Jenis ubat batuk kahak dan batuk kering di Farmasi.pdf
AEGYPTI
1. PENGENDALIAN RESIKO LINGKUNGAN Disahkan oleh:
Dirjen PP&PL
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGENDALIAN NYAMUK AEDES AEGYPTI
Prof.dr.Tjandra Yoga
No. Dokumen : 02.001.2009 Hal : 1 dari 121 Aditama,Sp.P(K),MARS,DTM&H
,DTCE
I. PERSIAPAN
A. Sumber Daya Manusia
Syarat :
Fungsional Sanitarian, Entomolog.
Penunjang :
Kader yang sudah dilatih.
Pengemudi/supir yang memiliki SIM A.
B. Sarana Dan Prasarana
B.1 Sarana dan Prasarana Pengamatan
Peralatan :
Mobil khusus vektor kontrol
Senter
Pipet panjang dengan karet penghisap
Pipet sedang
Pipet kecil
Cawan petri
Botol kosong kecil
Loupe
Alat tulis
Glass objek
Cover glass
Mikroskop Binokuler
Mikroskop Stereo
Kertas label
Kaleng/gelas plastik untuk ovitrap
Paddle
Bahan:
Alkohol
Xylol
Formulir
Surat tugas
1
2. B.2 Sarana dan Prasarana Pemberantasan
Peralatan :
Mobil khusus vektor kontrol
Thermal Fogging
ULV
Masker
Helmet
Sepatu safety
Senter
Pakaian kerja
Sarung tangan
Jerigen
Gelas ukur
Corong
Ember
Kacamata safety
Pengaduk
Tool Kit
Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Timbangan
Sendok
Bahan :
Insektisida
Larvisida
Pelarut
Bahan Bakar
Surat Tugas
II. LANGKAH – LANGKAH PELAKSANAAN
A. Pemetaan
Pemetaan daerah perimeter dan daerah buffer yang merupakan tempat
perindukan potensial Nyamuk Aedes aegypti.
Membagi daerah pengawasan untuk memudahkan
pengawasan/pemberantasan secara intensif.
B. Pengamatan
B.1 Survey Aedes aegypti Stadium Larva
Petugas yang akan melakukan pemeriksaan ke dalam bangunan milik
Instansi Pemerintah/Swasta harus izin terlebih dahulu kepada petugas di
instansi tersebut.
Periksa kontainer yang ada pada semua bangunan di lingkungan
Pelabuhan/Bandara.
Apabila ada kontainer positif jentik dengan investasi campuran pilihlah
seekor yang diperkirakan jentik Nyamuk Aedes (bergerak lamban tetapi
2
3. apabila disinari akan bergerak lincah seperti huruf ”S”, berwarna putih
keabu-abuan dengan ukuran 0,5-1 cm, bergerak menjauhi sinar/cahaya
dan apabila istirahat posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan
air).
Jentik yang diperkirakan Aedes diambil dengan pipet panjang dan
dimasukan ke dalam botol kecil serta diberi label (nama bangunan dan
tanggal pengambilan).
Tulislah semua nama bangunan, kontainer (baik positif maupun negatif
larva) yang diperiksa kedalam formulir.
a. Identifikasi Jentik/Larva
o Siapkan mikroskop binokuler
o Letakkan larva yang akan diperiksa pada cawan petri
o Ambil larva dengan pinset kecil
o Letakkan larva pada objek glass
o Teteskan xylol pada larva
o Tutup dengan cover glass
o Periksa dengan lensa pembesaran 10 X
o Untuk identifikasi lihat kunci identifikasi Nyamuk Aedes
aegypti
o Lakukan identifikasi larva di laboratorium sesuai dengan ciri-
cirinya.
b. Penghitungan Indeks (House Index/HI, Container Index/CI,
Breteau Index/BI)
o Hitunglah House Index, Container Index dan Breteau Index
selanjutnya tulis ke dalam laporan.
- House Index : Persentase antara rumah dimana
ditemukan jentik terhadap seluruh
rumah yang diperiksa.
- Container Index : Persentase antara kontainer dimana
ditemukan jentik terhadap seluruh
kontainer yang diperiksa.
X 100%
- Breteau Index : Jumlah kontainer yang positif per
seratus rumah.
BI = Kontainer positif jentik X 100
Jumlah rumah diperiksa
3
4. o Apabila Indeks Larva Aedes > 0% untuk daerah Perimeter
dan > 1% untuk daerah Buffer, maka direkomendasikan untuk
dilakukan pengendalian (lihat SOP Pengendalian Aedes
aegypti).
o Survey Aedes stadium telur dilakukan jika infestasi A.aegypti
di daerah pengawasan rendah sekali atau sukar ditemukan
larva (BI < 5) dengan dilakukan pemasangan ovitrap
(perangkap telur).
o Pengamatan Aedes aegypti stadium larva dilakukan pagi hari
secara teratur setiap bulan sekali pada setiap wilayah
pengamatan.
B.2 Pengamatan Aedes aegypti Stadium Telur
Ovitrap dipasang di dalam rumah/gedung/bangunan/lapangan yang
teduh dengan jarak 100 – 150 cm.
Jumlah ovitrap yang dipasang pada setiap rumah/gedung/bangunan
adalah 2 (dua) buah yaitu di dalam dan di luar rumah.
Pengamatan ada atau tidaknya telur dilakukan seminggu sekali.
Hitung Ovitrap Indeks yaitu jumlah ovitrap dengan telur dibagi jumlah
ovitrap yang diperiksa dikalikan 100 %.
B.3 Pengamatan Aedes aegypti Stadium Dewasa
Survei dilakukan dengan cara Resting Collection yaitu cara menangkap
dengan aspirator setiap nyamuk yang diperkirakan Aedes aegypti yang
beristirahat di pakaian-pakaian yang tergantung.
Nyamuk yang tertangkap dikumpulkan ke dalam paper cup yang ditutup
dengan kain kasa yang dilubangi untuk memasukkan ujung aspirator
dan selanjutnya tutup kembali lubang tersebut dengan kapas.
Nyamuk dalam paper cup dibunuh dengan chloroform yang telah
diteteskan pada kapas penyumbat.
Identifikasi nyamuk betina dengan menggunakan mikroskop (lihat kunci
identifikasi Nyamuk Aedes aegypti).
Hitung Resting Rate yaitu jumlah Aedes aegypti betina yang tertangkap
per orang per jam.
Jika Resting Rate = 0, penelitian diulang sampai 3 (tiga) kali.
Jika ditemukan nyamuk betina dewasa di area Perimeter dan atau
Resting Rate mencapai 2,5 dalam area Buffer dilakukan
pemberantasan.
Pengamatan Aedes aegypti stadium dewasa dilakukan dari pagi sampai
siang atau menjelang senja (pada saat kepadatan nyamuk meningkat)
secara teratur setiap bulan sekali.
Pengamatan di daerah yang rawan/endemik penyakit yang dapat
ditularkan Aedes aegypti dilakukan dengan frekuensi 2 (dua) kali/bulan
atau sewaktu-waktu bila perlu.
4
5. C. Pemberantasan
C.1 Peran Serta Masyarakat
Pemberantasan nyamuk melalui peran serta masyarakat dengan
kegiatan Menguras, Mengubur dan Menutup (3M) pada bejana air yang
menjadi tempat perindukan potensial Aedes aegypti.
Disamping itu dilakukan upaya kebersihan dan sanitasi lingkungan di
tempat hunian.
Untuk perlindungan diri masyarakat Pelabuhan/Bandara dari gigitan
nyamuk dewasa menggunakan reppelent.
Dalam upaya meningkatkan peran serta masyarakat dilakukan
penyuluhan secara berkesinambungan.
C.2 Larvisidasi
Pembubuhan larvisida dilakukan bersamaan dengan kegiatan survei
larva.
Apabila ditemukan kontainer positif larva, maka pada kontainer tersebut
dibubuhkan larvisida sebanyak (untuk Abate Sand Granula 1%
perbandingan 1 gram per 10 liter air atau satu sendok plastik 5 ml untuk
80 liter air).
- Catat setiap penggunaan larvisida yang dibubuhkan pada
formulir.
- Daya racun menempel di dinding kontainer yang berada dalam
air selama 3 bulan.
- Bila air di dalam kontainer selalu diganti tanpa digosok
dindingnya, daya racun bertahan 1 sampai 2 bulan.
- Bila air diganti sebanyak 30% setiap dua (2) hari, daya racun
bertahan 9 - 12 minggu.
Lakukan evaluasi tindakan anti larva dengan membandingkan
kepadatan larva/jentik sebelum dan setelah tindakan anti larva.
C.3 Pemberantasan Menggunakan Thermal Fogging
Pastikan seluruh petugas penyemprot memakai Alat Pelindung Diri
(pakaian kerja, sarung tangan, helmet, masker, sepatu, kacamata dan
lain-lain).
Periksa seluruh mesin fogging untuk memastikan dapat berfungsi
dengan baik, sebelum kegiatan dimulai.
Larutkan insektisida dengan solar sesuai takaran (malathion 96%
dengan perbandingan konsentrasi larutan 1 : 20 untuk mendapatkan
konsentrasi larutan 5%) dan larutkan sampai tercampur dengan
sempurna.
Masukkan larutan ke dalam setiap tangki mesin fogging sesuai dengan
kapasitas tangki.
Nyalakan mesin fogging dengan hati-hati.
Penyemprotan dilakukan secara mundur berlawanan arah angin dengan
kecepatan 5-6 km/jam. Bila menggunakan kendaraan, kecepatan
maksimal 8 km/jam.
Bila angin searah dengan jalan penyemprot, moncong mesin fogging
diarahkan ke depan dan disandang di bahu kanan.
5
6. Bila angin berlawanan arah dengan jalan penyemprot, moncong mesin
fogging diarahkan ke belakang dan disandang di bahu kiri.
Arah moncong membentuk sudut < 30° (hampir sejajar dengan
permukaan tanah).
Setiap pengisian ulang larutan insektisida, mesin fogging dalam
keadaan mati.
Selesai fogging, semua bagian yang terkena larutan/cairan bahan kimia
harus dibersihkan kemudian mengkabutkan mesin fogging dengan
kerosen tanpa insektisida dan batu batterai dikeluarkan.
Bersihkan mesin fogging setelah dipergunakan.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, lakukan fogging siklus II satu
minggu setelah fogging siklus I.
Dosis aplikasi insektisida pada fogging siklus II ditingkatkan berdasarkan
hasil evaluasi pelaksanaan fogging siklus I.
Lakukan evaluasi tindakan pemberantasan dengan membandingkan
kepadatan nyamuk sebelum dan setelah tindakan pemberantasan.
Data yang dibandingkan adalah hasil pengamatan 1-2 hari sebelum
fogging dan 1-2 hari setelah fogging/pengabutan.
C.4. Pelaksanaan Fogging / Spraying Dengan ULV (Ultra Low Volume)
Gunakan insektisida Technical Grade (murni).
Penyemprotan menggunakan Mesin ULV dan insektisida disemprotkan
dalam bentuk aerosol.
Ikuti petunjuk penggunaan mesin ULV sesuai Merk.
III. JEJARING KERJA
Jejaring kerja kegiatan pengawasan Aedes aegypti adalah:
Administrator Pelabuhan/Administrator Bandara.
Pelindo/Angkasa Pura.
Instistusi Pemerintah yang ada di lingkungan Pelabuhan/Bandara.
Institusi Swasta yang ada di lingkungan Pelabuhan/Bandara.
Dinas Kesehatan.
IV. PELAPORAN
Selesai melakukan kegiatan dibuat laporan dengan mengikuti kaidah
epidemiologi.
