SlideShare a Scribd company logo
1 of 253
KETENTUAN UMUM 
DAN TATACARA PERPAJAKAN 
(KUP) 
Undang-undang No 6 Tahun 1983 stdtd 
Undang-undang No 16 Tahun 2009 
1 
KUP A&B
Dasar Hukum : 
Ketentuan Umum dan Tata Cara 
Perpajakan 
2
SISTEMATIKA UU KUP 
3
Perkembangan UU KUP 
Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang 
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan mulai 
berlaku 1 Januari 1984 dengan Perubahan: 
• Pertama UU Nomor 9 Tahun 1994 1 Januari 1995 
• Kedua UU Nomor 16 Tahun 2000 1 Januari 2001 
• Ketiga UU Nomor 28 Tahun 20071 Januari 2008 
• Keempat UU Nomor 16 Tahun 2009 25 Maret 2009 
4
PENGERTIAN PAJAK 
PAJAK adalah 
Kontribusi Wajib kepada Negara 
Terutang oleh Orang Pribadi atau Badan 
Sifatnya memaksa berdasarkan Undang-undang 
Tidak mendapatkan Imbalan secara Langsung 
Digunakan untuk Keperluan Negara bagi sebesar- 
Besarnya Kemakmuran Rakyat 
5
Pokok Bahasan 
6
Undang-undang No 6 Tahun 1983 stdtd 
Undang-undang No 16 Tahun 2009 
tentang Ketentuan Umum dan Tata 
Cara Perpajakan (KUP) 
Mengatur Ketentuan Formal bagi: 
• PPh 
• PPN / PPnBM 
• P B B 
• BPHTB 
• PPSP 
• Pajak lainnya yg 
mengacu UU ini 
7
8
Apakah yang dimaksud dengan 
Wajib Pajak ? 
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, 
meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, 
dan pemungut pajak, yang mempunyai hak 
dan kewajiban perpajakan sesuai dengan 
ketentuan peraturan perundang-undangan 
perpajakan. 
9 
Pasal 1 angka 2
WAJIB PAJAK 
ORANG PRIBADI BADAN 
PEMBAYAR 
PAJAK 
PEMUNGUT 
PAJAK 
MELIPUTI 
PEMOTONG 
PAJAK 
YANG MEMPUNYAI HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN 
SESUAI DENGAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN 
PERPAJAKAN 
10
Apa yang dimaksud dengan 
Nomor PokokWajib Pajak (NPWP) ? 
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor 
yang diberikan kepada Wajib Pajak 
sebagai sarana dalam administrasi 
perpajakan yang dipergunakan sebagai 
tanda pengenal diri atau identitas Wajib 
Pajak dalam melaksanakan hak dan 
kewajiban perpajakannya. 
11
BADAN 
Sekumpulan ORANG dan/atau MODAL yang merupakan kesatuan 
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha 
yang meliputi: 
PERSEROAN TERBATAS 
PERSEROAN KOMANDITER 
PERSEROAN LAINNYA 
BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun 
Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, 
Yayasan, Ormas, Orsospol, atau Organisasi Lainnya, Lembaga dan 
bentuk badan lainnya termasuk Kontrak Investasi Kolektif dan BUT 
12
PENGUSAHA 
ORANG PRIBADI atau BADAN dalam bentuk apapun yang dalam 
kegiatan usaha atau pekerjaannya: 
MENGHASILKAN BARANG 
MENGIMPOR BARANG 
MENGEKSPOR BARANG 
MELAKUKAN USAHA PERDAGANGAN 
MEMANFAATKAN BARANG TIDAK BERWUJUD 
DARI LUAR DAERAH PABEAN 
MELAKUKAN USAHA JASA 
MEMANFAATKAN JASA DARI LUAR DAERAH PABEAN 
13
PENGUSAHA KENA PAJAK 
PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PENYERAHAN 
YANG DIKENAI PAJAK BERDASARKAN 
UNDANG-UNDANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 1984 
DAN PERUBAHANNYA 
BARANG 
KENA 
PAJAK 
JASA 
KENA 
PAJAK 
14
Wajib Pajak yang Diwajibkan untuk 
mempunyai NPWP 
• Orang Pribadi yang mempunyai 
Penghasilan diatas PTKP 
• Badan Usaha dalam segala bentuk 
termasuk BUT 
• Bendaharawan pemerintah pusat/daerah 
(Pembayar, Pemungut dan Pemotong 
Pajak) 
15
Apa saja fungsi NPWP dan Nomor Pokok 
Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) ? 
Fungsi dari Nomor Pokok Wajib Pajak: 
• Untuk mengetahui identitas Wajib pajak; 
• Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan 
dalam pengawasan administrasi perpajakan; 
• Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen 
perpajakan; 
• Untuk memenuhi kewajiban perpajakan, misalnya dalam 
pengisian SSP; 
• Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi 
tertentu yang mewajibkan pencantuman NPWP dalam 
dokumen yang diajukan. Misal : Dokumen Impor PIB ,PEB 
• Setiap WP hanya diberikan satu NPWP 
16
Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi 
persyaratan subjektif dan objektif sesuai 
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 
perpajakan wajib mendaftarkan diri 
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang 
wilayah kerjanya meliputi: 
– tempat tinggal atau 
– tempat kedudukan 
dan kepadanya diberikan NPWP. 
DimanaWajib Pajak dapat mendapatkan NPWP? 
17 
Wajib Pajak 
Domisili = sesuai KTP, selalu berada
WAJIB PAJAK 
KEWAJIBAN KEWAJIBAN OBJEKTIF 
SUBJEKTIF 
Wajib mendaftarkan diri untuk 
memperoleh NPWP 
Subjektif  orang tersebut memenuhi kriteria sebagai Subjek Pajak, baik 
Subjek Pajak Dalam Negeri atau Subjek Pajak Luar Negeri 
Objektif orang tersebut memiliki penghasilan yang dapat dikenai pajak 
18
19 
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR 80 TAHUN 2007 
Setiap WP yang 
telah memenuhi 
persyaratan 
subjektif dan 
objektif 
WAJIB 
Daftar ke KPP 
Wilayah kerja 
WP 
NPWP 
wanita kawin hidup 
terpisah berdasarkan 
keputusan 
hakim/perjanjian 
pemisahan penghasilan 
dan harta 
wanita kawin memenuhi 
syarat subjektif & Objektif, 
tdk hidup terpisah, tdk 
pisah harta 
Ingin..? 
Dapat daftar 
NPWP 
suami 
Haris/KUP A/TaxSys
KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI 
Pasal 2 ayat (1) 
SETIAP WAJIB PAJAK YANG TELAH MEMENUHI PERSYARATAN 
SUBJEKTIF 
WAJIB MENDAFTARKAN DIRI PADA 
KANTOR DIREKTORAT JENDERAL PAJAK YANG WILAYAH KERJANYA 
TEMPAT 
TINGGAL 
TEMPAT 
KEDUDUKAN 
MELIPUTI: 
OBJEKTIF 
DIBERIKAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK 
20
DimanaWajib Pajak dapat mendapatkan NPWP 
dan atau tempat pelaporan bagi Pengusaha 
Tertentu? 
• Tempat pendaftaran Wajib Pajak/pelaporan 
Pengusaha Tertentu: 
Seluruh WP BUMN dan WP BUMD di wilayah 
DKI Jakarta: di KPP BUMN Jakarta; 
• WP PMA tidak Go Public: 
di KPP PMA, kecuali yang telah terdaftar di 
KPP lama dan WP PMA di Kawasan Berikat 
dengan permohonan diberikan kemudahan 
mendaftar di KPP setempat; 
21
Dimana Wajib Pajak dapat mendapatkan NPWP dan 
atau tempat pelaporan bagi Pengusaha Tertentu?... 
lanjutan 
• WP Badan dan Orang Asing: di KPP Badora; 
• WP Go Public: di KPP Perusahaan Masuk Bursa 
(Go Public), kecuali WP BUMN/BUMD serta WP 
PMA yang berkedudukan di kawasan berikat; 
• WP BUMD di luar DKI Jakarta: di KPP setempat; 
• Untuk WP BUMN/BUMD, PMA, Badora, Go 
Public di luar DKI Jakarta, khusus PPh 
Pemotongan/Pemungutan dan PPN/PPnBM: di 
KPP tempat cabang atau kegiatan usaha. 
22
TEMPAT PENDAFTARAN 
WAJIB PAJAK 
Pasal 2 ayat (1) dan ayat (3), PMK No 20/PMK.03/2008, 
PER-44/PJ./2008 
WAJIB PAJAK 
Orang Pribadi Badan Pembayar,Pemu 
ngut, Pemotong 
OP Pengusaha 
Tertentu 
Kantor Pelayanan Perpajakan 
Tempat Tinggal, Tempat 
Kedudukan dan Tempat 
kegiatan Usaha 
Tempat Kedudukan dan 
Tempat kegiatan Usaha 
23
Tempat Pendaftaran Wajib Pajak 
NO WAJIB PAJAK KPP/KP4/KP2KP DASAR HUKUM KEWAJIBAN PAJAK 
24 
1 Orang Pribadi Tempat 
tinggal/tempat 
kedudukan WP 
Pasal 2 ayat 1 UU 
KUP 
a. PPh Pasal 25/OP 
b. PPN dan PPnBM 
c. PPh Psl 21/22/23/26 
d. PPh pasal 4 (2) 
2 Badan Tempat 
kedudukan/tempat 
kegiatan usaha 
WP 
Pasal 2 ayat 1 UU 
KUP 
a. PPh Badan 
b. PPN dan PPnBM 
c. PPh Psl 21/22/23/26 
d. PPh PS 4 (2) 
e. PPh Ps 15 
3 Cabang, atau 
perwakilan dari 
orang pribadi 
Tempat kegiatan 
usaha WP 
dilakukan 
Pasal 2 ayat 2 UU 
KUP 
a. PPN dan PPnBM 
b. PPh Ps 
21/22/23/26 
4 Tempat 
Pendaftaran 
WP tertentu 
KEP-515/PJ./2000 tentang Tempat Pendaftaran Bagi Wajib 
PajakTertentu sebagaimana telah diubah dengan KEP- 
67/PJ./2004
Apa saja persyaratan yang harus 
dipenuhi untuk memperoleh NPWP? 
Syarat-syarat untuk memperoleh NPWP: 
a. Untuk WP Orang Pribadi Non-Usahawan: 
Fotocopy KTP/Kartu Keluarga/SIM/Paspor. 
b. Untuk WP Orang Pribadi Usahawan: 
Fotocopy KTP/Kartu Keluarga/SIM/Paspor; 
Fotocopy Surat Izin Usaha atau Surat 
Keterangan Tempat Usaha dari instansi yang 
berwenang. 
26
Apa saja persyaratan yang harus 
dipenuhi untuk memperoleh NPWP? 
c. Untuk WP Badan: 
Fotocopy akte pendirian; 
Fotocopy KTP salah seorang pengurus; 
Fotocopy Surat Izin Usaha atau Surat Keterangan Tempat 
Usaha dari instansi yang berwenang. 
d. Untuk Bendaharawan sebagai Pemungut/Pemotong: 
Fotocopy surat penunjukan sebagai bendaharawan; 
Fotocopy tanda bukti diri KTP/Kartu 
Keluarga/SIM/Paspor. 
e. Apabila WP pemohon berstatus cabang, maka harus 
melampirkan fotocopy kartu NPWP atau Bukti 
Pendaftaran WP Kantor Pusatnya. Apabila permohonan 
ditandatangani oleh orang lain, perlu dilengkapi surat 
kuasa. 
27
Dalam hal apa kelengkapan formulir 
pendaftaranWajib Pajak dianggap sah ? 
Fotocopy sebagai kelengkapan formulir 
pendaftaran WP tersebut di atas harus 
disahkan oleh Petugas Pendaftaran WP kecuali 
dalam hal pendaftaran dilakukan melalui pos, 
maka fotocopy harus disahkan oleh 
pejabat/instansi yang berwenang. 
28
Jangka waktu pendaftaran NPWP? 
Pasal 2 UU KUP jo PER-44/PJ/2008 
a. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan 
usaha atau melakukan pekerjaan bebas 
termasuk Wajib Pajak orang pribadi 
pengusaha tertentu dan Wajib Pajak badan, 
wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh 
NPWP paling lama 1 (satu) bulan setelah saat 
usaha mulai dijalankan. 
29
Lanjutan.. 
• Wajib Pajak orang pribadi yang tidak 
menjalankan usaha atau tidak melakukan 
pekerjaan bebas, apabila jumlah penghasilannya 
sampai dengan suatu bulan yang disetahunkan 
telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak, 
wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh 
NPWP paling lama pada akhir bulan berikutnya. 
• Wajib Pajak orang pribadi selain Wajib Pajak 
sebagaimana dimaksud tersebut diatas dapat 
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP. 
30
Siapa yang wajib dikukuhkan 
sebagai PKP ? 
WPOP 
WP Badan 
Yang memenuhi ketentuan 
sebagai Pengusaha yang 
dikenakan PPN sesuai UU PPN 
Wajib melaporkan usahanya 
untuk dikukuhkan sebagai PKP 
 Untuk mengetahui identitas PKP 
 melaksanakan hak dan 
kewajiban di bidang PPN 
31
Kapan melaporkan usaha 
(Pengukuhan PKP) 
Sblm melakukan 
penyerahan 
BKP/JKP 
WPOP yang menjalankan 
usaha/pekerjaan bebas 
WP Badan 
Pengusaha Kecil 
Paling lambat 
Pada akhir masa 
Pajak berikutnya 
Setelah omzet 
> 600 juta 
32
JANGKA WAKTU PENDAFTARAN NPWP DAN 
Sebelum penyerahan BKP/JKP 
Paling lama akhir bulan 
berikut setelah s/d suatu 
masa dalam tahun buku nilai 
peredaran usaha melebihi 
batasan Pengusaha Kecil 
Paling lambat 1 bulan setelah 
saat usaha mulai dijalankan 
Paling lambat pada akhir bulan 
berikutnya apabila sampai dengan 
suatu bulan dalam satu tahun buku 
memperoleh penghasilan yang 
melebihi PTKP 
WP BADAN / OP 
Usahawan 
WP OP Non 
Usahawan 
PELAPORAN PPKP 
Pasal 2 ayat (5) UU KUP jo. PER-161/PJ./2001 jo PER-44/PJ./2008 
NPWP PPKP 
33 
Bendaharawan 
Paling lambat pada 1 bulan sejak SK 
pengangkatan Bendaharawan Proyek 
atau 1 bulan u bendaharawan Rutin sejak 
kantor berdiri
Berapa lama Proses Pembuatan NPWP dan 
NPPKP? 
Untuk NPWP paling lama 1 (satu) hari 
kerja 
Untuk SPPKP paling lama 5 (tiga) 
hari kerja 
34
Contoh KARTU NPWP 
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 
NPWP : 24.088.623.4-627.000 
HARIS BUDI SETIAWAN 
DUSUN JAJANGSURAT UTARA RT01/RW01 
KARANG BENDO-ROGOJAMPI 
BANYUWANGI-JAWA TIMUR 
TGL TERDAFTAR : 06-02-2007 
Jenis WP Nomor WP 
Self Checking digit Kode KPP Status WP 
35
Contoh KARTU NPWP 
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 
NPWP : 24.088.623.4-008.000 
HARIS BUDI SETIAWAN 
Duren Sawit 
TGL TERDAFTAR : 06-02-2007 
Jenis WP Nomor WP 
Self Checking digit Kode KPP Status WP 
36
37
Dalam hal apakah NPWP diterbitkan 
secara jabatan ? 
Apabila Orang Pribadi atau Badan yang 
telah memenuhi syarat sebagai WP/PKP 
tetapi tidak mendaftarkan diri dan/atau 
tidak melaporkan usahanya 
Direktorat Jenderal Pajak dapat 
menerbitkan NPWP secara jabatan 
Pemeriksaan 
Pasal 2 ayat (4) 
38
Penerbitan NPWP dan PKP secara Jabatan 
NPWP dan/atau 
pengukuhan PKP 
secara Jabatan 
WP telah menenuhi persyaratan 
objektif dan subjektif namun 
tidak mau mendaftar 
Pengusaha yang dikenai PPN 
namun tidak melaporkan 
usahanya 
Kewajiban perpajakan bagi WP tersebut dimulai sejak 
saat WP memenuhi persyaratan subjektif dan objektif 
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 
perpajakan, paling lama 5 tahun sebelum diterbitkannya 
NPWP dan/atau dikukuhkannya sebagai PKP. 
39
Bagaimana cara perubahan data 
Wajib Pajak 
Tatacara pembetulan data Wajib Pajak: 
a. Mengisi Formulir Perubahan Data dan Wajib 
Pajak Pindah dan/atau Formulir Perubahan Data 
dan PKP Pindah KPP/KP4/KP2KP 
b. Berdasarkan permohonan tersebut: 
a) KPP menerbitkan Kartu NPWP dan SKT dan/atau 
SPPKP paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung 
sejak permohonan diterima secara lengkap; atau 
b) KP4/KP2KP memberikan Bukti Penerimaan Surat. 
PER-44/PJ/2008 
40
WAJIB PAJAK PINDAH ALAMAT 
PER-44/PJ/2008 
Wajib Pajak 
Formulir Perubahan Data danWajib Pajak Pindah dan/atau 
Formulir Perubahan Data dan PKP Pindah. 
• KPP LAMA 
Menerbitkan Surat 
Pindah kepada Wajib 
Pajak tembusan ke 
KPP Baru 
• KPP BARU 
- Meneruskan permohonan 
pindah WP ke KPP lama maks 
1 hari kerjalengkap 
- Menerbitkan Kartu NPWP dan 
SKT dan/atau SPPKP paling 
lama 1 (satu) hari kerja 
(menggunakan nomor lama 
dengan mengganti kode KPP 
Baru) 
41
Apakah persyaratan yang harus dipenuhiWajib 
Pajak untuk menghapus dan mencabut NPWP ? 
Syarat penghapusan dan pencabutan NPWP: 
a. WP meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan, 
disyaratkan adanya fotocopy akte/laporan kematian 
dari instansi yang berwenang; 
b..Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan 
harta dan penghasilan disyaratkan adanya surat 
nikah/akte perkawinan dari catatan sipil; 
c. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai 
Subyek Pajak apabila sudah selesai dibagi disyaratkan 
adanya keterangan tentang selesainya warisan 
tersebut dibagi oleh para ahli waris; 
42
Syarat penghapusan dan pencabutan 
NPWP: lanjutan… 
d. WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi, 
disyaratkan adanya akte pembubaran yang dikukuhkan 
dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang; 
e. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal 
kehilangan statusnya sebagai BUT, disyaratkan adanya 
permohonan WP yang dilampiri dokumen yang mendukung 
bahwa BUT tersebut tidak memenuhi syarat lagi untuk 
dapat digolongkan sebagai WP; 
f. WP Orang Pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi 
sebagai WP. 
g. Untuk Bendaharawan proyek proyek sudah selesai 
untuk Bendaharawan Rutin  Kantor sudah ditutup 
43
KEPUTUSAN atas PERMOHONAN 
PENGHAPUSAN NPWP 
Pasal 2 ayat (7) Jo PMK-20/PMK.03/2008 
DIREKTUR JENDERAL PAJAK SETELAH MELAKUKAN 
PEMERIKSAAN 
HARUS MEMBERIKAN KEPUTUSAN ATAS PERMOHONAN 
PENGHAPUSAN NPWP DALAM JANGKA WAKTU 
6 BULAN 12 BULAN 
WP BADAN 
WP OP 
SEJAK PERMOHONAN DITERIMA SECARA LENGKAP 
44
PENCABUTAN PENGUKUHAN PKP 
Pasal 2 ayat (8) 
DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAPAT MELAKUKAN 
PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK 
PERMOHONAN 
WP 
JABATAN 
PEMERIKSAAN / 
VERIFIKASI 
6 BULAN 
KEPUTUSAN 
45
Perubahan data Wajib Pajak untuk dapat 
dilakukan perubahan data Wajib Pajak ? 
Hal-hal yang yang berkenaan dengan perubahan data 
Wajib Pajak: 
a. Perbaikan data karena kesalahan data hasil komputer; 
b. Perubahan nama WP karena penggantian nama, 
disyaratkan adanya keterangan dari instansi yang 
berwenang; 
c. Perubahan alamat WP karena perpindahan tempat tinggal; 
d. Perubahan NPWP karena adanya kesalahan nomor 
(misalnya NPWP cabang tidak sama dengan NPWP Pusat); 
e. Perubahan status usaha WP dilampiri pernyataan tertulis 
dari WP atau fotocopy akte perubahan 
46
Hal-hal yang yang berkenaan dengan 
perubahan data Wajib Pajak: 
f. Perubahan jenis usaha karena ada perubahan 
kegiatan usaha WP; 
g. Perubahan bentuk Badan; 
h. Perubahan jenis pajak karena sesuatu hal 
yang mengakibatkan kewajiban jenis pajaknya 
berubah; 
i. Penghapusan NPWP dan/atau pencabutan 
NPPKP karena dipenuhinya persyaratan yang 
ditentukan; 
47
WAJIB PAJAK NON EFEKTIF 
• WP yang meninggal dunia yang belum 
diterima pemberitahuan secara tertulis secara 
resmi dari ahli warisnya sehingga masih 
terdaftar; 
• WP Badan yang tidak lagi melakukan kegiatan 
usaha tetapi belum dibubarkan sesuai dengan 
ketentuan yang berlaku; 
• WP yang tidak diketahui alamatnya. 
48
Sanksi bagi yang Tidak Daftar dan 
Lapor sebagai Wajib Pajak & PKP 
• Penetapan NPWP dan PKP secara Jabatan 
• Sanksi administrasi berupa bunga dan 
denda tergantung pelanggarannya 
49
SANKSI 
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP 
atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP 
menimbulkan kerugian pada 
pendapatan negara 
pidana penjara 
6 bulan - 6 tahun 
denda 2 – 4 kali jumlah 
pajak terutang yang tidak 
atau kurang dibayar 
*Berdasarkan Pasal 39 UU KUP 
50
51
Apa saja kewajibanWajib Pajak setelah 
memperoleh NPWP/ NPPKP ? 
a. Kewajiban sehubungan dengan Pajak 
Penghasilan (PPh); 
b. Kewajiban sehubungan dengan Pajak 
Pertambahan Nilai/Pajak Penjualan Atas 
Barang Mewah (PPN & PPnBM); 
c. Pembukuan/Pencatatan. 
52
Apa saja kewajibanWajib Pajak 
Sehubungan dengan Pajak Penghasilan ? 
a. SPT Masa; 
b. SPT Tahunan (Badan/OP); 
c. Pelunasan utang pajak yang tercantum 
dalam “surat ketetapan Pajak dan 
surat keputusan lainnya. 
53
Apakah kewajibanWajib Pajak yang berkaitan 
dengan Pajak Pertambahan Nilai/Pajak 
Penjualan Atas Barang Mewah ? 
a. Melakukan pembayaran/penyetoran 
PPN/PPnBM yang telah dipungut; 
b. Membuat faktur Pajak; 
c. Mengisi SPT masa PPN dan melaporkan ke 
KPP. 
54
55
Dengan apa WP melakukan Pelaporan 
Pajak? 
Surat Pemberitahuan (SPT) 
Surat yang oleh WP digunakan untuk 
melaporkan Penghitungan dan/atau 
Pembayaran Pajak, Obyek Pajak dan/atau 
bukan Obyek Pajak dan/atau Harta dan 
Kekayaan 
56
Jenis SPT 
a. SPT Masa  UNTUK SUATU MASA PAJAK 
• SPT Masa Pajak Penghasilan 
– PPh Pasal 4 (2) 
– PPh Pasal 15 
– PPh Pasal 22 
– PPh Pasal 21/26 
