Ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat atau kurang:
Sejarah penghimpunan hadits dimulai sejak masa Rasulullah SAW hingga masa tabi'in, dengan perkembangan yang berbeda pada setiap masa khalifah. Kodifikasi hadits dilakukan pada masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz atas perintahnya.
5. Munculnya Hadits itu mengalami proses yang memiliki
keterkaitan dengan beberapa hal, yang meliputi:
I. Peristiwa tersebut terjadi dihadapan Nabi, yang
kemudian Nabi menjelaskan hukumnya dan menyebar
luaskan kepda kaum muslimin.
II. Peristiwa yang terjadi dikalangan umat Islam yang
kemudian ditanyakan kepada Rasulullah SAW, baik
kejadian yang menimpa pada diri orang baik itu secara
langsung maupun peristiwa yang terjadi pada orang lain.
III. Kejadian-kejadian yang disaksikan sahabat, mengenai
apa yang diperbuat oleh Rasulullah SAW, kemudian
sahabat itu menanyakannya dan kemudian Nabi SAW
menjelaskannya.
BACK
6. sahabat yang mempunyai
hubungan erat dengan Nabi
SAW, seperti istri-istrinya.
Semakin erat dan lama bergaul
semakin banyak pula Hadits
yang diriwayatkan dan
kebenarannya tidak diragukan.
4
sahabat yang usianya lebih
panjang dari sahabat lain,
sehingga mereka lebih
banyak menghafalkan
Hadits, seperi Anas bin
Malik, Abdullah bin Abbas.
h.
3
sahabat yang sungguh-
sungguh menghafal
hadits Rasulullah
SAW, misalnya Abu
Hurairah.
2
PARA SAHABAT YANG BANYAK MENERIMA
PELAJARAN DARI NABI
yakni para sahabat yang
pertama-tama masuk Islam,
seperti Abu Bakar As-Shidiq,
Umar Bin Khattab, Usman Bin
Affan, Ali Bin Abi Thalib,
Abdullah Ibnu Mas’ud dan
Abdurrahman Bin Auf.
Ash-Shabiqun
Al-Awwaluun
1
BACK
7. 1. Mentadwinkan ucapan-ucapannya, amalan-amalannya,
muamalah-muamalahnya adalah satu keadaan yang
sukar, karena memerlukan adanya segolongan sahabat
yang terus-menerus harus menyertai Nabi dalam menulis
segala yang tersebut diatas, padahal orang-orang yang
dapat menulis pada waktu itu masih dapat dihitung.
2. Karena disebabkan orang arab yang tak pandai menulis
dan membaca tulisan, mereka berpegang teguh terhadap
kekuatan hafalan.-hafalannya.
3. Karena dikhawatirkan akan bercampur antara catatan
sabda Nabi dengan Al-Qur’an yang dilakukan dengan
tidak sengaja. Oleh sebab itu, Nabi SAW melarang
mereka menulis hadits, karena beliau khawatir sabda-
sabdanya akan bercampur degan firman Ilahi.
NEXT
8. Sebagaimana sabda Nabi yang dinarasikan oleh Abu
Sa’id Al-Khudri:
ََلاَقَُلوُس َرَه َّللىّلَصَُ ّاَللَههْيَلَعََمّلَس َوَْكَت ََلهَِّعواُُُتََآن ْرُقْال َّلهإاًئْيَشَْنَمَفََبَتَك
َهآن ْرُقْْراليَغَُهُحْمَيْلَف
Artinya : jangan Anda tulis apa yang Anda dengar
dariku, selain Al-Qur’an. Barang siapa yang telah
menulis Al-Qur’an hendaklah dihapuskan.
(HR.Muslim).
NEXT
9. Kemudian hadits yang dinarasikan oleh Abu Sa’id Al-Khudri
yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dinukil secara utuh, maka
redaksinya sebagai berikut :
“Jangan kalian tulis sesuatu yang telah kalian terima dariku selain
Al Qur’an. Barangsiapa menuliskan yang ia terima dariku selain al
Qur’an, hendaklah ia hapus. Ceritakan saja yang kalian terima
dariku, tidak mengapa. Barang siapa yang sengaja berdusta atas
namaku, maka hendaklah ia menduduki tempat duduknya dari
neraka.” (HR.Imam Muslim)
BACK
10. Penghimpunan Hadits Pada
Masa Sahabat
Masa Abu
Bakar As-
shiddiq
Masa Ali Bin Abi
Tholib
Cara-cara Sahabat
Meriwayatkan
Hadits
Masa Usman
Bin Affan
Lafal-lafal Yang di
Pakai Sahabat dalam
Meriwayatkan
Hadits
11. Riwayat permulaan dimasa sahabat masih sangat terbatas.
Disampaikan kepada yang memerlukan dan bila perlu saja.