Bentuk Laporan :
a. Laporan Kegiatan
b. Laporan Bulanan
c. Laporan Tahunan
6
7. ALGORITMA
SURVEI JENTIK Aedes Sp.
DI PELABUHAN/BANDARA
OVITRAP
INDEKS = 0
HI : 0 OVITRAP
POSITIP
TELUR
PERIMETER
AREA
HI > 0 - LARVASIDASI LAPORAN SESUAI
- FOGGING KAIDAH
- PSN EPIDEMIOLOGI
- PENYULUHAN
SURVEI
JENTIK
HI > 1 %
BUFFER
AREA OVITRAP
INDEKS = 15 %
HI = 0 OVITRAP
OVITRAP
INDEKS < 15 %
HI < 1 %
7
8. ALGORITMA
SURVEI NYAMUK DEWASA Aedes Sp.
DI PELABUHAN/BANDARA
BEBAS AEDES
AEGYPTI
PERIMETER
AREA
POSITIP AEDES
AEGYPTI
-PENYULUHAN
SURVEI -ABATISASI
-PSN LAPORAN
NYAMUK
-FOGGING
RESTING RATE > 2,5
BUFFER
AREA
RESTING RATE < 2,5
8
9. PENGENDALIAN RESIKO LINGKUNGAN Disahkan oleh:
Dirjen PP&PL
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGENDALIAN NYAMUK ANOPHELES
Prof.dr.Tjandra Yoga
No. Dokumen : 02.002.2009 Hal : 9 dari 121 Aditama,Sp.P(K),MARS,DTM&
H,DTCE
I. PERSIAPAN
A. Sumber Daya Manusia
Syarat :
Fungsional Sanitarian, Entomolog.
Penunjang :
Kader yang sudah dilatih
Pengemudi/sopir yang memiliki SIM A.
B. Sarana Dan Prasarana
B.1 Sarana dan Prasarana Pengamatan
Peralatan
Mikroskop Binokuler/Mikroskop Stereo
Senter
Dipper/cidukan
Petridish
Pipet panjang dengan karet penghisap
Pipet sedang
Pipet kecil
Botol kosong kecil
Tas lapangan
Sepatu safety
Slide glass
Bahan
Formulir
Alat tulis
Alkohol 70%
Xilol
Glass objek
Cover glass
Kertas label
Kertas tisue
9
10. B.2 Sarana dan Prasarana Pengendalian
Peralatan
Mobil khusus vektor kontrol
Thermal Fogging
ULV
Masker
Helmet
Sepatu safety
Senter
Pakaian kerja
Sarung tangan
Jerigen
Gelas ukur
Corong
Ember
Kacamata safety
Pengaduk
Tool Kit
Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Timbangan
Sendok
Disetting (jarum seksi)
Loupe/kaca pembesar
Aspirator
Gunting
Paper cup
Kain kassa
Karet gelang
Kapas
Chloroform
Hygrometer
Thermometer
Anemometer
Alat tulis
Formulir
Kertas label
Kertas tissue
Bahan
Alkohol
Xylol
B.3 Sarana dan Prasarana Pemberantasan
Peralatan
Spray can
Mist blower
Ember
10
11. Corong
Masker
Sarung tangan karet
Helmet
Pakaian kerja
Sepatu safety
Kacamata safety
Bahan
Insektisida residual
Larvasida cair
II. LANGKAH – LANGKAH PELAKSANAAN
A. Pemetaan
Pemetaan daerah Perimeter dan daerah Buffer yang merupakan tempat
perindukan potensial Nyamuk Anopheles.
Membagi daerah pengawasan untuk memudahkan
pengawasan/pemberantasan.
B. Pengamatan
B.1 Survei Anopheles Stadium Larva
Penangkapan larva dengan menggunakan dipper/cidukan yang dilakukan
pada berbagai macam genangan air misalnya: lagun, sawah, rawa, galian
tanah dan lain-lain.
Larva dalam dipper diambil dengan pipet dan dipindahkan ke dalam vial
(botol kecil).
Vial diberi label yang berisi data-data : lokasi larva, tipe tempat
penangkapan dan nama kolektor.
Isilah formulir daftar isian.
Pengamatan larva Anopheles dilakukan pada pagi hari setiap bulan
sekali.
Identifikasi larva Anopheles (lihat kunci Anopheles).
Hitung kepadatan per dipper yaitu : setiap spesies larva yang ditangkap
dibagi jumlah cidukan.
B.2 Pelaksanaan Pengamatan Anopheles Stadium Dewasa Dengan
Umpan Orang
Tentukan minimal 6 orang untuk menjadi umpan.
Lakukan penangkapan nyamuk di dalam dan di luar rumah dengan umpan
orang.
Penangkapan di dalam rumah selama 45 menit dan 15 menit berikutnya
dilakukan penangkapan nyamuk di dinding.
11
12. Penangkapan di luar rumah dengan umpan orang selama 45 menit dan
15 menit berikutnya dilakukan penangkapan di kandang dan sekitarnya.
Nyamuk yang menggigit kaki, tangan dan bagian tubuh lainnya ditangkap
dengan menggunakan aspirator dengan penerangan senter.
Nyamuk yang tertangkap dimasukkan ke dalam paper cup yang terpisah
untuk tiap-tiap waktu penangkapan.
Paper cup ditutup kain kassa yang diberi lubang dan disumbat dengan
kapas.
Paper cup diberi label yang berisi tanggal, jam penangkapan.
Membunuh nyamuk dengan chloroform pada kapas penyumbat.
Identifikasi Nyamuk Anopheles (lihat Kunci Identisikasi Anopheles)
Hasil tangkapan, suhu, kelembaban dicatat dalam formulir.
Hitung MBR (Man Bitting Rate) yaitu nyamuk hinggap menggigit
tertangkap.
Hitung MHD (Man Hour Dencity) yaitu nyamuk hinggap tertangkap.
-
-
Pengamatan dimulai jam 18.00 s/d 06.00 dan dilakukan secara teratur
setiap bulan sekali.
B.3 Pengamatan Anopheles Stadium Dewasa Bukan Dengan Umpan
Orang
Tangkap nyamuk di dalam rumah yang hinggap di dinding, gantungan
pakaian, kelambu dan lain-lain dengan menggunakan aspirator.
Masukkan nyamuk yang tertangkap ke dalam paper cup yang terpisah
untuk tiap-tiap rumah.
Paper cup diberi label: tanggal, jam, methode, nama keluarga, bangunan
dan kolektor.
Lanjutkan dengan kegiatan out door resting collection dengan
menangkap nyamuk yang hinggap di rumput, semak, tebing, parit, lubang
tanah, pangkal pohon.
Masukkan nyamuk yang tertangkap ke dalam paper cup yang terpisah
untuk tiap-tiap rumah.
Paper cup diberi label: tanggal, jam, methode, nama keluarga, bangunan
dan kolektor.
Catat/hitung jumlah nyamuk yang tertangkap dalam tiap-tiap paper cup.
Lakukan identifikasi (lihat kunci Anopheles).
Hasil pengamatan dicatat dalam formulir isian dan memperhatikan
keadaan perut unfet, fed, gravid dan haif grafid
Hitung Density Nyamuk :
Density Nyamuk (D)= Jumlah tiap jenis nyamuk
Jumlah rumah yang diperiksa
12
13. Jika populasi vektor malaria meningkat atau terdapat infestasi baru dari
luar daerah pengawasan, segera lakukan pemberantasan.
C. Pemberantasan
C.1 Pemberantasan Nyamuk Anopheles Indoor Residual Spraying
Pastikan seluruh petugas penyemprot memakai Alat Pelindung Diri
(pakaian kerja, sarung tangan, helmet, masker, sepatu, kacamata dan
lain-lain).
Periksa Spray can untuk meyakinkan dapat berfungsi dengan baik dan
menggunakan nozzle standar.
Larutkan insektisida dengan pelarut air dalam ember plastik.
Masukkan insektisida yang sudah tercampur sempurna ke dalam Spray
can.
Pompa Spray can sebanyak 75 kali.
Lakukan penyemprotan di dalam / sekitar rumah pada tempat hinggap /
istirahat nyamuk.
Penyemprotan dilakukan pada dinding sampai betul-betul basah.
Penyemprotan harus mencapai sesuai dosis aplikasi untuk setiap jenis
insektisida.
Pada saat menyemprot dilarang makan/minum/merokok.
Selesai melakukan penyemprotan, peralatan dibersihkan dengan air
bersih.
Pakaian kerja dilepas dan cuci tangan yang bersih dengan menggunakan
detergen pembersih.
C.2 Pemberantasan Larva Anopheles
Persiapkan Mist blower dan periksa untuk memastikan berfungsi dengan
baik.
Kenakan pakaian kerja (helmet, kacamata, pakaian kerja, sepatu boot,
masker, dan sarung tangan).
Larutkan larvisida sesuai dengan dosis aplikasi (perhatikan petunjuk
penggunaan).
Tuangkan larvisida yang telah diaduk sempurna ke dalam tangki Mist
blower.
Hidupkan Mist blower dan gendong di punggung penyemprot.
Semprotkan ke permukaan genangan air tempat perindukan Anopheles
sehingga terjadi lapisan tipis
Aplikasi untuk menutup permukaan genangan air tempat perindukan
Anopheles sbb:
- Air mengalir: 142 – 190 liter/Ha
- Air tenang (tidak mengalir): 45 – 90 liter/Ha
- Air yang terdapat tumbuhan air: 90 – 180 liter/Ha
13
14. III. JEJARING KERJA
Jejaring kerja kegiatan pengawasan Aedes aegypti adalah:
Administrator Pelabuhan/Administrator Bandara.
Pelindo/Angkasa Pura.
Instistusi Pemerintah yang ada di lingkungan Pelabuhan/Bandara.
Institusi Swasta yang ada di lingkungan Pelabuhan/Bandara.
Dinas Kesehatan.
IV. PELAPORAN
Selesai melakukan kegiatan dibuat laporan dengan mengikuti kaidah
epidemiologi.
Bentuk Laporan:
a. Laporan Kegiatan
b. Laporan Bulanan
c. Laporan Tahunan
14
15. ALGORITMA
SURVEI LARVA ANOPHELES
DI PELABUHAN/BANDARA
TIDAK ADA
LARVA
PERIMETER
AREA
POSITIF
LARVA
SURVEI -PENYULUHAN
LARVA -PSN LAPORAN
ANOPHELES -IRS SESUAI
-LARVACIDING KAIDAH
EPIDEMIOLO
KEPADATAN LARVA GI
TINGGI
BUFFER
AREA
TIDAK ADA LARVA
15
16. ALGORITMA
PENGAWASAN ANOPHELES DEWASA
DI PELABUHAN/BANDARA
TIDAK ADA
ANOPHELES
PERIMETER
AREA
- PENYULUHAN
POSITIF
ANOPHELES - INDOOR PENGAMATAN
RESIDUAL RUTIN
SPRAYING
SURVEI (IRS)
ANOPHELES
DEWASA - POPULASI
ANOPHELES
TINGGI
- MBR / MHD
TINGGI
BUFFER
AREA
TIDAK ADA
ANOPHELES
16
17. PENGENDALIAN RESIKO LINGKUNGAN Disahkan oleh:
Dirjen PP&PL
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGENDALIAN LALAT
Prof.dr.Tjandra Yoga
No. Dokumen : 02.003.2009 Hal : 17 dari 121 Aditama,Sp.P(K),MARS,DTM&H,
DTCE
I.PERSIAPAN
A. Sumber Daya Manusia :
Syarat :
Fungsional Sanitarian, Entomolog.