– PPh Pasal 23/26 
• SPT Masa PPN 
– PPN dan PPnBM 1111 dan 1107 Put 
– PPN dan PPnBM 1111 DM 
57
Lanjutan.. 
b. SPT Tahunan  UNTUK SUATU TAHUN PAJAK 
ATAU BAGIAN TAHUN PAJAK 
– SPT Tahunan PPh Badan 1771 Rp dan $ 
– SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 
• 1770 
• 1770S 
• 1770SS 
– SPT Tahunan PPh Pasal 21-- 1721 s.d tahun 
2008 
58
FUNGSI SPT PPh 
Penjelasan Pasal 3 ayat (1) 
SEBAGAI SARANA UNTUK 
1. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan 
penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang 
2. Melaporkan tentang : 
- Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah 
dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan 
atau pemungutan pihak lain dalam suatu Tahun Pajak 
atau Bagian Tahun Pajak; 
- Penghasilan yang merupakan Obyek dan Bukan 
Obyek Pajak; 
- Harta dan Kewajiban; 
- Pembayaran dari Pemotong/Pemungut tentang 
pemotongan atau pemungutan dalam suatu Masa 
Pajak 
59
FUNGSI SPT PPN 
Pasal 3 ayat (1) 
SEBAGAI SARANA UNTUK : 
1. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan 
penghitungan jumlah PPN/PPnBM yang 
sebenarnya terutang, dan 
2. Melaporkan tentang : 
- Pengkreditan PM terhadap PK; 
- Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah 
dilaksanakan sendiri oleh PKP dan/ atau 
melalui pihak lain dalam satu masa pajak; 
- Melaporkan dan mempertanggungjawabkan 
pajak yang dipotong atau dipungut dan 
disetorkan (bagi pemotong atau pemungut) 
60
KEWAJIBAN PEMENUHAN SPT 
Pasal 3 ayat 1), (2), (3) dan (7). 
WAJIB PAJAK 
• MENGAMBIL SENDIRI 
• MENGISI 
• MENANDATANGANI SPT 
• MENYAMPAIKAN 
KPP/KP4/KP2KP 
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN : 
• SPT MASA : Paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak 
• SPT TAHUNAN : Paling lambat tiga bulan setelah akhir tahun 
pajak PPh OP 
: Paling lambat 4 bulan setelah akhir tahun 
pajak PPh Badan 
SPT DISAMPAIKAN TETAPI TIDAK ATAU TIDAK SEPENUHNYA 
MEMENUHI KETENTUAN (TIDAK LENGKAP), SPT DIANGGAP 
TIDAK DISAMPAIKAN 
61
KEWAJIBAN MENGISI SPT 
Pasal 3 ayat (1) 
SETIAP WAJIB PAJAK WAJIB MENGISI SPT dengan: 
BENAR 
JELAS 
LENGKAP 
DALAM BAHASA INDONESIA dengan menggunakan: 
SATUAN MATA 
UANG RUPIAH 
HURUF LATIN ANGKA ARAB 
MENANDATANGANI serta MENYAMPAIKANNYA ke KANTOR 
DITJEN PAJAK TEMPAT WP TERDAFTAR atau DIKUKUHKAN atau 
TEMPAT LAIN yang DITETAPKAN oleh DIRJEN PAJAK 
62
KEWAJIBAN MENGISI SPT 
Pasal 3 ayat (1a) 
WAJIB PAJAK yang telah mendapat IZIN MENTERI KEUANGAN 
untuk menyelenggarakan PEMBUKUAN dengan MENGGUNAKAN: 
MATA UANG SELAIN RUPIAH 
BAHASA ASING 
WAJIB MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN 
MATA UANG 
SELAIN RUPIAH 
PELAKSANAANNYA DIATUR DENGAN atau BERDASARKAN 
PERATURAN MENTERI KEUANGAN 
PMK-196/PMK.03/2007 
BAHASA 
INDONESIA 
63
PENANDATANGANAN SPT 
Pasal 3 ayat (1b) 
PENANDATANGAN SPT DAPAT DILAKUKAN 
TANDA TANGAN 
STEMPEL 
TANDA TANGAN 
ELEKTRONIK 
YANG SEMUANYA MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM YANG SAMA 
TATA CARA PELAKSANAANNYA 
DIATUR DENGAN atau BERDASARKAN 
SECARA 
BIASA 
DIGITAL 
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 181/PMK.03/2007 
64
WAJIB PAJAK KRITERIA TERTENTU 
Pasal 3 ayat (3a) – (Memori Penjelasan) 
jo. PER-182/PMK.03/2007 
WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU, ANTARA LAIN WAJIB 
PAJAK USAHA KECIL, DAPAT 
1. MENYAMPAIKAN SPT MASA PPh PASAL 25 UNTUK BEBERAPA MASA PAJAK 
SEKALIGUS DENGAN SYARAT PEMBAYARAN SELURUH PAJAK YANG WAJIB 
DILUNASI MENURUT SPT MASA TERSEBUT DILAKUKAN SEKALIGUS, PALING 
LAMA DALAM MASA PAJAK YANG TERAKHIR, DAN/ATAU 
2. MENYAMPAIKAN SPT MASA SELAIN YANG DISEBUT PADA ANGKA 1, UNTUK 
BEBERAPA MASA PAJAK SEKALIGUS DENGAN SYARAT PEMBAYARAN UNTUK 
MASING-MASING MASA PAJAK DILAKUKAN SESUAI BATAS WAKTU UNTUK 
MASA PAJAK YANG BERSANGKUTAN. 
65
Batas waktu Pelaporan 
a. PPh Pasal 25 selambat-lambatnya tgl 20 bulan berikutnya; 
b. PPh Pasal 21 selambat-lambatnya tgl 20 bulan berikutnya; 
c. PPh Pasal 21/26 & 23/26 selambat2-nya tgl 20 bln berikutnya; 
d. PPh Pasal 22: 
 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai selambat-lambatnya tujuh hari 
setelah batas waktu penyetoran berakhir. 
 Direktorat Jenderal Anggaran, Bendaharawan Pemerintah, BUMN/ 
BUMD, selambat-lambatnya 14 hari setelah masa pajak berakhir. 
 Badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, rokok, kertas, 
baja, dan otomotif yang ditunjuk oleh Kepala KPP atas penjualan hasil 
produksinya di dalam negeri, selambat-lambatnya 20 hari setelah masa 
pajak berakhir. 
 Pertamina dan badan usaha lain selain Pertamina yang bergerak di 
bidang bahan bakar minyak jenis premix dan gas dan atas penyerahan 
gula pasir dan tepung terigu oleh BULOG, selambat-lambatnya tanggal 
20 bulan berikutnya 
66
SPT Tahunan PPh paling lama : 
• Orang Pribadi 3 bulan setelah akhir tahun 
pajak 
• Badan 4 bulan setelah akhir tahun pajak 
67 
Batas waktu Pelaporan
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT 
SPT 
SPT MASA SPT Th. PPh OP SPT Th. PPh Badan 
Paling lama 20 hari 
setelah akhir 
Masa Pajak 
Paling lama 3 bulan 
setelah akhir Tahun 
Pajak dan dapat 
diperpanjang dengan 
pemberitahuan 
paling lama 2 bulan 
Paling lama 4 bulan setelah 
akhir Tahun Pajak dan dapat 
diperpanjang dengan 
pemberitahuan 
paling lama 2 bulan 
Ketentuan dalam UU KUP lama  SPT Tahunan disampaikan 
68 
paling lambat 3 bulan setelah akhir Tahun Pajak.
PERPANJANGAN JANGKA WAKTU 
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh 
Pasal 3 ayat (4) 
WAJIB PAJAK DAPAT MEMPERPANJANG JANGKA WAKTU 
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PALING 
LAMA 2 (DUA) BULAN DENGAN SYARAT : 
a. Menyampaikan pemberitahuan secara tertulis, atau 
b. Dengan cara lain 
KEPADA DIRJEN PAJAK 
KETENTUANNYA DIATUR DALAM PERMENKEU 
Pasal 9 ayat (2) PER-181/PMK.03/2007 
69
PERPANJANGAN JANGKA WAKTU 
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN 
Pasal 3 ayat (4), (5) dan (5a) 
APABILA SPT TAHUNAN TIDAK DAPAT DISAMPAIKAN PADA 
WAKTUNYA, WP DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN 
PERPANJANGAN, DENGAN SYARAT : 
• Diajukan secara tertulis kepada Kepala KPP 
• Diajukan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan 
berakhir 
• Menyampaikan penghitungan sementara pajak yang terutang dan 
dilampiri laporan keuangan sementara 
• Melampirkan bukti pelunasan atas kekurangan penyetoran pajak 
yang terutang 
PERPANJANGAN DIBERIKAN PALING LAMA 2 BULAN 
(ketentuan UU KUP lama 6 bulan) 
Apabila tidak disampaikan dalam batas waktu perpanjangan 
tersebut DAPAT diterbitkan surat teguran 
70
SURAT TEGURAN 
KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN SPT 
Pasal 3 ayat (5a) 
APABILA SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) : 
• TIDAK DISAMPAIKAN PADA WAKTU YANG TELAH 
DITENTUKAN, ATAU 
• PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN 
TERLAMPAUI, 
DIRJEN PAJAK DAPAT MENERBITKAN 
SURAT TEGURAN 
71
PENELITIAN 
(Pasal 1 Angka 30) 
serangkaian kegiatan 
yang dilakukan untuk MENILAI KELENGKAPAN 
PENGISIAN 
SURAT PEMBERITAHUAN dan 
LAMPIRAN-LAMPIRANNYA 
termasuk 
tentang KEBENARAN PENULISAN dan 
PENGHITUNGANNYA 
72
SPT Dianggap Tidak Disampaikan 
Pasal 3 ayat (7) 
A. PENGISIANNYA TIDAK MEMENUHI KETENTUAN FORMAL APABILA 
a. Surat Pemberitahuan tidak ditandatangani sebagaimana dimaksud 
pada ayat (1); 
b. Surat Pemberitahuan tidak sepenuhnya dilampiri keterangan 
dan/atau dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (6); 
c. Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar disampaikan 
setelah 3 (tiga) tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak, bagian 
Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak telah ditegur secara 
tertulis; atau 
d. Surat Pemberitahuan disampaikan setelah Direktur Jenderal Pajak 
melakukan pemeriksaan atau menerbitkan surat ketetapan 
pajak. 
73
KEWAJIBAN DIRJEN PAJAK 
sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (7) 
Pasal 3 ayat (7a) 
DIRJEN PAJAK WAJIB MEMBERITAHUKAN 
KEPADA WAJIB PAJAK, 
APABILA DIANGGAP 
SURAT PEMBERITAHUAN TIDAK DISAMPAIKAN SEBAGAIMANA 
DIMAKSUD DALAM 
PASAL 3 AYAT (7) 
74
PENGECUALIAN PENYAMPAIAN 
SPT PAJAK PENGHASILAN 
Pasal 3 ayat (8) – Memori Penjelasan 
MENTERI KEUANGAN BERWENANG 
MENETAPKAN WAJIB PAJAK Pajak Penghasilan YANG 
DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN MENYAMPAIKAN SURAT 
PEMBERITAHUAN, Pasal 3 PER-183/PMK.03/2007 MISALNYA : 
WAJIB PAJAK PAJAK PENGHASILAN 
ORANG PRIBADI YANG MEMPEROLEH 
PENGHASILAN DI BAWAH PTKP, 
TETAPI KARENA KEPENTINGAN TERTENTU DIWAJIBKAN MEMILIKI 
NPWP. 
75
PENGISIAN DAN PENANDATANGANAN 
SURAT PEMBERITAHUAN 
Pasal 4 ayat (1), (2) dan (3) 
(1) WAJIB PAJAK WAJIB MENGISI DAN MENYAMPAIKAN SURAT 
PEMBERITAHUAN DENGAN BENAR, LENGKAP, JELAS, DAN 
MENANDATANGANINYA; 
(2) SURAT PEMBERITAHUAN WAJIB PAJAK BADAN HARUS 
DITANDATANGANI OLEH PENGURUS ATAU DIREKSI; 
(3) DALAM HAL WP MENUNJUK SEORANG KUASA DENGAN 
SURAT KUASA KHUSUS UNTUK MENGISI DAN 
MENANDATANGANI SURAT PEMBERITAHUAN, SURAT KUASA 
KHUSUS HARUS DILAMPIRKAN PADA SURAT PEMBERITAHUAN 
76
SPT TAHUNAN PPh WP YANG WAJIB 
MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN 
Pasal 4 ayat (4) 
BAGI WAJIB PAJAK yang WAJIB MENYELENGGARAKAN 
PEMBUKUAN, HARUS MELAMPIRKAN 
LAPORAN KEUANGAN berupa : 
• NERACA, 
• LABA RUGI, serta 
• KETERANGAN LAIN YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGHITUNG 
BESARNYA PENGHASILAN KENA PAJAK. 
77
TEMPAT LAIN 
UNTUK PENYAMPAIAN SPT 
Pasal 5 
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 
DAPAT MENENTUKAN 
TEMPAT LAIN UNTUK 
PENYAMPAIAN SPT 
81
PENYAMPAIAN SPT 
Pasal 6 
DENGAN CARA 
• WP menerima tanda 
bukti dan tanggal 
penerimaan 
• Disampaikan langsung 
ke KPP/ KP4/KP2KP 
• Disampaikan 
melalui Kantor Pos 
secara TERCATAT 
• Tanda bukti dan 
tanggal pengiriman 
dianggap sebagai 
tanda bukti dan 
tanggal 
penerimaan 82
BUKTI PENERIMAAN SPT 
Pasal 6 ayat (1), (2) dan (3) 
(1) SPT yang disampaikan LANGSUNG oleh WP ke KANTOR 
DJP HARUS DIBERI TANGGAL PENERIMAAN oleh PEJABAT 
yang DITUNJUK dan kepada WAJIB PAJAK DIBERIKAN 
BUKTI PENERIMAAN; 
(2) PENYAMPAIAN SPT dapat DIKIRIM MELALUI POS dengan 
TANDA BUKTI PENGIRIMAN SURAT atau dengan CARA 
LAIN yang DIATUR oleh MENTERI KEUANGAN; 
(3) TANDA BUKTI dan TANGGAL PENGIRIMAN SPT sbgmn 
dimaksud ayat (2) DIANGGAP sebagai TANDA BUKTI dan 
TANGGAL PENERIMAAN SEPANJANG SPT tersebut TELAH 
LENGKAP. 
83
SANKSI ADMINISTRASI ATAS KETERLAMBATAN 
atau TIDAK MENYAMPAIKAN SPT 
SPT 
TAHUNAN 
SPT 
MASA 
Pasal 7 (1) UU KUP 
WP TERLAMBAT/ 
TIDAK MENYAMPAIKAN 
DENDA 
Rp. 100.000 
DENDA 
Rp. 50.000 
84
SANKSI ADMINISTRASI ATAS KETERLAMBATAN 
atau TIDAK MENYAMPAIKAN SPT 
SPT 
TAHUNAN 
BADAN 
SPT 
MASA 
SELAIN 
PPN 
Pasal 7 (1) UU KUP 
WP TERLAMBAT/ 
TIDAK MENYAMPAIKAN 
DENDA 
Rp 1.000.000 
DENDA 
Rp 100.000 
SPT 
MASA 
PPN 
DENDA 
Rp 500.000 
85 
SPT 
TAHUNAN 
OP
Kecuali 
DIKECUALIKAN DARI 
PENGENAAN SANKSI DENDA 
Pasal 7 ayat (2) jo. PERATURAN MENTERI KEUANGAN 
NOMOR 186/PMK.03/2007 
1. WP OP yang telah meninggal dunia; 
2. WP OP yang sudah tidak melakukan kegiatan 
usaha atau pekerjaan bebas; 
3. WP OP yang berstatus sebagai WNA yang tidak 
tinggal lagi di Indonesia; 
4. BUT yang tidak melakukan kegiatan lagi di 
Indonesia; 
5. WP badan yang tidak melakukan kegialan usaha lagi 
tetapi belum dibubarkan sesuai dengan ketcntuan 
yang berlaku; 
6. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi; 
7. WP yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur 
dengan Peraturan Menteri Keuangan; atau 
8. WP lain. 
86
WP lain 
Lanjutan 
WP yang tidak dapat menyampaikan SPT dalam jangka 
waktu yang telah ditentukan karena keadaan antara lain: 
1. kerusuhan massal; 
2. kebakaran; 
3. ledakan bom atau aksi terorisme; 
4. perang antarsuku; alau 
5. kegagalan sistem komputer administrasi penerimaan negara/perpajakan 
Penetapan WP lain dilakukan dengan Keputusan Direktur 
Jenderal Pajak 
87
PEMBETULAN SPT 
Pasal 8 ayat (1) dan (2) UU KUP 
SPT YG PENGISIANNYA 
TERDAPAT KEKELIRUAN 
DENGAN KEMAUAN SENDIRI 
WP DAPAT MELAKUKAN PEMBETULAN 
SYARAT 
 PERNYATAAN TERTULIS (dengan SPT pembetulan ybs atau beserta lampiran sendiri) 
 SAMPAI DENGAN DALUWARSA 
 SPT Rugi dan LB paling lama 2 tahun sebelum Daluwarsa 
 BELUM DILAKUKAN PEMERIKSAAN 
 APABILA PEMBETULAN SPT MENYEBABKAN PAJAK KURANG BAYAR DIKENAKAN 
SANKSI BUNGA 2% PER BULAN ATAS JUMLAH PAJAK KURANG BAYAR, 
 dihitung sejak saat penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai dg tgl 
pembayaran (SPT TAHUNAN) 
 dihitung sjk jatuh tempo pembayaran sampai dgn tgl pembayaran (SPT Masa) 
88
Pembetulan SPT (Pasal 8) 
89
Pembetulan SPT (Pasal 8)- cont. 
Pasal Ketentuan/Kondisi Syarat Konsekuensi 
8(3) WP sudah 
diperiksa tapi blm 
dilakukan 
penyidikan 
 Dengan kemauan 
sendiri 
mengungkapkan 
ketidakbenaran 
perbuatannya 
 Membayar 
kekurangan pajak 
terutang 
 tidak 
dilakukan 
penyidikan 
 dikenakan 
sanksi 150 % 
dari jumlah KB 
8 (4) dan 
8(5) 
WP sudah 
diperiksa tetapi 
blm diterbitkan 
surat ketetapan 
pajak 
 Dengan kemauan 
sendiri 
mengungkapkan 
pengisian SPT 
 Dilakukan dalam 
laporan tersendiri 
 Harus mencerminkan 
keadaan yang 
sebenarnya 
 jika ada KB 
ditambah 
sanksi 50 % 
 Harus dilunasi 
sebelum 
laporan 
tersendiri 
disampaikan 
 Pemeriksaan 
tetap 
8(6) Lihat UU Lihat UU Lihdailta UnUjutkan 
90
PEMBETULAN SPT 
syarat 
1. belum dilakukan pemeriksaan 
2. jika menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan 
disampaikan paling lama 2 tahun sebelum daluwarsa 
penetapan 
jika menjadi kurang bayar 
sanksi : 2% / bulan 
sejak jt penyampaian SPT (SPT Tahunan); atau 
sejak jt pembayaran (SPT Masa) 
s.d. tanggal pembayaran 
91
PEMBETULAN SPT 
(WP melanggar Ps 38 UU KUP dan sudah diperiksa) 
syarat 
1. mengungkapkan sendiri ketidakbenaran 
perbuatannya 
2. melunasi kekurangan pembayaran pajaknya 
3. membayar sanksi denda 150 % 
terhadap WP ini tidak akan dilakukan penyidikan 
92
PEMBETULAN SPT 
(telah/sedang diperiksa, belum terbit skp) 
syarat 
1. dengan kesadaran sendiri 
2. mengakibatkan : 
a. pajak menjadi lebih besar/kecil; atau 
b. rugi menjadi lebih besar/kecil; atau 
c. jumlah harta menjadi lebih besar/kecil; atau 
d. jumlah modal menjadi lebih besar/kecil. 
3. melunasi sendiri pokok + sanksi 50% 
Pemeriksaan tetap dilanjutkan 
93
PEMBETULAN SPT 
(Rugi Fiskal Berbeda) 
WP dapat membetulkan SPT 
• dalam hal Wajib Pajak menerima 
– surat ketetapan pajak, 
– Surat Keputusan Keberatan, 
– Surat Keputusan Pembetulan, 
– Putusan Banding, atau 
– Putusan Peninjauan Kembali 
Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak 
sebelumnya, 
• yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal 
yang telah dikompensasikan dalam SPT Tahunan yang akan 
dibetulkan tersebut 
• dalam jangka waktu 3 bulan 
• dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan tindakan 
pemeriksaan 
94
SANKSI ADMINISTRASI BERUPA KENAIKAN 
[ PASAL 13A ] 
Kealpaan tidak menyampaikan SPT atau 
menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau 
tidak lengkap dan dapat merugikan negara yang 
dilakukan pertama kali tidak dikenai sanksi 
pidana tetapi dikenai sanksi administrasi berupa 
kenaikan sebesar 200% dari pajak yang kurang 
dibayar. 
Catatan: Sesuai hitungan dalam Bukti Permulaan. 
95
96
bukti pembayaran atau penyetoran pajak 
yang telah dilakukan dengan menggunakan 
formulir atau telah dilakukan dengan cara 
lain ke kas negara melalui tempat 
pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri 
Keuangan. 
97 
Dengan apa WP melakukan 
pembayaran Pajak? 
Surat Setoran Pajak (SSP) 
Pasal 1 angka 14
a. SSP Standar 
b. SSP Khusus 
c. SSPCP (Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak) 
Impor 
d. SSCP (Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai 
dan PPn hasil Tembakau buatan dalam negeri) 
98 
Jenis-jenis SSP :
SSP Standar 
(PER-38/PJ./2009 sejak 01 Juli 2009) 
Terdiri 4 lembar : 
Lembar ke 1: untuk Arsip WP 
Lembar ke 2: untuk KPPN 
Lembar ke 3: untuk dilaporkan oleh WP ke KPP 
Lembar ke 4: untuk Bank Persepsi/Kantor Pos dan 
Giro 
99 
“Terima Kasih Telah Membayar Pajak – Pajak Untuk Pembangunan Bangsa“
100
Dimana Tempat Pembayaran Pajak? 
KPP ?? Bukan 
Kantor Penerimaan Pembayaran: 
a. Kantor Pos; dan atau 
b. Bank BUMN/BUMD; atau 
c. Tempat pembayaran lain yang ditunjuk (Bank 
Persepsi) Permata, BCA, BII dll 
101
TANGGAL JATUH TEMPO PEMBAYARAN ATAU 
PENYETORAN PAJAK 
Pasal 9 ayat (1) UU KUP jis. PMK No 184/PMK.03/2007 jo PMK-80/PMK?2010 
JENIS PAJAK 
TANGGAL JATUH TEMPO 
(paling lambat) 
01. 
02. 
03. 
04. 
05. 
06. 
07. 
08. 
09. 
10. 
11. 
12 
PPh Pasal 4 ayat (2) 
a. penjualan saham dibursa efek 
b. penghasilan bunga/diskonto 
obligasi dibursa efek 
PPh Pasal 21 
PPh Pasal 23/26 
PPh Pasal 25 
Pasal 22, PPN/PPn BM atas impor 
dilunasi sendiri 
PPN/PPn BM atas impor dipungut 
DJBC 
PPh Pasal 22, pemungutan 
bendaharawan APBN 
PPh Pasal 22, Produk Pertamina, 
Bulog 
PPh Pasal 22 oleh bdn-bdn tertentu 
PPN/PPnBM 
PPN/PPn BM oleh bendaharawan 
Pemerintah/instansi pemerintah 
PPN/PPn BM selain bendaharawan 
pemerintah/instansi pemerintah 
tgl. 20 bulan berikutnya 
tgl. 10 bulan berikutnya 
tgl. 10 bulan berikutnya 
tgl. 10 bulan berikutnya 
tgl. 15 bulan berikutnya 
 tanggal yg sama pada saat pembayaran Bea Masuk 
 tanggal yg sama dgn saat penyelesaian dokumen impor 
bila bea masuk ditunda/dibebaskan 
1 hari setelah pemungutan pajak dilakukan 
pada hari yg sama pada saat pembayaran 
dilunasi sendiri oleh WP sebelum SPPB/DO ditebus 
tgl. 15 bulan berikutnya 
tgl. 15 bulan berikutnya 
tgl. 7 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir 
tgl. 15 bulan berikutnya 
Catatan : 
Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran/penyetoran bertepatan dengan hari libur, 
maka pembayaran/penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya 
102
103 
Penyetoran PPN dan PPn BM-SPT 
Masa
BATAS WAKTU PELUNASAN 
PPh PASAL 29 
Pasal 9 ayat (2) UU KUP 
KEKURANGAN BAYAR PPh 
BERDASARKAN SPT TAHUNAN 
PPh (Ps.29) 
TAHUN BUKU 
= 
TAHUN KALENDER 
TAHUN BUKU 
 
