan Meningkatkan Sumber Daya Manusia Untuk dapat menggabungkan keseluruhan pertimbangan tersebut digunakan data PODES. Data Dasar diperkaya dengan data tata ruang dan geografi wilayah serta pengecekan dan diskusi dengan pemerintah daerah. Pada tahap pertama dilakukan penyeleksian desa-desa yang TIDAK memiliki CIRI PERKOTAAN dan tidak termasuk PUSAT- PUSAT PEMERINTAHAN DAN HINTERLANDNYA. Secara Skematis Flow Chart dapat dilihat pada gambar dibawah berikut. LAMP 2 -2
  • 41. LAMPIRAN 2 Proses Penentuan Alternatif Lokasi KTP2D Selanjutnya tahap kedua adalah penentuan Desa Pusat Pertumbuhan dengan menentukan nilai desa untuk kondisi mengenai aspek-aspek D sampai G sebagai berikut : LAMP 2 -3
  • 42. LAMPIRAN 2 A. Kemampuan Berproduksi Tabel 1 Kriteria Kemampuan Berproduksi Sistem Faktor Variabel Kriteria Bobot Nilai Keterangan Nilai 25% Produksi 50% Produktivitas 40% Tinggi 60 3,00 Sesuai dengan komoditi standar produktivitas komoditi Sedang 30 1,50 Rendah 10 0,50 Nilai tambah 30% Tinggi 60 2,25 dari bahan KEMAMPUAN BERPRODUKSI komoditas mentah diproses sampai menjadi barang siap pakai/barang jadi Sedang 30 1,13 dari bahan mentah diproses sampai menjadi bahan baku/barang setengah jadi Rendah 10 0,38 hanya menghasilkan bahan mentah saja Sistem 30% Tinggi 60 2,25 sudah tersedia pengelolaan badan pengelola dan berjalan LAMP 2 -4
  • 43. LAMPIRAN 2 Sistem Faktor Variabel Kriteria Bobot Nilai Keterangan Nilai komoditas/jasa dengan baik Sedang 30 1,13 sudah tersedia badan pengelola namun belum berjalan dengan baik Rendah 10 0,38 belum memiliki badan pengelola Pasar 30% Jangkauan 40% Tinggi 60 1,80 pemasarannya pemasaran sudah keluar kecamatan Sedang 30 0,90 pemasarannya keluar desa dalam kecamatan Rendah 10 0,30 pemasarannya dalam desa saja keberadaan 30% Tinggi 60 1,35 ada jaringan dan jaringan berjalan secara pemasaran rutin/baik komoditas/jasa Sedang 30 0,68 ada jaringan, tapi tidak menentu/berjalan secara rutin/baik LAMP 2 -5
  • 44. LAMPIRAN 2 Sistem Faktor Variabel Kriteria Bobot Nilai Keterangan Nilai Rendah 10 0,23 tidak ada jaringan sama sekali Keterkaiatan 30% Ada 70 1,58 dengan sektor lain (Aglomerasi antar sektor) Tidak 30 0,68 Ada Tenaga 20% Penyerapan 50% Tinggi 60 1,50 dapat menyerap Kerja asal tenaga tenaga kerja dari kerja yang luar kecamatan terlibat Sedang 30 0,75 dapat menyerap tenaga kerja dari luar desa dalam kecamatan Rendah 10 0,25 hanya menyerap tenaga kerja dari dalam desa saja Spesifikasi 30% Ada 80 1,20 Tenaga Kerja (keberagaman keterampilan yang terlibat Tidak 20 0,30 dalam sitem Ada produksi komoditas/ Jasa) LAMP 2 -6
  • 45. LAMPIRAN 2 Sistem Faktor Variabel Kriteria Bobot Nilai Keterangan Nilai Persentase 20% Tinggi 60 0,60 > 80 % penduduk desa bekerja di sektor utama Sedang 30 0,30 80 - 60 % Rendah 10 0,10 < 60 % B. Kemampuan Mengembangkan Kegiatan Tabel 2 Kriteria Kemampuan Mengembangkan Kegiatan Faktor Variabel Kriteria Sistem Nilai Bobot Nilai Keterangan Prasarana 10% Pelayanan 100% PLN 60 2,10 sumber listrik Listrik listrik berasal dari PLN KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN KEGIATAN Non-PLN 30 1,05 sumber listrik berasal Non PLN mis. mesin diesel Tidak ada 10 0,35 Tidak ada listrik Prasarana Air 10% Pelayanan air 100% PDAM 60 2,10 sumber air 35% Bersih bersih bersih masyarakat diperoleh dari PDAM (sistem perpipaan, ledeng) Non-PDAM 30 1,05 sumber air bersih masyarakat diperoleh dari Non-PDAM (sumur pompa LAMP 2 -7