B. Sarana Dan Prasarana
B.1 Sarana dan Prasarana Pengamatan
Peralatan
Fly grill
Counter
Hygrometer
Thermometer
Anemometer
Kendaraan
Bahan
Formulir
Surat Tugas
B.2 Sarana dan Prasarana Pemberantasan
Peralatan
Mobil
Mist blower/Spray can
Ember
Pengaduk
Pakaian kerja
Alat Pelindung Diri (masker, helmet, kacamata sarung tangan)
Lem lalat
Bahan
Insektisida
Pelarut
17
18. II. LANGKAH – LANGKAH PELAKSANAAN
A. Pengamatan
A.1 Pelaksanaan Survei Kepadatan Lalat di Pelabuhan
Buat pemetaan daerah potensial lalat.
Siapkan kelengkapan Fly grill dan peralatan lainnya.
Periksa seluruh kelengkapan sebelum melaksanakan kegiatan.
Lakukan pengukuran suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin.
Catat hasil pengukuran pada formulir yang tersedia.
Letakkan Fly grill di tempat potensial lalat seperti : TPS, kontainer
sampah, Tempat Penjualan Makanan.
Biarkan Fly grill dihinggapi lalat selama 30 detik.
Hitung lalat yang hinggap pada Fly grill dengan menggunakan counter.
Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali di setiap lokasi.
Catat dalam formulir pemeriksaan.
Lima nilai tertinggi dihitung rata-ratanya.
Cocokkan dengan Indeks dan interpretasikan sbb:
No Rata-rata Indeks
1 0-2 Rendah
2 3-5 Sedang
3 6 - 20 Tinggi
4 20 keatas Sangat Tinggi
Setelah dilakukan survei kepadatan dilakukan analisis hasil serta
rekomendasi, apabila kepadatan tinggi atau sangat tinggi maka dilakukan
tindakan pengendalian.
A.2 Pelaksanaan Survei Kepadatan Lalat Di Kapal
Pengamatan/surveilans : yaitu untuk mengetahui keberadaan lalat di
kapal dilakukan dengan melihat secara visual adanya lalat hidup.
Pengamatan/pemeriksaan keberadaan lalat di kapal dilakukan bersamaan
dengan kegiatan pemeriksaan sanitasi kapal dan pemeriksaan kapal
dalam rangka penerbitan SSCC.
Apabila ditemukan kehidupan lalat di atas kapal/pesawat
direkomendasikan untuk dilakukan tindakan Disinseksi.
18
19. B. Pemberantasan
B.1 Pemberantasan Dengan Peran Serta Masyarakat Melalui Perbaikan
Lingkungan
Petugas KKP melakukan pendekatan kepada pengelola
Pelabuhan/Bandara agar sampah ditangani secara saniter.
Masyarakat Pelabuhan/Bandara disarankan untuk menerapkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Apabila menemukan kondisi yang kurang sesuai (tempat sampah tidak
tertutup, banyak tumpukan sampah, sampah berserakan), petugas KKP
membuat surat teguran kepada pengelola Pelabuhan/Bandara dengan
tembusan kepada Administrator Pelabuhan/Bandara.
B.2 Pelaksanaan Penyemprotan Dengan Efek Knock Down
Tentukan lokasi pemberantasan.
Petugas penyemprot memakai pakaian kerja dan APD (helmet. kacamata
safety, sarung tangan dan sepatu safety).
Periksa mesin Mist blower/Spray can untuk memastikan dalam keadaan
baik.
Campurkan insektisida dengan pelarut di dalam ember sesuai dosis
aplikasi (perhatikan petunjuk dalam label insektisida).
Masukkan larutan ke dalam tangki.
Lakukan penyemprotan pada tempat-tempat potensial lalat (kontainer
sampah, Tempat Penjualan Makanan).
Bersihkan tangki setiap selesai melakukan kegiatan.
B.3 Larvisidasi
Persiapkan Mist blower dan periksa untuk memastikan berfungsi dengan
baik.
Kenakan pakaian kerja (helmet, kacamata, pakaian kerja, sepatu boot,
masker dan sarung tangan).
Larutkan larvisida sesuai dengan dosis aplikasi (perhatikan petunjuk
penggunaan).
Tuangkan larvisida yang telah diaduk sempurna ke dalam tangki Mist
blower.
Lakukan penyemprotan pada tempat-tempat potensial perindukan lalat
seperti sampah, sisa makanan dan kotoran lain.
Selesai melakukan pemberantasan, alat dibersihkan.
B.4 Pelaksanaan Penyemprotan Dengan Efek Knock Down Di Kapal
Intervensi/kegiatan pemberantasan lalat di kapal dilakukan melalui
kegiatan disinseksi kapal (lihat SOP Disinseksi).
19
20. III. JEJARING KERJA
Jejaring kerja kegiatan adalah:
Administrator Pelabuhan/Administrator Bandara.
Pelindo/Angkasa Pura.
Instistusi Pemerintah yang ada di lingkungan Pelabuhan/Bandara.
Institusi Swasta yang ada di lingkungan Pelabuhan/Bandara.
Tempat Pengolahan Makanan restoran/rumah makan/ jasa boga/makanan
jajanan).
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
IV. PELAPORAN
Selesai melakukan kegiatan dibuat laporan dengan mengikuti kaidah
epidemiologi.
Bentuk Laporan :
a. Laporan Kegiatan
b. Laporan Bulanan
c. Laporan Tahunan
20
21. Formulir
Survei Kepadatan Lalat
Kantor Kesehatan Pelabuhan ...............................
Lokasi :
Tanggal :
Jam :
No Tempat Jumlah Lalat Pada Interval Pemasangan Jumlah
Pemasangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Fly Grill
Temperatur :
Kelembaban :
................, ........................ 20 .....
Petugas,
( ................................. )
21
22. ALGORITMA
PENGENDALIAN LALAT
DI PELABUHAN/BANDARA
PERSIAPAN : PELAKSANAAN : SURVEI KEPADATAN
1. Peralatan 1. Pemetaan LALAT
2. Bahan 2. Jadwal
3. Penetapan
lokasi
KEPADATAN RENDAH KEPADATAN TINGGI
(<6) (>6)
PEMBERANTASAN
LAPORAN
22
23. PENGENDALIAN RESIKO LINGKUNGAN Disahkan oleh:
Dirjen PP&PL
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGENDALIAN KECOA
Prof.dr.Tjandra Yoga
No. Dokumen : 02.004.2009 Hal : 23 dari 121 Aditama,Sp.P(K),MARS,DTM&H,
DTCE
I. PERSIAPAN
A. Sumber Daya Manusia
Syarat:
Fungsional Sanitarian, Entomolog.
B. Sarana Dan Prasarana
B.1 Sarana dan Prasarana Pengamatan
Peralatan
Senter
Aerosol Attractant
Bahan
ATK
Formulir
B.2 Sarana dan Prasarana Pemberantasan
Peralatan
Mobil
Mist blower/Spray can/ULV Portable/Thermal Fog
Hand spray
Ember
Pengaduk
Pakaian kerja
Alat Pelindung Diri (masker, helmet, kacamata, sarung tangan)
Bahan
Insektisida
- Hidrokarbon berkhlor, 5% khlordane, dieldrin, heptachlor, lindane.
- Organofosfat : 2%diazinon, dikhlorvos, 5% malathion, ronnel.
Pelarut
23
24. II. LANGKAH – LANGKAH PELAKSANAAN
A. Pengamatan
A.1 Pelaksanaan Survei Kepadatan Kecoa Di Pelabuhan
Lakukan pemetaan untuk menentukan tempat perindukan potensial.
Lakukan pengamatan dengan cara melihat tanda-tanda keberadaan
kecoa seperti: keberadaan telur, kotoran, kecoa mati atau kecoa hidup.
Pada tempat-tempat persembunyian yang agak sulit disemprotkan
aerosol dan atau attractant, agar kecoa yang bersembunyi keluar.
Survei disarankan pada malam hari.
Hitung jumlah dan jenis tanda-tanda kecoa yang ditemukan.
Interpretasi hasil pemeriksaan sebagai berikut :
Kategori B.Germanica P.Branca B.Orientalis P.Americana
Rendah 0-5 0-3 0-1 0-1
Sedang 6-20 4-10 2-10 2-10
Tinggi/ 21-100 11-50 11-25 11-25
padat
Sangat 100 + 50 + 25 + 25 +
Tinggi
Interpretasi hasil :
o Rendah : Tidak menjadi masalah.
o Sedang : Perlu pengamanan tempat perkembangbiakan.
o Tinggi/ padat : Perlu pengamanan tempat perkembangbiakan
dan rencana pengendalian (lakukan Pest
Control/Hapus Serangga).
o Sangat tinggi : Perlu pengamanan tempat perkembangbiakan
dan pengendalian.
A.2 Pelaksanaan Survei Kepadatan Kecoa Di Kapal
Pengamatan/surveilans : yaitu untuk mengetahui keberadaan/kepadatan
populasi kecoa di kapal dilakukan dengan melihat secara visual tanda-
tanda sebagai berikut : terdapat kotoran dan kapsul telur (ootheca)
kecoa dan terdapat kecoa dewasa (mati/hidup) diseluruh ruangan/badan
kapal.
Untuk di tempat-tempat persembunyian yang agak sulit disemprotkan
aerosol dan atau attractant agar kecoa yang bersembunyi keluar.
24
25. Hitung jumlah dan jenis tanda-tanda kecoa yang ditemukan.
Interpretasi hasil pemeriksaan, lihat interpretasi pengamatan di
Pelabuhan (di atas).
Pengamatan/pemeriksaan keberadaan kecoa di kapal dilakukan
bersamaan dengan kegiatan pemeriksaan sanitasi kapal dan
pemeriksaan kapal dalam rangka penerbitan SSCC.
B. Pemberantasan
B.1 Pemberantasan Dengan Peran Serta Masyarakat Melalui
Perbaikan Lingkungan
Petugas KKP melakukan pendekatan kepada pengelola
Pelabuhan/Bandara/pemilik kapal agar menjaga kebersihan lingkungan.
Masyarakat Pelabuhan/Bandara/awak kapal/crew dihimbau untuk
menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Apabila menemukan kondisi yang kurang sesuai (tempat sampah tidak
tertutup, banyak tumpukan sampah, sampah berserakan, penyimpanan
makanan tidak saniter, kamar mandi/toilet/WC tidak bersih), petugas
KKP membuat surat teguran kepada Pengelola
Pelabuhan/Bandara/pemilik kapal dengan tembusan kepada
Administrator Pelabuhan/Bandara.
B.1 Pelaksanaan Penyemprotan Dengan Efek Knock Down Di
Pelabuhan/Bandara
Persiapkan alat penyemprot dan periksa untuk memastikan berfungsi
dengan baik.
Kenakan pakaian kerja (helmet, kacamata, pakaian kerja, sepatu boot,
masker dan sarung tangan).
Larutkan insektisida sesuai dosis aplikasi (perhatikan
petunjukpenggunaan).
Tuangkan insektisida yang telah diaduk sempurna ke dalam tangki alat
penyemprot.
Lakukan penyemprotan pada tempat-tempat potensial perindukan kecoa
seperti sampah, sisa makanan, kotoran lain, celah dinding bangunan
bagian dalam, tempat pengolahan makanan, WC/kamar mandi, got/
saluran air tertutup, septic tank).
Selesai melakukan pemberantasan, alat dibersihkan.
B.2 Pelaksanaan Penyemprotan Dengan Efek Knock Down Di Kapal
Intervensi/kegiatan pemberantasan kecoa di kapal dilakukan melalui
kegiatan disinseksi kapal (lihat SOP Disinseksi).
25
26. III. JEJARING KERJA
Jejaring kerja kegiatan adalah:
Administrator Pelabuhan/Administrator Bandara.
Pelindo/Angkasa Pura.