TAHUN KALENDER 
HARUS DILUNASI PALING LAMBAT 
SEBELUM 
SPT TAHUNAN DISAMPAIKAN 
104
SANKSI ADMINITRASI 
KETERLAMBATAN PEMBAYARAN PAJAK 
Pasal 9 ayat (2a) UU KUP 
PEMBAYARAN/ PENYETORAN PAJAK 
SETELAH TGL JATUH TEMPO PEMBAYARAN/ 
PENYETORAN PAJAK 
DIKENAKAN SANKSI ADIMINITRASI 
BERUPA BUNGA 2% SEBULAN DIHITUNG DARI JATUH 
TEMPO PEMBAYARAN SAMPAI DENGAN TGL 
PEMBAYARAN (DAN BAGIAN DARI BULAN 
DIHITUNG PENUH SATU BULAN) 
105
JATUH TEMPO PEMBAYARAN KETETAPAN 
PAJAK 
 STP 
 SKPKB 
 SKPKBT 
Pasal 9 ayat (3) UU KUP 
PAJAK TERUTANG ATAS : 
 SK PEMBETULAN 
 SK KEBERATAN 
 PUTUSAN BANDING 
YG MENGAKIBATKAN PAJAK 
YG HARUS DIBAYAR 
BERTAMBAH 
HARUS DILUNASI PALING LAMBAT 1 BULAN SEJAK TANGGAL 
DITERBITKAN 
106
BATAS WAKTU PEMBAYARAN PAJAK 
[ PASAL 9 ] 
PEMBAYARAN PAJAK 
SPT Masa SPT Th. PPh Ketetapan Pajak Ketetapan Pajak WP Kecil & Tertentu 
≤ 15 hari setelah 
saat terutangnya 
pajak / masa pajak 
Paling lama1 bulan 
sejak 
Tanggal diterbitkan 
Paling lama1 bulan 
sejak 
Tanggal diterbitkan 
Sebelum SPT 
Tahunan 
Disampaikan 
TERLAMBAT TERLAMBAT 
Bunga Pasal 9 (2a)= 2% Per Bulan Bunga Pasal 19 (1) = 2% Per Bulan 
107
TEMPAT PEMBAYARAN/ 
PENYETORAN PAJAK 
Pasal 10 ayat (1) UU KUP jo. PMK No 184/PMK.03/2007 
TEMPAT 
PEMBAYARAN/PENYETORAN 
BANK BUMN/D ATAU BANK-BANK 
LAIN YANG 
DITUNJUK OLEH Menteri 
Keuangan 
KANTOR POS 
108
Mengangsur dan Menunda Pembayaran Pajak 
109 
Pasal 9 ayat (4) jo Pasal 9,10 &11 PMK-184/PMK.03/2007 
WP 
Dapat 
mengajukan 
permohonan 
tertulis : 
Mengangsur 
atau menunda 
pembayaran 
pajak 
diajukan paling 
lama 9 hari kerja 
sebelum saat jaluh 
tempo pembayaran 
utang pajak berakhir 
(force majour dapat 
dipertimbangkan) 
alasan dan jumlah 
yang dimohon 
diangsur/ditunda 
DJP 
Keputusan paling lama 7 hari 
kerja setelah tanggal 
diterimanya permohonan 
Menerima seluruhnya, 
menerima sebagian, menolak 
Pertimbangkan likuiditas WP 
dan force majour 
Tidak dapat diajukan lagi
PEMINDAHBUKUAN (Pbk) 
KMK No. 88/KMK.04/91 jo Kep DJP No-965/PJ.9/91 jo SE-26/PJ.9/91 
110
Dasar dilakukannya Pemindahbukuan 
• Adanya kompensasi kelebihan pajak (SKPLB) 
terhadap hutang pajak 
• Telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya 
tidak terutang yang besarnya dinyatakan 
• Adanya kesalahan dalam mengisi SSP, baik yang 
menyangkut Wajib Pajak sendiri maupun 
WajibPajak lain 
• Adanya pemecahan setoran pajak yang berasal dari 
SSP menjadi beberapa jenis pajak atau setoran dari 
beberapa Wajib Pajak. 
111
Syarat Formal 
a. Diajukan Kepada Ka KPP 
b. Diajukan scr tertulis dg melampirkan: 
1. asli SSP yg akan di Pbk 
2. asli PIBPPh ps 22 impor 
3. daftar nominatif WP yang menerima Pbk pemecahan SSP 
4. Fc SPT masa/Tahunan+Pembetulan 
5. Bukti Potong PPh ps 23 
6. Alasan Pbk scr jelas+bukti2 lain yang diperlukan 
c. Nama pemegang dan pengajuan Pbk 
bedadilampiri surat pernyataan dr nama yang 
tercantum 112
113
114
Surat Ketetapan Pajak 
Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan 
yang meliputi: 
– Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, 
– Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, 
– Surat Ketetapan Pajak Nihil, 
– atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. 
115 
Produk Pemeriksaan dan Penelitian
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar 
(SKPKB) 
Pasal 1 angka 16 
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah 
surat ketetapan pajak yang menentukan 
besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit 
pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok 
pajak, besarnya sanksi administrasi, dan 
jumlah pajak yang masih harus dibayar. 
116
Dapat diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun, dalam hal : 
Berdasarkan hasil 
pemerik-saan/ket. 
lain pajak yg teru-tang 
tidak/ku-rang 
dibayar 
BUNGA 2% 
SEBULAN 
MAX 24 BLN 
Pasal 13 ayat (1), (2) & (3) UU KUP 
SPT tidak di-sampaikan 
da-lam 
jangka waktu yg 
di-tentukan dalam 
surat tegoran 
SKPKB 
Berdsrkn hasil 
pemeriksaan,PPN/PPn 
BM : 
- tidak seharusnya 
dikompensasikan 
- tidak seharusnya 
dikenakan tarip 0 % 
Kewajiban: 
Psl 28&Psl 
29 
tidak dipenuhi 
PPh /PPN / PPn 
BM 
PPh Sendiri 
NPWP/NP 
PKP 
secara 
jabatan 
PPh Sendiri 
Psl. 13 (2) 
PPh PEMOTONG/ 
PEMUNGUTAN 
KENAIKAN 50% KENAIKAN 
100% 
PPN /PPn.BM 
PPh PEMOTONG/ 
PEMUNGUTAN 
KENAIKAN 
100% 
KENAIKAN 
50% 
KENAIKAN 
100% 
Psl. 13 (3) a Psl. 13 (3) b Psl. 13 (3) c 
Psl. 13 (3) b Psl. 13 (3) a 
117
KEPASTIAN DAN JAMINAN HUKUM SPT 
Pasal 13 ayat (4) UU KUP 
PAJAK YANG DILAPORKAN DALAM SPT 
DALAM JANGKA WAKTU 
5 TAHUN 
TIDAK DITERBITKAN SKP 
MENJADI PASTI 
118
S K P K B 
dapat diterbitkan dalam j.w. > 5 tahun 
dalam hal : 
Pasal 13 ayat (5) UU KUP 
ditambah sanksi 
BUNGA 48 % 
Wajib Pajak dipidana di bidang perpajakan 
berdasarkan putusan Pengadilan yang telah 
memperoleh kekuatan hukum tetap 
119
SKPKB 
Pasal 13A 
Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak 
menyampaikan Surat Pemberitahuan atau 
menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya 
tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan 
keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat 
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak 
dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut 
pertama kali dilakukan oleh Wajib Pajak dan Wajib 
Pajak tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran 
jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi 
berupa kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen) dari 
jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan 
melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. 
120
Surat Tagihan Pajak 
(STP) 
Surat Tagihan Pajak 
Pasal 1 huruf j 
surat untuk melakukan tagihan pajak dan 
atau sanksi berupa denda, dan atau bunga 
121
Fungsi Surat Tagihan Pajak 
a. sebagai koreksi atas jumlah pajak yang 
terutang menurut SPT Wajib Pajak; 
b. sarana untuk mengenakan sanksi berupa 
bunga dan atau denda; 
c. sarana untuk menagih pajak. 
122
PPh dalam 
tahun 
berjalan tidak/ 
kurang 
dibayar 
Pasal 14 UU KUP 
Kurang 
bayar 
karena 
dapat diterbitkan dalam hal : 
salah tulis / 
salah 
hitung 
STP 
Dikenakan 
Sanksi Adminis 
trasi berupa 
denda dan atau 
bunga 
PKP tidak mengisi 
Faktur Pajak 
secara lengkap 
PKP melaporkan 
FP tidak sesuai 
Masa Penerbitan 
FP 
Psl 14 (1) a Psl 14 (1) b Psl 14 (1) c 
Bunga 2% sebulan paling lama 24 bulan Denda 2 % x DPP 
Psl 14 (3) & (5) Psl 14 (4) 
Catatan: (Pasal 14 (2) 
STP memiliki kekuatan hukum yang sama dengan SKP 
Psl14(1) e-f 
PKP gagal 
berproduksi 
dan telah 
diberikan 
Pengembalia 
n Pajak 
Masukan 
Psl 14 (1) g 
PKP 
tdk membuat 
Faktur Pajak 
PKP membuat 
Faktur Pajak 
tidak tepat 
waktu 
Psl14(1) d 
123
SANKSI DALAM 
SURAT TAGIHAN PAJAK 
Pasal 14 ayat (3) 
JUMLAH KEKURANGAN PAJAK yang TERUTANG dalam SURAT 
TAGIHAN PAJAK sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, 
DITAMBAH DENGAN SANKSI BERUPA BUNGA SEBESAR 2% PER 
BULAN untuk PALING LAMA 24 BULAN, DIHITUNG SEJAK : 
• SAAT TERUTANGNYA PAJAK, atau 
• BERAKHIRNYA MASA PAJAK, 
• BAGIAN TAHUN PAJAK, atau TAHUN PAJAK 
SAMPAI 
DITERBITKANNYA SURAT TAGIHAN PAJAK 
124
SANKSI DALAM 
SURAT TAGIHAN PAJAK 
Pasal 14 ayat (4) 
TERHADAP PENGUSAHA atau 
PENGUSAHA KENA PAJAK sebagaimana dimaksud pada 
ayat (1) huruf d, huruf e, atau huruf f MASING-MASING, 
SELAIN WAJIB MENYETOR PAJAK yang TERUTANG, 
DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI BERUPA 
DENDA SEBESAR 2% (DUA PERSEN) dari 
DASAR PENGENAAN PAJAK 
125
SANKSI DALAM 
SURAT TAGIHAN PAJAK 
Pasal 14 ayat (5) 
TERHADAP PENGUSAHA KENA PAJAK sebagaimana dimaksud ayat 
(1) huruf g 
DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI BERUPA BUNGA SEBESAR 2% PER 
BULAN dari JUMLAH PAJAK yang DITAGIH KEMBALI, 
DIHITUNG DARI PENERBITAN SKPPKP SAMPAI DENGAN 
PENERBITAN STP BAGIAN DALAM BULAN DIHITUNG PENUH 1 
(SATU) BULAN 
126
Contoh 1 Perhitungan STP 
1. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang 
dibayar. 
Pajak Penghasilan Pasal 25 tahun 2008 setiap bulan sebesar 
Rp100.000.000,00 jatuh tempo misalnya tiap tanggal 15. Pajak 
Penghasilan Pasal 25 bulan Juni 2008 dibayar tepat waktu sebesar 
Rp40.000.000,00. 
Atas kekurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 tersebut diterbitkan 
Surat Tagihan Pajak pada tanggal 18 September 2008 dengan 
penghitungan sebagai berikut: 
- Kekurangan bayar Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan Juni 2008 
(Rp100.000.000,00-Rp40.000.000,00) = Rp 60.000.000,00 
- Bunga = 3 x 2% x Rp60.000.000,00 = Rp 3.600.000,00 (+) 
- Jumlah yang harus dibayar = Rp63.600.000,00 
127
Contoh 2 
2. Hasil penelitian Surat Pemberitahuan 
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang 
pribadi tahun 2008 yang disampaikan pada tanggal 31 Maret 2009 
setelah dilakukan penelitian ternyata terdapat salah hitung yang 
menyebabkan 
Pajak Penghasilan kurang bayar sebesar 
Rp1.000.000,00. Atas kekurangan Pajak Penghasilan tersebut 
diterbitkan Surat Tagihan Pajak pada tanggal 12 Juni 2009 dengan 
penghitungan sebagai berikut: 
- Kekurangan bayar Pajak 
Penghasilan = Rp1.000.000,00 
- Bunga = 3 x 2% x Rp1.000.000,00 = Rp 60.000,00 (+) 
- Jumlah yang harus dibayar = Rp1.060.000,00 
128
Sanksi Administrasi yang 
dapat ditagih dengan STP 
a. denda administrasi Rp. 100.000,00 bagi Wajib Pajak yang 
tidak atau terlambat menyampaikan SPT Masa selain PPN 
dan SPT Tahunan WP OP; denda administrasi Rp. 500.000 
bagi Wajib Pajak yang tidak atau terlambat menyampaikan 
SPT Masa PPN 
b. denda administrasi Rp. 1.000.000,00 bagi Wajib Pajak yang 
tidak atau terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan 
Tahunan WP Badan; 
c. denda 2% dari Dasar Pengenaan Pajak bagi PKP yang tidak 
membuat atau tidak lengkap mengisi Faktur Pajak; 
d. bunga, bagi Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan 
sehingga mengakibatkan kurang bayar; 
e. bunga, bagi Wajib Pajak yang terlambat atau tidak 
membayar pajak yang sudah jatuh tempo pembayarannya 129
SKPKBT 
Pasal 1 angka 17 
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar 
Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang 
menentukan tambahan atas jumlah pajak 
yang telah ditetapkan. 
130
SKPKBT 
DITERBITKAN DALAM JANGKA WAKTU 5 TAHUN APABILA 
Pasal 15 ayat (1), (2) dan (3) 
• DATA BARU DAN ATAU 
• DATA YANG SEMULA BLM TERUNGKAP 
YANG BERAKIBAT JUMLAH PAJAK 
TERUTANG BERTAMBAH 
DITEMUKAN KETERANGAN TERTULIS DARI 
OLEH FISKUS WP ATAS KEHENDAK SENDIRI 
DIKENAKAN TIDAK 
KENAIKAN 100% DIKENAKAN KENAIKAN 
131
SKPKBT 
DAPAT DITERBITKAN DALAN JK.WKT > 5 TAHUN DALAM 
HAL : 
Pasal 15 ayat (4) 
WAJIB PAJAK Melakukan 
1. TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN, atau 
2. TINDAK PIDANA LAINNYA yang DAPAT MERUGIKAN 
PENDAPATAN NEGARA BERDASARKAN PUTUSAN 
PENGADILAN yang TELAH MEMPUNYAI KEKUATAN 
HUKUM TETAP. 
Ditambah Sanksi 
Bunga 48% 
132
133 
Pembetulan Ketetapan Pajak 
pasal 16 ayat (1) dan penjelasan 
DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAPAT MEMBETULKAN 
SURAT KETETAPAN PAJAK BERUPA: 
1. SURAT TAGIHAN PAJAK, 
2. SURAT KEPUTUSAN PEMBETULAN, 
3. SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN, 
4. SURAT KEPUTUSAN PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI, 
5. SURAT KEPUTUSAN PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI, 
6. SURAT KEPUTUSAN PENGURANGAN KETETAPAN PAJAK, 
7. SURAT KEPUTUSAN PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK, 
8. SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK, atau 
9. SURAT KEPUTUSAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA, 
yang DALAM PENERBITANNYA TERDAPAT KESALAHAN TULIS, KESALAH HITUNG 
dan/atau KEKELIRUAN PENERAPAN KETENTUAN TERTENTU DALAM PERATURAN 
PER UU AN
PERMOHONAN 
PEMBETULAN 
Pasal 16 AYAT (2), (3) UU KUP 
DIREKTUR JENDERAL PAJAK 
DALAM JANGKA WAKTU 6 BULAN 
SEJAK TGL PERMOHONAN DITERIMA, 
HARUS MEMBERI KEPUTUSAN 
APABILA JANGKA WAKTU TELAH LEWAT, tetapi DIREKTUR JENDERAL PAJAK 
TIDAK MEMBERI SUATU KEPUTUSAN, PERMOHONAN PEMBETULAN yang 
DIAJUKAN tersebut 
DIANGGAP DIKABULKAN 
134
KEWAJIBAN DIRJEN PAJAK 
MEMBERI KETERANGAN TERTULIS 
Pasal 16 ayat (4) 
APABILA DIMINTA olehWAJIB PAJAK, 
DIREKTUR JENDERAL PAJAK 
WAJIB 
MEMBERIKAN KETERANGAN SECARA TERTULIS 
MENGENAI HAL- HAL yang MENJADI DASAR untuk 
MENOLAK atau MENGABULKAN 
SEBAGIAN PERMOHONAN WAJIB PAJAK 
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 
135
JATUH TEMPO PEMBAYARAN KETETAPAN 
PAJAK 
 STP 
 SKPKB 
 SKPKBT 
Pasal 9 ayat (3) UU KUP 
PAJAK TERUTANG ATAS : 
 SK PEMBETULAN 
 SK KEBERATAN 
 PUTUSAN BANDING 
YG MENGAKIBATKAN PAJAK 
YG HARUS DIBAYAR 
BERTAMBAH 
HARUS DILUNASI PALING LAMBAT 1 BULAN SEJAK TANGGAL 
DITERBITKAN 
136
SKPLB 
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah 
surat ketetapan pajak yang menentukan 
jumlah kelebihan pembayaran pajak karena 
jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak 
yang terutang atau seharusnya tidak terutang. 
137
PENERBITAN SKPLB 
Pasal 17 ayat (1), (2) dan (3) 
DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAPAT MENERBITKAN 
SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR (SKPLB): 
(1). APABILA JUMLAH KREDIT PAJAK atau JUMLAH PAJAK yang DIBAYAR LEBIH 
BESAR DARIPADA JUMLAH PAJAK yang TERUTANG; 
(2). APABILA TERDAPAT PEMBAYARAN PAJAK yang SEHARUSNYA TIDAK 
TERUTANG; 
(3). SKPLB MASIH DAPAT DITERBITKAN LAGI, APABILA BERDASARKAN HASIL 
PEMERIKSAAN dan/atau DATA BARU, TERNYATA PAJAK YANG LEBIH 
DIBAYAR JUMLAHNYA LEBIH BESAR DARIPADA KELEBIHAN PEMBAYARAN 
PAJAK YANG TELAH DITETAPKAN. 
138
SKPN 
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat 
ketetapan pajak yang menentukan jumlah 
pokok pajak sama besarnya dengan 
jumlah kredit pajak atau pajak tidak 
terutang dan tidak ada kredit pajak. 
139
140 
PENERBITAN 
SKPN 
Pasal 17 A 
DIREKTUR JENDERAL PAJAK 
SETELAH MELAKUKAN PEMERIKSAAN, 
MENERBITKAN SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL, 
APABILA : 
JUMLAH KREDIT PAJAK 
atau JUMLAH PAJAK 
YANG DIBAYAR SAMA 
DENGAN JUMLAH PAJAK 
YANG TERUTANG 
PAJAK TIDAK TERUTANG 
dan TIDAK ADA KREDIT 
PAJAK; ATAU 
TIDAK ADA 
PEMBAYAR 
AN PAJAK
SPT LB 
DENGAN PERMOHONAN DALAM SPT 
(SELAIN PERMOHONAN KELEBIHAN Pasal 17C dan Pasal 17D) 
Pasal 17 B ayat (1) 
DIPERIKSA 
SKPKB SKPN SKPLB 
Diterbitkan dalam jangka waktu 12 bulan 
Sejak permohonan diterima secara lengkap 
141
PERLAKUAN PEMERIKSAAN TERHADAP 
BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA 
Pasal 17B ayat (1a) 
KETENTUAN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 
TIDAK BERLAKU TERHADAP 
WAJIB PAJAK yang SEDANG DILAKUKAN 
PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN 
DI BIDANG PERPAJAKAN, 
KETENTUANNYA DIATUR DENGAN atau BERDASARKAN 
PERATURAN MENTERI KEUANGAN. 
142
143 
SPT LB 
Dengan Permohonan Dalam Spt 
Pasal 17 B ayat (2) dan (3) 
LEBIH DARI 12 BULAN 
TIDAK ADA KEPUTUSAN 
PERMOHONAN 
PENGEMBALIAN KELEBIHAN 
PEMBAYARAN PAJAK 
DIANGGAP DIKABULKAN, 
APABILA SKPLB TERLAMBAT 
DITERBITKAN sebagaimana dimaksud 
pada ayat (2), WAJIB PAJAK BERHAK 
MENERIMA 
IMBALAN BUNGA 
SEBESAR 2% PER BULAN 
SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR 
HARUS DITERBITKAN PALING LAMA 1 (SATU) 
BULAN SETELAH JANGKA WAKTU TERSEBUT 
BERAKHIR (17B(2)) 
DIHITUNG SEJAK BERAKHIRNYA 
JANGKA WAKTU 
SAMPAI DENGAN DITERBITKAN 
SKPLB (17B(3))
IMBALAN BUNGA 
SETELAH PUTUSAN PENGADILAN 
Pasal 17B ayat (4) 
APABILA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN sebagaimana dimaksud pada 
ayat (1a): 
• TIDAK DILANJUTKAN dengan PENYIDIKAN; 
• DILANJUTKAN dengan PENYIDIKAN, tetapi TIDAK DILANJUTKAN DENGAN 
PENUNTUTAN TINDAK DI BIDANG PERPAJAKAN; atau 
• DILANJUTKAN dengan PENYIDIKAN dan PENUNTUTAN TINDAK PIDANA DI 
BIDANG PERPAJAKAN, tetapi DIPUTUS BEBAS atau LEPAS DARI SEGALA 
TUNTUTAN HUKUM BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN YANG TELAH 
MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP; 
WAJIB PAJAK DIBERI 
IMBALAN BUNGA SEBESAR 2% PER BULAN 
UNTUK PALING LAMA 24 BULAN, 
DIHITUNG SEJAK BERAKHIRNYA JANGKA WAKTU s/d 
DITERBITKAN SKPLB. 
144
PENERBITAN SKPPKP 
(Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak) 
Pasal 17C ayat (1) 
Setelah dilakukan Penelitian (Formal) terhadap SPT 
WP DENGAN 
KRITERIA TERTENTU 
PPh PPN Tidak 
Jangka wkt Jangka wkt menghendaki 
3 bulan 1 bulan SKPPKP 
Diterbitkan Diproses 
SKPPKP sesuai Ps.17B 
145
KRITERIA TERTENTU 
Pasal 17C ayat (2) 
1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan 
(SPT); DALAM 3 TAHUN TERAKHIR 
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, 
kecuali tunggakan pajak telah memper oleh izin untuk 
menunda atau mengangsur pemba yaran pajak; 
3. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga 
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar 
Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; 
4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di 
bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang 
telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 
5 (lima) tahun terakhir. 
146
WP DENGAN KRITERIA 
TERTENTU 
Pasal 17C ayat (4), (5) dan Penjelasan 
SETELAH DITERBITKAN SKPPKP 
DIREKTUR JENDERAL PAJAK 
DAPAT MELAKUKAN PEMERIKSAAN 
MENERBITKAN SURAT KETETAPAN PAJAK 
SKPN SKPKB SKPLB 
DITAMBAH SANKSI 
KENAIKAN 100% 
147
TIDAK DIBERIKAN 
PENGEMBALIAN PENDAHULUAN 
Pasal 17C ayat (6) 
APABILA : 
• Terhadap WP tersebut dilakukan tindakan penyidikan tindak 
pidana di bidang perpajakan; 
• Terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis pajak 
tertentu 2 (dua) Masa Pajak berturut-turut; 
• Terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis pajak 
tertentu 3 (tiga) Masa Pajak dalam 1 (satu) tahun kalender; atau 
• Terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT 
Tahunan). 
148
PENERBITAN SKPPKP 
Pasal 17D ayat (1) 
BERDASARKAN PENELITIAN ATAS 
PERMOHONAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN 
PEMBAYARAN PAJAK 
yang MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU, 
DIREKTUR JENDERAL PAJAK 
DAPAT MENERBITKAN SKPPKP PALING LAMA: 
• 3 (TIGA) BULAN untuk Pajak Penghasilan; 
• 1 (SATU) BULAN untuk Pajak Pertambahan Nilai, 
SEJAK PERMOHONAN DITERIMA SECARA LENGKAP 
149
WAJIB PAJAK YANG DAPAT DIBERIKAN 
PENGEMBALIAN PENDAHULUAN 
Pasal 17D ayat (2) 
ADALAH : 
a. WP Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau 
pekerjaan bebas; 
b. WP Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan 
bebas dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar 
sampai dengan jumlah tertentu; 
c. Wajib Pajak Badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah 
lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu; atau 
d. Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan SPT Masa PPN 
dengan jumlah penyerahan dan jumlah lebih bayar sampai 
dengan jumlah tertentu. 
150
JUMLAH YANG DITENTUKAN 
OLEH MENTERI KEUANGAN 
Pasal 17D ayat (3) 
BATASAN 
JUMLAH PEREDARAN USAHA, 
JUMLAH PENYERAHAN, dan 
JUMLAH LEBIH BAYAR 
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) 
DIATUR DENGAN ATAU BERDASARKAN 
PERATURAN MENTERI KEUANGAN. 
PMK Nomor: 193/PMK.03/2007 
151
PEMERIKSAAN SETELAH 
PENGEMBALIAN 
Pasal 17D ayat (4) 
DIREKTUR JENDERAL PAJAK 
DAPAT MELAKUKAN PEMERIKSAAN 
dan 
MENERBITKAN SURAT KETETAPAN PAJAK 
SETELAH MELAKUKAN 
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK 
152
SANKSI ADMINISTRASI 
Pasal 17D ayat (5) 
APABILA BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN 
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), 
DIREKTUR JENDERAL PAJAK 
MENERBITKAN 
SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR (SKPKB), 
JUMLAH PAJAK YANG KURANG DIBAYAR 
DITAMBAH 
DENGAN SANKSI ADMINISTRASI 
BERUPA KENAIKAN SEBESAR 
100% (SERATUS PERSEN) 
153
PENGEMBALIAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 
Pasal 17E 
ORANG PRIBADI 
YANG BUKAN SUBYEK PAJAK DALAM NEGERI 
yang MELAKUKAN PEMBELIAN BARANG KENA PAJAK 
di DALAM DAERAH PABEAN 
yang TIDAK DIKONSUMSI DI DAERAH PABEAN, 
DAPAT DIBERIKAN PENGEMBALIAN PPN yang TELAH DIBAYAR. 
KETENTUANNYA DIATUR DENGAN atau BERDASARKAN PERATURAN 
MENTERI KEUANGAN 
154
155
PENAGIHAN PAJAK 
Pasal 18 ayat (1) 
1. STP (Surat Tagihan Pajak); 
2. SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar); 
3. SKPKBT (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan) 
4. Surat Keputusan KEBERATAN; 
5. Putusan BANDING; dan 
6. Putusan PENINJAUAN KEMBALI, 
yang MENYEBABKAN JUMLAH PAJAK yang 
HARUS DIBAYAR BERTAMBA 
156 
Dasar Penagihan Pajak
BUNGA PENAGIHAN 
Pasal 19 ayat (1), (2) dan (3) 
157 
Pajak yg terutang 
menurut Dasar 
Penagihan 
2 % PER BULAN 
DIKENAKAN TERHADAP 
Mengangsur/menun 
da pembayaran 
Pajak 
WP diberikan penundaan 
penyampaian SPT Tahunan 
