SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  16
Télécharger pour lire hors ligne
Hirarki Gender dalam Media: 
antara 
Agensi dan Komoditas 
Dewi Candraningrum, PhD 
Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan 
dewicandraningrum@jurnalperempuan.com 
Twitter: @dcandraningrum 
www.jurnalperempuan.org 
S.Pd. (Universitas Muhammadiyah Surakarta) 
M.Ed. (Monash University, Australia) 
Dr.Phil. (Universitaet Muenster, Jerman)
Hirarki Gender dalam Media
Sex? Gender? 
Sex: Fakta Biologis. Realitas Obyektif. Berkenaan dengan organ seksual dan 
fungsi biologis: 
a. Minoritas Seksual: fakta biologis berbeda dengan kedua lainnya. 
b. Perempuan: fakta biologis dapat mengandung, melahirkan, menyusui 
(fakta reproduktif). 
c. Laki-laki: fakta biologis sebagai jenis kelamin superior (menurut Filsuf 
Jerman, Freud). 
Gender: Konstruksi Sosial-Budaya. Realitas subyektif, sesuai lokasi ruang dan 
waktu. Perempuan tidak dilahirkan sebagai perempuan, tetapi dibentuk 
sebagai “perempuan” (Filsuf Perancis, Simone de Beauvoir). 
a. Minoritas Seksual: Yang dianggap “tidak normal”. Merupakan 
pilihan/orientasi. 
b. Perempuan: Boneka, baju pink dan berdandan.Yang emosional, pasif, 
dan menerima perlakuan “di-”. 
c. Laki-laki: Mobil, baju biru dan tidak berdandan. Yang rasional, aktif, dan 
melakukan perlakuan “me-”.
Hirarki Gender dalam Media
Membongkar 
Stereotipi & Bias Gender 
Konstruksi melahirkan pembakuan definisi, sifat dan peran dalam pola-relasi 
sosial. Yaitu, stereotipi. 
Misal: Anak perempuan dididik dan dibentuk menjadi “perempuan”. Boleh 
menangis-merengek, diharuskan sopan dan lemah-lembut, dll. Anak laki-laki 
dikonstruksi menjadi “laki-laki”. Tidak boleh menangis, harus tegar dan 
kuat. Sementara baik anak perempuan dan laki-laki tidak boleh menjadi 
selain laki-laki dan perempuan. Tidak boleh “berubah” menjadi minoritas 
seksual, misalnya. 
Padahal baik minoritas seksual, perempuan dan laki-laki memiliki potensi 
sama. Untuk dapat menangis dan tegar di satu sisi. Lemah dan kuat 
bersamaan. Rasional dan emosional. Konstruksi yang melahirkan stereotipi 
merupakan fakta sosial yang memenjarakan. Dan, melahirkan bias. 
Ketidakadilan.
Hirarki Gender dalam Media
Dialog Feminisme pada Patriarki 
Struktur Patriarki melahirkan pembagian tugas dan peran berikut: 
a. Ruang Publik adalah hak dan kewajiban laki-laki. 
b. Ruang Domestik adalah hak dan kewajiban perempuan. 
Ruang domestik “dipahami” sebagai lebih inferior. Konsekuensi, konstruksi sosial-budaya 
melahirkan kebijakan/tata politik yang tidak mengapresiasi kerja-kerja 
domestik. 
Struktur masyarakat telah berubah dengan ditinggalkannya struktur ekonomi 
subsistem menuju struktur ekonomi kapitalis, yang melakukan produksi massal. 
Tata masyarakat yang berubah melahirkan gerakan-gerakan ideologis-politis 
seperti Feminisme. 
Feminisme dapat berfungsi dua. Pertama, sebagai ideologi gerakan yang bersifat 
politis, untuk menggerakkan dan membongkar tata ciptaan patriarki. Kedua, 
sebagai pendekatan-teori-perspektif untuk melihat realitas sosial-budaya-politik.
Hirarki Gender dalam Media
Kuasa Patriarki 
dalam Media Massa 
1. Otoritas, Kuasa dan Kontrol. Karena laki-laki telah lebih dahulu memasuki 
wilayah ini, maka otoritas laki-laki lebih dominan. 
2. Wilayah profesional. Perempuan menempati posisi sesuai stereotipinya. Sebagai 
sekretaris, pembawa berita, sebagai model produk, dan bahan berita. 
3. Obyek Media. Laki-laki lebih dominan sebagai yang memiliki ide berita, dan 
perempuan serta minoritas seksual sebagai obyek berita. Lebih jauh obyek 
sensasi. 
Misal 
1. Bulan direnggut kegadisannya oleh Bejo. 
2. Imah digagahi majikannya. 
3. Janda cantik x pimpin perampokan. 
Kedua kalimat pertama telah menjadikan fakta kejahatan dan kekerasan menjadi 
fakta sensasi. Bulan dan Imah, telah menjadi korban. Kali pertama sebagai korban 
perkosaan. Kali kedua, sebagai korban pemberitaan yang tidak adil jender. 
Kalimat terakhir, diksi “janda cantik” bersifat diskriminatif. Seolah perempuan 
cantik tidak identik dengan kejahatan. Padahal yang disebut sebagai penjahat, 
adalah siapapun yang bersifat jahat, nir jendernya.
Hirarki Gender dalam Media
Hirarki Gender 
Relasi kuasa inter-intra jender. Relasi kuasa inter-jender adalah apabila 
jenis jender yang berbeda lebih dominan dari yang lainnya. Relasi kuasa 