Perusahaan Pelayaran/Air Lines.
Institusi Pemerintah yang ada di lingkungan Pelabuhan/Bandara.
Institusi Swasta yang ada di lingkungan Pelabuhan/Bandara.
Tempat Pengolahan Makanan (restoran/rumah makan/jasa boga/makanan
jajanan).
IV. PELAPORAN
Selesai melakukan kegiatan dibuat laporan dengan mengikuti kaidah
epidemiologi.
Bentuk Laporan :
a. Laporan Kegiatan
b. Laporan Bulanan
c. Laporan Tahunan
26
27. ALGORITMA
PENGENDALIAN KECOA
DI PELABUHAN/BANDARA
PERSIAPAN PELAKSANAAN
1. Tim Survey 1. Pemetaan
2. Alat & Bahan 2. Jadual kerja Survey kecoa dg Form
3. Kendaraan 3. Sampling Pemeriksaan
lokasi
Kepadatan kecoa
Rendah Tinggi
Pemberantasan Kecoa
(Pemercikan)
Laporan
27
28. PENGENDALIAN RESIKO LINGKUNGAN Disahkan oleh:
Dirjen PP&PL
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGENDALIAN TIKUS DAN PINJAL
Prof.dr.Tjandra Yoga
No. Dokumen : 02.005.2009 Hal : 28 dari 121 Aditama,Sp.P(K),MARS,DTM&H,
DTCE
I. PERSIAPAN
A. Sumber Daya Manusia
Syarat :
Fungsional Sanitarian, Entomolog.
Penunjang :
Kader yang sudah dilatih
Pengemudi/sopir yang memiliki SIM A
B. Sarana Dan Prasarana
Peralatan
Kendaraan roda 4
Kendaraan roda 2
Perangkap
Kantong
Baskom
Sisir
Timbangan
Mikroskop
Object Glass
Petridish
Penyedot pinjal
Tabung gelas
Botol-botol vial untuk parasit lain
Penggaris
Kapas
Kunci Identifikasi
Baju
Sarung tangan
Masker
Kaca slide
Cover glass
Tanda-tanda peringatan pemasangan racun
Formulir dan ATK
28
29. Bahan
Chloroform
Umpan
Racun tikus
Alkohol
Lysol/sabun
II. LANGKAH – LANGKAH PELAKSANAAN
2.1. Di Pelabuhan/Bandara
A. Pemetaan
Pemetaan daerah yang menjadi lokasi pengawasan/pemberantasan.
Membagi daerah pengawasan untuk memudahkan
pengawasan/pemberantasan secara intensif (bagi KKP dengan daerah
yang luas).
Bagi KKP dengan daerah tidak terlalu luas, tidak perlu membuat
pembagian daerah pengawasan.
Peta yang dibuat memuat situasi gudang, gedung dan bangunan lain
yang ada di Pelabuhan/Bandara, tempat sampah, tempat pengolahan
makanan, saluran air, tempat penumpukan barang dan lokasi
penumpukan barang di area terbuka.
B. Pengamatan, Pemberantasan Tikus Dan Pinjal
B.1 Pengamatan Tikus Dan Pinjal
Siapkan perangkap yang telah diberi umpan: kelapa bakar, ikan asin,
buah (usahakan diganti setiap pemasangan selama 5 hari berturut-
turut).
Pemasangan perangkap pada sore hari, terutama di gudang-gudang
yang dilakukan setiap 40 hari selama 5 hari berturut-turut yang dapat
mencakup seluruh area pelabuhan. Untuk Pelabuhan besar dapat dibagi
menjadi 2-4 bagian sesuai dengan keadaan masing-masing bagian, yang
dikerjakan dalam 5 hari berturut-turut dan dapat diselesaikan dalam
jangka waktu 1 bulan.
- Jumlah perangkap yang dipasang antara 100-300 buah/hari (sesuai
dengan kebutuhan). Pada setiap kegiatan jumlah perangkap yang
dipasang minimal 100 buah dan maksimal 300 buah perangkap
tergantung luas area.
- Tiap jarak 10 m dipasang 1 perangkap.
- Pasangkan umpan pada seluruh perangkap yang akan dipasang.
Perangkap diambil keesokan harinya sebelum aktivitas mulai ramai (pagi
hari).
Catat jumlah perangkap yang hilang.
Pisahkan perangkap yang berisi tikus dan dimasukkan ke dalam karung
kain dan diberi label.
- Lakukan identifikasi tikus dan pinjal.
- Perangkap yang berisi tikus dan telah kosong harus dicuci dan
dikeringkan sebelum digunakan kembali.
29
30. - Seluruh umpan harus diganti setiap hari.
Menghitung kepadatan tikus = Tikus tertangkap
Jumlah perangkap yang dipasang
B.2 Identifikasi Tikus Dan Pinjal
Tikus yang sudah diberi tanda/label lalu dibunuh (secara mekanik atau
menggunakan kapas yang telah diberi chloroform dan dimasukkan dalam
karung, kemudian ditunggu beberapa menit sampai tikus tidak bergerak
lagi).
Lakukan penyisiran pada tikus menggunakan sisir khusus untuk kutu,
agar mudah mendapatkan ectoparasite (pinjal, fieks, chingger).
Melakukan identifikasi tikus untuk mengetahui spesiesnya (panjang tikus
keseluruhan, panjang ekor, panjang kaki, panjang telinga, menghitung
jumlah mamae, mengukur besar testis dan menimbang berat tikus) dan
kewaspadaan terhadap adanya kasus import.
Menghitung jumlah pinjal dan tentukan Indeks Pinjal (bila indeks pinjal
lebih dari 1, lakukan pemberantasan).
Menentukan species pinjal guna pemeriksaan jenis pinjal untuk
mengetahui apakah ada pinjal import dari negara lain yang terbawa oleh
kapal.
Indeks Pinjal (Flea Indeks) dihitung dengan rumus:
.
B.3 Peracunan Tikus
Petugas KKP membuat surat pemberitahuan kepada Adpel/Adbandara/
Pengelola Pelabuhan/Bandara tentang rencana pelaksanaan peracunan
tikus di Pelabuhan/Bandara.
Tentukan lokasi peracunan dan buatkan peta lokasi.
Racik rodentisida dengan umpan sesuai dosis aplikasi yang
diperkenankan (lihat brosur petunjuk pelaksanaan).
Pasang/letakkan racun tikus pada lokasi yang telah ditentukan.
Atur jarak lokasi antar umpan racun.
Pasang tanda bahaya bahan beracun pada tempat/lokasi peracunan.
Lakukan pengamatan setiap hari untuk melihat tikus yang mati.
Kumpulkan tikus yang mati, identifikasi kemudian kuburkan.
Catat jumlah, waktu, lokasi dan jenis tikus yang mati.
2.2. Di Kapal
A. Pemeriksaan Kehidupan Tikus
Untuk menyimpulkan ada tidaknya kehidupan tikus di kapal dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda kehidupan tikus di atas kapal:
30
31. Pemeriksaan tanda-tanda kehidupan tikus di atas kapal dilakukan
pada saat melakukan perpanjangan SSCC/SSCEC atau
pemeriksaan dilakukan pada saat kedatangan kapal dari daerah
terjangkit/luar negeri.
Pemeriksaan dimulai dari Anjungan Kapal, Kamar Perwira Kapal,
Dapur, Pantry, Ruang Makan, Gudang dan Ruang Mesin.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat tanda-tanda kehidupan
tikus, yaitu adanya: bau tikus, sarang, bekas kencing, kotoran, bekas
makanan, bangkai, bekas gigitannya, bekas jalan dan bekas telapak
kaki.
Apabila ditemukan tanda-tanda seperti yang telah disebutkan diatas,
maka direkomendasikan untuk dilakukan tindakan Derattisasi yang
pelaksanaannya oleh Badan Usaha Swasta (BUS) dengan
pengawasan dari petugas KKP.
B. Pengawasan Tindakan Pencegahan Tikus Di Kapal
Anjurkan kepada awak kapal untuk :
- Pasang rat guard secara benar pada tali kapal.
- Angkat tangga setinggi 60 cm dari dermaga.
- Nyalakan lampu pada malam hari di tangga kapal.
- Hindarkan kapal sandar berdampingan.
C. Pengawasan Tindakan Derattisasi
Petugas yang melakukan pengawasan Derattisasi harus memiliki
Sertifikat Pelatihan Fumigasi.
Petugas yang melakukan pengawasan Derattisasi harus mendapat
Surat Perintah Kerja dari Ka. KKP
Pelaksanaan pengawasan tindakan Derattisasi melihat Standar
Operasional Prosedur Tindakan Penyehatan Alat Angkut, Orang dan
Barang (SOP Fumigasi/Derattisasi).
III. JEJARING KERJA
Jejaring kerja kegiatan pengawasan Aedes aegypti adalah:
Administrator Pelabuhan/Administrator Bandara.
Pelindo/Angkasa Pura.
Instistusi Pemerintah yang ada di lingkungan Pelabuhan/Bandara.
Institusi Swasta yang ada di lingkungan Pelabuhan/Bandara.
Perusahaan Pelayaran/Air Lines.
Badan Usaha Swasta (BUS).
Pemilik Gudang.
31
32. IV. PELAPORAN
Selesai melakukan kegiatan dibuat laporan dengan mengikuti kaidah
epidemiologi.
Bentuk Laporan :
a. Laporan Kegiatan
b. Laporan Bulanan
c. Laporan Tahunan
32
33. ALGORITMA
PENGENDALIAN TIKUS DAN PINJAL
DI PELABUHAN/BANDARA
PERSIAPAN: PELAKSANAAN:
1. Perangkap 1. Pemetaan
2. Umpan 2. Jadual kerja IDENTIFIKASI
3. Kendaraan 3. Pemasangan
4. Tenaga perangkap
TIKUS PINJAL
SUKSES TRAP INDEK PINJAL
=1 >1
PEMBERANTASAN
EVALUASI
TINDAK LANJUT
LAPORAN
33
34. PENGENDALIAN RESIKO LINGKUNGAN Disahkan oleh:
Dirjen PP&PL
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGAWASAN PENYEDIAAN AIR BERSIH
Prof.dr.Tjandra Yoga
No. Dokumen : 02.006.2009 Hal : 34 dari 121 Aditama,Sp.P(K),MARS,DTM&H,
DTCE
I. PERSIAPAN
A. Sumber Daya Manusia
Syarat :
Fungsional Sanitarian yang telah mendapat Pelatihan Penyehatan Air.
Penunjang :
Pengemudi/sopir yang memiliki SIM A.
B. Sarana Dan Prasarana
B.1.Peralatan
Water Test Kit
Peralatan pengambilan sampel bakteriologis:
(botol sample, inkubator, bunsen, label dan cool box)
Peralatan pengambilan sampel kimiawi:
(jerigen dan label)
Peralatan pemeriksaan mikrobiologi portable
Comparator
Kendaraan operasional
Tas lapangan
Formulir
ATK (spidol)
Kertas label
Surat tugas
Formulir
Thermos sampel/cool box
B.2. Bahan
Reagen
Alkohol
C. Pemetaan
Membuat peta/denah situasi sistem penyediaan dan distribusi air di
Pelabuhan, meliputi:
Lokasi dan luas dari sistem distribusi air di Pelabuhan beserta
komponen-komponennya.
Lokasi dan tipe dari check valve atau alat pencegah aliran balik.
Lokasi dan tipe hidran, termasuk keterangan tentang perlindungan outlet
(kran) dan tangki bak penampung.
34
35. Daerah-daerah rawan dimana mudah terjadi pencemaran/kontaminasi.
Keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.
Faktor risiko perkembangbiakan vektor sarana penyediaan air bersih.