dan perhitungan pajak 
sementara kurang dari 
sebenarnya yang terutang 
Dari JUMLAH PAJAK 
Yang MASIH HARUS 
DIBAYAR 
DIHITUNG dari TANGGAL JATUH TEMPO SAMPAI 
TANGGAL PELUNASAN, atau TANGGAL 
DITERBITKAN STP 
Dari saat berakhirnya 
penyampaian SPT Tahunan 
s.d tanggal pembayaran 
Bagian bulan dihitung penuh 1 bulan
SURAT PAKSA 
Pasal 1 Angka 21 
SURAT PERINTAH MEMBAYAR 
UTANG PAJAK 
dan 
BIAYA PENAGIHAN PAJAK 
158
PENAGIHAN PAJAK DENGAN 
SURAT PAKSA 
Pasal 20 Ayat (1) 
JUMLAH PAJAK YANG MASIH HARUS DIBAYAR BERDASARKAN : 
1. STP; 
2. SKPKB; 
3. SKPKBT; 
4. SK PEMBETULAN; 
5. SK KEBERATAN; 
6. PUTUSAN BANDING; 
7. PUTUSAN PENINJAUAN 
KEMBALI 
MENYEBABKAN 
JUMLAH PAJAK yang 
MASIH HARUS 
DIBAYAR 
BERTAMBAH 
YANG TIDAK DIBAYAR OLEH PENANGGUNG PAJAK SESUAI 
DENGAN JANGKA WAKTU sbgmn dimaksud dlm Pasal 9 (3) atau (3a) 
DILAKSANAKAN PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA 
159
PENAGIHAN 
SEKETIKA DAN SEKALIGUS 
Pasal 20 Ayat (2) 
DILAKUKAN APABILA: 
• Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya 
atau berniat untuk itu; 
• Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau 
dikuasai dalam rangka mengecilkan atau menghentikan kegiatan 
perusahaan atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia; 
• Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan 
usaha, menggabungkan atau memekarkan usaha, atau 
memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau yang 
dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya; 
• Badan usaha akan dibubarkan oleh negara, atau 
• Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga, 
atau terdapat tanda-tanda kepailitan. 
160
PENAGIHAN PAJAK DENGAN 
SURAT PAKSA 
Pasal 20 Ayat (3) 
PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA 
DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN 
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2000 
TENTANG 
PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA 
161
HAK MENDAHULU 
Pasal 21 Ayat (1) dan (2) 
(1) NEGARA MEMPUNYAI HAK MENDAHULU untuk UTANG 
PAJAK atas BARANG-BARANG MILIK PENANGGUNG PAJAK; 
(2) Ketentuan pada ayat (1) meliputi : 
a. POKOK PAJAK, 
b. SANKSI ADMINSTRASI berupa : 
- BUNGA, 
- DENDA, dan 
- KENAIKAN, 
c. BIAYA PENAGIHAN PAJAK. 
162
PENGECUALIAN HAK 
MENDAHULU 
Pasal 21 Ayat (3) 
a. BIAYA PERKARA yang hanya disebabkan oleh suatu 
penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak/ tidak 
bergerak; 
b. BIAYA yang dikeluarkan untuk MENYELAMATKAN barang 
dimaksud, dan/atau 
c. BIAYA PERKARA, yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan 
penyelesaian suatu warisan. 
163
DILARANG MEMBAGIKAN 
HARTA KEPADA PEMEGANG SAHAM 
Pasal 21 ayat (3a) 
DALAM HAL WAJIB PAJAK DINYATAKAN 
PAILIT, BUBAR atau DILIKUIDASI 
maka 
KURATOR, LIKUIDATOR atau ORANG/BADAN yang 
DITUGASI untuk MELAKUKAN PEMBERESAN, 
DILARANG UNTUK 
MEMBAGIKAN HARTA WAJIB PAJAK DALAM PAILIT, PEMBUBARAN 
atau LIKUIDASI 
KEPADA PEMEGANG SAHAM ATAU KREDITUR LAINNYA 
SEBELUM MENGGUNAKAN HARTA TERSEBUT UNTUK 
MEMBAYAR UTANG PAJAK WAJIB PAJAK TERSEBUT. 
164
HAK MENDAHULU HILANG 
Pasal 21 Ayat (4) 
HAK MENDAHULU HILANG SETELAH MELAMPAUI WAKTU 
5 (LIMA) TAHUN SEJAK TANGGAL DITERBITKAN : 
• SURAT TAGIHAN PAJAK; 
• SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR; 
• SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR TAMBAHAN; 
• SURAT KEPUTUSAN PEMBETULAN; 
• SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN; 
• PUTUSAN BANDING; dan 
• PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI. 
yang MENYEBABKAN 
JUMLAH PAJAK yang HARUS DIBAYAR BERTAMBAH 
165
PERHITUNGAN JANGKA WAKTU 
HAK MANDAHULU 
Pasal 21 ayat (5) 
PERHITUNGAN JANGKA WAKTU HAK MENDAHULU 
adalah sebagai berikut : 
1. Dalam hal SURAT PAKSA untuk membayar diberitahukan 
secara resmi, maka JANGKA WAKTU 5 (LIMA) TAHUN DIHITUNG 
SEJAK PEMBERITAHUAN SURAT PAKSA; atau 
2. Dalam hal diberikan PENUNDAAN PEMBAYARAN atau 
PERSETUJUAN ANGSURAN PEMBAYARAN, MAKA 
JANGKA WAKTU 5 (LIMA) TAHUN DIHITUNG SEJAK BATAS AKHIR 
PENUNDAAN DIBERIKAN. 
166
DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK 
Pasal 22 Ayat (1) 
HAK UNTUK MELAKUKAN PENAGIHAN PAJAK, TERMASUK BUNGA, 
DENDA, KENAIKAN dan BIAYA PENAGIHAN PAJAK, DALUWARSA 
SETELAH MELAMPAUI WAKTU 
5 (LIMA) TAHUN TERHITUNG SEJAK PENERBITAN : 
1. SURAT TAGIHAN PAJAK; 
2. SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR; 
3. SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR TAMBAHAN; 
4. SURAT KEPUTUSAN PEMBETULAN; 
5. SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN; 
6. PUTUSAN BANDING; 
7. PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI. 
167
DALUWARSA TERTANGGUH 
DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK 
TERTANGGUH apabila: 
1. DITERBITKAN SURAT PAKSA; 
2. ADA PENGAKUAN UTANG PAJAK DARI WAJIB PAJAK BAIK 
LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG; 
3. DITERBITKAN SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR 
(Pasal 13 ayat (5)), atau SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG 
BAYAR TAMBAHAN (Pasal 15 ayat (4)); atau 
4. DILAKUKAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG 
PERPAJAKAN 
Pasal 22 Ayat (2) 
168
PENANGGUNG PAJAK 
Pasal 1 Angka 28 
ORANG PRIBADI atau BADAN 
yang BERTANGGUNG JAWAB atas 
PEMBAYARAN PAJAK, TERMASUK 
WAKIL yang MENJALANKAN HAK dan MEMENUHI 
KEWAJIBAN WAJIB PAJAK 
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 
perpajakan 
169
GUGATAN WAJIB PAJAK 
atau PENANGGUNG PAJAK 
Pasal 23 
GUGATAN WP atau PENANGGUNG PAJAK 
DAPAT DIAJUKAN TERHADAP : 
• Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan, atau 
Pengumuman Lelang; 
• Keputusan pencegahan dalam rangka pelaksanaan penagihan pajak; 
• Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, 
selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26; atau 
• Penerbitan Surat Ketetapan Pajak atau Surat Keputusan Keberatan, yang 
dalam penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang 
telah diatur dalam ketentuan per-UU-an perpajakan. 
GUGATAN HANYA DAPAT DIAJUKAN KEPADA 
BADAN PERADILAN PAJAK 
170
PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK 
Pasal 24 
MENTERI KEUANGAN MENGATUR TATA CARA PENGHAPUSAN DAN 
MENENTUKAN BESARNYA 
JUMLAH PIUTANG PAJAK YANG TIDAK DAPAT 
DITAGIH LAGI, antara lain : 
1. WP telah meninggal dunia dan tidak mempunyai harta 
warisan atau kekayaan; 
2. WP Badan yang telah selesai proses pailitnya; 
3. WP Badan yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai subyek 
pajak dan hak untuk melakukan penagihan pajak telah 
daluwarsa. 
171
172 
Proses Penagihan 
Dasar 
Penagihan 
Surat Teguran 
1 Bulan stlh 
diterbitkan 
Surat Perintah 
Malakukan Penyitaan 
(SPMP) 
Penjualan secara 
Lelang 
Surat Paksa 
Pengumuman 
Lelang 
Jatuh 
Tempo 
21 hari 
7 hari 
2x24 jam 
14 hari 
14 hari
ALUR DAN PROSES PENAGIHAN PAJAK 
SURAT 
TEGURAN 
7 HARI 
SP 
SPMP/ 
PENYITAAN 
21 HARI 2 X 24 jam 
PENCABUTAN 
SITA 
LUNAS 
PENGUMUMAN 
LELANG 
PELAKSANAAN 
LELANG 
Dasar Hukum 
UU No. 19 Tahun 2000 
UU No. 28 Tahun 2007 
PP No. 80 Tahun 2007 
PMK No. 24/PMK.03/2008 
14 HARI TDK LUNAS 
Barang 
Bergerak 2X 
Barang Tdk 
Bergerak 2X 
PEMBLOKIRAN PENCEGAHAN PENYANDERAAN 
SYARAT: 
•UTANG PAJAK ≥100 jt 
•DIRAGUKAN ITIKAD BAIK 
JANGKA WAKTU: 
6 BULAN DPT DIPERPANJANG MAX 6 BLN 
AKIBAT: 
UTANG PAJAK TDK HAPUS & 
PENAGIHAN TETAP DILAKSANAKAN 
SKP 
SKPKB 
SKPKBT 
dll JATUH 
TEMPO 
•UTANG PAJAK & 
BIAYA 
PENAGIHAN 
•PUTUSAN 
PENGADILAN 
•PARATE EXECUTIE 
•DIBERITAHUKAN OLEH 
JURUSITA 
PAJAK 
•DIBUAT BAP SP 
•SPMP 
•JURUSITA + 2 SAKSI 
•BAP SITA 
•BRG BERGERAK & BRG 
TDK BERGERAK 
•BRG YG DISITA DILARANG : 
DIPINDAHTANGANKAN 
DISEWAKAN 
DISEMBUHKAN 
DIHILANGKAN 
DIRUSAK 
PENYITAAN ATAS REK. 
BANK & EFEK 
173
PERMOHONAN KEBERATAN 
( Pasal 25 - 26 UU KUP ) 
174
Alur Keberatan, Banding & Peninjauan kembali 
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar 
(SKPLB), 
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar 
(SKPKB), 
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar 
Tambahan (SKPKBT), 
Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) 
Pemotongan atau pemungutan oleh 
pihak ketiga berdasarkan ketentuan 
peraturan perundang-undangan 
perpajakan. 
Keberatan 
kepada DJP 
Banding ke 
Badan Peradilan 
Pajak 
Peninjauan 
kembali ke MA 
(melalui PP) 
Ga Puas 
Ga Puas 
Ga Puas 
Ga Puas 
175
KEBERATAN 
Pasal 25 ayat (1) 
WAJIB PAJAK DAPAT MENGAJUKAN KEBERATAN 
HANYA KEPADA DIREKTUR JENDERAL PAJAK atas SUATU: 
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB); 
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT); 
3. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN); 
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB); atau 
5. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan 
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 
176
SYARAT-SYARAT KEBERATAN 
Pasal 25 ayat (2) dan (3) 
(2) * Tertulis dalam Bahasa Indonesia; 
*Mengemukakan jumlah pajak yang terutang, 
jumlah pajak yang dipotong atau dipungut, atau 
jumlah rugi menurut penghitungan wajib pajak, 
dengan disertai alasan yang menjadi dasar 
penghitungan. 
(3) *Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak 
tanggal dikirim surat ketetapan pajak, atau sejak 
tanggal pemotongan atau pemungutan pajak, 
kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan 
bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat 
dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. 
177
MELUNASI PAJAK 
DALAM RANGKA KEBERATAN 
Pasal 25 ayat (3a) 
DALAM HAL WAJIB PAJAK 
MENGAJUKAN KEBERATAN ATAS 
SURAT KETETAPAN PAJAK, 
WAJIB PAJAK WAJIB MELUNASI PAJAK 
YANG MASIH HARUS DIBAYAR, 
PALING SEDIKIT 
SEJUMLAH YANG TELAH DISETUJUI WAJIB PAJAK 
DALAM PEMBAHASAN AKHIR HASIL PEMERIKSAAN, 
SEBELUM 
SURAT KEBERATAN DISAMPAIKAN. 
178
PERSYARATAN MENGIKAT 
DALAM PENGAJUAN KEBERATAN 
Pasal 25 ayat (4) 
KEBERATAN YANG 
TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN 
sebagaimana dimaksud ayat (1), 
ayat (2), ayat (3) dan ayat (3a), 
BUKAN 
MERUPAKAN SURAT KEBERATAN 
SEHINGGA 
TIDAK DIPERTIMBANGKAN. 
179
TANDA BUKTI PENERIMAAN 
SURAT KEBERATAN 
Pasal 25 ayat (5) 
TANDA TERIMA SURAT KEBERATAN 
DARI PEGAWAI YANG DITUNJUK DIRJEN PAJAK UNTUK MENERIMA 
SURAT KEBERATAN, 
atau TANDA PENGIRIMAN SURAT KEBERATAN MELALUI POS 
DENGAN BUKTI PENGIRIMAN SURAT, atau 
MELALUI CARA LAIN 
YANG DIATUR DENGAN ATAU BERDASARKAN PERATURAN MENTERI 
KEUANGAN, 
MENJADI 
TANDA BUKTI PENERIMAAN SURAT KEBERATAN. 
180
PERMINTAAN KETERANGAN TERTULIS 
DALAM MENGAJUKAN KEBERATAN 
Pasal 25 ayat (6) 
BILA DIMINTA oleh WAJIB PAJAK untuk 
PENGAJUAN KEBERATAN, 
DIREKTUR JENDERAL PAJAK WAJIB 
MEMBERIKAN KETERANGAN 
SECARA TERTULIS 
HAL-HAL YANG MENJADI : 
– DASAR PENGENAAN PAJAK; 
– PENGHITUNGAN RUGI; ATAU 
– PEMOTONGAN ATAU PEMUNGUTAN. 
181
JANGKA WAKTU PELUNASAN 
DALAM RANGKA KEBERATAN 
Pasal 25 ayat (7) 
DALAM HAL WAJIB PAJAK MENGAJUKAN KEBERATAN, 
JANGKA WAKTU PELUNASAN sebagaimana dimaksud dalam 
Pasal 9 ayat (3) ATAU ayat (3a) 
ATAS JUMLAH PAJAK YANG BELUM DIBAYAR 
PADA SAAT PENGAJUAN KEBERATAN, 
TERTANGGUH 
SAMPAI DENGAN 1 (SATU) BULAN SEJAK 
TANGGAL PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN. 
182
TIDAK TERMASUK SEBAGAI 
UTANG PAJAK 
Pasal 25 ayat (8) 
JUMLAH PAJAK 
YANG BELUM DIBAYAR PADA SAAT 
PENGAJUAN PERMOHONAN KEBERATAN 
sebagaimana dimaksud pada ayat (7), 
TIDAK TERMASUK SEBAGAI UTANG PAJAK 
sebagaimana dimaksud dalam 
Pasal 11 ayat (1) dan (1a) 
183
SAKNSI ADMINISTRASI BERUPA 
DENDA 
Pasal 25 ayat (9) 
APABILA KEBERATAN WAJIB PAJAK 
DITOLAK atau DIKABULKAN SEBAGIAN, 
WAJIB PAJAK DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI 
BERUPA DENDA SEBESAR 50% 
DARI JUMLAH PAJAK BERDASARKAN 
KEPUTUSAN KEBERATAN, 
DIKURANGI DENGAN 
PAJAK YANG TELAH DIBAYAR 
SEBELUM MENGAJUKAN KEBERATAN. 
184
TIDAK DIKENAKAN SAKNSI 
BERUPA DENDA 50% 
Pasal 25 ayat (10) 
DALAM HAL WAJIB PAJAK MENGAJUKAN 
PERMOHONAN BANDING, 
SANKSI ADMINISTRASI BERUPA 
DENDA SEBESAR 50% 
sebagaimana dimaksud pada ayat (9) 
TIDAK DIKENAKAN. 
185
KEPUTUSAN KEBERATAN 
Pasal 26 
(1) Paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat keberatan 
diterima Dirjen Pajak harus memberi keputusan atas keberatan yang 
diajukan; 
(2) Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak dapat 
menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis; 
(3) Keputusan Dirjen Pajak atas keberatan dapat berupa mengabulkan 
seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah 
pajak yang masih harus dibayar; 
(4) Dalam hal WP mengajukan keberatan sbgmn dimaksud Pasal 13 ayat 
(1) huruf b dan huruf d, WP ybs harus dapat membuktikan 
ketidakbenaran ketetapan pajak tersebut; 
(5) Apabila jangka waktu sbgmn dimaksud pada ayat (1) telah terlampaui 
dan Dirjen Pajak tidak memberi keputusan, keberat an yang diajukan 
tersebut dianggap dikabulkan. 
186
TATA CARA PENGAJUAN dan 
PENYELESAIAN KEBERATAN 
Pasal 26A 
(1). Tata cara pengajuan dan penyelesaian keberatan diatur dengan atau 
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; 
(2). Tata cara sbgmn dimaksud pada ayat (1), antara lain mengatur 
tentang pemberian hak kepada Wajib Pajak untuk hadir memberikan 
keterangan atau memperoleh penjelasan mengenai keberatannya; 
(3). Apabila Wajib Pajak tidak menggunakan hak sebagaimana dimaksud 
pada ayat (2), proses keberatan tetap dapat diselesaikan; 
(4). Wajib Pajak yang mengungkapkan pembukuan, catatan, data, 
informasi, atau keterangan lain dalam proses keberatan yang tidak 
diberikan pada saat pemeriksaan, selain data dan informasi yang 
pada saat pemeriksaan belum diperoleh Wajib Pajak dari pihak 
ketiga, pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain 
dimaksud tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatan. 
187
KEBERATAN [PASAL 25] 
Contoh 1: 
SKPKB hasil pemeriksaan = 
Rp100.000.000,00 
Setuju Hasil Pemeriksaan = 
Rp100.000.000,00 
Yang Harus Dilunasi Jika Tidak Keberatan = 
Rp100.000.000,00 
Contoh 2: 
SKPKB hasil pemeriksaan = 
Rp100.000.000,00 
Setuju Hasil Pemeriksaan = Rp 
30.000.000,00 
Harus Dilunasi Sebelum Mengajukan Keberatan = Rp 
30.000.000,00 
Keputusan Keberatan, SKPKB menjadi = Rp 
80.000.000,00 
Pajak Kurang Dibayar (80.000.000 - 30.000.000) = Rp 
188
189
BANDING 
Pasal 27 ayat (1) 
WAJIB PAJAK DAPAT MENGAJUKAN 
PERMOHONAN BANDING 
HANYA KEPADA 
BADAN PERADILAN PAJAK 
ATAS 
SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN 
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1). 
190
PUTUSAN PENGADILAN 
Pasal 27 ayat (2) 
PUTUSAN PENGADILAN PAJAK 
MERUPAKAN 
PUTUSAN PENGADILAN KHUSUS 
DI LINGKUNGAN 
PERADILAN TATA USAHA NEGARA 
191
SYARAT PERMOHONAN BANDING 
Pasal 27 ayat (3) 
PERMOHONAN DIAJUKAN : 
1. SECARA TERTULIS DALAM BAHASA INDONESIA; 
2. DENGAN ALASAN YANG JELAS; 
3. PALING LAMA 3 (TIGA) BULAN SEJAK SURAT 
KEPUTUSAN KEBERATAN DITERIMA; dan 
4. DILAMPIRI DENGAN SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN. 
192
KETERANGAN TERTULIS 
Pasal 27 ayat (4a) 
APABILA DIMINTA OLEH WAJIB PAJAK 
UNTUK KEPERLUAN 
PENGAJUAN PERMOHONAN BANDING, 
DIREKTUR JENDERAL PAJAK 
WAJIB 
MEMBERI KETERANGAN SECARA TERTULIS 
HAL-HAL YANG MENJADI DASAR 
SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN YANG DITERBITKAN 
193
JANGKA WAKTU 
PELUNASAN PAJAK 
Pasal 27 ayat (5a) 
DALAM HAL WAJIB PAJAK 
MENGAJUKAN BANDING, 
JANGKA WAKTU PELUNASAN PAJAK 
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3), ayat (3a), atau Pasal 
25 ayat (7), 
ATAS JUMLAH PAJAK YANG BELUM DIBAYAR 
PADA SAAT PENGAJUAN KEBERATAN, 
TERTANGGUH 
SAMPAI DENGAN 1 (SATU) BULAN SEJAK 
TANGGAL PENERBITAN PUTUSAN BANDING. 
194
TIDAK TERMASUK SEBAGAI 
UTANG PAJAK 
Pasal 27 ayat (5b) 
JUMLAH PAJAK 
YANG BELUM DIBAYAR PADA SAAT 
PENGAJUAN PERMOHONAN BANDING 
sebagaimana dimaksud pada ayat (5a), 
TIDAK TERMASUK SEBAGAI UTANG PAJAK 
sebagaimana dimaksud dalam 
Pasal 11 ayat (1) dan (1a) 
195
BELUM MERUPAKAN 
PAJAK YANG TERUTANG 
Pasal 27 ayat (5c) 
JUMLAH PAJAK YANG BELUM DIBAYAR 
PADA SAAT 
PENGAJUAN PERMOHONAN BANDING 
BELUM MERUPAKAN 
PAJAK YANG TERUTANG 
SAMPAI DENGAN 
PUTUSAN BANDING DITERBITKAN 
196
SANKSI ADMINISTRASI 
BERUPA DENDA 
Pasal 27 ayat (5d) 
APABILA PERMOHONAN BANDING 
DITOLAK ATAU DIKABULKAN SEBAGIAN, 
WAJIB PAJAK DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI 
BERUPA DENDA SEBESAR 100% 
DARI JUMLAH PAJAK BERDASARKAN 
PUTUSAN BANDING, 
DIKURANGI DENGAN 
PAJAK YANG TELAH DIBAYAR 
SEBELUM MENGAJUKAN KEBERATAN 
197
198 
Sengketa Pajak dalam Banding 
• Sengketa Formal, WP atau fiskus tidak 
mematuhi prosedur dan tata cara yang telah 
ditetapkan oleh UU Perpajakan 
• Sengketa Material, apabila terdapat 
perbedaan antara fiskus dan Wajib Pajak 
penetapan jumlah pajak yang terutang atau 
yang lebih bayar
199
200 
Persiapan Persidangan Banding
BANDING (PASAL 27) (LANJUTAN) 
Contoh: 
SKPKB hasil pemeriksaan = Rp100.000.000,00 
Setuju Hasil PemeriksaaN = Rp 30.000.000,00 
Keputusan Keberatan, SKPKB menjadi = Rp 80.000.000,00 
Pajak Kurang Dibayar (80.000.000 - 30.000.000) = Rp 50.000.000,00 
Mengajukan Banding (Tidak ada syarat harus membayar) 
Putusan Banding, SKPKB menjadi = Rp 65.000.000,00 
Pajak Kurang Dibayar (65.000.000 - 30.000.000) = Rp 35.000.000,00 
Sanksi Denda (100% X Rp35.000.000) = Rp 35.000.000,00 
Harus Dilunasi = Rp 70.000.000,00 
201
Peninjauan Kembali (PK) 
• Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat 
diajukan 1 (satu) kali kepada Mahkamah Agung 
melalui Pengadilan Pajak. 
• Pengajuan permohonan PK dilakukan dalam jangka 
waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak 
diketahuinya kebohongan atau tipu muslihat atau 
sejak putusan Hakim Pengadilan pidana memperoleh 
kekuatan hukum tetap atau ditemukannya bukti 
tertulis baru atau sejak putusan banding dikirim. 
• Mahkamah Agung mengambil keputusan dalam 
jangka waktu 6 (enam) bulan sejak permohonan PK 
diterima 
202
IMBALAN BUNGA 
Pasal 27A ayat (1) 
Apabila pengajuan KEBERATAN, permohonan BANDING, atau 
permohonan PENINJAUAN KEMBALI DIKABULKAN SEBAGIAN atau 
SELURUHNYA, dalam : 
– Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), 
– Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), 
– Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), dan 
– Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) 
yang telah dibayar menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, 
DIKEMBALIKAN dengan ditambah IMBALAN BUNGA sebesar 
2% per bulan untuk paling lama 24 bulan. 
203
PENGHITUNGAN 
IMBALAN BUNGA 
Pasal 27A ayat (1) huruf a dan b 
a. Untuk SKPKB dan SKPKBT dihitung sejak tanggal 
pembayaran yang menyebabkan kelebihan 
pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya 
Surat Keputusan Keberatan, PutusanBanding, atau 
Putusan Peninjauan Kembali; atau 
b. Untuk SKPN dan SKPLB dihitung sejak tanggal 
penerbitan surat ketetapan pajak sampai dengan 
diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan, Putusan 
Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali. 
204
IMBALAN BUNGA 
atas SURAT KEPUTUSAN 
Pasal 27A ayat (1a) huruf a, b, dan c 
a. Untuk SKPKB dan SKPKBT dihitung sejak tanggal pembayaran 
yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan 
diterbitkannya SK Pembetulan, SK Pengurangan Ketetapan Pajak, 
atau SK Pembatalan Ketetapan Pajak; 
b. Untuk SKPN dan SKPLB dihitung sejak tanggal penerbitan surat 
ketetapan pajak sampai dengan diterbitkannya SK Pembetulan, SK 
Pengurangan Ketetapan Pajak, atau SK Pembatalan Ketetapan Pajak; 
atau 
c. Untuk STP dihitung sejak tanggal pembayaran yang menyebabkan 
kelebihan pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya SK 
Pembetulan, SK Pengurangan Ketetapan Pajak, atau SK Pembatalan 
Ketetapan Pajak. 
205
IMBALAN BUNGA 
atas SANKSI ADMINISTRASI 
Pasal 27A ayat (2) 
(2) Imbalan bunga juga diberikan atas : 
* pembayaran lebih sanksi administrasi berupa 
DENDA Pasal 14 ayat (4) dan/atau BUNGA 
Pasal 19 ayat (1) berdasarkan SK Pengurangan 
Sanksi Administrasi atau SK. Penghapusan 
Sanksi Administrasi akibat diterbitkan : 
- SK Keberatan, Putusan Banding, atau 
- Putusan Peninjauan Kembali, 
yang mengabulkan sebagian atau seluruh 
permohonan Wajib Pajak. 
206
207
208
PEMBUKUAN 
Pasal 1 Angka 29 
SUATU PROSES PENCATATAN YANG DILAKUKAN SECARA TERATUR UNTUK 
MENGUMPULKAN DATA DAN INFORMASI KEUANGAN YANG 
MELIPUTI : 
1. HARTA, 
2. KEWAJIBAN, 
3. MODAL, 
4. PENGHASILAN, dan 
5. BIAYA, serta 
6. JUMLAH PEROLEHAN dan PENYERAHAN BARANG atau JASA, 
YANG DITUTUP DENGAN MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN BERUPA 
NERACA, DAN LAPORAN LABA RUGI UNTUK PERIODE TAHUN PAJAK 
TERSEBUT. 
209
WAJIB PEMBUKUAN 
Pasal 28 ayat (1) 
Wajib Pajak Orang Pribadi yang : 
 melakukan kegiatan usaha, atau 
 pekerjaan bebas, dan 