  • 46. LAMPIRAN 2 Faktor Variabel Kriteria Sistem Nilai Bobot Nilai Keterangan tangan, sumur gali) Tidak ada 10 0,35 sumber air bersih masyarakat diperoleh dari sungai, air hujan dsb Prasarana 10% pola 100% Tempat 60 2,10 masyarakat Persampahan pembuangan Sampah + mendaur sampah Diangkut ulang sampah atau terdapat badan pendaur ulang sampah Dalam 30 1,05 tersedia TPS lubang/dibakar Tidak ada 10 0,35 masyarakat membuang sampah sendiri dengan cara ditimbun dan dibakar Prasarana 10% Pelayanan 50% Telepon 60 1,05 Masyarakat Telepon telepon Rumah pada umumnya memiliki telepon rumah Telepon 30 0,53 Masyarakat Umum pada umumnya menggunakan telepon umum 10 0,18 Tidak terdapat Tidak ada telepon Sinyal GSM 50% Kuat 60 1,05 Lemah 30 0,53 LAMP 2 -8
  • 47. LAMPIRAN 2 Faktor Variabel Kriteria Sistem Nilai Bobot Nilai Keterangan Tidak ada 10 0,18 Prasarana 10% Jarak antara 35% 10-20 km 60 0,74 jalan desa dengan 20-30 km 25 0,31 ibukota terdekat > 30 km 15 0,18 Moda 35% Kendaraan 40 0,49 angkutan Bermotor antara desa Roda 3 atau dengan lebih ibukota Kendaraan 30 0,37 terdekat Bermotor Roda 2 Perahu 20 0,25 Bermotor Kendaraan 10 0,12 Tidak Bermotor Kualitas 30% Aspal 60 0,63 Jalan Diperkeras 30 0,32 Tanah 10 0,11 Sarana 10% Jenis sarana 50% Poliklinik 35 0,61 Kesehatan kesehatan Puskesmas 25 0,44 Puskesmas 20 0,35 Pembantu Posyandu 10 0,18 Polindes 10 0,18 Akses ke 50% Sangat Mudah 60 1,05 Sarana Puskesmas kesehatan Terdekat dimanfaatkan oleh desa- desa sekitarnya Mudah 30 0,53 Sarana kesehatan dimanfaatkan hanya oleh desa ini Sulit 10 0,18 Sarana kesehatan dimanfaatkan LAMP 2 -9
  • 48. LAMPIRAN 2 Faktor Variabel Kriteria Sistem Nilai Bobot Nilai Keterangan hanya oleh desa ini Sangat Sulit 0 0,00 Sarana kesehatan dimanfaatkan hanya oleh desa ini Sarana 10% Jenis sarana 60% SLTP 60 1,26 Pendidikan pendidikan SD 30 0,63 TK 10 0,21 Lembaga 40% Ada 80 1,12 Keterampilan Tidakada 20 0,28 Sarana 10% Jenis sarana 100% Lap. Sepak 60 2,10 Olahraga olahraga Bola Lap. Volley 30 1,05 Lap. 10 0,35 Bulutangkis Sarana 10% Jenis Sarana 50% Pasar 45 0,79 Perekonomian Perdagangan Pertokoaan 30 0,53 Warung 20 0,35 Tidak ada 5 0,21 Lembaga 30% Ada 70 0,74 perkrediatan/ Tidak Ada 30 0,32 Koperasi Lembaga 20% Ada 70 0,49 keuangan Tidak Ada 30 0,21 informal Sarana 10% Terminal 100% Ada 70 2,45 Transportasi Tidak ada 30 1,05 LAMP 2 -10
  • 49. LAMPIRAN 2 C. Kemampuan Mengembangkan Kelembagaan Tabel 3 Kriteria Kemampuan Mengembangkan Kelembagaan Faktor Variabel Kriteria Sistem Nilai Bobot Nilai Keterangan Kemandirian 45% Tingkat 100% Swadaya 60 2,70 KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN Desa Kemandirian Swakarsa 30 1,35 Desa Swasembada 10 0,45 KELEMBAGAAN Kelembagaan 35% Tipe LKMD 50% Tipe I 60 1,05 Masyarakat Tipe II 30 0,53 10% Tipe III 10 0,18 Keberadaan 50% Ada 80 1,40 LMD Tidak Ada 20 0,35 Program 20% Keberadaan 100% Ada 80 1,60 Program Tidak Ada 20 0,40 D. Kemampuan Meningkatkan Sumber Daya Manusia Tabel 4 Kriteria Kemampuan Meningkatkan Sumber Daya Manusia Faktor Variabel Kriteria Sistem Nilai Bobot Nilai Keterangan 35% Pendidikan 35% Tingkat 100% Akademi/universitas 40 4,20 KEMAMPUAN MENINGKATKAN Pendidikan SMU 30 3,15 SLTP 20 1,58 SD 10 0,53 SDM Keterampilan 30% Keterampilan 100% Tinggi 70 6,30 Keterampilan Tenaga luas, Kerja Pelatihan Silang (Broad Skills, Cross- Training) LAMP 2 -11
