Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan regulasi asuransi, fungsi-fungsi asuransi seperti pengalihan risiko dan investasi, prinsip-prinsip dasar asuransi, jenis-jenis asuransi, asuransi unit link, risiko dan ketidakpastian dalam asuransi, jenis-jenis risiko, bancassurance, keuntungan asuransi, serta perbedaan antara asuransi konvensional dan syariah.
3. Fungsi Asuransi
Fungsi Utama : Sebagai pengalihan risiko,
pengumpulan dana dan premi yang seimbang.
Fungsi skunder asuransi : untuk merangsang
pertumbuhan usaha, mencegah kerugian, dan
pengendalian kerugian.
Fungsi tambahan asuransi : sebagai investasi dana dan
invisible earnings.
4. Prinsip Dasar Asuransi
a) Insurable interest
b) Utmost good faith
c) Utmost good faith
d) Proximate cause
e) Indemnity
f) Subrogation
g) Contribution
5. Jenis – jenis Asuransi
Dilihat dari segi fungsinya :
1. Asuransi Kerugian (non life insurance)
2. Asuransi Jiwa ( life insurance )
3. Reasuransi ( reinsurance )
6. Asuransi Unit Link
Produk asuransi yang digabung dengan produk
investasi. Jadi jika anda membeli asuransi jenis ini
maka terdapat juga jasa investasi di dalamnya. Produk
ini muncul agar para nasabah tertarik. Karena saat ini
jika menjual produk asuransi murni, para nasabah
akan merasa rugi karena mereka merasa jarang
mengajukan klaim, sedangkan premi harus tetap
dibayarkan secara berkala.
7. Risiko & Ketidakpastian
Pengertian ‘risiko’ dalam asuransi
adalah “ketidakpastian akan
terjadinya suatu peristiwa yang
dapat menimbulkan kerugian
ekonomis”.
8. Jenis – jenis Risiko
Risiko Murni : hanya ada peluang rugi bukan peluang
untuk untung. Ex.: Asuransi Kendaraan
Risiko Spekulatif : adanya peluang rugi dan peluang
untung. Ex.: Investasi Saham.
Risiko Individu : risiko dalam kehidupan sehari-hari.
Risiko ini terbagi 3 yaitu Risiko pribadi (personal risk),
Risiko harta (property risk), Risiko tanggung gugat (liability
risk), dan Risiko Fundamental
11. Asuransi Konvensional vs Asuransi Syariah
Pertama, keberadaan Dewan Pengawas Syariah dalam perusahaan asuransi syariah
merupakan suatu keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi manajemen,
produk serta kebijakan investasi supaya senantiasa sejalan dengan syariat Islam.
Kedua, prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong-menolong). Yaitu nasabah
yang satu menolong nasabah yang lain yang tengah mengalami kesulitan. Sedangkan
akad asuransi konvensional bersifat tadabuli (jual-beli antara nasabah dengan
perusahaan).
Ketiga, dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syariah (premi)
diinvestasikan berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil (mudharobah). Sedangkan
pada asuransi konvensional, investasi dana dilakukan pada sembarang sektor dengan
sistem bunga.
Keempat, premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik nasabah.
Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya. Sedangkan pada
asuransi konvensional, premi menjadi milik perusahaan dan perusahaan-lah yang
memiliki otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan pengelolaan dana tersebut.
Kelima, untuk kepentingan pembayaran klaim nasabah, dana diambil dari rekening
tabarru (dana sosial) seluruh peserta yang sudah diikhlaskan untuk keperluan tolong-
menolong bila ada peserta yang terkena musibah. Sedangkan dalam asuransi
konvensional, dana pembayaran klaim diambil dari rekening milik perusahaan.
Keenam, keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah selaku pemilik dana dengan
perusahaan selaku pengelola, dengan prinsip bagi hasil. Sedangkan dalam asuransi
konvensional, keuntungan sepenuhnya menjadi milik perusahaan. Jika tak ada klaim,
nasabah tak memperoleh apa-apa.