 Wajib Pajak BADAN 
di Indonesia 
WAJIB 
MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN 
210
TIDAK WAJIB PEMBUKUAN tetapi 
WAJIB PENCATATAN 
Pasal 28 ayat (2) 
Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan 
PEMBUKUAN, tetapi WAJIB melakukan PENCATATAN, 
adalah 
• WP ORANG PRIBADI yang melakukan kegiatan usaha 
atau pekerjaan bebas yang diperbolehkan menghitung 
penghasilan neto dengan menggunakan Norma 
Penghitungan Penghasilan Neto, dan 
• WP ORANG PRIBADI yang tidak melakukan kegiatan 
usaha atau pekerjaan bebas. 
211
212 
PENGGUNAAN NORMA PENGHITUNGAN 
Pasal 14 ayat (2,3,4) UU PPh, jo. PMK-01/PMK.03/2007 
Norma Penghitungan 
Penghasilan Neto 
HANYA WAJIB PAJAK 
ORANG PRIBADI 
SYARAT 
Pencatatan 
* Peredaran bruto dalam satu tahun kurang 
dari Rp 1.800.000.000 1 Jan 2008 
* Peredaran bruto dalam satu tahun kurang 
dari Rp 4.800.000.000 1 Jan 2009 
* Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam 
jangka waktu 3 bulan pertama dari Tahun Pa-jak 
Ybs. Apabila tidak memberitahukan, di-anggap 
memilih Pembukuan 
* Wajib menyelenggarakan Pencatatan
SYARAT PEMBUKUAN 
Pasal 28 ayat (3), (4), (5), (6), dan (7) 
(3) Harus memperhatikan IKTIKAD BAIK dan mencerminkan 
KEADAAN atau KEGIATAN USAHA YANG SEBENARNYA. 
(4) Harus DISELENGGARAKAN DI INDONESIA dengan 
menggunakan HURUF LATIN, ANGKA ARAB, satuan MATA 
UANG RUPIAH, dan disusun dalam BAHASA INDONESIA atau 
dalam BAHASA ASING yang DIIZINKAN oleh Menteri Keuangan. 
(5) Diselenggarakan dengan PRINSIP TAAT ASAS dan dengan 
STELSEL AKRUAL atau STELSEL KAS. 
(6) Perubahan terhadap METODE PEMBUKUAN dan/atau TAHUN 
BUKU harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal 
Pajak. 
(7) Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai 
HARTA, KEWAJIBAN, MODAL, PENGHASILAN dan BIAYA, serta 
PENJUALAN dan PEMBELIAN sehingga dapat dihitung besarnya 
pajak yang terutang. 
213
PEMBUKUAN BAHASA ASING 
Pasal 28 ayat (8) 
Pembukuan 
dengan menggunakan BAHASA ASING 
dan MATA UANG selain RUPIAH 
dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah 
mendapat izin 
Menteri Keuangan. 
PMK Nomor: 196/PMK.03/2007 
214
PENCATATAN 
Pasal 28 ayat (9) 
PENCATATAN terdiri atas : 
– data yang dikumpulkan secara teratur tentang 
PEREDARAN atau PENERIMAAN BRUTO, 
dan/atau 
– PENGHASILAN BRUTO 
sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang 
terutang, termasuk penghasilan yang bukan OBJEK 
PAJAK dan/atau yang dikenai pajak yang BERSIFAT 
FINAL. 
215
PENYIMPANAN BUKU, CATATAN, 
dan DOKUMEN 
Pasal 28 ayat (11) 
BUKU, CATATAN, dan DOKUMEN 
yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan 
dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari 
pembukuan yang dikelola secara elektronik 
atau secara program aplikasi on-line 
WAJIB DISIMPAN SELAMA 10 TAHUN 
di Indonesia, 
yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal 
Wajib Pajak orang pribadi, 
atau di tempat kedudukan Wajib Pajak badan. 
216
PEMERIKSAAN 
Pasal 1 Angka 25 
SERANGKAIAN KEGIATAN MENGHIMPUN dan MENGOLAH : 
• DATA, 
• KETERANGAN, dan/atau 
• BUKTI, 
yang DILAKSANAKAN secara OBYEKTIF dan PROFESIONAL 
BERDASARKAN SUATU STANDAR PEMERIKSAAN untuk : 
• MENGUJI KEPATUHAN PEMENUHAN KEWAJIBAN 
PERPAJAKAN,dan/atau 
• TUJUAN LAIN 
DALAM RANGKA MELAKSANAKAN KETENTUAN PER-UU-AN 
PERPAJAKAN. 
217
WEWENANG DIRJEN PAJAK dalam 
rangka PEMERIKSAAN 
Pasal 29 ayat (1) dan (2) 
(1) Direktur Jenderal Pajak BERWENANG melakukan 
PEMERIKSAAN untuk menguji kepatuhan pemenuhan 
kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan 
lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan 
perundang-undangan perpajakan. 
(2) Untuk keperluan pemeriksaan, petugas pemeriksa 
harus memiliki tanda pengenal pemeriksa dan 
dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan serta 
memperlihatkannya kepada Wajib Pajak yang 
diperiksa. 
218
KEWAJIBAN WP yang DIPERIKSA 
Pasal 29 ayat (3) 
(3) WAJIB PAJAK yang DIPERIKSA WAJIB: 
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau 
catatan, dokumen yang menjadi dasarnya, dan 
dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan 
yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib 
Pajak, atau objek yang terutang pajak; 
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau 
ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan 
guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau 
c. memberikan keterangan lain yang diperlukan. 
219
JANGKA WAKTU 
PERMINTAAN DOKUMEN 
Pasal 29 ayat (3a) 
(3a) Buku, catatan, dan dokumen, serta data, 
informasi, dan keterangan lain sebagaimana 
dimaksud pada ayat (3) WAJIB dipenuhi oleh 
Wajib Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak 
permintaan disampaikan. 
220
PENGHASILAN KENA PAJAK 
secara JABATAN 
Pasal 29 ayat (3b) 
(3b) Dalam hal WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI yang 
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan 
bebas tidak memenuhi ketentuan sebagaimana 
dimaksud pada ayat (3) sehingga tidak dapat 
dihitung besarnya penghasilan kena pajak, 
penghasilan kena pajak tersebut dapat dihitung 
secara jabatan sesuai dengan ketentuan 
peraturan perundang-undangan perpajakan. 
221
KERAHASIAAN WP DITIADAKAN 
dalam rangka PEMERIKSAAN 
Pasal 29 ayat (4) 
(4) Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, 
pencatatan, atau dokumen serta keterangan 
yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu 
kewajiban untuk merahasiakannya, maka 
kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan 
oleh permintaan untuk keperluan 
pemeriksaan. 
222
WP BADAN yang DINYATAKAN 
EFEKTIF oleh BAPEPAM 
Pasal 29A 
Terhadap WP BADAN yang pernyataan pendaftaran emisi 
sahamnya telah dinyatakan efektif oleh BAPEPAM dan 
menyampaikan SPT dengan dilampiri Laporan Keuangan yang 
telah diaudit oleh Akuntan Publik dengan pendapat Wajar 
Tanpa Pengecualian yang : 
a. SPT Tahunan Wajib Pajak menyatakan lebih bayar 
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B; atau 
b. terpilih untuk diperiksa berdasarkan analisis risiko, 
dapat dilakukan pemeriksaan melalui 
PEMERIKSAAN KANTOR. 
223
PENYEGELAN 
Pasal 30 ayat (1) 
(1) Direktur Jenderal Pajak berwenang 
melakukan PENYEGELAN tempat atau 
ruangan tertentu serta barang bergerak 
dan/atau tidak bergerak apabilaWajib Pajak 
tidak memenuhi kewajiban sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) huruf b. 
224
TATA CARA PEMERIKSAAN 
Pasal 31 ayat (1) dan (2) 
(1) Tata cara pemeriksaan diatur dengan atau 
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. 
(2) Tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud 
pada ayat (1) di antaranya mengatur tentang 
pemeriksaan ulang, jangka waktu pemeriksaan, 
kewajiban menyampaikan surat pemberitahuan 
hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak, dan hak 
Wajib Pajak untuk hadir dalam pembahasan 
akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang 
ditentukan. 
225
KEWAJIBAN DIRJEN PAJAK 
MENYAMPAIKAN SPHP PKP JABATAN 
Pasal 31 ayat (3) 
(3) Apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan Wajib 
Pajak tidak memenuhi kewajiban sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) sehingga 
penghitungan penghasilan kena pajak dilakukan 
secara jabatan, Direktur Jenderal Pajak wajib 
menyampai kan surat pemberitahuan hasil 
pemeriksaan kepada Wajib Pajak dan 
memberikan hak kepada Wajib Pajak untuk hadir 
dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan 
dalam batas waktu yang ditentukan. 
226
227
WAKIL WAJIB PAJAK 
Pasal 32 ayat (1) 
(1) Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan 
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, 
Wajib Pajak diwakili dalam hal : 
a. BADAN oleh PENGURUS; 
b. BADAN yang dinyatakan PAILIT oleh KURATOR; 
c. BADAN dalam PEMBUBARAN oleh orang atau badan 
yang ditugasi untuk melakukan pemberesan; 
d. BADAN dalam LIKUIDASI oleh LIKUIDATOR; 
e. suatu WARISAN yang belum terbagi oleh salah seorang 
ahli warisnya, pelaksana wasiatnya atau yang 
mengurus harta peninggalannya; atau 
f. ANAK yang belum dewasa atau orang yang berada 
dalam pengampuan oleh WALI atau PENGAMPUNYA. 
228
TANGGUNG JAWAB WAKIL 
Pasal 32 ayat (2) 
Wakil bertanggung jawab 
secara pribadi dan/atau secara renteng atas 
pembayaran pajak yang terutang, 
kecuali 
apabila dapat membuktikan dan meyakinkan 
Direktur Jenderal Pajak bahwa mereka dalam 
kedudukannya benar-benar tidak mungkin untuk 
dibebani tanggung jawab atas pajak yang terutang 
tersebut. 
229
KUASA WAJIB PAJAK 
Pasal 32 ayat (3) 
(3) Orang pribadi atau badan dapat menunjuk 
SEORANG KUASA dengan surat kuasa 
khusus untuk menjalankan hak dan 
memenuhi kewajiban sesuai dengan 
ketentuan peraturan perundang-undangan 
perpajakan. 
230
PERSYARATAN KUASA 
Pasal 32 ayat (3a) 
(3a) Persyaratan serta pelaksanaan hak dan 
kewajiban KUASA sebagaimana 
dimaksud pada ayat (3) diatur dengan 
atau berdasarkan Peraturan Menteri 
Keuangan. 
PMK Nomor: 22/PMK.03/2008 
231
PENGERTIAN PENGURUS 
Pasal 32 ayat (4) 
(4) Termasuk dalam pengertian PENGURUS 
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 
huruf a adalah orang yang nyata-nyata 
mempunyai wewenang ikut menentukan 
kebijaksanaan dan/atau mengambil 
keputusan dalam menjalankan 
perusahaan. 
232
PIHAK-PIHAK yang WAJIB 
MEMBERIKAN KETERANGAN 
Pasal 35 ayat (1) 
(1) Apabila dalam menjalankan ketentuan peraturan 
perundang-undangan perpajakan diperlukan 
KETERANGAN atau BUKTI dari BANK, AKUNTAN 
PUBLIK, NOTARIS, KONSULTAN PAJAK, KANTOR 
ADMINISTRASI, dan/atau pihak ketiga lainnya, yang 
mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang 
dilakukan pemeriksaan pajak, penagihan pajak, atau 
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, atas 
permintaan tertulis dari Direktur Jenderal Pajak, 
pihak-pihak tersebut WAJIB memberikan keterangan 
atau bukti yang diminta. 
233
KEWAJIBAN MERAHASIAKAN 
DITIADAKAN 
Pasal 35 ayat (2) 
(2) Dalam hal pihak-pihak sebagaimana dimaksud 
pada ayat (1) terikat oleh KEWAJIBAN 
MERAHASIAKAN, untuk keperluan pemeriksaan, 
penagihan pajak, atau penyidikan tindak pidana 
di bidang perpajakan, kewajiban merahasiakan 
tersebut ditiadakan, kecuali untuk bank, 
kewajiban merahasiakan ditiadakan atas 
permintaan tertulis dari Menteri Keuangan. 
234
WAJIB MEMBERIKAN 
DATA dan INFORMASI 
Pasal 35A ayat (1) 
(1) Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, 
dan pihak lain, wajib memberikan data dan 
informasi yang berkaitan dengan perpajakan 
kepada Direktorat Jenderal Pajak yang 
ketentuannya diatur dengan Peraturan 
Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan 
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2). 
235
DATA dan INFORMASI 
TIDAK MENCUKUPI 
Pasal 35A ayat (2) 
(2) Dalam hal data dan informasi sebagaimana 
dimaksud pada ayat (1) TIDAK MENCUKUPI, 
Direktur Jenderal Pajak berwenang 
menghimpun data dan informasi untuk 
kepentingan penerimaan negara yang 
ketentuannya diatur dengan Peraturan 
Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan 
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2). 
236
PENGURANGAN atau PENGHAPUSAN 
SANKSI dan/atau KETETAPAN PAJAK 
Pasal 36 ayat (1) 
(1) Direktur Jenderal Pajak karena JABATAN atau atas PERMOHONAN 
WAJIB PAJAK dapat: 
a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi 
berupa bunga, denda, dan kenaikan yang terutang sesuai 
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan 
dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib 
Pajak atau bukan karena kesalahannya; 
b. mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang 
tidak benar; 
c. mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak 
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 yang tidak benar; atau 
d. membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan 
pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa: 
1. penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau 
2. pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak. 
237
PENGAJUAN PERMOHONAN 
Pasal 36 ayat (1a) dan (1b) 
(1a) Permohonan sebagaimana dimaksud pada 
ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c 
hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak 
paling banyak 2 (dua) kali. 
(1b) Permohonan sebagaimana dimaksud pada 
ayat (1) huruf d hanya dapat diajukan oleh 
Wajib Pajak 1 (satu) kali. 
238
KEPUTUSAN PERMOHONAN 
Pasal 36 ayat (1c) dan (1d) 
(1c) Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 
paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal 
permohonan sebagaimana dimaksud pada 
ayat (1) diterima, harus memberi keputusan 
atas permohonan yang diajukan. 
(1d) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud 
pada ayat (1c) telah lewat tetapi Direktur 
Jenderal Pajak tidak memberi suatu 
keputusan, permohonan Wajib Pajak 
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 
dianggap dikabulkan. 
239
KETERANGAN TERTULIS 
Pasal 36 ayat (1e) 
(1e) Apabila diminta oleh Wajib Pajak, 
Direktur Jenderal Pajak WAJIB 
memberikan keterangan secara tertulis 
hal-hal yang menjadi dasar untuk 
menolak atau mengabulkan sebagian 
permohonan Wajib Pajak sebagaimana 
dimaksud pada ayat (1c). 
240
PENGURANGAN atau PENGHAPUSAN 
SANKSI ADMINISTRASI 
Pasal 37A ayat (1) 
(1) Wajib Pajak yang menyampaikan pembetulan SPT 
Pajak Penghasilan sebelum Tahun Pajak 2007, yang 
mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar 
menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama dalam 
jangka waktu 1 (satu) tahun setelah berlakunya 
Undang-Undang ini, dapat diberikan PENGURANGAN 
atau PENGHAPUSAN sanksi administrasi berupa 
BUNGA atas keterlambatan pelunasan kekurangan 
pembayaran pajak yang ketentuannya diatur dengan 
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. 
241
WP OP yang MENDAFTAR NPWP 
SECARA SUKARELA 
Pasal 37A ayat (2) 
(2) Wajib Pajak ORANG PRIBADI yang secara sukarela 
mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok 
Wajib Pajak paling lama 1 (satu) tahun setelah 
berlakunya Undang-Undang ini diberikan penghapusan 
sanksi administrasi atas PAJAK yang tidak atau kurang 
dibayar untuk Tahun Pajak sebelum diperoleh Nomor 
Pokok Wajib Pajak dan tidak dilakukan pemeriksaan 
pajak, kecuali terdapat data atau keterangan yang 
menyatakan bahwa Surat Pemberitahuan yang 
disampaikan Wajib Pajak tidak benar atau menyatakan 
lebih bayar. 
242
ALPA 
Pasal 38 
Setiap orang yang karena kealpaannya: 
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau 
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak 
benar atau tidak lengkap, atau melampirkan 
keterangan yang isinya tidak benar 
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan 
negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan 
setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 13A, DIDENDA paling sedikit 1 
(satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang 
dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak 
terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana 
kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 
(satu) tahun. 
243
SENGAJA 
Pasal 39 ayat (1) 
Setiap orang yang dengan SENGAJA: 
a. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau tidak 
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP; 
b. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau 
Pengukuhan PKP; 
c. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; 
d. menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak 
benar atau tidak lengkap; 
e. menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 29; 
f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen 
lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak 
menggambarkan keadaan yang sebenarnya; 
244
SENGAJA 
Pasal 39 ayat (1) 
g. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di 
Indonesia, tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan 
buku, catatan, atau dokumen lain; 
h. tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi 
dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk 
hasil pengolahan data dari pembukuan yg dikelola secara 
elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on-line; 
atau 
i. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, 
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara 
dipidana dengan PIDANA PENJARA paling singkat 6 bulan dan 
paling lama 6 tahun dan DENDA paling sedikit 2 kali jumlah 
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling 
banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang 
dibayar. 
245
MENGULANGI TINDAK PIDANA 
SEBELUM 1 TAHUN 
Pasal 39 ayat (2) 
(2) Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 
ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) 
kali sanksi pidana apabila seseorang 
melakukan lagi tindak pidana di bidang 
perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, 
terhitung sejak selesainya menjalani pidana 
penjara yang dijatuhkan. 
246
PERCOBAAN 
Pasal 39 ayat (3) 
Setiap orang yang melakukan PERCOBAAN untuk melakukan tindak 
pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP 
atau Pengukuhan PKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf 
b, atau menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan 
yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, sebagaimana dimaksud 
pada ayat (1) huruf d, dalam rangka mengajukan permohonan 
restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan 
pajak, 
DIPIDANA dengan PIDANA PENJARA paling singkat 6 
bulan dan paling lama 2 tahun dan DENDA paling sedikit 2 
(dua) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau 
kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan paling 
banyak 4 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau 
kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan. 
247
SENGAJA 
Pasal 39A 
Setiap orang yang dengan SENGAJA: 
a. menerbitkan dan/atau menggunakan FAKTUR PAJAK, bukti 
pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti 
setoran pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang 
sebenarnya; atau 
b. menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai 
Pengusaha Kena Pajak 
dipidana dengan PIDANA PENJARA paling singkat 2 tahun dan 
paling lama 6 tahun serta DENDA paling sedikit 2 kali jumlah 
pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti 
pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak dan paling 
banyak 6 kali jumlah pajak dalam faktur pajak, 
bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau 
bukti setoran pajak. 
248
SENGAJA TIDAK 
MEMBERI KETERANGAN 
Pasal 41A 
Setiap orang yang wajib memberikan keterangan atau 
bukti yang diminta sbgmn dimaksud dalam Pasal 35 
tetapi dengan SENGAJA tidak memberi keterangan 
atau bukti, atau memberi keterangan atau bukti yang 
tidak benar dipidana dengan PIDANA KURUNGAN 
paling lama 1 (satu) tahun dan DENDA paling banyak 
Rp 25.000.000,00 
(dua puluh lima juta rupiah). 
249
SENGAJA MENGHALANGI 
PENYIDIKAN 
Pasal 41B 
Setiap orang yang dengan SENGAJA menghalangi 
atau mempersulit penyidikan tindak pidana di bidang 
perpajakan dipidana dengan 
PIDANA PENJARA paling lama 3 (tiga) tahun dan 
DENDA paling banyak Rp75.000.000,00 
(tujuh puluh lima juta rupiah). 
250
SENGAJA TIDAK MEMENUHI 
KETENTUAN PASAL 35A ayat (1) 
Pasal 41C ayat (1) 
(1) Setiap orang yang dengan SENGAJA tidak 
memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud 
dalam Pasal 35A ayat (1) dipidana dengan 
PIDANA KURUNGAN paling lama 1 (satu) tahun 
atau DENDA paling banyak 
Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 
251
SENGAJA TIDAK TERPENUHI 
KEWAJIBAN PIHAK LAIN 
Pasal 41C ayat (2) 
(2) Setiap orang yang dengan SENGAJA 
menyebabkan tidak terpenuhinya kewajiban 
pejabat dan pihak lain sebagaimana dimaksud 
dalam Pasal 35A ayat (1) dipidana dengan 
PIDANA KURUNGAN paling lama 10 bulan atau 
DENDA paling banyak Rp 800.000.000,00 
(delapan ratus juta rupiah). 
252
SENGAJA TIDAK MEMBERIKAN 
DATA dan INFORMASI 
Pasal 41C ayat (3) 
(3) Setiap orang yang dengan SENGAJA tidak 
memberikan data dan informasi yang diminta 
oleh Direktur Jenderal Pajak sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 35A ayat (2) dipidana 
dengan PIDANA KURUNGAN paling lama 10 
(sepuluh) bulan atau DENDA paling banyak Rp 
800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah). 
253
MENYALAHGUNAKAN 
DATA dan INFORMASI 
Pasal 41C ayat (4) 
(4) Setiap orang yang dengan SENGAJA 
menyalahgunakan data dan informasi 
perpajakan sehingga menimbulkan kerugian 
kepada negara dipidana dengan PIDANA 
KURUNGAN paling lama 1 (satu) tahun atau 
DENDA paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima 
ratus juta rupiah). 
254
KUP-PERPAJAKAN
KUP-PERPAJAKAN
KUP-PERPAJAKAN