Belum bersifat pelajaran. Perkembangan hadits dan
memperbanyak riwayat, baru terjadi pada masa sesudah Abu
Bakar dan Umar, yakni masa Usman dan Ali.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, periwayatan hadits
dilakukan dengan sangat hati - hati. periwayatan hadits pada
masa Khalifah Abu Bakar masih sangat terbatas dan belum
menonjol, karena pada masa ini umat Islam masih dihadapkan
oleh adanya beberapa kenyataan yang sangat menyita waktu,
berupa pemberontakan-pemberontakan yang dapat
membahayakan kewibawaan pemerintah setelah meninggalnya
Rasulullah SAW baik yang datang dari dalam (intern) maupun
dari luar (ekstern). Meskipun demikian, kesemuanya tetap dapat
diatasi oleh pasukan Abu Bakar dengan baik.
BACK
12. Umar dalam hal ini juga terkenal sebagai orang yang sangat
berhati-hati di dalam meriwayatkan sebuah hadits. Beliau tidak mau
menerima suatu riwayat apabila tidak disaksikan oleh sahabat yang
lainnya. Hal ini memang dapat dipahami, karena memang pada masa
itu, terutama masa khalifah Abu Bakar dan khalifah Umar Bin Khathab
naskah Al-Qur’an masih sangat terbatas jumlahnya, dan karena itu
belum menyebar ke daerah – daerah kekuasaan Islam, sehingga
dikhawatirkan umat Islam yang baru memeluk Islam saat itu tidak bisa
membedakan antara Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Ketika Umar memegang kendali kekhalifahan, beliau meminta
dengan keras supaya para sahabat tidak memperbanyak periwayatan
hadits. Ketika beliau mengutus utusan ke Irak, beliau mewasiatkan
supaya para utusan mengembangkan Al-Qur’an dan mengembangkan
kebagusan tajwidnya, serta encegah mereka untuk membanyakka
periwayatan.
BACK
13. Pada masa Usman Bin Affan ini, kegiatan umat
Islam dalam periwayatan hadist , lebih banyak bila
dibandingkan dengan kegiatan periwayatan pada
zaman dua khalifah sebelumnya. Sebab, seruannya itu
ternyata tidak begitu besar pengaruhnya terhadap
para periwayat yang bersikap “longgar” dalam
periwayatan hadist. Hal ini lebih disebabkan karena
selain pribadi Utsman yang tidak sekeras pribadi
Umar, juga karena wilayah Islam telah bertambah
makin luas. Yang mengakibatkan bertambahnya
kesulitan pengendalian kegiatan periwayatan hadis
secara ketat.
BACK
14. Khalifah Ali juga tetap berhati-hati di dalam
meriwayatkan hadits. Dan diperoleh pula atsar yang
menyatakan bahwa Ali tidak menerima hadits
sebelum yang meriwayatkannya itu disumpah. Hanya
saja, kepada orang-orang yang benar-benar
dipercayainya, Ali tidak meminta mereka untuk
bersumpah.
Ali bin Abi Thalib sendiri cukup banyak
meriwayatkan hadits Nabi. Hadits yang
diriwayatkannya, selain dalam bentuk lisan, juga
dalam bentuk tulisan (catatan).
BACK
15. Para sahabat sesudah Rosululloh wafat, sedikit demi sedikit
menyampaikan hadits kepada orang lain. Mereka menyampaikan amanah
dari Nabi, seperti hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Al Bukhory dan Ibnu
‘Amer Ibnu Ash, yang berbunyi :
“Sampaikanlah daripadaku walaupun seayat.”
Majelis-majelis Nabi tidaklah hanya dihadiri oleh orang-orang lelaki saja,
bahkan banyak juga orang-orang perempuan yang datang ke masjiddan
pertemuan-pertemuan umum untuk mendengar sabda dan perkataan
Nabi. Nabi sendiri sering mempergunakan waktu yang khusus untu
memberikan pelajaran kepada para wanita.