intra-jender adalah apabila ada hirarki kuasa antar jender yang sama. 
1. Relasi kuasa inter-jender. Laki-laki lebih dominan daripada perempuan. 
Misal, dalam pemberitaan kejahatan perkosaan. Hal yang menyangkut 
minoritas seksual tidak dianggap penting dalam berbagai tema 
pemberitaan, baik oleh laki-laki dan perempuan. “Ibu rumah tangga” 
diberitakan dengan nada berita “inferior”. Diksi ibu rumah tangga masuk 
dalam wilayah struktur patriarki. Dan, tidak masuk dalam berita utama. 
2. Relasi kuasa intra-jender (dipengaruhi kelas sosial-budaya-ekonomi-politik). 
Perempuan baik-baik dan perempuan tidak baik. Misal: PSK tidak 
berhak melaporkan bahwa dirinya diperkosa, karena dia bukan perempuan 
baik-baik. Sementara perempuan baik-baik, laik untuk diberitakan apabila 
dia diperkosa. Dus, perempuan baik-baik mendapatkan prioritas 
pemberitaan daripada perempuan tidak baik.
Kompleksitas dan Dinamika 
Hirarki Jender 
(Hirarki Etnis & Kelas Sosial-Budaya, Ekonomi, Politik) 
1. Ilustrasi 1: Perempuan baik-baik wajib diberitakan apabila dia diperkosa, sedangkan perempuan tidak baik, tidak wajib. 
2. Ilustrasi 2: Sebagai model, perempuan Eurasia lebih superior dibanding perempuan Melayu dan Polynesia (tergantung 
lokasi budaya-sosial). 
Laki-laki 
Perempuan baik-baik 
Perempuan tidak baik: PSK 
Laki-laki etnis Melayu & Polynesia 
Perempuan etnis Eurasia 
(putih-mancung, tinggi-langsing ) 
Perempuan etnis Melayu 
(coklat-pesek, sedang-sedang) 
Perempuan etnis Polynesia 
(hitam-bulat, sedang-sedang)
Hirarki Gender dalam Media
Membongkar Komodifikasi: Agensi 
dan Kritik Diri 
1. Komodifikasi dan kapitalisasi tubuh serta peran jender. Misal: Wajah cantik putih 
sebagai komoditas produk kecantikan. Tubuh kekar laki-laki sebagai komoditas 
produk obat kuat. Peran jender perempuan sebagai ibu rumah tangga sebagai 
komoditas produk susu bayi atau alat-alat rumah tangga. Tubuh dan konstruksi 
jender dijadikan sebagai komoditas, dicipta dalam supra-realitas, hiper-realitas, 
untuk menerkam konsumen. Konsumen etnis Melayu (berkulit coklat, hidung 
pesek, tinggi sedang) dininabobokan dengan mimpi menjadi yang berkulit putih, 
hidung mancung, dan tinggi. Ada konstruksi hirarki etnis. Bahwa etnis Eurasia 
lebih superior daripada Asia. 
2. Agensi, adalah kesadaran akan “perwakilan dan hak atas diri”, bahwa diri dalam 
titik tertentu tidak lagi didikte oleh dirinya sendiri, tetapi oleh agen-agen yang lain. 
Misal, fantasi menjadi cantik telah didikte oleh produk kecantikan, dan bukan oleh 
dirinya sendiri. 
3. Kritik Diri. Kritik adalah reaksi. Ketika diri mampu mempertanyakan konstruksi diri 
yang dilakukan oleh Liyan. Mampu mendifinisikan diri. 
Media massa dapat sebagai bagian dari komoditas—yang didikte dan menjadi 
obyek per se. Atau agen aktif dan kritis dari jaring komodifikasi tersebut.
Hirarki Gender dalam Media
Media Massa yang 
Adil Gender dan Nir Diskriminasi 
1. Inter-Intra Perspektif. Menyadari bahwa bahasa media tidak hanya dibaca oleh 
jenis jender tertentu, tetapi dihikmati oleh berbagai jenis jender. Perempuan yang 
membaca berita perkosaan seperti sensasi akan merasa dilecehkan. Kejahatan 
adalah kejahatan. Takaran kejahatan perkosaan setara dengan kejahatan lainnya. 
2. Bahasa Adil Gender. Bahasa adil jender diraih dengan “tidak menyematkan” jenis 
jender pada pola pemberitaan—dengan cukup inisial nama. Atau “menyematkan” 
gelar jender secara setara, seperti “bapak-ibu”, bukan “bapak-mbak”, bukan “ibu-ibu 
dan perjaka”, bukan “om-om dan abg”. Pemyematan gelar jender secara tidak 
setara akan melahirkan sensasi. Padahal sensasi bagi media, belum tentu sensasi 
bagi subyek yang diberitakan. Dus, pelecehan. Pelecehan tidak dominan 
dirasakan oleh perempuan, tapi bisa juga mencapai jenis jender lain, seperti laki-laki 
dan minoritas seksual. 
3. Tindakan Afirmatif. Langkah afirmatif diambil, ketika start, langkah awal, jenis 
jender tertentu lebih dahulu dari yang lain. Memberikan kesempatan kepada 
perempuan dan minoritas seksual untuk ikut terlibat dalam proses ekspresi ide 
dan bahasa. Perspektif perempuan dan minoritas seksual perlu didengar dan 
diperlihatkan. Karena keduanya telah “tidak terlihat” dalam media. Keduanya telah 
mengalami diskriminasi sepanjang peradaban. Perlu menjadi subyek dalam 
media, baik wilayah otoritas, kuasa, kontrol dan profesionalitas.