More Related Content

What's hot

Pencegahan penghindaran pajak
Pencegahan penghindaran pajakPencegahan penghindaran pajak
Pencegahan penghindaran pajakkaromah95
 
Mengenal pajak
Mengenal pajakMengenal pajak
Mengenal pajakYe Si
 
Hak dan Kewajiban Wajib pajak
Hak dan Kewajiban Wajib pajakHak dan Kewajiban Wajib pajak
Hak dan Kewajiban Wajib pajakeryeryey
 
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tatacara PerpajakanKetentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakaniyandri tiluk wahyono
 
Presentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMPresentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMIcha Icha
 
Tax Planning atas PPN
Tax Planning atas PPNTax Planning atas PPN
Tax Planning atas PPNpuspa
 
Ppt Pajak bumi dan bangunan
Ppt Pajak bumi dan bangunanPpt Pajak bumi dan bangunan
Ppt Pajak bumi dan bangunanranioktalia
 
Hukum pajak pertemuan ke 8 pembukuan dan pencatatan
Hukum pajak pertemuan ke 8 pembukuan dan pencatatanHukum pajak pertemuan ke 8 pembukuan dan pencatatan
Hukum pajak pertemuan ke 8 pembukuan dan pencatatanrahiemah
 
Pengantar Perpajakan
Pengantar PerpajakanPengantar Perpajakan
Pengantar Perpajakaneryeryey
 
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15Maiya Maiya
 
Tax Planning
Tax PlanningTax Planning
Tax Planningkaromah95
 
PPh PotPut (Dipo Tri Martiano).ppt
PPh PotPut (Dipo Tri Martiano).pptPPh PotPut (Dipo Tri Martiano).ppt
PPh PotPut (Dipo Tri Martiano).pptDipoTriMartiano
 
Hak dan kewajiban wp
Hak dan kewajiban wpHak dan kewajiban wp
Hak dan kewajiban wpKppkp Bangil
 
Pajak bab3 (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)
Pajak bab3 (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)Pajak bab3 (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)
Pajak bab3 (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)Pet-pet
 

What's hot (20)

Pencegahan penghindaran pajak
Pencegahan penghindaran pajakPencegahan penghindaran pajak
Pencegahan penghindaran pajak
 
Mengenal pajak
Mengenal pajakMengenal pajak
Mengenal pajak
 
Bab2 kup
Bab2 kupBab2 kup
Bab2 kup
 
Hak dan Kewajiban Wajib pajak
Hak dan Kewajiban Wajib pajakHak dan Kewajiban Wajib pajak
Hak dan Kewajiban Wajib pajak
 
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tatacara PerpajakanKetentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
 
Presentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMPresentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBM
 
Tax Planning atas PPN
Tax Planning atas PPNTax Planning atas PPN
Tax Planning atas PPN
 
Ppt Pajak bumi dan bangunan
Ppt Pajak bumi dan bangunanPpt Pajak bumi dan bangunan
Ppt Pajak bumi dan bangunan
 
Hukum pajak pertemuan ke 8 pembukuan dan pencatatan
Hukum pajak pertemuan ke 8 pembukuan dan pencatatanHukum pajak pertemuan ke 8 pembukuan dan pencatatan
Hukum pajak pertemuan ke 8 pembukuan dan pencatatan
 
Pembukuan dan pencatatan
Pembukuan dan pencatatanPembukuan dan pencatatan
Pembukuan dan pencatatan
 
Pengantar Perpajakan
Pengantar PerpajakanPengantar Perpajakan
Pengantar Perpajakan
 
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
Pph pot put 22, 23, 36, 4(1), 15
 
PPH Pasal 21
PPH Pasal 21PPH Pasal 21
PPH Pasal 21
 
Penagihan pajak
Penagihan pajakPenagihan pajak
Penagihan pajak
 
Tax Planning
Tax PlanningTax Planning
Tax Planning
 
PPh PotPut (Dipo Tri Martiano).ppt
PPh PotPut (Dipo Tri Martiano).pptPPh PotPut (Dipo Tri Martiano).ppt
PPh PotPut (Dipo Tri Martiano).ppt
 
Pph Potong Pungut PPT
Pph Potong Pungut PPTPph Potong Pungut PPT
Pph Potong Pungut PPT
 
Nomor Pokok Wajib Pajak
Nomor Pokok Wajib PajakNomor Pokok Wajib Pajak
Nomor Pokok Wajib Pajak
 
Hak dan kewajiban wp
Hak dan kewajiban wpHak dan kewajiban wp
Hak dan kewajiban wp
 
Pajak bab3 (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)
Pajak bab3 (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)Pajak bab3 (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)
Pajak bab3 (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)
 

Viewers also liked

Viewers also liked (20)

Kup presentation pemblokiran
Kup presentation pemblokiranKup presentation pemblokiran
Kup presentation pemblokiran
 
Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan PajakPemeriksaan Pajak
Pemeriksaan Pajak
 
PPh Pasal 21 + soal
PPh Pasal 21 + soalPPh Pasal 21 + soal
PPh Pasal 21 + soal
 
Pemeriksaan, Keberatan, dan Banding dalam Perpajakan di Indonesia
Pemeriksaan, Keberatan, dan Banding dalam Perpajakan di IndonesiaPemeriksaan, Keberatan, dan Banding dalam Perpajakan di Indonesia
Pemeriksaan, Keberatan, dan Banding dalam Perpajakan di Indonesia
 
Persiapan pemeriksaan pajak
Persiapan pemeriksaan pajakPersiapan pemeriksaan pajak
Persiapan pemeriksaan pajak
 
Analisa laporan keuangan & pemeriksaan pajak
Analisa laporan keuangan & pemeriksaan pajakAnalisa laporan keuangan & pemeriksaan pajak
Analisa laporan keuangan & pemeriksaan pajak
 
Kup pemeriksaan pajak
Kup pemeriksaan pajakKup pemeriksaan pajak
Kup pemeriksaan pajak
 
Laporan kerja praktek
Laporan kerja praktekLaporan kerja praktek
Laporan kerja praktek
 
Kemendagri indonesia anti korupsi forum 2014
Kemendagri indonesia anti korupsi forum 2014Kemendagri indonesia anti korupsi forum 2014
Kemendagri indonesia anti korupsi forum 2014
 
Rani Haulya Ppt ahdb tax haven
Rani Haulya Ppt ahdb tax havenRani Haulya Ppt ahdb tax haven
Rani Haulya Ppt ahdb tax haven
 
Session 2
Session 2Session 2
Session 2
 
Power point
Power pointPower point
Power point
 
Opini BPK
Opini BPKOpini BPK
Opini BPK
 
KB 1 - Dasar-dasar PPN
KB 1 - Dasar-dasar PPNKB 1 - Dasar-dasar PPN
KB 1 - Dasar-dasar PPN
 
Organisasi multinasional
Organisasi multinasionalOrganisasi multinasional
Organisasi multinasional
 
Laporan Audit Yayasan Penabulu Tahun 2011
Laporan Audit Yayasan Penabulu Tahun 2011Laporan Audit Yayasan Penabulu Tahun 2011
Laporan Audit Yayasan Penabulu Tahun 2011
 
Obligasi (Makro Ekonomi)
Obligasi (Makro Ekonomi)Obligasi (Makro Ekonomi)
Obligasi (Makro Ekonomi)
 
Kup penyidikan
Kup penyidikanKup penyidikan
Kup penyidikan
 
2. subjek pajak
2. subjek pajak2. subjek pajak
2. subjek pajak
 
Pajak
PajakPajak
Pajak
 

Similar to KUP-PERPAJAKAN

NPWP DAN NPPKP SERTA SPT
NPWP DAN NPPKP SERTA SPTNPWP DAN NPPKP SERTA SPT
NPWP DAN NPPKP SERTA SPTsaidah2323
 
Materi Kup I Suwardi
Materi Kup I SuwardiMateri Kup I Suwardi
Materi Kup I SuwardiBayu Prasetyo
 
Buku kup edit 04112013 upload
Buku kup edit 04112013 uploadBuku kup edit 04112013 upload
Buku kup edit 04112013 uploadalverawaty
 
Perpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptx
Perpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptxPerpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptx
Perpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptxAtikaSitiAminah1
 
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan IndonesiaBudi Septiawan
 
Slide-9-KUP (1).pptx
Slide-9-KUP (1).pptxSlide-9-KUP (1).pptx
Slide-9-KUP (1).pptxRizanaAlia
 
NPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKPNPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKPAriza Ekky
 
Perpajakan-Pertemuan-2.ppt
Perpajakan-Pertemuan-2.pptPerpajakan-Pertemuan-2.ppt
Perpajakan-Pertemuan-2.pptMuhammadRanim
 
perpajakan dalam hal taxation in managem
perpajakan dalam hal taxation in managemperpajakan dalam hal taxation in managem
perpajakan dalam hal taxation in managemrr598phqsn
 
wajib pajak dan npwp
wajib pajak dan npwpwajib pajak dan npwp
wajib pajak dan npwpYan Chen
 
tugas praktikum komputer dan administrasi perpajakan
tugas praktikum komputer dan administrasi perpajakantugas praktikum komputer dan administrasi perpajakan
tugas praktikum komputer dan administrasi perpajakanrizkadwiharyanti
 
Kewajiban perpajakan karyawan
Kewajiban perpajakan karyawanKewajiban perpajakan karyawan
Kewajiban perpajakan karyawanGuruh Agustinus
 
Kewajiban perpajakan karyawan
Kewajiban perpajakan karyawanKewajiban perpajakan karyawan
Kewajiban perpajakan karyawanGuruh Agustinus
 
Tugas perpajakan
Tugas perpajakanTugas perpajakan
Tugas perpajakanNoviaIslan
 
PPH BADAN ( MUH AKHYAR).pptx
PPH BADAN ( MUH AKHYAR).pptxPPH BADAN ( MUH AKHYAR).pptx
PPH BADAN ( MUH AKHYAR).pptxEridaniFernando
 

Similar to KUP-PERPAJAKAN (20)

Booklet KUP
Booklet KUPBooklet KUP
Booklet KUP
 
NPWP DAN NPPKP SERTA SPT
NPWP DAN NPPKP SERTA SPTNPWP DAN NPPKP SERTA SPT
NPWP DAN NPPKP SERTA SPT
 
Materi Kup I Suwardi
Materi Kup I SuwardiMateri Kup I Suwardi
Materi Kup I Suwardi
 
Pajak
PajakPajak
Pajak
 
Buku kup edit 04112013 upload
Buku kup edit 04112013 uploadBuku kup edit 04112013 upload
Buku kup edit 04112013 upload
 
Perpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptx
Perpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptxPerpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptx
Perpajakan-2-Pertemuan-2-02092019.pptx
 
Kup I
Kup IKup I
Kup I
 
2_KUP A - NPWP.pptx
2_KUP A - NPWP.pptx2_KUP A - NPWP.pptx
2_KUP A - NPWP.pptx
 
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
01 npwp,pembayaran,SPT Perpajakan Indonesia
 
Slide-9-KUP (1).pptx
Slide-9-KUP (1).pptxSlide-9-KUP (1).pptx
Slide-9-KUP (1).pptx
 
NPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKPNPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKP
 
Perpajakan-Pertemuan-2.ppt
Perpajakan-Pertemuan-2.pptPerpajakan-Pertemuan-2.ppt
Perpajakan-Pertemuan-2.ppt
 
perpajakan dalam hal taxation in managem
perpajakan dalam hal taxation in managemperpajakan dalam hal taxation in managem
perpajakan dalam hal taxation in managem
 
Pertemuan 2
Pertemuan 2Pertemuan 2
Pertemuan 2
 
wajib pajak dan npwp
wajib pajak dan npwpwajib pajak dan npwp
wajib pajak dan npwp
 
tugas praktikum komputer dan administrasi perpajakan
tugas praktikum komputer dan administrasi perpajakantugas praktikum komputer dan administrasi perpajakan
tugas praktikum komputer dan administrasi perpajakan
 
Kewajiban perpajakan karyawan
Kewajiban perpajakan karyawanKewajiban perpajakan karyawan
Kewajiban perpajakan karyawan
 
Kewajiban perpajakan karyawan
Kewajiban perpajakan karyawanKewajiban perpajakan karyawan
Kewajiban perpajakan karyawan
 
Tugas perpajakan
Tugas perpajakanTugas perpajakan
Tugas perpajakan
 
PPH BADAN ( MUH AKHYAR).pptx
PPH BADAN ( MUH AKHYAR).pptxPPH BADAN ( MUH AKHYAR).pptx
PPH BADAN ( MUH AKHYAR).pptx
 

Recently uploaded

Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisGallynDityaManggala
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxBayuUtaminingtyas
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian outputArah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian outputjafarismail7
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxDenzbaguseNugroho
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptAchmadHasanHafidzi
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptDenzbaguseNugroho
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptximamfadilah24062003
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaBAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaTriskaDP
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANGallynDityaManggala
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiaMukhamadMuslim
 

Recently uploaded (16)

Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian outputArah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
 
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptxANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaBAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
 