Lantaran itu para wanita shahabiyah juga turut mempunyai saham yang
besar dalam mengembangkan haits. Dalam hal ini ummahatul mu’minin
memegang peranan yang penting dalam menerima dan menyampaikan
hadits kepada masyarakat umum.
NEXT
16. Adakalanya dengan
lafal asli
yakni Menurut
lafadz yang
mereka terima
dari Nabi, yang
mereka hafal
benar dari lafadz
Nabi itu.
Adakalanya dengan
maknanya saja
yakni mereka
meriwayatkan
maknanya bukan
lafadznya karena
mereka tidak
hafal lafadznya
yang asli lagi dari
Nabi SAW.
Cara-Cara Para Shahabat Meriwayatkan Hadits
BACK
17. 5. Derajat kelima ialah seseorang shahaby berkata,
adalah mereka (kami) para shahabat berbuat
begini. Maka jika disandarkan kepada zaman
Rosul, memberi pengertian boleh.
4. Derajat keempat seseorang shahaby berkata: kami
telah diperintahkan begini…., atau ditegahkan
begini….
3. Derajat ketiga ialah seseorang shahaby berkata,
Rasul SAW menyuruh begini, atau menegah ini. Ini
dihukum marfu’ menurut madzhab jumhur.
2. Derajat kedua, ialah seorang shahaby berkata,
bersabda Rasul SAW begini, atau mengkhabarkan
Rasul begini, atau menceritakan Rasul SAW begini.
1. Derajat pertama, dialah yang paling kuat ialah
seorang shahaby berkata, sami’tu Rosulullohi
yaquulu kdza = saya dengar Rasululloh Saw
berkata begini…, atau akhbarani = mengkhabarkan
kepadaku…, atau haddatsanii = menceritakan kami
diperintahkan begini kepadaku…, atau syafahani =
berbicara dihadapanku….
BACK
18. Masa kodifikasi terjadi
di periode tabi’in atas
perintah khalifah
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz Sempat berhenti
karena ada
pertentangan pada
khalifah setelahnya
Di lanjutkan kembali
pada tahun terakhir
tabi’in
NEXT
19. Di Madinah
Said, ‘Urwah, Abu Bakar ibn Abdur Raohman ibn Al- Haris ibn Hisyam, Ubaidullah ibn
Abdulah ibn Utbah, Salim ibn Abdullah ibn ‘Umar, Sulaiman ibn Yassar, Al-Qasim ibn
Muhammad ibn Abu Bakr, Nafi’, Az-Zuhry, Abu Zinad, Kharijah ibn Zaid, Abu Salamah
ibn Abdir Rahman ibn Auf.
Di Makkah
Iqrimah, Atha ibn Abi Rabah, Abul Zubair, Muhammad ibn Muslim.
Di Kufah
Asy-Sya’bi, Ibrahim An-Nakha’y, Al-Qamah An-Nakha’y.
Di Basrah
Al-Hasan, Muhammad ibn Sirin, Qatadah.
Di Syam
Umar ibn Abdil Aziz, Qabishah ibn Dzuaib, Makhul Ka’bul Akbar
Di Mesir
Abul Khoir Martsad ibn Abdullah Al-Yaziny, Yazid ibn Habib.
Di Yaman
Thaus ibn Kaisan Al- Yamany, Wahab ibn Munabbih
BACK
20. Penulisan dan penghimpunan hadits sudah dimulai sejak
masa Rasulullah SAW. Namun hanya berfungsi sebagai
penguat hafalan para sahabat setelah hafal para sahabat
memusnahkannya
Pada masa Abu Bakar dan ‘Umar tidak boleh terlalu banyak
meriwayatkan hadits karena mereka terlalu hati hati agar
hadits tidak tercampur dengan Al-Qur’an
Pada masa Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib sudah
mulai banyak yang meriwayatkan hadits dibanding pada
masa dua khalifah sebelumnya
Pengkodifikasikan hadits terjadi pada periode tabi’in, masa
kekhalifahan Bani Umaiyah dipimpin khalifah ‘Umar bin
‘Abdul ‘Aziz.
NEXT