1. Waduk Jatiluhur
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa
Barat (±9 km dari pusat Kota Purwakarta).Bendungan Jatiluhur adalah bendungan terbesar di
Indonesia. Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda, dengan
panorama danau yang luasnya 8.300 ha. Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957
oleh kontraktor asal Perancis, dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9 miliar m3 / tahun
dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia.
Di dalam Waduk Jatiluhur, terpasang 6 unit turbin dengan daya terpasang 187 MW dengan
produksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh setiap tahun, dikelola oleh Perum Jasa Tirta
II.
Selain dari itu Waduk Jatiluhur memiliki fungsi penyediaan air irigasi untuk 242.000 ha
sawah (dua kali tanam setahun), air baku air minum, budi daya perikanan dan pengendali
banjir yang dikelola oleh Perum Jasa Trita II.
Selain berfungsi sebagai PLTA dengan sistem limpasan terbesar di dunia, kawasan Jatiluhur
memiliki banyak fasilitas rekreasi yang memadai, seperi hotel dan bungalow, bar dan
restaurant, lapangan tenis, bilyard, perkemahan, kolam renang dengan water slide, ruang
pertemuan, sarana rekreasi dan olahraga air, playground dan fasilitas lainnya. Sarana olahraga
dan rekreasi air misalnya mendayung, selancar angin, kapal pesiar, ski air, boating dan
lainnya.
Di perairan Danau Jatiluhur ini juga terdapat budidaya ikan keramba jaring apung, yang
menjadi daya tarik tersendiri. Di waktu siang atau dalam keheningan malam kita dapat
memancing penuh ketenangan sambil menikmati ikan bakar.
Dikawasan ini pula kita dapat melihat Stasiun Satelit Bumi yang dikelola oleh PT. Indosat
Tbk. (±7 km dari pusat Kota Purwakarta), sebagai alat komunikasi internasional. Jenis
layanan yang disediakan antara lain international toll free service (ITFS), Indosat Calling
Card (ICC), international direct dan lainnya.
Waduk Jatiluhur dapat dikunjungi melalui Jalan Tol Purbaleunyi (Purwakarta-Bandung-
Cileunyi), keluar di Gerbang Tol Jatiluhur.
Bendungan Jatiluhur
2. Waduk Jatiluhur
Bendungan Jatiluhur dilihat dari Jembatan Oranye di bawah bendungan
Waduk Saguling
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
6°50′LU 107°25′BT
"Saguling" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain dari Saguling, lihat Saguling
(disambiguasi).
Waduk Saguling adalah waduk buatan yang terletak di Kabupaten Bandung Barat pada
ketinggian 643 m di atas permukaan laut.[1] Waduk ini merupakan salah satu dari tiga waduk
3. yang membendung aliran Sungai Citarum yang merupakan sungai terbesar di Jawa Barat.
Dua waduk lainnya adalah Waduk Jatiluhur dan Waduk Cirata.
Semula, Waduk Saguling direncanakan hanya untuk keperluan menghasilkan tenaga listrik.
Pada tahap pertama pembangkit tenaga listrik yang dipasang berkapasitas 700 MW, tetapi
bila di kemudian hari ada peningkatan kebutuhan listrik pembangkit dapat ditingkatkan
hingga mencapai 1.400 MW. Badan yang bertanggungjawab dalam pembangunannya adalah
Proyek Induk Pembangkit Hidro (PIKITDRO) dari Perusahaan Listrik Negara (PLN),
Depatemen Pertambangan dan Energi (sekarang menjadi Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral Republik Indonesia. Selanjutnya, dengan mempertimbangkan permasalahan
lingkungan di daerah itu, Saguling ditata-ulang sebagai bendungan multiguna, termasuk
untuk kegunaan pengembangan lain seperti perikanan, agri-akuakultur, pariwisata, dan lain-lain.