D.Jadwal Kerja
Tentukan waktu dan tempat pengambilan contoh air untuk keperluan
pemeriksaan.
Waktu pengawasan komponen-komponen sistem penyediaan dan
distribusi air secara keseluruhan.
II. LANGKAH – LANGKAH PELAKSANAAN
A. Pengawasan Penyediaan Air Bersih Di Pelabuhan/Bandara
A.1 Pengamatan Lapangan/Inspeksi Sanitasi
Dilakukan terhadap seluruh jenis sarana penyediaan air bersih mulai dari
sumber, distribusi hingga ke konsumen meliputi:
Kondisi.
Pemeliharaan.
Perbaikan (bila tidak memenuhi standar).
Pengawasan dan penyuluhan tentang cara-cara supplai air minum yang
hygienis dan sanitair.
Hasil inspeksi sanitasi dicatat dalam formulir isian.
Pengawasan Sarana Penyediaan Air Bersih
Meliputi :
(1). Storage Tank
- Tangki persediaan air minum dapat berupa bak di bawah tanah
atau menara air.
- Harus terlindung sehingga tidak kemasukan kotoran, burung,
serangga, sinar matahari langsung dan lain-lain sebagainya.
- Tiap 6 (enam) bulan sekali tangki harus dikuras/dibersihkan,
kemudian seluruh dinding bagian dalam dilabur dengan larutan
semen kental setelah kering, tangki didisinfeksi dengan chlorinasi,
dengan:
o Larutan kaporit 50 mg/lt selama 24 jam, atau
o Larutan kaporit 100 mg/lt selama 1 jam.
- Setelah itu tangki dibilas dengan air bersih, dan dapat
dipergunakan lagi.
(2). Hidran
- Pemasangan hidran yang ideal ialah setinggi 45 cm dari pelataran
dermaga. Jika terpaksa harus dibuat dalam lubang berukuran ½ x
½ x ½ m3 rata dengan dermaga, lubang tersebut dilengkapi
dengan lubang pembuang air (drainase) di dasarnya dan diberi
tutup yang kuat dari logam atau gewapend beton.
- Keadaan hydran, lubang dan tutup harus selalu bersih.
- Usahakan agar tidak terjadi back-syphonage (air dari kapal
kembali masuk ke pipa saluran di pelabuhan melalui hidran).
35
36. - Usahakan agar tidak terjadi cross-connection, bila terdapat 2 (dua)
sistem saluran air atau dual sistem (misalnya air minum dan bukan
air minum).
- Pipa-pipa yang dipakai untuk menghubungkan hidran dengan
kapal, tongkang/perahu dan lain-lain harus selalu bersih dan tidak
bocor, terutama bagian dalamnya.
- Pipa-pipa demikian seharusnya disimpan secara hygienis di dalam
lemari/tempat khusus dekat hidran.
Cara Membersihkan Pipa Penghubung Hidran Dengan Kapal
Meliputi :
o Bersihkan/cuci bagian dalam pipa dengan air bersih (potable
water), lalu keringkan.
o Tinggikan kedua ujung pipa, masukkan larutan kaporit 100
ppm hingga penuh dan biarkanlah selama 1 jam kemudian
buang larutan kaporit dari pipa.
o Pipa dibilas dengan air bersih.
Perlu diperhatikan kebiasaan jelek dari sebagian karyawan Pelabuhan
yaitu mempergunakan lubang tempat hidran sebagai tempat menampung
air untuk mandi, mencuci dan lain-lain dengan cara menyumbat drain dan
membuka kran dengan paksa. Hal tersebut harus dilarang dan juga
meletakkan pipa-pipa air secara sembarangan harus dihindarkan.
(3). Tongkang Air/Mobil Air, Bak/Tong Air
- Disini risiko polusi/kontaminasi lebih besar karena air dari dermaga
dimasukkan lebih dulu ke tongkang mobil air, bak/tong air dan
setelah itu baru diangkat/disalurkan ke kapal.
- Pengawasannya sama dengan pengawasan pada storage
maupun hidran.
- Perhatikan cara penyaluran air tersebut harus sanitair hygienis.
- Perlu penyuluhan dan pengawasan tentang sanitary water
handling practices.
- Dilarang mandi, mencuci dan lain-lain di atas tangki dengan
menimba air melalui manhole.
- Pipa-pipa penghubung yang digunakan harus bersih.
(4). Mobil Air, Bak/Tong Air.
- Pengawasannya sama dengan pengawasan pada storage
maupun hidran.
A.2 Pengawasan Kualitas Air
Pelaksanaan :
a). Cara Pengambilan Contoh Air Untuk Pemeriksaan Bakteriologi
(1). Kran atau Hidran
- Air dialirkan 2-3 menit (agar air yang ditampung betul-betul berasal
dari dalam distribusi) kemudian kran/hidran ditutup lagi.
- Kran/hidran dihapus hamakan dengan nyala api (terutama mulut
kran/hidran) sampai keluar uap air.
36
37. - Buka kran/hidran agar air panas mengalir keluar semuanya (kira-kira
2 menit).
- Buka tutup botol sampel dan tampung air ke dalamnya sebatas leher
botol (minimal 100 cc), lalu mulut botol diflambir dan ditutup lagi
(botol sampel harus steril).
- Selama pengisian harus dijaga agar tidak ada kontaminasi, mulut
botol serta tutupnya jangan sampai tersentuh tangan, kran/hidran.
- Botol diberi label (nomor, tanggal, jam pengambilan, lokasi
pengambilan dan nama pengambil).
- Bila pemeriksaan air secara bakteriologis dengan system membrane
filter, tata cara pengambilan dan pemeriksaan mengikuti petunjuk
pada brosur alat tersebut.
(2). Perahu/Tongkang Air dan Mobil/Tangki Air
- Pengambilan sampel dilakukan melalui lubang utama (main hole)
pada perahu/tongkang air dan mobil/tangki air.
- Botol, tutup botol, tali pemberat serta kertas pelindung semuanya
steril.
- Botol dipegang dengan tangan kiri, buka kertas pembungkus dan
pegang ujung talinya.
- Tutup botol dibuka kemudian botol diflambir.
- Botol perlahan-lahan dimasukkan ke dalam air pada tongkang air
mobil/tangki air sampai pada kedalaman + 10 cm.
- Botol diangkat ke atas dan isinya sebagian dikeluarkan/dikurangi
sehingga tinggal 100 cc.
- Mulut dan tutup botol diflambir.
- Botol diberi label (nomor, tanggal, jam pengambilan, lokasi
pengambilan dan nama pengambil).
Keterangan:
1). Cara Pengambilan Sampel Air Untuk Pemeriksaan
Bakteriologis.
o Botol sampel biasanya terbuat dari gelas pyrex dan harus
disterilkan (bila air yang telah mengalami pengolahan dan
diberi chlor maka botol sampel diberi Na-Thiosulfat untuk
menetralisir chlor).
o Untuk pemeriksaan bakteriologis sampel yang diambil 100-
200 cc atau lebih.
o Untuk pengambilan contoh air dari tempat-tempat yang
dalam (tangki, sumur, sungai) digunakan botol yang ada
pemberatnya dan diberi tali logam.
o Seluruh botol (plus pemberat dan talinya) disterilisir dalam
keadaan terbungkus rapat.
2). Cara Pengambilan Sampel Dari Tangki Air Melalui Main Hole.
o Digunakan botol yang bertali.
o Dengan hanya memegang pembungkus dan ujung tali, tutup
botol dibuka, dicelupkan ke dalam air di dalam tangki.
37
38. o Setelah penuh, ditutup kembali dengan diflambir terlebih
dahulu.
o Tali dan botol jangan sampai menyentuh tepi lubang main-
hole atau dinding tangki untuk mencegah kontaminasi.
o Botol berisi contoh air diberi label yang jelas tentang:
Sampling poin (titik/lokasi pengambilan sampel).
Waktu pengambilan sampel.
Nama pengambil sampel.
Nama sampel.
o Kemudian botol sampel secepatnya dikirimkan ke
laboratorium.
o Pemeriksaan harus dilakukan dalam waktu kurang dari 24
jam. Bila belum dapat segera dikirimkan atau laboratorium
jauh letaknya, dapat disimpan terlebih dahulu di lemari
es/diangkut dalam thermos es untuk mencegah
berkembangbiaknya kuman-kuman yang mungkin ada.
Hasil Pemeriksaan Bakteriologis Dan Tindakan-Tindakan
Follow-up
- Hasil pemeriksaan bakteriologis dinyatakan dalam satuan jumlah
kuman/100 ml air, dengan standar Escheria coli/100 ml air
sampel harus 0 (nol).
- Apabila sampel air diambil dari sistem distribusi maka standar
yang digunakan tidak hanya E. coli tetapi juga Total Bakteri
Coliform/100ml air sample, harus maksimum 10 (sepuluh) untuk
pipa dan maksimum 50 (lima puluh) untuk non pipa.
- Sampel air yang mengandung E. coli menunjukkan bahwa air
tersebut telah tercemar faeces.
- Bila hasil pemeriksaan air yang telah didisinfeksi menunjukkan
adanya kuman coliform, berarti bahwa proses purifikasi kurang
baik atau cara pengambilan contoh air yang salah. Hendaknya
pengambilan sampel diulangi.
- Air dapat mengalami pencemaran dari luar karena adanya:
Kebocoran
Cross connection dengan sistem bukan air minum.
Back syphonage pada kran atau hidran.
b). Cara Pengambilan Contoh Air Uuntuk Pemeriksaan Kimiawi
(1). Kran/Hidran
- Jerigen sampel dibilas dengan air sampel sebanyak 3 (tiga) kali.
- Air dialirkan ke dalam jerigen sebanyak 5 (lima) liter.
- Jerigen diberi label (nomor, tanggal, jam pengambilan, lokasi
pengambilan dan nama pengambil).
38
39. (2). Perahu/Tongkang Air dan Mobil/Tangki Air
- Pengambilan sampel dilakukan melalui lubang utama (main hole)
pada perahu/ tongkang air dan mobil/tangki air.
- Jerigen sampel dibilas dengan air sampel sebanyak 3 (tiga) kali.
- Air dialirkan ke dalam jerigen sebanyak 5 (lima) liter.
- Jerigen diberi label (nomor, tanggal, jam pengambilan, lokasi
pengambilan dan nama pengambil).
- Bila pengiriman sampel melebihi 24 jam, sampel air diberi pengawet
natrium thiosulfat.
Dalam keadaan tertentu pengambilan contoh air lebih sering, misalnya:
ada wabah water-borne disease, polusi, kebocoran/perbaikan pada
sistem distribusi air.
Jumlah Minimal Sampel Air Minum Pada Jaringan Distribusi
Penduduk Yang Dilayani Jumlah Minimal Sampel per Bulan
< 5000 jiwa 1 sampel
5000 s/d 100.000 jiwa 1 sampel per 5000 jiwa
> 100.000 jiwa 1 sampel per 10.000 jiwa, ditambah
10 sampel tambahan.
Pengawasan Terhadap Kadar Chlor
- Pengertian chlorinasi :
Chlor sering digunakan sebagai desinfektan. Sisa chlor (residual chlor)
dalam air yang didisinfeksi sedikit banyak dapat melindungi air dalam
pipa-pipa saluran terhadap kontaminasi lebih lanjut.
- Pemeriksaan kadar sisa chlor (bebas maupun terikat) :
Dapat dilakukan di lapangan sebagai pendukung pemeriksaan
bakteriologis, dilaksanakan pada waktu pengambilan contoh air di
sampling point.