Contenu connexe

Similaire à Hirarki Gender dalam Media

Similaire à Hirarki Gender dalam Media (20)

Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
1. istilah
1. istilah1. istilah
1. istilah
 
GENDER
GENDER GENDER
GENDER
 
6. seks, subjektivitas dan representasi print
6. seks, subjektivitas dan representasi print6. seks, subjektivitas dan representasi print
6. seks, subjektivitas dan representasi print
 
Aliran feminis workshop lestari
Aliran feminis workshop lestariAliran feminis workshop lestari
Aliran feminis workshop lestari
 
Tor lkk kota bogor
Tor lkk kota bogorTor lkk kota bogor
Tor lkk kota bogor
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Pend Klg Komp 1.pptx
Pend Klg Komp 1.pptxPend Klg Komp 1.pptx
Pend Klg Komp 1.pptx
 
Gender
GenderGender
Gender
 
Sosiologi wanita
Sosiologi wanitaSosiologi wanita
Sosiologi wanita
 
Pp psikologi eksistensial
Pp psikologi eksistensialPp psikologi eksistensial
Pp psikologi eksistensial
 
Astina edisi 1
Astina edisi 1Astina edisi 1
Astina edisi 1
 
5. beauvior
5. beauvior5. beauvior
5. beauvior
 
SEX vs GENDER9.ppt
SEX vs GENDER9.pptSEX vs GENDER9.ppt
SEX vs GENDER9.ppt
 
MAKALAH_DIMENSI_SOSIAL_WANITA_DAN_PERMAS.docx
MAKALAH_DIMENSI_SOSIAL_WANITA_DAN_PERMAS.docxMAKALAH_DIMENSI_SOSIAL_WANITA_DAN_PERMAS.docx
MAKALAH_DIMENSI_SOSIAL_WANITA_DAN_PERMAS.docx
 
Gender dan Kesetaraan
Gender dan KesetaraanGender dan Kesetaraan
Gender dan Kesetaraan
 
5. beauvior
5. beauvior5. beauvior
5. beauvior
 
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif GenderKAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
 
Gender-dan-Kesetaraan.ppt
Gender-dan-Kesetaraan.pptGender-dan-Kesetaraan.ppt
Gender-dan-Kesetaraan.ppt
 
Gender dalam prespektif ham oleh esther
Gender dalam prespektif ham  oleh  estherGender dalam prespektif ham  oleh  esther
Gender dalam prespektif ham oleh esther
 