KUP-PERPAJAKAN

  • 1. KETENTUAN UMUM DAN TATACARA PERPAJAKAN (KUP) Undang-undang No 6 Tahun 1983 stdtd Undang-undang No 16 Tahun 2009 1 KUP A&B
  • 2. Dasar Hukum : Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan 2
  • 4. Perkembangan UU KUP Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan mulai berlaku 1 Januari 1984 dengan Perubahan: • Pertama UU Nomor 9 Tahun 1994 1 Januari 1995 • Kedua UU Nomor 16 Tahun 2000 1 Januari 2001 • Ketiga UU Nomor 28 Tahun 20071 Januari 2008 • Keempat UU Nomor 16 Tahun 2009 25 Maret 2009 4
  • 5. PENGERTIAN PAJAK PAJAK adalah Kontribusi Wajib kepada Negara Terutang oleh Orang Pribadi atau Badan Sifatnya memaksa berdasarkan Undang-undang Tidak mendapatkan Imbalan secara Langsung Digunakan untuk Keperluan Negara bagi sebesar- Besarnya Kemakmuran Rakyat 5
  • 7. Undang-undang No 6 Tahun 1983 stdtd Undang-undang No 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) Mengatur Ketentuan Formal bagi: • PPh • PPN / PPnBM • P B B • BPHTB • PPSP • Pajak lainnya yg mengacu UU ini 7
  • 8. 8
  • 9. Apakah yang dimaksud dengan Wajib Pajak ? Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 9 Pasal 1 angka 2
  • 10. WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BADAN PEMBAYAR PAJAK PEMUNGUT PAJAK MELIPUTI PEMOTONG PAJAK YANG MEMPUNYAI HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN SESUAI DENGAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN PERPAJAKAN 10
  • 11. Apa yang dimaksud dengan Nomor PokokWajib Pajak (NPWP) ? Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. 11
  • 12. BADAN Sekumpulan ORANG dan/atau MODAL yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi: PERSEROAN TERBATAS PERSEROAN KOMANDITER PERSEROAN LAINNYA BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Ormas, Orsospol, atau Organisasi Lainnya, Lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk Kontrak Investasi Kolektif dan BUT 12
  • 13. PENGUSAHA ORANG PRIBADI atau BADAN dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya: MENGHASILKAN BARANG MENGIMPOR BARANG MENGEKSPOR BARANG MELAKUKAN USAHA PERDAGANGAN MEMANFAATKAN BARANG TIDAK BERWUJUD DARI LUAR DAERAH PABEAN MELAKUKAN USAHA JASA MEMANFAATKAN JASA DARI LUAR DAERAH PABEAN 13
  • 14. PENGUSAHA KENA PAJAK PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PENYERAHAN YANG DIKENAI PAJAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 1984 DAN PERUBAHANNYA BARANG KENA PAJAK JASA KENA PAJAK 14
  • 15. Wajib Pajak yang Diwajibkan untuk mempunyai NPWP • Orang Pribadi yang mempunyai Penghasilan diatas PTKP • Badan Usaha dalam segala bentuk termasuk BUT • Bendaharawan pemerintah pusat/daerah (Pembayar, Pemungut dan Pemotong Pajak) 15
  • 16. Apa saja fungsi NPWP dan Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) ? Fungsi dari Nomor Pokok Wajib Pajak: • Untuk mengetahui identitas Wajib pajak; • Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan; • Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan; • Untuk memenuhi kewajiban perpajakan, misalnya dalam pengisian SSP; • Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang mewajibkan pencantuman NPWP dalam dokumen yang diajukan. Misal : Dokumen Impor PIB ,PEB • Setiap WP hanya diberikan satu NPWP 16
  • 17. Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi: – tempat tinggal atau – tempat kedudukan dan kepadanya diberikan NPWP. DimanaWajib Pajak dapat mendapatkan NPWP? 17 Wajib Pajak Domisili = sesuai KTP, selalu berada
  • 18. WAJIB PAJAK KEWAJIBAN KEWAJIBAN OBJEKTIF SUBJEKTIF Wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP Subjektif  orang tersebut memenuhi kriteria sebagai Subjek Pajak, baik Subjek Pajak Dalam Negeri atau Subjek Pajak Luar Negeri Objektif orang tersebut memiliki penghasilan yang dapat dikenai pajak 18
  • 19. 19 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 Setiap WP yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif WAJIB Daftar ke KPP Wilayah kerja WP NPWP wanita kawin hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim/perjanjian pemisahan penghasilan dan harta wanita kawin memenuhi syarat subjektif & Objektif, tdk hidup terpisah, tdk pisah harta Ingin..? Dapat daftar NPWP suami Haris/KUP A/TaxSys
  • 20. KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI Pasal 2 ayat (1) SETIAP WAJIB PAJAK YANG TELAH MEMENUHI PERSYARATAN SUBJEKTIF WAJIB MENDAFTARKAN DIRI PADA KANTOR DIREKTORAT JENDERAL PAJAK YANG WILAYAH KERJANYA TEMPAT TINGGAL TEMPAT KEDUDUKAN MELIPUTI: OBJEKTIF DIBERIKAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK 20
  • 21. DimanaWajib Pajak dapat mendapatkan NPWP dan atau tempat pelaporan bagi Pengusaha Tertentu? • Tempat pendaftaran Wajib Pajak/pelaporan Pengusaha Tertentu: Seluruh WP BUMN dan WP BUMD di wilayah DKI Jakarta: di KPP BUMN Jakarta; • WP PMA tidak Go Public: di KPP PMA, kecuali yang telah terdaftar di KPP lama dan WP PMA di Kawasan Berikat dengan permohonan diberikan kemudahan mendaftar di KPP setempat; 21
  • 22. Dimana Wajib Pajak dapat mendapatkan NPWP dan atau tempat pelaporan bagi Pengusaha Tertentu?... lanjutan • WP Badan dan Orang Asing: di KPP Badora; • WP Go Public: di KPP Perusahaan Masuk Bursa (Go Public), kecuali WP BUMN/BUMD serta WP PMA yang berkedudukan di kawasan berikat; • WP BUMD di luar DKI Jakarta: di KPP setempat; • Untuk WP BUMN/BUMD, PMA, Badora, Go Public di luar DKI Jakarta, khusus PPh Pemotongan/Pemungutan dan PPN/PPnBM: di KPP tempat cabang atau kegiatan usaha. 22
  • 23. TEMPAT PENDAFTARAN WAJIB PAJAK Pasal 2 ayat (1) dan ayat (3), PMK No 20/PMK.03/2008, PER-44/PJ./2008 WAJIB PAJAK Orang Pribadi Badan Pembayar,Pemu ngut, Pemotong OP Pengusaha Tertentu Kantor Pelayanan Perpajakan Tempat Tinggal, Tempat Kedudukan dan Tempat kegiatan Usaha Tempat Kedudukan dan Tempat kegiatan Usaha 23
  • 24. Tempat Pendaftaran Wajib Pajak NO WAJIB PAJAK KPP/KP4/KP2KP DASAR HUKUM KEWAJIBAN PAJAK 24 1 Orang Pribadi Tempat tinggal/tempat kedudukan WP Pasal 2 ayat 1 UU KUP a. PPh Pasal 25/OP b. PPN dan PPnBM c. PPh Psl 21/22/23/26 d. PPh pasal 4 (2) 2 Badan Tempat kedudukan/tempat kegiatan usaha WP Pasal 2 ayat 1 UU KUP a. PPh Badan b. PPN dan PPnBM c. PPh Psl 21/22/23/26 d. PPh PS 4 (2) e. PPh Ps 15 3 Cabang, atau perwakilan dari orang pribadi Tempat kegiatan usaha WP dilakukan Pasal 2 ayat 2 UU KUP a. PPN dan PPnBM b. PPh Ps 21/22/23/26 4 Tempat Pendaftaran WP tertentu KEP-515/PJ./2000 tentang Tempat Pendaftaran Bagi Wajib PajakTertentu sebagaimana telah diubah dengan KEP- 67/PJ./2004
  • 25. Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh NPWP? Syarat-syarat untuk memperoleh NPWP: a. Untuk WP Orang Pribadi Non-Usahawan: Fotocopy KTP/Kartu Keluarga/SIM/Paspor. b. Untuk WP Orang Pribadi Usahawan: Fotocopy KTP/Kartu Keluarga/SIM/Paspor; Fotocopy Surat Izin Usaha atau Surat Keterangan Tempat Usaha dari instansi yang berwenang. 26
  • 26. Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh NPWP? c. Untuk WP Badan: Fotocopy akte pendirian; Fotocopy KTP salah seorang pengurus; Fotocopy Surat Izin Usaha atau Surat Keterangan Tempat Usaha dari instansi yang berwenang. d. Untuk Bendaharawan sebagai Pemungut/Pemotong: Fotocopy surat penunjukan sebagai bendaharawan; Fotocopy tanda bukti diri KTP/Kartu Keluarga/SIM/Paspor. e. Apabila WP pemohon berstatus cabang, maka harus melampirkan fotocopy kartu NPWP atau Bukti Pendaftaran WP Kantor Pusatnya. Apabila permohonan ditandatangani oleh orang lain, perlu dilengkapi surat kuasa. 27
  • 27. Dalam hal apa kelengkapan formulir pendaftaranWajib Pajak dianggap sah ? Fotocopy sebagai kelengkapan formulir pendaftaran WP tersebut di atas harus disahkan oleh Petugas Pendaftaran WP kecuali dalam hal pendaftaran dilakukan melalui pos, maka fotocopy harus disahkan oleh pejabat/instansi yang berwenang. 28
  • 28. Jangka waktu pendaftaran NPWP? Pasal 2 UU KUP jo PER-44/PJ/2008 a. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas termasuk Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu dan Wajib Pajak badan, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama 1 (satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan. 29
  • 29. Lanjutan.. • Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau tidak melakukan pekerjaan bebas, apabila jumlah penghasilannya sampai dengan suatu bulan yang disetahunkan telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama pada akhir bulan berikutnya. • Wajib Pajak orang pribadi selain Wajib Pajak sebagaimana dimaksud tersebut diatas dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP. 30
  • 30. Siapa yang wajib dikukuhkan sebagai PKP ? WPOP WP Badan Yang memenuhi ketentuan sebagai Pengusaha yang dikenakan PPN sesuai UU PPN Wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP  Untuk mengetahui identitas PKP  melaksanakan hak dan kewajiban di bidang PPN 31
  • 31. Kapan melaporkan usaha (Pengukuhan PKP) Sblm melakukan penyerahan BKP/JKP WPOP yang menjalankan usaha/pekerjaan bebas WP Badan Pengusaha Kecil Paling lambat Pada akhir masa Pajak berikutnya Setelah omzet > 600 juta 32
  • 32. JANGKA WAKTU PENDAFTARAN NPWP DAN Sebelum penyerahan BKP/JKP Paling lama akhir bulan berikut setelah s/d suatu masa dalam tahun buku nilai peredaran usaha melebihi batasan Pengusaha Kecil Paling lambat 1 bulan setelah saat usaha mulai dijalankan Paling lambat pada akhir bulan berikutnya apabila sampai dengan suatu bulan dalam satu tahun buku memperoleh penghasilan yang melebihi PTKP WP BADAN / OP Usahawan WP OP Non Usahawan PELAPORAN PPKP Pasal 2 ayat (5) UU KUP jo. PER-161/PJ./2001 jo PER-44/PJ./2008 NPWP PPKP 33 Bendaharawan Paling lambat pada 1 bulan sejak SK pengangkatan Bendaharawan Proyek atau 1 bulan u bendaharawan Rutin sejak kantor berdiri
  • 33. Berapa lama Proses Pembuatan NPWP dan NPPKP? Untuk NPWP paling lama 1 (satu) hari kerja Untuk SPPKP paling lama 5 (tiga) hari kerja 34
  • 34. Contoh KARTU NPWP DIREKTORAT JENDERAL PAJAK NPWP : 24.088.623.4-627.000 HARIS BUDI SETIAWAN DUSUN JAJANGSURAT UTARA RT01/RW01 KARANG BENDO-ROGOJAMPI BANYUWANGI-JAWA TIMUR TGL TERDAFTAR : 06-02-2007 Jenis WP Nomor WP Self Checking digit Kode KPP Status WP 35
  • 35. Contoh KARTU NPWP DIREKTORAT JENDERAL PAJAK NPWP : 24.088.623.4-008.000 HARIS BUDI SETIAWAN Duren Sawit TGL TERDAFTAR : 06-02-2007 Jenis WP Nomor WP Self Checking digit Kode KPP Status WP 36
  • 36. 37
  • 37. Dalam hal apakah NPWP diterbitkan secara jabatan ? Apabila Orang Pribadi atau Badan yang telah memenuhi syarat sebagai WP/PKP tetapi tidak mendaftarkan diri dan/atau tidak melaporkan usahanya Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan NPWP secara jabatan Pemeriksaan Pasal 2 ayat (4) 38
  • 38. Penerbitan NPWP dan PKP secara Jabatan NPWP dan/atau pengukuhan PKP secara Jabatan WP telah menenuhi persyaratan objektif dan subjektif namun tidak mau mendaftar Pengusaha yang dikenai PPN namun tidak melaporkan usahanya Kewajiban perpajakan bagi WP tersebut dimulai sejak saat WP memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 tahun sebelum diterbitkannya NPWP dan/atau dikukuhkannya sebagai PKP. 39
  • 39. Bagaimana cara perubahan data Wajib Pajak Tatacara pembetulan data Wajib Pajak: a. Mengisi Formulir Perubahan Data dan Wajib Pajak Pindah dan/atau Formulir Perubahan Data dan PKP Pindah KPP/KP4/KP2KP b. Berdasarkan permohonan tersebut: a) KPP menerbitkan Kartu NPWP dan SKT dan/atau SPPKP paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap; atau b) KP4/KP2KP memberikan Bukti Penerimaan Surat. PER-44/PJ/2008 40
  • 40. WAJIB PAJAK PINDAH ALAMAT PER-44/PJ/2008 Wajib Pajak Formulir Perubahan Data danWajib Pajak Pindah dan/atau Formulir Perubahan Data dan PKP Pindah. • KPP LAMA Menerbitkan Surat Pindah kepada Wajib Pajak tembusan ke KPP Baru • KPP BARU - Meneruskan permohonan pindah WP ke KPP lama maks 1 hari kerjalengkap - Menerbitkan Kartu NPWP dan SKT dan/atau SPPKP paling lama 1 (satu) hari kerja (menggunakan nomor lama dengan mengganti kode KPP Baru) 41
  • 41. Apakah persyaratan yang harus dipenuhiWajib Pajak untuk menghapus dan mencabut NPWP ? Syarat penghapusan dan pencabutan NPWP: a. WP meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan, disyaratkan adanya fotocopy akte/laporan kematian dari instansi yang berwenang; b..Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan disyaratkan adanya surat nikah/akte perkawinan dari catatan sipil; c. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subyek Pajak apabila sudah selesai dibagi disyaratkan adanya keterangan tentang selesainya warisan tersebut dibagi oleh para ahli waris; 42
  • 42. Syarat penghapusan dan pencabutan NPWP: lanjutan… d. WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi, disyaratkan adanya akte pembubaran yang dikukuhkan dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang; e. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai BUT, disyaratkan adanya permohonan WP yang dilampiri dokumen yang mendukung bahwa BUT tersebut tidak memenuhi syarat lagi untuk dapat digolongkan sebagai WP; f. WP Orang Pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai WP. g. Untuk Bendaharawan proyek proyek sudah selesai untuk Bendaharawan Rutin  Kantor sudah ditutup 43
  • 43. KEPUTUSAN atas PERMOHONAN PENGHAPUSAN NPWP Pasal 2 ayat (7) Jo PMK-20/PMK.03/2008 DIREKTUR JENDERAL PAJAK SETELAH MELAKUKAN PEMERIKSAAN HARUS MEMBERIKAN KEPUTUSAN ATAS PERMOHONAN PENGHAPUSAN NPWP DALAM JANGKA WAKTU 6 BULAN 12 BULAN WP BADAN WP OP SEJAK PERMOHONAN DITERIMA SECARA LENGKAP 44
  • 44. PENCABUTAN PENGUKUHAN PKP Pasal 2 ayat (8) DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAPAT MELAKUKAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PERMOHONAN WP JABATAN PEMERIKSAAN / VERIFIKASI 6 BULAN KEPUTUSAN 45
  • 45. Perubahan data Wajib Pajak untuk dapat dilakukan perubahan data Wajib Pajak ? Hal-hal yang yang berkenaan dengan perubahan data Wajib Pajak: a. Perbaikan data karena kesalahan data hasil komputer; b. Perubahan nama WP karena penggantian nama, disyaratkan adanya keterangan dari instansi yang berwenang; c. Perubahan alamat WP karena perpindahan tempat tinggal; d. Perubahan NPWP karena adanya kesalahan nomor (misalnya NPWP cabang tidak sama dengan NPWP Pusat); e. Perubahan status usaha WP dilampiri pernyataan tertulis dari WP atau fotocopy akte perubahan 46
  • 46. Hal-hal yang yang berkenaan dengan perubahan data Wajib Pajak: f. Perubahan jenis usaha karena ada perubahan kegiatan usaha WP; g. Perubahan bentuk Badan; h. Perubahan jenis pajak karena sesuatu hal yang mengakibatkan kewajiban jenis pajaknya berubah; i. Penghapusan NPWP dan/atau pencabutan NPPKP karena dipenuhinya persyaratan yang ditentukan; 47
  • 47. WAJIB PAJAK NON EFEKTIF • WP yang meninggal dunia yang belum diterima pemberitahuan secara tertulis secara resmi dari ahli warisnya sehingga masih terdaftar; • WP Badan yang tidak lagi melakukan kegiatan usaha tetapi belum dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; • WP yang tidak diketahui alamatnya. 48
  • 48. Sanksi bagi yang Tidak Daftar dan Lapor sebagai Wajib Pajak & PKP • Penetapan NPWP dan PKP secara Jabatan • Sanksi administrasi berupa bunga dan denda tergantung pelanggarannya 49
  • 49. SANKSI Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP menimbulkan kerugian pada pendapatan negara pidana penjara 6 bulan - 6 tahun denda 2 – 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar *Berdasarkan Pasal 39 UU KUP 50
  • 50. 51
  • 51. Apa saja kewajibanWajib Pajak setelah memperoleh NPWP/ NPPKP ? a. Kewajiban sehubungan dengan Pajak Penghasilan (PPh); b. Kewajiban sehubungan dengan Pajak Pertambahan Nilai/Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN & PPnBM); c. Pembukuan/Pencatatan. 52
  • 52. Apa saja kewajibanWajib Pajak Sehubungan dengan Pajak Penghasilan ? a. SPT Masa; b. SPT Tahunan (Badan/OP); c. Pelunasan utang pajak yang tercantum dalam “surat ketetapan Pajak dan surat keputusan lainnya. 53
  • 53. Apakah kewajibanWajib Pajak yang berkaitan dengan Pajak Pertambahan Nilai/Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ? a. Melakukan pembayaran/penyetoran PPN/PPnBM yang telah dipungut; b. Membuat faktur Pajak; c. Mengisi SPT masa PPN dan melaporkan ke KPP. 54
  • 54. 55
  • 55. Dengan apa WP melakukan Pelaporan Pajak? Surat Pemberitahuan (SPT) Surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan Penghitungan dan/atau Pembayaran Pajak, Obyek Pajak dan/atau bukan Obyek Pajak dan/atau Harta dan Kekayaan 56
  • 56. Jenis SPT a. SPT Masa  UNTUK SUATU MASA PAJAK • SPT Masa Pajak Penghasilan – PPh Pasal 4 (2) – PPh Pasal 15 – PPh Pasal 22 – PPh Pasal 21/26 – PPh Pasal 23/26 • SPT Masa PPN – PPN dan PPnBM 1111 dan 1107 Put – PPN dan PPnBM 1111 DM 57
  • 57. Lanjutan.. b. SPT Tahunan  UNTUK SUATU TAHUN PAJAK ATAU BAGIAN TAHUN PAJAK – SPT Tahunan PPh Badan 1771 Rp dan $ – SPT Tahunan PPh Orang Pribadi • 1770 • 1770S • 1770SS – SPT Tahunan PPh Pasal 21-- 1721 s.d tahun 2008 58
  • 58. FUNGSI SPT PPh Penjelasan Pasal 3 ayat (1) SEBAGAI SARANA UNTUK 1. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang 2. Melaporkan tentang : - Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak; - Penghasilan yang merupakan Obyek dan Bukan Obyek Pajak; - Harta dan Kewajiban; - Pembayaran dari Pemotong/Pemungut tentang pemotongan atau pemungutan dalam suatu Masa Pajak 59
  • 59. FUNGSI SPT PPN Pasal 3 ayat (1) SEBAGAI SARANA UNTUK : 1. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN/PPnBM yang sebenarnya terutang, dan 2. Melaporkan tentang : - Pengkreditan PM terhadap PK; - Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan/ atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak; - Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkan (bagi pemotong atau pemungut) 60
  • 60. KEWAJIBAN PEMENUHAN SPT Pasal 3 ayat 1), (2), (3) dan (7). WAJIB PAJAK • MENGAMBIL SENDIRI • MENGISI • MENANDATANGANI SPT • MENYAMPAIKAN KPP/KP4/KP2KP BATAS WAKTU PENYAMPAIAN : • SPT MASA : Paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak • SPT TAHUNAN : Paling lambat tiga bulan setelah akhir tahun pajak PPh OP : Paling lambat 4 bulan setelah akhir tahun pajak PPh Badan SPT DISAMPAIKAN TETAPI TIDAK ATAU TIDAK SEPENUHNYA MEMENUHI KETENTUAN (TIDAK LENGKAP), SPT DIANGGAP TIDAK DISAMPAIKAN 61
  • 61. KEWAJIBAN MENGISI SPT Pasal 3 ayat (1) SETIAP WAJIB PAJAK WAJIB MENGISI SPT dengan: BENAR JELAS LENGKAP DALAM BAHASA INDONESIA dengan menggunakan: SATUAN MATA UANG RUPIAH HURUF LATIN ANGKA ARAB MENANDATANGANI serta MENYAMPAIKANNYA ke KANTOR DITJEN PAJAK TEMPAT WP TERDAFTAR atau DIKUKUHKAN atau TEMPAT LAIN yang DITETAPKAN oleh DIRJEN PAJAK 62
  • 62. KEWAJIBAN MENGISI SPT Pasal 3 ayat (1a) WAJIB PAJAK yang telah mendapat IZIN MENTERI KEUANGAN untuk menyelenggarakan PEMBUKUAN dengan MENGGUNAKAN: MATA UANG SELAIN RUPIAH BAHASA ASING WAJIB MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN MATA UANG SELAIN RUPIAH PELAKSANAANNYA DIATUR DENGAN atau BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN PMK-196/PMK.03/2007 BAHASA INDONESIA 63
  • 63. PENANDATANGANAN SPT Pasal 3 ayat (1b) PENANDATANGAN SPT DAPAT DILAKUKAN TANDA TANGAN STEMPEL TANDA TANGAN ELEKTRONIK YANG SEMUANYA MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM YANG SAMA TATA CARA PELAKSANAANNYA DIATUR DENGAN atau BERDASARKAN SECARA BIASA DIGITAL PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 181/PMK.03/2007 64
  • 64. WAJIB PAJAK KRITERIA TERTENTU Pasal 3 ayat (3a) – (Memori Penjelasan) jo. PER-182/PMK.03/2007 WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU, ANTARA LAIN WAJIB PAJAK USAHA KECIL, DAPAT 1. MENYAMPAIKAN SPT MASA PPh PASAL 25 UNTUK BEBERAPA MASA PAJAK SEKALIGUS DENGAN SYARAT PEMBAYARAN SELURUH PAJAK YANG WAJIB DILUNASI MENURUT SPT MASA TERSEBUT DILAKUKAN SEKALIGUS, PALING LAMA DALAM MASA PAJAK YANG TERAKHIR, DAN/ATAU 2. MENYAMPAIKAN SPT MASA SELAIN YANG DISEBUT PADA ANGKA 1, UNTUK BEBERAPA MASA PAJAK SEKALIGUS DENGAN SYARAT PEMBAYARAN UNTUK MASING-MASING MASA PAJAK DILAKUKAN SESUAI BATAS WAKTU UNTUK MASA PAJAK YANG BERSANGKUTAN. 65
  • 65. Batas waktu Pelaporan a. PPh Pasal 25 selambat-lambatnya tgl 20 bulan berikutnya; b. PPh Pasal 21 selambat-lambatnya tgl 20 bulan berikutnya; c. PPh Pasal 21/26 & 23/26 selambat2-nya tgl 20 bln berikutnya; d. PPh Pasal 22:  Direktorat Jenderal Bea dan Cukai selambat-lambatnya tujuh hari setelah batas waktu penyetoran berakhir.  Direktorat Jenderal Anggaran, Bendaharawan Pemerintah, BUMN/ BUMD, selambat-lambatnya 14 hari setelah masa pajak berakhir.  Badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, rokok, kertas, baja, dan otomotif yang ditunjuk oleh Kepala KPP atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri, selambat-lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir.  Pertamina dan badan usaha lain selain Pertamina yang bergerak di bidang bahan bakar minyak jenis premix dan gas dan atas penyerahan gula pasir dan tepung terigu oleh BULOG, selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya 66