Pemeriksaan dilakukan dengan komparator, melalui cara:
OT (orthotolidin method)
OTA (acid orthotolidin method)
DPD (diethyl-phenylene-diamine method)
- Kadar sisa chlor pada sistem distribusi di pelabuhan tidak boleh kurang
dari 0,2 ppm (bila digunakan chlor sebagai desinfektan).
39
40. - Bila hasil pemeriksaan ternyata kurang dari 0,2 ppm maka chlorinasi
belum sempurna dan KKP harus memberi nasehat/ saran-saran untuk
perbaikan.
A.3 Pemeriksaan Kualitas Air
Sampel yang akan diperiksa diberi kode sampel.
Untuk sampel mikrobiologi, sampel diperlakukan secara aseptis.
Periksa sampel sesuai parameter yang akan diperiksa.
Prosedur pemeriksaan sampel mengikuti petunjuk pemeriksaan sesuai
parameter yang akan diperiksa.
Cara pemeriksaan untuk setiap parameter ikuti petunjuk pada alat/bahan
yang dipakai dan prosedur pemeriksaan yang baku di laboratorium.
Analisis hasil pemeriksaan dan berikan saran tindak lanjut.
Sampaikan hasil pemeriksaan dan saran tindak lanjut ke
pemilik/pengelola.
Bila di KKP tidak tersedia sumber daya untuk pemeriksaan kualitas air,
dapat merujuk ke BTKL-PPM atau Laboratorium Kesehatan (Labkes).
B. Pemeriksaan Air Bersih Di Kapal Dan Penerbitan Sertifikat
Pemeriksaan kualitas air bersih di atas kapal dilakukan pada saat
pemeriksaan sanitasi kapal dalam rangka penerbitan SSCC/SSCEC dan
atau pada saat pemeriksaan sanitasi kapal saat kedatangan kapal dari
luar negeri/daerah terjangkit.
Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan analisis secara fisik dan
kimia terhadap persediaan air bersih di kapal.
Pemeriksaan secara fisik dilakukan dengan cara mengambil sampel air
pada sumber air (misal: gelas), selanjutnya periksa apakah berwarna,
berbau dan berasa.
Lakukan pemeriksaan secara kimiawi dengan Water Test Kit untuk
melihat kadar: Sisa Chlor, pH, Fe, Mn, Cu, Nitrat, Nitrit.
Analisis hasilnya, apabila ada ketidak sesuaian informasikan berikut
rekomendasinya kepada Nakhoda secara tertulis.
Terbitkan sertifikat air bersih dan tagih biaya PNBP.
Apabila pemeriksaan dalam rangka penerbitan SSCC/SSCEC, tulis hasil
pemeriksaan pada Form yang tersedia.
Apabila pemeriksaan dilakukan dalam rangka pemeriksaan kedatangan
kapal, buat laporan hasil pemeriksaan dan dilaporkan kepada
Kabid/Kasi PRL.
III. JEJARING KERJA
1. Kantor Kesehatan Pelabuhan
2. Administrator Pelabuhan/Adminitrator Bandara
3. Perusahaan Pelayaran
4. Perusahaan tongkang penyuplai air ke kapal
5. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
6. Balai Laboratorium/BBTKL-P2M
40
41. 7. PDAM setempat
8. Pelindo/Pengusahaan Pelabuhan lainnya
IV. PELAPORAN
Mekanisme pelaporan di KKP adalah sebagai berikut :
Data dari penanggung jawab kegiatan dilaporkan ke Kepala Bidang/Kepala
Seksi, sedangkan untuk Wilker dilaporkan ke KKP Induk melalui koordinator
pelaporan di masing-masing seksi di KKP Induk.
Dari KKP Induk dilaporkan Ke Ditjen PP & PL melalui Sistem Informasi
Manajemen Kesehatan Pelabuhan Cq. Ka.Sub.Dit. Karkes.
Data yang sifatnya KLB di laporkan 1 x 24 Jam.
Untuk mekanisme evaluasi dilakukan secara berjenjang, artinya wilayah
kerja dievaluasi oleh KKP Induk sedangkan KKP Induk disamping
melakukan evaluasi di masing-masing bidang/seksi juga dievaluasi oleh
Ditjen PP & PL.
Hasil pemeriksaan ditindaklanjuti dengan menginformasikan hasil
pengawasan kepada pengelola dan tembusan Administrator
Pelabuhan/Administrator Bandara serta Pemerintah Daerah/Ka.Dinkes
setempat.
Bila hasil pemeriksaan tidak baik, surat pemberitahuan yang disampaikan
selain informasi juga langkah-langkah penanggulangan.
41
42. ALGORITMA
PENGAWASAN PENYEDIAAN AIR BERSIH
DI PELABUHAN/BANDARA
KETENTUAN:
1. Pemeriksaan
rutin
2. Kasus PHEIC
PERSIAPAN:
1. SPK
2. Alat/Bahan
3. Petugas/SDM
PELAKSANAAN
PENGAWASAN SARANA: PENGAWASAN AIR BERSIH:
- Inspeksi Sanitasi - Pengambilan &
Pemeriksaan Sampel Air
(Fisika,Kimia &
Bakteriologi)
Tingkat Resiko Pencemaran Tingkat Resiko Pencemaran
RENDAH TINGGI TIDAK BAIK BAIK
Pembinaan guna perbaikan Pembinaan intensif
sarana PAB yang kurang perbaikan kualitas Air
baik
TINDAK LANJUT
42
LAPORAN
43. ALGORITMA
PENGAWASAN AIR BERSIH DI KAPAL
DALAM RANGKA SERTIFIKASI AIR BERSIH ALAT ANGKUT
PERSIAPAN:
- Alat & Bahan
Pengambilan dan Pemeriksaan Air bersih
secara Fisik & Kimia Terbatas
Analisis Hasil
Pemeriksaan
Hasil Baik Hasil Tidak Baik
Saran Perbaikan
Sertifikat Air Bersih Atau
Tindakan Penyehatan
43
44. PENGENDALIAN RESIKO LINGKUNGAN Disahkan oleh:
Dirjen PP&PL
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
HYGIENE SANITASI TEMPAT PENGOLAHAN
MAKANAN / TPM ( JASABOGA,
Prof.dr.Tjandra Yoga
R. MAKAN/RESTORAN ,MAKANAN JAJANAN ) Aditama,Sp.P(K),MARS,DTM&H,
DTCE
No. Dokumen : 02.007.2009 Hal : 44 dari 121
I. PERSIAPAN
A. Sumber Daya Manusia
Syarat :
Fungsional Sanitarian yang telah mendapat Pelatihan Penyehatan
Makanan dan HACCP.
B. Sarana Dan Prasarana
B.1.Peralatan
Food Poison Detection/Food Security Kit
Water Test Kit
Mobil Sampling
Lux Meter
Plastik sampel
Penjapit makanan steril
Label
Cool box
CO meter
Thermos sampel
Bunsen
Formulir
Alat tulis
Sarung tangan
Buku register
B.2. Bahan
Reagen
Alkohol
Kapas
Lidi steril
Carry blair
Surat Tugas
Buku Kesehatan Karyawan/Penjamah
Buku Pemeriksaan TPM
C. Jadwal Kerja
Tentukan waktu dan tempat pengambilan contoh makanan/minuman
untuk keperluan pemeriksaan.
Tentukan waktu inspeksi TPM.
44
45. D. Sasaran
Sasaran pemeriksaan meliputi semua jenis TPM yaitu rumah makan,
restoran, jasaboga, makanan jajanan, lounge, kios makanan, warung,
kafe, kantin dan TPM lainnya.
II. LANGKAH – LANGKAH PELAKSANAAN
A. Pendataan TPM
a. Pendataan dilakukan oleh Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan dengan
mengisi formulir pendataan .
b. Petugas mengisi formulir secara baik dan benar dengan menyertakan
tanda tangan.
c. Formulir yang telah diisi diperiksa ulang dan semua data dicatat ke dalam
Buku Register Pendataan.
d. Formulir disimpan oleh petugas sebagai dokumen pendataan.
B. Sertifikasi TPM
Pemilik TPM mengajukan surat permohonan kepada Kepala KKP.
Surat permohonan seperti dimaksud butir 1.a. di atas disertai lampiran
sebagai berikut:
1) Fotocopy KTP pemohon yang masih berlaku.
2) Denah bangunan dapur.
3) Surat penunjukan penanggung jawab TPM.
4) Fotocopy ijazah/sertifikat tenaga sanitasi yang memiliki
pengetahuan Hygiene Sanitasi Makanan.
5) Fotocopy sertifikat Kursus Hygiene Sanitasi Makanan bagi
pengusaha.
6) Fotocopy sertifikat Kursus Hygiene Sanitasi Makanan bagi
penjamah makanan minimal 1 (satu) orang penjamah makanan.
7) Rekomendasi dari Asosiasi TPM (bila ada).
Lakukan pemeriksaan sanitasi TPM menggunakan formulir pemeriksaan
sesuai jenis TPM :
o Untuk Rumah Makan/Restoran lihat (Kepmenkes Nomor
1098/Menkes/SK/ VII/2004.
o Untuk Jasa Boga lihat (Kepmenkes Nomor
715/Menkes/SK/V/2003.
o Untuk Makanan Jajanan dilakukan pendaftaran Sesuai
Kepmenkes Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003.
Lakukan penilaian terhadap nilai hasil pemeriksaan dan dituangkan dalam
berita acara.
Batas laik hygiene sanitasi mengacu kepada: Kepmenkes
1098/Menkes/SK/ VII/2004, Kepmenkes Nomor: 715/Menkes/SK/V/2003,
942/Menkes/SK/VII/2003).
Lakukan pemeriksaan sampel makanan dan usap dubur penjamah
makanan.
Analisis hasil pemeriksaan.
Pemberian sertifikat laik hygiene sanitasi TPM berdasarkan analisis hasil
pemeriksaan dengan menggolongkan TPM berdasarkan skor hasil
45
46. pemeriksaan dengan mengacu kepada: Kepmenkes
1098/Menkes/SK/VII/2004, Kepmenkes Nomor: 715/Menkes/SK/V/2003).
C. Audit TPM
Petugas KKP melakukan pemeriksaan lapangan dengan melakukan
kunjungan ke TPM, dilakukan paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun
disertai oleh Asosiasi TPM (bila ada).
Pemeriksaan fisik : formulir yang digunakan untuk pemeriksaan TPM
adalah Formulir Pemeriksaan Kelaikan TPM.
Lakukan pengambilan sampel dan specimen terhadap jenis makanan
yang dicurigai.
Pemeriksaan kesehatan penjamah makanan (pengambilan dan
pemeriksaan sampel rectal swab terhadap penjamah makanan dilakukan
setiap 6 bulan sekali).
Lakukan pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan sampel dan
specimen ke Laboratorium.
Pemeriksaan bakteriologis dan kimia terhadap sampel makanan, sampel
usap alat dan sampel usap tangan di laboratorium .
D. Pembinaan, Pengawasan Dan Penetapan Tingkat Mutu TPM
Petugas KKP melakukan pemeriksaan berkala terhadap TPM.
Hasil pemeriksaan disebarluaskan kepada masyarakat Pelabuhan dan
Bandara.
Lakukan uji petik audit hygiene sanitasi sewaktu-waktu untuk menilai
kondisi fisik, fasilitas dan lingkungan TPM, tingkat cemaran makanan dan
atau dalam hal ada KLB/wabah dan keadaan yang membahayakan
lainnya.
Bila hasil pemeriksaan tidak memenuhi syarat, lakukan pembinaan berupa
saran -saran perbaikan, namun bila tidak diindahkan maka cabut Sertifikat
Laik Hygiene Sanitasinya dan diusulkan untuk dicabut izin usahanya.