Plus de Milliyya Milliyya

Materi Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - Sejuk
Materi Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - SejukMateri Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - Sejuk
Materi Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - SejukMilliyya Milliyya
 
Materi Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - Sejuk
Materi Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - SejukMateri Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - Sejuk
Materi Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - SejukMilliyya Milliyya
 
Materi Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - Sejuk
Materi Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - SejukMateri Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - Sejuk
Materi Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - SejukMilliyya Milliyya
 
Berpikir dan Bertindak Masuk Akal
Berpikir dan Bertindak Masuk AkalBerpikir dan Bertindak Masuk Akal
Berpikir dan Bertindak Masuk AkalMilliyya Milliyya
 
Nominasi photo essay Competition
Nominasi photo essay Competition Nominasi photo essay Competition
Nominasi photo essay Competition Milliyya Milliyya
 
Islam and Illiberal Democracy
Islam and Illiberal Democracy Islam and Illiberal Democracy
Islam and Illiberal Democracy Milliyya Milliyya
 
Menulis Untuk Isu Keberagaman
Menulis Untuk Isu KeberagamanMenulis Untuk Isu Keberagaman
Menulis Untuk Isu KeberagamanMilliyya Milliyya
 

Plus de Milliyya Milliyya (12)

Materi Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - Sejuk
Materi Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - SejukMateri Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - Sejuk
Materi Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - Sejuk
 
Materi Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - Sejuk
Materi Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - SejukMateri Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - Sejuk
Materi Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - Sejuk
 
Materi Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - Sejuk
Materi Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - SejukMateri Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - Sejuk
Materi Diskusi Ada Apa di Balik Sentimen Anti Cina - Sejuk
 
Berpikir dan Bertindak Masuk Akal
Berpikir dan Bertindak Masuk AkalBerpikir dan Bertindak Masuk Akal
Berpikir dan Bertindak Masuk Akal
 
Media dan Multikulturalisme
Media dan MultikulturalismeMedia dan Multikulturalisme
Media dan Multikulturalisme
 
Media dan Agama
Media dan AgamaMedia dan Agama
Media dan Agama
 
Photo essay competition
Photo essay competitionPhoto essay competition
Photo essay competition
 
Nominasi photo essay Competition
Nominasi photo essay Competition Nominasi photo essay Competition
Nominasi photo essay Competition
 
Peran Media Keberagaman
Peran Media KeberagamanPeran Media Keberagaman
Peran Media Keberagaman
 
Islam and Illiberal Democracy
Islam and Illiberal Democracy Islam and Illiberal Democracy
Islam and Illiberal Democracy
 
Menulis Untuk Isu Keberagaman
Menulis Untuk Isu KeberagamanMenulis Untuk Isu Keberagaman
Menulis Untuk Isu Keberagaman
 
Kebebasan Beragama
Kebebasan BeragamaKebebasan Beragama
Kebebasan Beragama
 

Dernier

UTS CT (ppg prajabatan gelombang 1 tahun 2023).pptx
UTS CT (ppg prajabatan gelombang 1 tahun 2023).pptxUTS CT (ppg prajabatan gelombang 1 tahun 2023).pptx
UTS CT (ppg prajabatan gelombang 1 tahun 2023).pptxYusufAmirudin3
 
MATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptx
MATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptxMATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptx
MATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptxSuarniSuarni5
 
power point mengenai akhlak remaja: menghindari tawuran
power point mengenai akhlak remaja: menghindari tawuranpower point mengenai akhlak remaja: menghindari tawuran
power point mengenai akhlak remaja: menghindari tawuranapriandanu
 
Menyiapkan Guru Masa Depan yang Bagus da
Menyiapkan Guru Masa Depan yang Bagus daMenyiapkan Guru Masa Depan yang Bagus da
Menyiapkan Guru Masa Depan yang Bagus daWijaya Kusumah
 
Jalur Rempah Pada Masa Hindu Buddha.pptx
Jalur Rempah Pada Masa Hindu Buddha.pptxJalur Rempah Pada Masa Hindu Buddha.pptx
Jalur Rempah Pada Masa Hindu Buddha.pptxPutriSoniaAyu
 
MATERI pesntren kilat FIQIH THAHARAH.pptx
MATERI pesntren kilat FIQIH THAHARAH.pptxMATERI pesntren kilat FIQIH THAHARAH.pptx
MATERI pesntren kilat FIQIH THAHARAH.pptxSuarniSuarni5
 
Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada Murid
Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada MuridAksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada Murid
Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada MuridDonyAndriSetiawan
 
Implementasi Model pembelajaran STEAM Holistik-Integratif Berbasis Digital Me...
Implementasi Model pembelajaran STEAM Holistik-Integratif Berbasis Digital Me...Implementasi Model pembelajaran STEAM Holistik-Integratif Berbasis Digital Me...
Implementasi Model pembelajaran STEAM Holistik-Integratif Berbasis Digital Me...Shoffan shoffa
 
Dinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptx
Dinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptxDinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptx
Dinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptxFritzPieterMichaelNa
 
Nasab Nabi Muhammad SAW. dari Nabi Ibrahimpptx
Nasab Nabi Muhammad SAW. dari Nabi IbrahimpptxNasab Nabi Muhammad SAW. dari Nabi Ibrahimpptx
Nasab Nabi Muhammad SAW. dari Nabi IbrahimpptxSuGito15
 
Seminar Seri AI Talks - AI dan Media Kristen
Seminar Seri AI Talks - AI dan Media KristenSeminar Seri AI Talks - AI dan Media Kristen
Seminar Seri AI Talks - AI dan Media KristenSABDA
 
Paparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptx
Paparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptxPaparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptx
Paparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptxagunk4
 
KELOMPOK 2 PUTARAN 2 Mata kuliah Agama Islam
KELOMPOK 2 PUTARAN 2 Mata kuliah Agama IslamKELOMPOK 2 PUTARAN 2 Mata kuliah Agama Islam
KELOMPOK 2 PUTARAN 2 Mata kuliah Agama IslamabdulhamidalyFKIP
 
PPT GABUNGAN 1 kelas 9 gabungan tabung dengan setengah bola.pptx
PPT GABUNGAN 1 kelas 9 gabungan tabung dengan setengah bola.pptxPPT GABUNGAN 1 kelas 9 gabungan tabung dengan setengah bola.pptx
PPT GABUNGAN 1 kelas 9 gabungan tabung dengan setengah bola.pptxRestiana8
 
Tanqihul Qoul Bab 14 - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptx
Tanqihul Qoul Bab 14  - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptxTanqihul Qoul Bab 14  - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptx
Tanqihul Qoul Bab 14 - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptxMMuminSholih
 
Powerpoint tentang Kebutuhan Manusia kelas X
Powerpoint tentang Kebutuhan Manusia kelas XPowerpoint tentang Kebutuhan Manusia kelas X
Powerpoint tentang Kebutuhan Manusia kelas Xyova9dspensa
 
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdf
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdfkeutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdf
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdfatsira1
 
Program Roots Indonesia - Aksi Nyata.pdf
Program Roots Indonesia - Aksi Nyata.pdfProgram Roots Indonesia - Aksi Nyata.pdf
Program Roots Indonesia - Aksi Nyata.pdfrizalrulloh1992
 

Dernier (20)

UTS CT (ppg prajabatan gelombang 1 tahun 2023).pptx
UTS CT (ppg prajabatan gelombang 1 tahun 2023).pptxUTS CT (ppg prajabatan gelombang 1 tahun 2023).pptx
UTS CT (ppg prajabatan gelombang 1 tahun 2023).pptx
 
MATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptx
MATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptxMATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptx
MATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptx
 
ELEMEN KOMPOL (PESAN BAHASA POLITIK).pptx
ELEMEN KOMPOL (PESAN BAHASA POLITIK).pptxELEMEN KOMPOL (PESAN BAHASA POLITIK).pptx
ELEMEN KOMPOL (PESAN BAHASA POLITIK).pptx
 
power point mengenai akhlak remaja: menghindari tawuran
power point mengenai akhlak remaja: menghindari tawuranpower point mengenai akhlak remaja: menghindari tawuran
power point mengenai akhlak remaja: menghindari tawuran
 
Menyiapkan Guru Masa Depan yang Bagus da
Menyiapkan Guru Masa Depan yang Bagus daMenyiapkan Guru Masa Depan yang Bagus da
Menyiapkan Guru Masa Depan yang Bagus da
 
Jalur Rempah Pada Masa Hindu Buddha.pptx
Jalur Rempah Pada Masa Hindu Buddha.pptxJalur Rempah Pada Masa Hindu Buddha.pptx
Jalur Rempah Pada Masa Hindu Buddha.pptx
 
MATERI pesntren kilat FIQIH THAHARAH.pptx
MATERI pesntren kilat FIQIH THAHARAH.pptxMATERI pesntren kilat FIQIH THAHARAH.pptx
MATERI pesntren kilat FIQIH THAHARAH.pptx
 
Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada Murid
Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada MuridAksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada Murid
Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada Murid
 
Implementasi Model pembelajaran STEAM Holistik-Integratif Berbasis Digital Me...
Implementasi Model pembelajaran STEAM Holistik-Integratif Berbasis Digital Me...Implementasi Model pembelajaran STEAM Holistik-Integratif Berbasis Digital Me...
Implementasi Model pembelajaran STEAM Holistik-Integratif Berbasis Digital Me...
 
Dinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptx
Dinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptxDinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptx
Dinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptx
 
Nasab Nabi Muhammad SAW. dari Nabi Ibrahimpptx
Nasab Nabi Muhammad SAW. dari Nabi IbrahimpptxNasab Nabi Muhammad SAW. dari Nabi Ibrahimpptx
Nasab Nabi Muhammad SAW. dari Nabi Ibrahimpptx
 
Seminar Seri AI Talks - AI dan Media Kristen
Seminar Seri AI Talks - AI dan Media KristenSeminar Seri AI Talks - AI dan Media Kristen
Seminar Seri AI Talks - AI dan Media Kristen
 
Paparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptx
Paparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptxPaparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptx
Paparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptx
 
KELOMPOK 2 PUTARAN 2 Mata kuliah Agama Islam
KELOMPOK 2 PUTARAN 2 Mata kuliah Agama IslamKELOMPOK 2 PUTARAN 2 Mata kuliah Agama Islam
KELOMPOK 2 PUTARAN 2 Mata kuliah Agama Islam
 
PPT GABUNGAN 1 kelas 9 gabungan tabung dengan setengah bola.pptx
PPT GABUNGAN 1 kelas 9 gabungan tabung dengan setengah bola.pptxPPT GABUNGAN 1 kelas 9 gabungan tabung dengan setengah bola.pptx
PPT GABUNGAN 1 kelas 9 gabungan tabung dengan setengah bola.pptx
 
DEFINISI DAN KONTEKS MANAJEMEN ISU DAN KRISIS.pptx
DEFINISI DAN KONTEKS MANAJEMEN ISU DAN KRISIS.pptxDEFINISI DAN KONTEKS MANAJEMEN ISU DAN KRISIS.pptx
DEFINISI DAN KONTEKS MANAJEMEN ISU DAN KRISIS.pptx
 
Tanqihul Qoul Bab 14 - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptx
Tanqihul Qoul Bab 14  - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptxTanqihul Qoul Bab 14  - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptx
Tanqihul Qoul Bab 14 - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptx
 
Powerpoint tentang Kebutuhan Manusia kelas X
Powerpoint tentang Kebutuhan Manusia kelas XPowerpoint tentang Kebutuhan Manusia kelas X
Powerpoint tentang Kebutuhan Manusia kelas X
 
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdf
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdfkeutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdf
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdf
 
Program Roots Indonesia - Aksi Nyata.pdf
Program Roots Indonesia - Aksi Nyata.pdfProgram Roots Indonesia - Aksi Nyata.pdf
Program Roots Indonesia - Aksi Nyata.pdf
 