Sekarang, waduk ini juga digunakan untuk kebutuhan lokal seperti mandi, mencuci,
bahkan untuk membuang kotoran. Hal ini membuat Waduk Saguling kondisinya lebih
mengkhawatirkan ketimbang Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur yang sudah dibangun lebih
dahulu. Hal tersebut terjadi karena sebagai pintu pertama Sungai Citarum, di Saguling inilah
semua kotoran "disaring" untuk pertama kali sebelum kemudian disaring kembali oleh
Waduk Cirata dan terakhir oleh Waduk Jatiluhur.[2]
Daerah di sekitar Waduk Saguling berupa perbukitan, dengan banyak sumber air yang
berkontribusi pada waduk. Hal tersebut membuat bentuk Waduk Saguling sangat tidak
beraturan dengan banyak teluk. Daerah waduk ini asalnya adalah berupa daerah pertanian.
Daerah perikanan dari waduk berhadapan dengan tekanan kuat dari populasi penduduk. Hal
tersebut terjadi karena 50% dari populasi terdiri dari petani dengan tingkat pertumbuhan
tinggi. Peningkatan populasi petani tersebut mengakibatkan berkurangnya lahan yang dapat
diolah sehingga memaksa mereka mengembangkan lahan pertanian mereka dengan
melakukan pembabatan hutan. Sebagai konsekuensinya, muncul masalah banjir dan longsor
di musim hujan. Institut Ekologi di Bandung telah mempelajari hal ini sejak tahun 1978,
terutama tentang kondisi dasar daerah ini dan pemantauan serta pengelolaan lingkungan
untuk meningkatkan standar hidup penduduk.
Bendungan Saguling
Salah satu pemandangan waduk Saguling di Sukatani, Cililin.
4. Sungai Musi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Artikel atau bagian dari artikel ini menggunakan gaya bahasa naratif yang tidak sesuai
dengan Wikipedia sehingga menurunkan kualitas artikel ini.
Bantulah Wikipedia memperbaikinya. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.
Sungai Musi dengan Jembatan Ampera sebagai latar belakang
Sungai Musi adalah sebuah sungai yang terletak di provinsi Sumatera Selatan, Indonesia.
Dengan panjang 750 km, sungai ini merupakan yang terpanjang di pulau Sumatera dan
membelah Kota Palembang menjadi dua bagian. Jembatan Ampera yang menjadi ikon Kota
Palembang pun melintas di atas sungai ini. Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya hingga sekarang,
sungai ini terkenal sebagai sarana transportasi utama bagi masyarakat.
Geografi
Sungai Musi membelah Kota Palembang menjadi dua bagian kawasan: Seberang Ilir di
bagian utara dan Seberang Ulu di bagian selatan. Sungai Musi, bersama dengan sungai
lainnya, membentuk sebuah delta di dekat Kota Sungsang.
Mata airnya bersumber di daerah Kepahiang, Bengkulu. Sungai Musi disebut juga
Batanghari Sembilan yang berarti sembilan sungai besar, pengertian sembilan sungai besar
adalah Sungai Musi beserta delapan sungai besar yang bermuara di sungai Musi. Adapun
delapan sungai tersebut adalah :
1. Sungai Komering
2. Sungai Rawas
3. Sungai Leko
4. Sungai Lakitan
5. Sungai Kelingi
6. Sungai Lematang
7. Sungai Semangus
5. 8. Sungai Ogan
Lahan seluas 3 juta ha di daerah aliran sungai (DAS) Musi dianggap kritis akibat maraknya
penebangan liar. Kondisi ini dapat memicu banjir bandang dan tanah longsor.
Obyek wisata di tepi Sungai Musi
Jembatan Ampera
Benteng Kuto Besak
Restoran terapung Riverside
Restoran terapung Warung Legenda
Rumah Rakit
Pulau Kemaro
Bagus Kuning
Sungai Gerong
Pasar 16
Kampung Kapitan
Kampung Arab