Bila terjadi Kejadian Luar Biasa penyakit (KLB) dan atau kematian yang
bersumber dari TPM, lakukan penyelidikan dengan seksama bekerjasama
dengan PPNS untuk proses verbal.
Untuk penilaian dan penetapan tingkat mutu TPM mengacu kepada
Kepmenkes 1098/Menkes/SK/VII/2003 (khusus rumah makan dan
restoran).
E. Tata Cara Pengambilan dan Pemeriksaan Spesimen TPM
Petugas KKP mengambil sampel makanan dan specimen TPM yang
terdiri dari sampel makanan, usap tangan, usap dubur dan usap alat
masak dan sampel air.
Sampel makanan dan specimen dikirim ke laboratorium untuk dilakukan
pemeriksaan atau diperiksa sendiri di laboratoroium KKP bila memiliki
sumber daya yang mampu untuk melakukan pemeriksaan.
Tata cara pemeriksaan sampel mengacu kepada jenis parameter yang
akan diperiksa dan jenis alat/bahan yang dipakai. Ikuti petunjuk
46
47. pemeriksaan dalam label alat pemeriksaan atau pedoman yang baku di
laboratorium.
Analisis hasil pemeriksaan dan tindak lanjut ke pemilik TPM.
F. Kursus Penjamah Makanan
Berdasarkan pada :
Lampiran II Kepmenkes RI No. 715/Menkes/SK/V/2003 tentang
Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga
Lampiran II Kepmenkes 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan
Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran.
Lampiran II Kepmenkes Nomor: 715/Menkes/SK/V/
2003,942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene
Sanitasi Makanan Jajanan.
III. JEJARING KERJA
Kantor Kesehatan Pelabuhan.
Administrator Pelabuhan/Adminitrator Bandara.
Pengusaha TPM.
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
Balai Laboratorium/ BBTKL-P2M
Pelindo/Pengusahaan Pelabuhan lainnya.
IV. PELAPORAN
4.1. Pencatatan
1) Pengusaha, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan Asosiasi TPM
Pengusaha/penanggung jawab dan Asosiasi TPM setempat
berkewajiban melaporkan kepada Kepala Kantor Kesehatan
Pelabuhan setempat bilamana diduga terjadi keracunan makanan.
Laporan disampaikan kepada petugas Kesehatan Pelabuhan dengan
mengisi formulir JB.4.
Pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam keputusan
ini dikenakan tindakan sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku, seperti:
- Tindakan penghentian/penutupan sementara kegiatan TPM.
- Tuntutan pengadilan, bilamana diduga telah menimbulkan
bahaya kesehatan masyarakat seperti kejadian luar
biasa/keracunan makanan dan atau kematian.
- Pencabutan Laik Hygiene Sanitasi disertai Berita Acara
Pemeriksaan.
2) Karyawan TPM
Karyawan penjamah TPM harus memiliki buku kesehatan karyawan
masing-masing.
47
48. Riwayat kesehatan karyawan penjamah harus dicatat di dalam buku
ini setiap pemeriksaan kesehatan atau berobat ke dokter atau
petugas medik lainnya.
3) Petugas Kesehatan
Petugas pengawas harus mencatat semua KLB keracunan makanan
secara tertib dan teratur.
Petugas pengawas menyampaikan laporan berkala berupa:
- Kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan dan tindakan
yang dilakukan.
- Kegiatan lain yang perlu dilaporkan.
Pengiriman laporan ke Dirjen PP & PL dilakukan berjenjang dengan
tembusan dikirim kepada Direktur Sepim Kesma, Direktur
Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Ka.Sub.Dit. Karkes dan Administrator
Pelabuhan/Bandara.
4) Masyarakat/Konsumen
Masyarakat dan atau konsumen pelanggan dapat menyampaikan
laporan atau keluhan atas pelayanan TPM dan atau meminta
konfirmasi tentang TPM yang laik hygiene sanitasi kepada Kantor
Kesehatan Pelabuhan atau Asosiasi TPM yang telah terdaftar di
Pemerintah Daerah setempat.
4.2. Pelaporan
Mekanisme pelaporan dalam pengawasan hygiene sanitasi TPM adalah:
Data dari wilayah kerja dilaporkan ke KKP Induk.
Data dari KKP Induk dilaporkan ke Ditjen PP & PL dengan tembusan
ke pihak-pihak terkait.
Data yang sifatnya KLB dilaporkan segera dalam 1 x 24 jam dan
laporan harus sudah masuk ke Ditjen PP & PL.
Laporan Hasil kegiatan pengawasan TPM dianalisis dan dibuat
rekomendasinya (apakah diberi penyuluhan, surat teguran atau
rekomendasi penutupan kepada pengelola pelabuhan).
48
50. ALGORITMA
PENGAWASAN HYGIENE SANITASI TEMPAT PENGOLAHAN
MAKANAN/TPM
(JASABOGA, RUMAH MAKAN/RESTORAN, MAKANAN JAJANAN)
DI PELABUHAN/BANDARA
Pendataan TPM
Sertifikasi TPM (tetapi khusus
Izin Usaha makanan jajanan langsung diberikan Permohonan Pemilik TPM
stiker)
1. Pengambilan dan Layak/Laik, Tidak Layak / 1. Uji Kelaikan fisik TPM
pemeriksaan sampel Tidak Laik 2. Pengambilan dan pemeriksaan
Disertifikasi
& specimen TPM sampel dan specimen
3. Kursus penjamah makanan
4. Pemeriksaan kesehatan
penjamah
Audit TPM Pembinanaan dan Pengawasan Grading
(khusus rumah
makan/
Memenuhi Tidak memenuhi Memenuhi Tidak memenuhi
syarat syarat syarat syarat
- Saran perbaikan
- Cabut Sertifikat Laik
Hygiene Sanitasi TPM
50
51. ALGORITMA
PENGAMANAN MAKANAN/MINUMAN
DI PELABUHAN/BANDARA
KETENTUAN:
1. Pemeriksaan rutin
2. Kasus PHEIC
PERSIAPAN:
1. SPK
2. Alat/Bahan
3. Petugas/SDM
PELAKSANAAN
PENGAWASAN MAKANAN : PENGAWASAN
PENGAWASAN TEMPAT - Pengambilan/pemeriksaan PENJAMAH MAKANAN : PENGAWASAN
/SARANA : sampel (Organoleptik, Personal Hygiene, Usap PERALATAN :
- Inspeksi Sanitasi Biologis, Fisik,Kimia Tangan, Usap
(Usap Alat)
&Bakteriologi) Dubur,Pemeriksaan Darah
(Hepatitis A & Typhoid)
MEMENUHI TIDAK MEMENUHI
SYARAT SYARAT
TIDAK BAIK BAIK
Pembinaan guna perbaikan
TINDAK LANJUT
51
LAPORAN
52. PENGENDALIAN RESIKO LINGKUNGAN Disahkan oleh:
Dirjen PP&PL
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGAWASAN LEVARANSIR / SUPPLIER
BAHAN MAKANAN
Prof.dr.Tjandra Yoga
No. Dokumen : 02.008.2009 Hal : 52 dari 121 Aditama,Sp.P(K),MARS,DTM&H,
DTCE
I. PERSIAPAN
A. Sumber Daya Manusia
Syarat :
Fungsional Sanitarian yang telah mendapat Pelatihan Penyehatan Air
Penunjang :
Analis
B. Sarana Dan Prasarana
B.1.Peralatan
Food Security Kit/Food Poison Detection
Plastik sampel
Thermos sampel
Sampel boxs
Kendaraan operasional
Formulir
Hand scoon
B.2. Bahan
Reagen
Alkohol 70%
II. LANGKAH – LANGKAH PELAKSANAAN
a. Pendataan Levaransir/Supplier Bahan Makanan ke kapal.
b. Levaransir/Supplier Bahan Makanan melapor ke KKP tentang rencana
suplai bahan makanan ke kapal.
c. Setiap suplai bahan makanan ke kapal wajib dilakukan pemeriksaan bahan
makanan.
d. Petugas melakukan pemeriksaan langsung terhadap bahan makanan yang
akan disuplai ke kapal.
e. Pemeriksaan berdasarkan pada formulir pemeriksaan yang baku.
f. Bila ada bahan makanan yang mencurigakan/rawan, diambil sampel dan
dilakukan pemeriksaan laboratorium.
g. Sampel diambil secara aseptis, dimasukkan ke dalam kantong sampel,
diberi label dan dimasukkan ke thermos sampel kemudian dikirim ke
laboratorium.
52
53. h. Bila KKP memiliki sumber daya yang cukup untuk melakukan pemeriksaan
sampel, sampel diperiksa di laboratorium KKP.
i. Terbitkan hasil pemeriksaan kesehatan bahan makanan.
III. Jejaring Kerja
Administrator Pelabuhan.
Perusahaan Pelayaran.
Perusahaan Levaransir/Supplier Bahan Makanan.
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
Balai laboratorium/ BBTKL-P2M.
Pelindo/Pengusahaan Pelabuhan lainnya
IV. PELAPORAN
Mekanisme pelaporan di KKP adalah sebagai berikut :
Data dari penanggung jawab kegiatan dilaporkan ke Kepala Bidang/Seksi,
sedangkan untuk Wilker dilaporkan ke KKP Induk melalui koordinator
pelaporan di masing-masing bidang/seksi di KKP Induk.
Dari KKP Induk dilaporkan Ke Ditjen PP & PL melalui Sistem Informasi
Manajemen Kesehatan Pelabuhan Cq. Ka.Sub.Dit. Karkes.
Data yang sifatnya KLB dilaporkan 1 x 24 Jam.
Untuk mekanisme evaluasi dilakukan secara berjenjang, artinya wilayah
kerja dievaluasi oleh KKP Induk sedangkan KKP Induk disamping
melakukan evaluasi dimasing-masing bidang/seksi juga dievaluasi oleh
Ditjen PP & PL.
Hasil pemeriksaan ditindaklanjuti dengan menginformasikan hasil
pengawasan kepada Pengelola dan tembusan ke Administrator
Pelabuhan/Administrator Bandara serta Pemerintah Daerah/Ka.Dinkes
setempat.
Bila hasil pemeriksaan tidak baik, surat pemberitahuan yang disampaikan
selain informasi juga langkah-langkah penanggulangan.
53
54. ALGORITMA
PENGAWASAN LEVARANSIR / SUPPLIER BAHAN MAKANAN
DI PELABUHAN
Pendataan Leveransir memberitahukan Pemeriksaan setiap suplai
Leveransir setiap rencana suplai bahan bahan makanan
makanan
Ada bahan Tidak ada bahan
mencurigakan mencurigakan
Diambil Berikan sertifikat
sampel
Periksa
di Lab/ KKP
Hasil Hasil Baik
Tidak Baik
Tidak
Diberi Izin
54
55. PENGENDALIAN RESIKO LINGKUNGAN Disahkan oleh:
Dirjen PP&PL
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN SANITASI KAPAL
Prof.dr.Tjandra Yoga
No. Dokumen : 02.009.2009 Hal : 55 dari 121 Aditama,Sp.P(K),MARS,DTM&H,
DTCE
I. PERSIAPAN
A. Sumber Daya Manusia
Syarat :
Fungsional Sanitarian yang telah mendapat Pelatihan Sanitasi Kapal.
B. Sarana Dan Prasarana
B.1. Peralatan
Mobil
Luks Meter
Water Test Kit
Sound Level Meter
Tas
Senter
Food Poison Detection
Formulir dan ATK
B.2. Bahan
Alkohol
Hand scoon
Surat Tugas
II. LANGKAH – LANGKAH PELAKSANAAN
Petugas KKP naik ke atas kapal bertemu dengan nakhoda atau perwira jaga.
Petugas KKP menjelaskan maksud dan memperlihatkan Surat Tugas.