Hirarki Gender dalam Media

  • 1. Hirarki Gender dalam Media: antara Agensi dan Komoditas Dewi Candraningrum, PhD Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan dewicandraningrum@jurnalperempuan.com Twitter: @dcandraningrum www.jurnalperempuan.org S.Pd. (Universitas Muhammadiyah Surakarta) M.Ed. (Monash University, Australia) Dr.Phil. (Universitaet Muenster, Jerman)
  • 3. Sex? Gender? Sex: Fakta Biologis. Realitas Obyektif. Berkenaan dengan organ seksual dan fungsi biologis: a. Minoritas Seksual: fakta biologis berbeda dengan kedua lainnya. b. Perempuan: fakta biologis dapat mengandung, melahirkan, menyusui (fakta reproduktif). c. Laki-laki: fakta biologis sebagai jenis kelamin superior (menurut Filsuf Jerman, Freud). Gender: Konstruksi Sosial-Budaya. Realitas subyektif, sesuai lokasi ruang dan waktu. Perempuan tidak dilahirkan sebagai perempuan, tetapi dibentuk sebagai “perempuan” (Filsuf Perancis, Simone de Beauvoir). a. Minoritas Seksual: Yang dianggap “tidak normal”. Merupakan pilihan/orientasi. b. Perempuan: Boneka, baju pink dan berdandan.Yang emosional, pasif, dan menerima perlakuan “di-”. c. Laki-laki: Mobil, baju biru dan tidak berdandan. Yang rasional, aktif, dan melakukan perlakuan “me-”.
  • 5. Membongkar Stereotipi & Bias Gender Konstruksi melahirkan pembakuan definisi, sifat dan peran dalam pola-relasi sosial. Yaitu, stereotipi. Misal: Anak perempuan dididik dan dibentuk menjadi “perempuan”. Boleh menangis-merengek, diharuskan sopan dan lemah-lembut, dll. Anak laki-laki dikonstruksi menjadi “laki-laki”. Tidak boleh menangis, harus tegar dan kuat. Sementara baik anak perempuan dan laki-laki tidak boleh menjadi selain laki-laki dan perempuan. Tidak boleh “berubah” menjadi minoritas seksual, misalnya. Padahal baik minoritas seksual, perempuan dan laki-laki memiliki potensi sama. Untuk dapat menangis dan tegar di satu sisi. Lemah dan kuat bersamaan. Rasional dan emosional. Konstruksi yang melahirkan stereotipi merupakan fakta sosial yang memenjarakan. Dan, melahirkan bias. Ketidakadilan.
  • 7. Dialog Feminisme pada Patriarki Struktur Patriarki melahirkan pembagian tugas dan peran berikut: a. Ruang Publik adalah hak dan kewajiban laki-laki. b. Ruang Domestik adalah hak dan kewajiban perempuan. Ruang domestik “dipahami” sebagai lebih inferior. Konsekuensi, konstruksi sosial-budaya melahirkan kebijakan/tata politik yang tidak mengapresiasi kerja-kerja domestik. Struktur masyarakat telah berubah dengan ditinggalkannya struktur ekonomi subsistem menuju struktur ekonomi kapitalis, yang melakukan produksi massal. Tata masyarakat yang berubah melahirkan gerakan-gerakan ideologis-politis seperti Feminisme. Feminisme dapat berfungsi dua. Pertama, sebagai ideologi gerakan yang bersifat politis, untuk menggerakkan dan membongkar tata ciptaan patriarki. Kedua, sebagai pendekatan-teori-perspektif untuk melihat realitas sosial-budaya-politik.
  • 9. Kuasa Patriarki dalam Media Massa 1. Otoritas, Kuasa dan Kontrol. Karena laki-laki telah lebih dahulu memasuki wilayah ini, maka otoritas laki-laki lebih dominan. 2. Wilayah profesional. Perempuan menempati posisi sesuai stereotipinya. Sebagai sekretaris, pembawa berita, sebagai model produk, dan bahan berita. 3. Obyek Media. Laki-laki lebih dominan sebagai yang memiliki ide berita, dan perempuan serta minoritas seksual sebagai obyek berita. Lebih jauh obyek sensasi. Misal 1. Bulan direnggut kegadisannya oleh Bejo. 2. Imah digagahi majikannya. 3. Janda cantik x pimpin perampokan. Kedua kalimat pertama telah menjadikan fakta kejahatan dan kekerasan menjadi fakta sensasi. Bulan dan Imah, telah menjadi korban. Kali pertama sebagai korban perkosaan. Kali kedua, sebagai korban pemberitaan yang tidak adil jender. Kalimat terakhir, diksi “janda cantik” bersifat diskriminatif. Seolah perempuan cantik tidak identik dengan kejahatan. Padahal yang disebut sebagai penjahat, adalah siapapun yang bersifat jahat, nir jendernya.