  • 50. LAMPIRAN 2 Faktor Variabel Kriteria Sistem Nilai Bobot Nilai Keterangan Rendah 30 2,70 Keterampilan Khusus Pekerjaan (Job-specific Skills) Karakteristik 35% Jumlah 50% >1000 jiwa 60 3,15 penduduk Penduduk 1000 - 500 jiwa 30 1,58 < 500 jiwa 10 0,53 Kepadatan 50% > 30 jiwa/km2 60 3,15 penduduk 30-10 jiwa/km2 30 1,58 <10 jiwa/km2 10 0,53 Berdasarkan Tabel-tabel diatas, rentang nilai yang digunakan dalam penentuan Desa Pusat Pertumbuhan berkisar antara 13,76 – 59,94. Dari rentang nilai tersebut maka desa – desa dengan kelompok nilai : 1. 38,00 – 59,94 dikategorikan sebagai Desa Cepat Berkembang dan direkomendasikan sebagai Desa Pusat Pertumbuhan 2. 35,40 – 38,00 dikategorikan sebagai Desa Sedang Berkembang dan apabila desa tersebut berbatasan langsung dengan desa cepat berkembang direkomendasikan sebagai desa hinterland. 3. 13,76 – 35,40 dikategorikan sebagai Desa Belum Berkembang dan dan apabila desa tersebut berbatasan langsung dengan desa cepat berkembang direkomendasikan sebagai desa hinterland. Skema Penentuan Desa Pusat Pertumbuhan dan Hinterlandnya dapat dilihat pada gambar dibawah berikut ini. LAMP 2 -12
  • 51. LAMPIRAN 2 Gambar 2 Proses Penentuan Desa Pusat Pertumbuhan dan Desa Hinterland Selain hal tersebut, prioritas penanganan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) diukur berdasarkan rentang nilai dari masing-masing kriteria penentuan Desa Pusat Pertumbuhan. 1. Kemampuan Berproduksi (3,10 -15,53) 2. Kemampuan Mengembangan Kegiatan (4,49 – 20,86) 3. Kemampuan Mengembangkan Kelembagaan (1,38 – 6,75) 4. Kemampuan Meningkatankan Sumber Daya Manusia (4,80 - 16,80) Selanjutnya Nilai kemampuan masing-masing desa dihitung persentasenya (%) terhadap nilai tertinggi dari masng-masing kemampuan. Hal ini untuk mempermudah dalam menentukan prioritas penanganan KTP2D. Prioritas penanganan KTP2D ditunjukan oleh nilai persentase terkecil pada setiap aspek-aspek penilaian. LAMP 2 -13
  • 52. LAMPIRAN 2 Contoh : Hasil skoring terhadap desa-desa di suatu kabupaten yang telah diseleksi berdasarkan ciri perkotaan dan pusat- pusat pemerintahan berikut daerah hinterland-nya dan membentuk suatu kesatuan kawasan adalah sebagai berikut : Tabel 5 Penentuan Desa Pusat Pertumbuhan DESA NILAI KATEGORI DESA DPP/HINTERLAND A 46,13 Desa Cepat Berkembang DPP B 37,70 Desa Sedang Berkembang Hinterland C 36,89 Desa Belum Berkembang Hinterland Tabel 6 Penentuan Prioritas Penanganan Desa ASPEK PENILAIAN A B C Kemampuan Berproduksi 10,98 71% 12,05 78% 9,55 61% Kemampuan Mengembangkan Kegiatan 14,74 71% 10,54 51% 11,52 55% Kemampuan Mengembangkan Kelembagaan 6,23 92% 3,68 55% 3,48 52% Kemampuan Meningkatan SDM 14,18 84% 11,43 68% 12,34 73% TOTAL 46,13 - 37,70 - 36,89 - Prioritas Penanganan Produksi/Kegiatan Kegiatan Kelembagaan LAMP 2 -14