Petugas KKP ditemani awak kapal melakukan pemeriksaan sanitasi kapal.
Pemeriksaan sanitasi kapal berdasarkan pada formulir pemeriksaan sanitasi
kapal.
Petugas melakukan analisis hasil pemeriksaan dan menetapkan
rekomendasi hasil pemeriksaan.
Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada nakhoda/awak kapal dan saran
tindak lanjut.
Hasil pemeriksaan dilaporkan kepada atasan langsung.
Tindak lanjut hasil pemeriksaan dalam bentuk penerbitan SSCEC dan
tindakan penyehatan untuk penerbitan SSCC.
55
56. Tindakan penyehatan/rekomendasi berupa Disinseksi, Deratisasi,
Dekontaminasi dan Disinfeksi (lihat SOP masing-masing Tindakan
Penyehatan tersebut ).
Kapal yang diperiksa sanitasinya adalah :
- Kapal yang habis masa berlaku SSCC/SSCEC.
- Kapal yang berasal dari luar negeri langsung atau dari daerah
terjangkit.
- Kapal yang terjadi Kejadian Luar Biasa penyakit (KLB).
- Kapal penumpang setiap kedatangan/keberangkatan.
- Pemeriksaan rutin secara acak.
III. JEJARING KERJA
Kantor Kesehatan Pelabuhan tujuan.
Administrator Pelabuhan.
Perusahaan Pelayaran.
Bea cukai.
Imigrasi.
IV. PELAPORAN
Mekanisme pelaporan di KKP adalah sebagai berikut :
Data dari penanggung jawab kegiatan dilaporkan ke Kepala Bidang/Seksi,
sedangkan untuk Wilker dilaporkan ke KKP Induk melalui koordinator
pelaporan di masing-masing Bidang/Seksi di KKP Induk.
Dari KKP Induk dilaporkan Ke Ditjen PP & PL melalui Sistem Informasi
Manajemen Kesehatan Pelabuhan Cq. Ka.Sub.Dit. Karkes.
Data yang sifatnya KLB dilaporkan 1 x 24 Jam.
Untuk mekanisme evaluasi dilakukan secara berjenjang, artinya wilayah
kerja dievaluasi oleh KKP Induk sedangkan KKP Induk disamping
melakukan evaluasi di masing-masing Bidang/Seksi juga dievaluasi oleh
Ditjen PP & PL.
Hasil pemeriksaan ditindaklanjuti dengan menginformasikan hasil
pengawasan kepada Pengelola dan tembusan ke Administrator
Pelabuhan serta Pemerintah Daerah/Ka.Dinkes setempat.
Bila hasil pemeriksaan tidak baik, surat pemberitahuan yang disampaikan
selain informasi juga langkah-langkah penanggulangan.
56
57. ALGORITMA
PENGAWASAN PEMERIKSAAN SANITASI KAPAL
DI PELABUHAN
KETENTUAN :
Kapal yang habis masa berlaku SSCC/SSCEC.
Kapal yang berasal dari luar negeri langsung/daerah terjangkit
Kapal yang terjadi Kejadian Luar Biasa penyakit (KLB)
Kapal penumpang setiap kedatangan/keberangkatan.
Pemeriksaan rutin secara acak
PERSIAPAN :
1. SPK
2. ALAT & BAHAN
3. PETUGAS/SDM
PELAKSANAAN
PENGAMBILAN & PEMERIKSAAN
PENGAWASAN SAB : SAMPEL :
- Inspeksi sanitasi 1. Fisik
2. Bakteriologis
3. Kimiawi
HASIL
PENILAIAN
TINDAK LANJUT REKOMENDASI
57
58. PENGENDALIAN RESIKO LINGKUNGAN Disahkan oleh:
Dirjen PP&PL
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN SANITASI PESAWAT UDARA
Prof.dr.Tjandra Yoga
No. Dokumen : 02.010.2009 Hal : 58 dari 121 Aditama,Sp.P(K),MARS,DTM&H,
DTCE
I. PERSIAPAN
A. Sumber Daya Manusia
Syarat :
Fungsional Sanitarian yang telah mendapat Pelatihan Sanitasi Pesawat.
B. Sarana Dan Prasarana
B.1. Peralatan
Mobil
Luks Meter
Water Test Kit
Food Poison Detection
Tas
Senter
B.2. Bahan
Surat Tugas
Formulir
Aerosol Insecticida
II. LANGKAH – LANGKAH PELAKSANAAN
A.Pelaksanaan
A.1.Pemeriksaan Rutin
Pada dasarnya pemeriksaan pesawat udara adalah :
- Pemeriksaan kebersihan pesawat.
- Pengawasan persediaan makanan dan air.
- Pemeriksaan keberadaan serangga dan vektor (di dalam
pesawat harus bebas serangga dan tikus).
Pemeriksaan rutin dilakukan pada setiap pesawat udara yang
datang/transit dengan prosedur pelaksanaan sebagai berikut :
- Membawa Surat Tugas dari Kepala KKP.
- Melapor kepada pihak Air Lines.
- Melakukan pemeriksaan.
- Mengisi formulir pemeriksaan.
58
59. - Membuat laporan hasil pemeriksaan kepada Kepala
Bidang/Seksi PRL
- Tindak lanjut.
A.2. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan yang dilakukan pada saat terjadi KLB (Kejadian Luar
Biasa) di pesawat dengan prosedur pelaksanaan adalah :
- Membawa Surat Perintah Kerja.
- Membawa bahan desinfektan.
- Membawa kantong steril untuk pengambilan sampel muntahan
atau makanan.
- Melakukan pemeriksaan.
- Mengisi formulir pemeriksaan.
- Membuat laporan hasil pemeriksaan.
- Tindak lanjut.
B. Pengawasan
B.1. Pengawasan Teknis
Bagian yang diperiksa seperti yang tertera dalam formulir pemeriksaan
adalah sebagai berikut :
(1).Kabin Penumpang
- Lantai dan tempat duduk harus bersih.
- Meja dan asbak harus bersih.
- Kantong muntah di belakang kursi harus selalu tersedia.
(2). Kabin Crew Pesawat
- Lantai dan tempat duduk harus bersih.
- Bak sampah dan asbak harus kosong dan bersih.
(3). Dapur (Galley)
- Harus bersih dari kotoran dan tumpahan minuman.
- Bak pencuci harus bersih.
- Sampah/kotoran harus dibuang pada tempat sampah yang
tersedia.
- Tempat Penyimpanan Makanan (Trolley) harus bersih dan setiap
selesai
digunakan harus dicuci.
(4). Toilet
- Lantai harus bersih dari sampah.
- Wastafel dan asbak harus bersih.
- Sabun dan kertas toilet harus selalu tersedia cukup.
- Lampu penerangan harus cukup.
- Kaca rias harus bersih.
- Ruangan toilet harus tidak berbau.
59
60. (5). Ruang Bagasi
- Harus bersih, penerangan cukup dan tidak ada kehidupan
serangga dan tikus.
(6). Pengelolaan Sampah/Limbah
- Ditangani secara hygienis, agar tidak menimbulkan pencemaran
lingkungan.
Di pesawat udara, kotoran manusia dan air limbah yang ada di
pesawat ditampung pada retention tank.
Air limbah dan kotoran dalam retention tank diberi zat warna
sehingga secara estetis kelihatan baik.
Dalam retention tanks ditambahkan antiseptic secara
otomatis.
Limbah dari pesawat diangkut dengan kendaraan khusus dan
dibuang pada tempat penampungan khusus untuk air limbah
pesawat, selanjutnya setelah melalui proses pra treatment,
limbah tersebut dialirkan ke instalasi pengolahan limbah
Bandara.
(7). Investasi Serangga :
- Tidak boleh ada serangga dan vektor di dalam pesawat.
B.2. Pemeliharaan Kebersihan Di Dalam Pesawat
Kapasitas pembersihan tergantung ketersediaan waktu.
Prioritas yaitu:
- Membersihan sampah, toilet dan dapur pesawat.
Pembersihan minimal/masa transit yaitu :
- Membersihan sampah, membersihkan asbak dan kantong belakang
tempat duduk, mengisi sabun dan perlengkapan toilet,
membersihkan lantai, menyikat tempat duduk, dan membersihkan
kaca.
B.3. Disinfeksi Pesawat Udara :
Disinfeksi pesawat udara dilakukan atas dasar :
Bila terjadi kasus penyakit menular di dalam pesawat dilakukan
disinfeksi.
Metode dan cara disinfeksi tergantung jenis penyakit yang timbul.
Disinfeksi dilakukan oleh petugas KKP Bidang/Seksi PRL atau petugas
kebersihan atas arahan petugas KKP.
B.4. Disinseksi Pesawat Udara
Disinseksi pesawat udara dilakukan atas dasar :
Bila pesawat udara datang dari negara terjangkit penyakit menular yang
ditularkan oleh vektor dan tidak mempunyai Sertifikat Hapus Serangga.
Bila berdasarakan laporan pilot, di dalam pesawat udara ada
penumpang suspect/ terjangkit penyakit menular yang ditularkan oleh
serangga dan atau vektor.
Bila dari hasil pemeriksaan pesawat udara ditemukan adanya
kehidupan serangga/ dan atau vektor penular penyakit.
Atas permintaan sendiri dari Perusahaan Penerbangan.
60
61. B.5. Pengawasan Operasional
Pada saat pemeriksaan, petugas KKP didampingi oleh crew pesawat.
Pemeriksaan sesuai urutan yang ada dalam formulir pemeriksaan.
Bila saat diperiksa didapatkan hal-hal yang tidak sesuai dengan
persyaratan teknis, diberikan penerangan/penyuluhan untuk dilakukan
perbaikan.
Formulir pemeriksaan (rangkap dua) setelah diisi lengkap serta saran-
saran perbaikan, ditanda tangani oleh crew pesawat (pilot atau
pramugari atau teknisi pesawat).
Lembaran pertama formulir pemeriksaan yang telah diisi diberikan
kepada
crew pesawat dan lembaran lain untuk arsip KKP.
B.6. Waktu Pengawasan :
Pengawasan dan pemeriksaan sanitasi pesawat udara yang melakukan
penerbangan domestik maupun internasional, dilakukan sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan setiap bulan kecuali bila terjadi KLB.
III. JEJARING KERJA
Kantor Kesehatan Pelabuhan tujuan.
Administrator Bandara.
Perusahaan Penerbangan/Air Lines.
Bea cukai.
Imigrasi.
IV. PELAPORAN
Mekanisme pelaporan di KKP adalah sebagai berikut :
Data dari penanggung jawab kegiatan dilaporkan ke Kepala Bidang/Seksi,
sedangkan untuk Wilker dilaporkan ke KKP Induk melalui koordinator
pelaporan di masing-masing Bidang/Seksi di KKP Induk.
Dari KKP Induk dilaporkan Ke Ditjen PP & PL melalui Sistem Informasi
Manajemen Kesehatan Pelabuhan Cq. Ka.Sub.Dit. Karkes.
Data yang sifatnya KLB dilaporkan 1 x 24 Jam.
Untuk mekanisme evaluasi dilakukan secara berjenjang, artinya wilayah
kerja dievaluasi oleh KKP Induk sedangkan KKP Induk disamping
melakukan evaluasi di masing-masing Bidang/Seksi juga dievaluasi oleh
Ditjen PP & PL.
Hasil pemeriksaan ditindaklanjuti dengan menginformasikan hasil
pengawasan kepada Pengelola dan tembusan ke Administrator Bandara
serta Pemerintah Daerah/Ka.Dinkes setempat.
Bila hasil pemeriksaan tidak baik, surat pemberitahuan yang disampaikan
selain informasi juga langkah-langkah penanggulangan.
61