  • 11. Hirarki Gender Relasi kuasa inter-intra jender. Relasi kuasa inter-jender adalah apabila jenis jender yang berbeda lebih dominan dari yang lainnya. Relasi kuasa intra-jender adalah apabila ada hirarki kuasa antar jender yang sama. 1. Relasi kuasa inter-jender. Laki-laki lebih dominan daripada perempuan. Misal, dalam pemberitaan kejahatan perkosaan. Hal yang menyangkut minoritas seksual tidak dianggap penting dalam berbagai tema pemberitaan, baik oleh laki-laki dan perempuan. “Ibu rumah tangga” diberitakan dengan nada berita “inferior”. Diksi ibu rumah tangga masuk dalam wilayah struktur patriarki. Dan, tidak masuk dalam berita utama. 2. Relasi kuasa intra-jender (dipengaruhi kelas sosial-budaya-ekonomi-politik). Perempuan baik-baik dan perempuan tidak baik. Misal: PSK tidak berhak melaporkan bahwa dirinya diperkosa, karena dia bukan perempuan baik-baik. Sementara perempuan baik-baik, laik untuk diberitakan apabila dia diperkosa. Dus, perempuan baik-baik mendapatkan prioritas pemberitaan daripada perempuan tidak baik.
  • 12. Kompleksitas dan Dinamika Hirarki Jender (Hirarki Etnis & Kelas Sosial-Budaya, Ekonomi, Politik) 1. Ilustrasi 1: Perempuan baik-baik wajib diberitakan apabila dia diperkosa, sedangkan perempuan tidak baik, tidak wajib. 2. Ilustrasi 2: Sebagai model, perempuan Eurasia lebih superior dibanding perempuan Melayu dan Polynesia (tergantung lokasi budaya-sosial). Laki-laki Perempuan baik-baik Perempuan tidak baik: PSK Laki-laki etnis Melayu & Polynesia Perempuan etnis Eurasia (putih-mancung, tinggi-langsing ) Perempuan etnis Melayu (coklat-pesek, sedang-sedang) Perempuan etnis Polynesia (hitam-bulat, sedang-sedang)
  • 14. Membongkar Komodifikasi: Agensi dan Kritik Diri 1. Komodifikasi dan kapitalisasi tubuh serta peran jender. Misal: Wajah cantik putih sebagai komoditas produk kecantikan. Tubuh kekar laki-laki sebagai komoditas produk obat kuat. Peran jender perempuan sebagai ibu rumah tangga sebagai komoditas produk susu bayi atau alat-alat rumah tangga. Tubuh dan konstruksi jender dijadikan sebagai komoditas, dicipta dalam supra-realitas, hiper-realitas, untuk menerkam konsumen. Konsumen etnis Melayu (berkulit coklat, hidung pesek, tinggi sedang) dininabobokan dengan mimpi menjadi yang berkulit putih, hidung mancung, dan tinggi. Ada konstruksi hirarki etnis. Bahwa etnis Eurasia lebih superior daripada Asia. 2. Agensi, adalah kesadaran akan “perwakilan dan hak atas diri”, bahwa diri dalam titik tertentu tidak lagi didikte oleh dirinya sendiri, tetapi oleh agen-agen yang lain. Misal, fantasi menjadi cantik telah didikte oleh produk kecantikan, dan bukan oleh dirinya sendiri. 3. Kritik Diri. Kritik adalah reaksi. Ketika diri mampu mempertanyakan konstruksi diri yang dilakukan oleh Liyan. Mampu mendifinisikan diri. Media massa dapat sebagai bagian dari komoditas—yang didikte dan menjadi obyek per se. Atau agen aktif dan kritis dari jaring komodifikasi tersebut.
  • 16. Media Massa yang Adil Gender dan Nir Diskriminasi 1. Inter-Intra Perspektif. Menyadari bahwa bahasa media tidak hanya dibaca oleh jenis jender tertentu, tetapi dihikmati oleh berbagai jenis jender. Perempuan yang membaca berita perkosaan seperti sensasi akan merasa dilecehkan. Kejahatan adalah kejahatan. Takaran kejahatan perkosaan setara dengan kejahatan lainnya. 2. Bahasa Adil Gender. Bahasa adil jender diraih dengan “tidak menyematkan” jenis jender pada pola pemberitaan—dengan cukup inisial nama. Atau “menyematkan” gelar jender secara setara, seperti “bapak-ibu”, bukan “bapak-mbak”, bukan “ibu-ibu dan perjaka”, bukan “om-om dan abg”. Pemyematan gelar jender secara tidak setara akan melahirkan sensasi. Padahal sensasi bagi media, belum tentu sensasi bagi subyek yang diberitakan. Dus, pelecehan. Pelecehan tidak dominan dirasakan oleh perempuan, tapi bisa juga mencapai jenis jender lain, seperti laki-laki dan minoritas seksual. 3. Tindakan Afirmatif. Langkah afirmatif diambil, ketika start, langkah awal, jenis jender tertentu lebih dahulu dari yang lain. Memberikan kesempatan kepada perempuan dan minoritas seksual untuk ikut terlibat dalam proses ekspresi ide dan bahasa. Perspektif perempuan dan minoritas seksual perlu didengar dan diperlihatkan. Karena keduanya telah “tidak terlihat” dalam media. Keduanya telah mengalami diskriminasi sepanjang peradaban. Perlu menjadi subyek dalam media, baik wilayah otoritas, kuasa, kontrol dan profesionalitas.