  • 53. LAMPIRAN 2 Catatan : Berdasarkan hasil perbandingan antara pedoman yang lama dengan yang baru terdapat perbedaan-perbedaan sebagai berikut : 1. Istilah “Desa Tertinggal” pada pedoman yang lama diganti dengan “Desa Belum Berkembang”. 2. Kriteria umum lokasi KTP2D “Bukan Kawasan Rawan Bencana” pada pedoman yang lama tidak dipergunakan lagi pada pedoman yang baru, hal ini akan memberikan kesempatan bagi kawasan yang rawan bencana tetapi memiliki potensi dominan. Penanganan kawasan rawan bencana diasumsikan menggunakan teknologi yang mampu mengatasi daerah rawan bencana. Mis. Rumah tahan gempa pada lokasi KTP2D yang dindikasikan sebagai kawasan rawan gempa. 3. Proses Penentuan Lokasi KTP2D pada pedoman baru dilakukan dengan terlebih dahulu menseleksi desa-desa pada suatu kabupaten, sehingga desa-desa yang dindikasikan memiliki ciri perkotaan dan termasuk dalam pusat-pusat pemerintahan dan daerah hinterlandnya, tidak dilibatkan dalam proses penentuan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP). 4. Proses penentuan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) pada pedoman yang baru menggunakan 4 (empat) kriteria yaitu, Kemampuan Berproduksi, Kemampuan Mengembangkan Kegiatan, Kemampuan Mengembangkan Kelembagaan dan Kemampuan Meningkatkan Sumber Daya Manusia, hal tersebut merupakan bentuk pendekatan yang dipergunakan yaitu Pendekatan ekonomi lokal yang berbasis pada kemampuan desa sebagai “Good Village”. 5. Selain, penentuan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dan Desa Hinterland. Pada pedoman baru dapat pula ditentukan prioritas penanganan berdasarkan persentase nilai masing-masing kemampuan. LAMP 2 -15
  • 54. LAMPIRAN 3 PERANGKAT IDENTIFIKASI LOKASI KTP2D ALTERNATIF III Alternatif 3 ini lebih mudah diterapkan, bisa dipergunakan untuk desa-desa yang datanya ‘kurang’ lengkap namun untuk beberapa hal sudah tersedia dengan baik. Hasilnya tidak dapat seakurat pada scoring system yang dilakukan pada alternatif 1. LAMP. 3 - 1
  • 55. LAMPIRAN 3 DIAGRAM 2.1 PANDUAN TAHAPAN IDENTIFIKASI LOKASI KTP2D Tahapan – 9 : 2 BEBAS DARI GANGGUAN Tahapan – 10 : 3 PENGHARGAAN TERHADAP DESA Tahapan 12 Tahapan 1 Tahapan – 11 : PROSES PENETAPAN 4 PENILAIAN DAERAH KETEKAITANYA DENGAN MASING-2 KECAMATAN SISTIM KOTA KRITERIA DAFTAR IDENTIFIKASI LOKASI DAN POTENSI YANG Tahapan 2 – 8 : DAPAT DIKEMBANG 1 TINGKAT POTENSI YANG KAN DAPAT DIKEMBANGKAN LAMP. 3 - 2
  • 56. LAMPIRAN 3 Diagram 2.2. IDENTIFIKASI LOKASI KAWASAN TERPILIH PUSAT PENGEMBANGAN DESA Tahapan – 9 : 2 Desa bebas dari gangguan Tahapan – 10 : 3 Penghargaan Terhadap Desa Tahapan 1 : Tahapan 12 : Tahapan – 11 : PENETAPAN 4 PROSES DAERAH Kajian Keterkaitan KTP2D PENILAIAN KECAMATAN dengan sistem kota MASING-2 KRITERIA Tahapan 2 : Tahapan 3 : Tahapan 4 : Potensi sektor Memiliki PSU unt. Memiliki PSU unggulan menunjang untuk pelayanan DAFTAR produksi dan jasa perkembangan jasa-jasa publik IDENTIFIKASI sebagai produksi & jasa Penggerak LOKASI KTP2D pertumbuhan DAN POTENSI YANG DAPAT Tahapan 6 : Tahapan 8 : DIKEMBANGKAN Mempunyai Mempunyai lokasi Tahapan 5 : kelembagaan yang mudah masyarakat dijangkau Daerah Mempunyai Propinsi dan jumlah penduduk Kabupaten, atau yang cukup untuk mempunyai akses memenuhi skala Tahapan 7 : yang baik ekonomi dan terhadap kota untuk pelayanan Mempunyai dan desa-desa di sosial ekonomi kelembagaan sekitarnya masyarakat LAMP. 3 - 3