  • 66. SPT Tahunan PPh paling lama : • Orang Pribadi 3 bulan setelah akhir tahun pajak • Badan 4 bulan setelah akhir tahun pajak 67 Batas waktu Pelaporan
  • 67. BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT SPT SPT MASA SPT Th. PPh OP SPT Th. PPh Badan Paling lama 20 hari setelah akhir Masa Pajak Paling lama 3 bulan setelah akhir Tahun Pajak dan dapat diperpanjang dengan pemberitahuan paling lama 2 bulan Paling lama 4 bulan setelah akhir Tahun Pajak dan dapat diperpanjang dengan pemberitahuan paling lama 2 bulan Ketentuan dalam UU KUP lama  SPT Tahunan disampaikan 68 paling lambat 3 bulan setelah akhir Tahun Pajak.
  • 68. PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh Pasal 3 ayat (4) WAJIB PAJAK DAPAT MEMPERPANJANG JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PALING LAMA 2 (DUA) BULAN DENGAN SYARAT : a. Menyampaikan pemberitahuan secara tertulis, atau b. Dengan cara lain KEPADA DIRJEN PAJAK KETENTUANNYA DIATUR DALAM PERMENKEU Pasal 9 ayat (2) PER-181/PMK.03/2007 69
  • 69. PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN Pasal 3 ayat (4), (5) dan (5a) APABILA SPT TAHUNAN TIDAK DAPAT DISAMPAIKAN PADA WAKTUNYA, WP DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN PERPANJANGAN, DENGAN SYARAT : • Diajukan secara tertulis kepada Kepala KPP • Diajukan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan berakhir • Menyampaikan penghitungan sementara pajak yang terutang dan dilampiri laporan keuangan sementara • Melampirkan bukti pelunasan atas kekurangan penyetoran pajak yang terutang PERPANJANGAN DIBERIKAN PALING LAMA 2 BULAN (ketentuan UU KUP lama 6 bulan) Apabila tidak disampaikan dalam batas waktu perpanjangan tersebut DAPAT diterbitkan surat teguran 70
  • 70. SURAT TEGURAN KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN SPT Pasal 3 ayat (5a) APABILA SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) : • TIDAK DISAMPAIKAN PADA WAKTU YANG TELAH DITENTUKAN, ATAU • PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN TERLAMPAUI, DIRJEN PAJAK DAPAT MENERBITKAN SURAT TEGURAN 71
  • 71. PENELITIAN (Pasal 1 Angka 30) serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk MENILAI KELENGKAPAN PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN dan LAMPIRAN-LAMPIRANNYA termasuk tentang KEBENARAN PENULISAN dan PENGHITUNGANNYA 72
  • 72. SPT Dianggap Tidak Disampaikan Pasal 3 ayat (7) A. PENGISIANNYA TIDAK MEMENUHI KETENTUAN FORMAL APABILA a. Surat Pemberitahuan tidak ditandatangani sebagaimana dimaksud pada ayat (1); b. Surat Pemberitahuan tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (6); c. Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah 3 (tiga) tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak telah ditegur secara tertulis; atau d. Surat Pemberitahuan disampaikan setelah Direktur Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan atau menerbitkan surat ketetapan pajak. 73
  • 73. KEWAJIBAN DIRJEN PAJAK sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (7) Pasal 3 ayat (7a) DIRJEN PAJAK WAJIB MEMBERITAHUKAN KEPADA WAJIB PAJAK, APABILA DIANGGAP SURAT PEMBERITAHUAN TIDAK DISAMPAIKAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 3 AYAT (7) 74
  • 74. PENGECUALIAN PENYAMPAIAN SPT PAJAK PENGHASILAN Pasal 3 ayat (8) – Memori Penjelasan MENTERI KEUANGAN BERWENANG MENETAPKAN WAJIB PAJAK Pajak Penghasilan YANG DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN, Pasal 3 PER-183/PMK.03/2007 MISALNYA : WAJIB PAJAK PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI YANG MEMPEROLEH PENGHASILAN DI BAWAH PTKP, TETAPI KARENA KEPENTINGAN TERTENTU DIWAJIBKAN MEMILIKI NPWP. 75
  • 75. PENGISIAN DAN PENANDATANGANAN SURAT PEMBERITAHUAN Pasal 4 ayat (1), (2) dan (3) (1) WAJIB PAJAK WAJIB MENGISI DAN MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN DENGAN BENAR, LENGKAP, JELAS, DAN MENANDATANGANINYA; (2) SURAT PEMBERITAHUAN WAJIB PAJAK BADAN HARUS DITANDATANGANI OLEH PENGURUS ATAU DIREKSI; (3) DALAM HAL WP MENUNJUK SEORANG KUASA DENGAN SURAT KUASA KHUSUS UNTUK MENGISI DAN MENANDATANGANI SURAT PEMBERITAHUAN, SURAT KUASA KHUSUS HARUS DILAMPIRKAN PADA SURAT PEMBERITAHUAN 76
  • 76. SPT TAHUNAN PPh WP YANG WAJIB MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN Pasal 4 ayat (4) BAGI WAJIB PAJAK yang WAJIB MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN, HARUS MELAMPIRKAN LAPORAN KEUANGAN berupa : • NERACA, • LABA RUGI, serta • KETERANGAN LAIN YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGHITUNG BESARNYA PENGHASILAN KENA PAJAK. 77
  • 77. TEMPAT LAIN UNTUK PENYAMPAIAN SPT Pasal 5 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAPAT MENENTUKAN TEMPAT LAIN UNTUK PENYAMPAIAN SPT 81
  • 78. PENYAMPAIAN SPT Pasal 6 DENGAN CARA • WP menerima tanda bukti dan tanggal penerimaan • Disampaikan langsung ke KPP/ KP4/KP2KP • Disampaikan melalui Kantor Pos secara TERCATAT • Tanda bukti dan tanggal pengiriman dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan 82
  • 79. BUKTI PENERIMAAN SPT Pasal 6 ayat (1), (2) dan (3) (1) SPT yang disampaikan LANGSUNG oleh WP ke KANTOR DJP HARUS DIBERI TANGGAL PENERIMAAN oleh PEJABAT yang DITUNJUK dan kepada WAJIB PAJAK DIBERIKAN BUKTI PENERIMAAN; (2) PENYAMPAIAN SPT dapat DIKIRIM MELALUI POS dengan TANDA BUKTI PENGIRIMAN SURAT atau dengan CARA LAIN yang DIATUR oleh MENTERI KEUANGAN; (3) TANDA BUKTI dan TANGGAL PENGIRIMAN SPT sbgmn dimaksud ayat (2) DIANGGAP sebagai TANDA BUKTI dan TANGGAL PENERIMAAN SEPANJANG SPT tersebut TELAH LENGKAP. 83
  • 80. SANKSI ADMINISTRASI ATAS KETERLAMBATAN atau TIDAK MENYAMPAIKAN SPT SPT TAHUNAN SPT MASA Pasal 7 (1) UU KUP WP TERLAMBAT/ TIDAK MENYAMPAIKAN DENDA Rp. 100.000 DENDA Rp. 50.000 84
  • 81. SANKSI ADMINISTRASI ATAS KETERLAMBATAN atau TIDAK MENYAMPAIKAN SPT SPT TAHUNAN BADAN SPT MASA SELAIN PPN Pasal 7 (1) UU KUP WP TERLAMBAT/ TIDAK MENYAMPAIKAN DENDA Rp 1.000.000 DENDA Rp 100.000 SPT MASA PPN DENDA Rp 500.000 85 SPT TAHUNAN OP
  • 82. Kecuali DIKECUALIKAN DARI PENGENAAN SANKSI DENDA Pasal 7 ayat (2) jo. PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 186/PMK.03/2007 1. WP OP yang telah meninggal dunia; 2. WP OP yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas; 3. WP OP yang berstatus sebagai WNA yang tidak tinggal lagi di Indonesia; 4. BUT yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia; 5. WP badan yang tidak melakukan kegialan usaha lagi tetapi belum dibubarkan sesuai dengan ketcntuan yang berlaku; 6. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi; 7. WP yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan; atau 8. WP lain. 86
  • 83. WP lain Lanjutan WP yang tidak dapat menyampaikan SPT dalam jangka waktu yang telah ditentukan karena keadaan antara lain: 1. kerusuhan massal; 2. kebakaran; 3. ledakan bom atau aksi terorisme; 4. perang antarsuku; alau 5. kegagalan sistem komputer administrasi penerimaan negara/perpajakan Penetapan WP lain dilakukan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak 87
  • 84. PEMBETULAN SPT Pasal 8 ayat (1) dan (2) UU KUP SPT YG PENGISIANNYA TERDAPAT KEKELIRUAN DENGAN KEMAUAN SENDIRI WP DAPAT MELAKUKAN PEMBETULAN SYARAT  PERNYATAAN TERTULIS (dengan SPT pembetulan ybs atau beserta lampiran sendiri)  SAMPAI DENGAN DALUWARSA  SPT Rugi dan LB paling lama 2 tahun sebelum Daluwarsa  BELUM DILAKUKAN PEMERIKSAAN  APABILA PEMBETULAN SPT MENYEBABKAN PAJAK KURANG BAYAR DIKENAKAN SANKSI BUNGA 2% PER BULAN ATAS JUMLAH PAJAK KURANG BAYAR,  dihitung sejak saat penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai dg tgl pembayaran (SPT TAHUNAN)  dihitung sjk jatuh tempo pembayaran sampai dgn tgl pembayaran (SPT Masa) 88
  • 86. Pembetulan SPT (Pasal 8)- cont. Pasal Ketentuan/Kondisi Syarat Konsekuensi 8(3) WP sudah diperiksa tapi blm dilakukan penyidikan  Dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya  Membayar kekurangan pajak terutang  tidak dilakukan penyidikan  dikenakan sanksi 150 % dari jumlah KB 8 (4) dan 8(5) WP sudah diperiksa tetapi blm diterbitkan surat ketetapan pajak  Dengan kemauan sendiri mengungkapkan pengisian SPT  Dilakukan dalam laporan tersendiri  Harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya  jika ada KB ditambah sanksi 50 %  Harus dilunasi sebelum laporan tersendiri disampaikan  Pemeriksaan tetap 8(6) Lihat UU Lihat UU Lihdailta UnUjutkan 90
  • 87. PEMBETULAN SPT syarat 1. belum dilakukan pemeriksaan 2. jika menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan disampaikan paling lama 2 tahun sebelum daluwarsa penetapan jika menjadi kurang bayar sanksi : 2% / bulan sejak jt penyampaian SPT (SPT Tahunan); atau sejak jt pembayaran (SPT Masa) s.d. tanggal pembayaran 91
  • 88. PEMBETULAN SPT (WP melanggar Ps 38 UU KUP dan sudah diperiksa) syarat 1. mengungkapkan sendiri ketidakbenaran perbuatannya 2. melunasi kekurangan pembayaran pajaknya 3. membayar sanksi denda 150 % terhadap WP ini tidak akan dilakukan penyidikan 92
  • 89. PEMBETULAN SPT (telah/sedang diperiksa, belum terbit skp) syarat 1. dengan kesadaran sendiri 2. mengakibatkan : a. pajak menjadi lebih besar/kecil; atau b. rugi menjadi lebih besar/kecil; atau c. jumlah harta menjadi lebih besar/kecil; atau d. jumlah modal menjadi lebih besar/kecil. 3. melunasi sendiri pokok + sanksi 50% Pemeriksaan tetap dilanjutkan 93
  • 90. PEMBETULAN SPT (Rugi Fiskal Berbeda) WP dapat membetulkan SPT • dalam hal Wajib Pajak menerima – surat ketetapan pajak, – Surat Keputusan Keberatan, – Surat Keputusan Pembetulan, – Putusan Banding, atau – Putusan Peninjauan Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak sebelumnya, • yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan dalam SPT Tahunan yang akan dibetulkan tersebut • dalam jangka waktu 3 bulan • dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan 94
  • 91. SANKSI ADMINISTRASI BERUPA KENAIKAN [ PASAL 13A ] Kealpaan tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan dapat merugikan negara yang dilakukan pertama kali tidak dikenai sanksi pidana tetapi dikenai sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% dari pajak yang kurang dibayar. Catatan: Sesuai hitungan dalam Bukti Permulaan. 95
  • 92. 96
  • 93. bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. 97 Dengan apa WP melakukan pembayaran Pajak? Surat Setoran Pajak (SSP) Pasal 1 angka 14
  • 94. a. SSP Standar b. SSP Khusus c. SSPCP (Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak) Impor d. SSCP (Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai dan PPn hasil Tembakau buatan dalam negeri) 98 Jenis-jenis SSP :
  • 95. SSP Standar (PER-38/PJ./2009 sejak 01 Juli 2009) Terdiri 4 lembar : Lembar ke 1: untuk Arsip WP Lembar ke 2: untuk KPPN Lembar ke 3: untuk dilaporkan oleh WP ke KPP Lembar ke 4: untuk Bank Persepsi/Kantor Pos dan Giro 99 “Terima Kasih Telah Membayar Pajak – Pajak Untuk Pembangunan Bangsa“
  • 96. 100
  • 97. Dimana Tempat Pembayaran Pajak? KPP ?? Bukan Kantor Penerimaan Pembayaran: a. Kantor Pos; dan atau b. Bank BUMN/BUMD; atau c. Tempat pembayaran lain yang ditunjuk (Bank Persepsi) Permata, BCA, BII dll 101
  • 98. TANGGAL JATUH TEMPO PEMBAYARAN ATAU PENYETORAN PAJAK Pasal 9 ayat (1) UU KUP jis. PMK No 184/PMK.03/2007 jo PMK-80/PMK?2010 JENIS PAJAK TANGGAL JATUH TEMPO (paling lambat) 01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. 11. 12 PPh Pasal 4 ayat (2) a. penjualan saham dibursa efek b. penghasilan bunga/diskonto obligasi dibursa efek PPh Pasal 21 PPh Pasal 23/26 PPh Pasal 25 Pasal 22, PPN/PPn BM atas impor dilunasi sendiri PPN/PPn BM atas impor dipungut DJBC PPh Pasal 22, pemungutan bendaharawan APBN PPh Pasal 22, Produk Pertamina, Bulog PPh Pasal 22 oleh bdn-bdn tertentu PPN/PPnBM PPN/PPn BM oleh bendaharawan Pemerintah/instansi pemerintah PPN/PPn BM selain bendaharawan pemerintah/instansi pemerintah tgl. 20 bulan berikutnya tgl. 10 bulan berikutnya tgl. 10 bulan berikutnya tgl. 10 bulan berikutnya tgl. 15 bulan berikutnya  tanggal yg sama pada saat pembayaran Bea Masuk  tanggal yg sama dgn saat penyelesaian dokumen impor bila bea masuk ditunda/dibebaskan 1 hari setelah pemungutan pajak dilakukan pada hari yg sama pada saat pembayaran dilunasi sendiri oleh WP sebelum SPPB/DO ditebus tgl. 15 bulan berikutnya tgl. 15 bulan berikutnya tgl. 7 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir tgl. 15 bulan berikutnya Catatan : Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran/penyetoran bertepatan dengan hari libur, maka pembayaran/penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya 102
  • 99. 103 Penyetoran PPN dan PPn BM-SPT Masa
  • 100. BATAS WAKTU PELUNASAN PPh PASAL 29 Pasal 9 ayat (2) UU KUP KEKURANGAN BAYAR PPh BERDASARKAN SPT TAHUNAN PPh (Ps.29) TAHUN BUKU = TAHUN KALENDER TAHUN BUKU  TAHUN KALENDER HARUS DILUNASI PALING LAMBAT SEBELUM SPT TAHUNAN DISAMPAIKAN 104
  • 101. SANKSI ADMINITRASI KETERLAMBATAN PEMBAYARAN PAJAK Pasal 9 ayat (2a) UU KUP PEMBAYARAN/ PENYETORAN PAJAK SETELAH TGL JATUH TEMPO PEMBAYARAN/ PENYETORAN PAJAK DIKENAKAN SANKSI ADIMINITRASI BERUPA BUNGA 2% SEBULAN DIHITUNG DARI JATUH TEMPO PEMBAYARAN SAMPAI DENGAN TGL PEMBAYARAN (DAN BAGIAN DARI BULAN DIHITUNG PENUH SATU BULAN) 105
  • 102. JATUH TEMPO PEMBAYARAN KETETAPAN PAJAK  STP  SKPKB  SKPKBT Pasal 9 ayat (3) UU KUP PAJAK TERUTANG ATAS :  SK PEMBETULAN  SK KEBERATAN  PUTUSAN BANDING YG MENGAKIBATKAN PAJAK YG HARUS DIBAYAR BERTAMBAH HARUS DILUNASI PALING LAMBAT 1 BULAN SEJAK TANGGAL DITERBITKAN 106
  • 103. BATAS WAKTU PEMBAYARAN PAJAK [ PASAL 9 ] PEMBAYARAN PAJAK SPT Masa SPT Th. PPh Ketetapan Pajak Ketetapan Pajak WP Kecil & Tertentu ≤ 15 hari setelah saat terutangnya pajak / masa pajak Paling lama1 bulan sejak Tanggal diterbitkan Paling lama1 bulan sejak Tanggal diterbitkan Sebelum SPT Tahunan Disampaikan TERLAMBAT TERLAMBAT Bunga Pasal 9 (2a)= 2% Per Bulan Bunga Pasal 19 (1) = 2% Per Bulan 107
  • 104. TEMPAT PEMBAYARAN/ PENYETORAN PAJAK Pasal 10 ayat (1) UU KUP jo. PMK No 184/PMK.03/2007 TEMPAT PEMBAYARAN/PENYETORAN BANK BUMN/D ATAU BANK-BANK LAIN YANG DITUNJUK OLEH Menteri Keuangan KANTOR POS 108
  • 105. Mengangsur dan Menunda Pembayaran Pajak 109 Pasal 9 ayat (4) jo Pasal 9,10 &11 PMK-184/PMK.03/2007 WP Dapat mengajukan permohonan tertulis : Mengangsur atau menunda pembayaran pajak diajukan paling lama 9 hari kerja sebelum saat jaluh tempo pembayaran utang pajak berakhir (force majour dapat dipertimbangkan) alasan dan jumlah yang dimohon diangsur/ditunda DJP Keputusan paling lama 7 hari kerja setelah tanggal diterimanya permohonan Menerima seluruhnya, menerima sebagian, menolak Pertimbangkan likuiditas WP dan force majour Tidak dapat diajukan lagi
  • 106. PEMINDAHBUKUAN (Pbk) KMK No. 88/KMK.04/91 jo Kep DJP No-965/PJ.9/91 jo SE-26/PJ.9/91 110
  • 107. Dasar dilakukannya Pemindahbukuan • Adanya kompensasi kelebihan pajak (SKPLB) terhadap hutang pajak • Telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang yang besarnya dinyatakan • Adanya kesalahan dalam mengisi SSP, baik yang menyangkut Wajib Pajak sendiri maupun WajibPajak lain • Adanya pemecahan setoran pajak yang berasal dari SSP menjadi beberapa jenis pajak atau setoran dari beberapa Wajib Pajak. 111
  • 108. Syarat Formal a. Diajukan Kepada Ka KPP b. Diajukan scr tertulis dg melampirkan: 1. asli SSP yg akan di Pbk 2. asli PIBPPh ps 22 impor 3. daftar nominatif WP yang menerima Pbk pemecahan SSP 4. Fc SPT masa/Tahunan+Pembetulan 5. Bukti Potong PPh ps 23 6. Alasan Pbk scr jelas+bukti2 lain yang diperlukan c. Nama pemegang dan pengajuan Pbk bedadilampiri surat pernyataan dr nama yang tercantum 112
  • 109. 113
  • 110. 114
  • 111. Surat Ketetapan Pajak Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi: – Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, – Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, – Surat Ketetapan Pajak Nihil, – atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. 115 Produk Pemeriksaan dan Penelitian
  • 112. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Pasal 1 angka 16 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. 116
  • 113. Dapat diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun, dalam hal : Berdasarkan hasil pemerik-saan/ket. lain pajak yg teru-tang tidak/ku-rang dibayar BUNGA 2% SEBULAN MAX 24 BLN Pasal 13 ayat (1), (2) & (3) UU KUP SPT tidak di-sampaikan da-lam jangka waktu yg di-tentukan dalam surat tegoran SKPKB Berdsrkn hasil pemeriksaan,PPN/PPn BM : - tidak seharusnya dikompensasikan - tidak seharusnya dikenakan tarip 0 % Kewajiban: Psl 28&Psl 29 tidak dipenuhi PPh /PPN / PPn BM PPh Sendiri NPWP/NP PKP secara jabatan PPh Sendiri Psl. 13 (2) PPh PEMOTONG/ PEMUNGUTAN KENAIKAN 50% KENAIKAN 100% PPN /PPn.BM PPh PEMOTONG/ PEMUNGUTAN KENAIKAN 100% KENAIKAN 50% KENAIKAN 100% Psl. 13 (3) a Psl. 13 (3) b Psl. 13 (3) c Psl. 13 (3) b Psl. 13 (3) a 117
  • 114. KEPASTIAN DAN JAMINAN HUKUM SPT Pasal 13 ayat (4) UU KUP PAJAK YANG DILAPORKAN DALAM SPT DALAM JANGKA WAKTU 5 TAHUN TIDAK DITERBITKAN SKP MENJADI PASTI 118
  • 115. S K P K B dapat diterbitkan dalam j.w. > 5 tahun dalam hal : Pasal 13 ayat (5) UU KUP ditambah sanksi BUNGA 48 % Wajib Pajak dipidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap 119
  • 116. SKPKB Pasal 13A Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh Wajib Pajak dan Wajib Pajak tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. 120
  • 117. Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Tagihan Pajak Pasal 1 huruf j surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi berupa denda, dan atau bunga 121
  • 118. Fungsi Surat Tagihan Pajak a. sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib Pajak; b. sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga dan atau denda; c. sarana untuk menagih pajak. 122
  • 119. PPh dalam tahun berjalan tidak/ kurang dibayar Pasal 14 UU KUP Kurang bayar karena dapat diterbitkan dalam hal : salah tulis / salah hitung STP Dikenakan Sanksi Adminis trasi berupa denda dan atau bunga PKP tidak mengisi Faktur Pajak secara lengkap PKP melaporkan FP tidak sesuai Masa Penerbitan FP Psl 14 (1) a Psl 14 (1) b Psl 14 (1) c Bunga 2% sebulan paling lama 24 bulan Denda 2 % x DPP Psl 14 (3) & (5) Psl 14 (4) Catatan: (Pasal 14 (2) STP memiliki kekuatan hukum yang sama dengan SKP Psl14(1) e-f PKP gagal berproduksi dan telah diberikan Pengembalia n Pajak Masukan Psl 14 (1) g PKP tdk membuat Faktur Pajak PKP membuat Faktur Pajak tidak tepat waktu Psl14(1) d 123
  • 120. SANKSI DALAM SURAT TAGIHAN PAJAK Pasal 14 ayat (3) JUMLAH KEKURANGAN PAJAK yang TERUTANG dalam SURAT TAGIHAN PAJAK sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, DITAMBAH DENGAN SANKSI BERUPA BUNGA SEBESAR 2% PER BULAN untuk PALING LAMA 24 BULAN, DIHITUNG SEJAK : • SAAT TERUTANGNYA PAJAK, atau • BERAKHIRNYA MASA PAJAK, • BAGIAN TAHUN PAJAK, atau TAHUN PAJAK SAMPAI DITERBITKANNYA SURAT TAGIHAN PAJAK 124
  • 121. SANKSI DALAM SURAT TAGIHAN PAJAK Pasal 14 ayat (4) TERHADAP PENGUSAHA atau PENGUSAHA KENA PAJAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, huruf e, atau huruf f MASING-MASING, SELAIN WAJIB MENYETOR PAJAK yang TERUTANG, DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA SEBESAR 2% (DUA PERSEN) dari DASAR PENGENAAN PAJAK 125
  • 122. SANKSI DALAM SURAT TAGIHAN PAJAK Pasal 14 ayat (5) TERHADAP PENGUSAHA KENA PAJAK sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf g DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI BERUPA BUNGA SEBESAR 2% PER BULAN dari JUMLAH PAJAK yang DITAGIH KEMBALI, DIHITUNG DARI PENERBITAN SKPPKP SAMPAI DENGAN PENERBITAN STP BAGIAN DALAM BULAN DIHITUNG PENUH 1 (SATU) BULAN 126
  • 123. Contoh 1 Perhitungan STP 1. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar. Pajak Penghasilan Pasal 25 tahun 2008 setiap bulan sebesar Rp100.000.000,00 jatuh tempo misalnya tiap tanggal 15. Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan Juni 2008 dibayar tepat waktu sebesar Rp40.000.000,00. Atas kekurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 tersebut diterbitkan Surat Tagihan Pajak pada tanggal 18 September 2008 dengan penghitungan sebagai berikut: - Kekurangan bayar Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan Juni 2008 (Rp100.000.000,00-Rp40.000.000,00) = Rp 60.000.000,00 - Bunga = 3 x 2% x Rp60.000.000,00 = Rp 3.600.000,00 (+) - Jumlah yang harus dibayar = Rp63.600.000,00 127
  • 124. Contoh 2 2. Hasil penelitian Surat Pemberitahuan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi tahun 2008 yang disampaikan pada tanggal 31 Maret 2009 setelah dilakukan penelitian ternyata terdapat salah hitung yang menyebabkan Pajak Penghasilan kurang bayar sebesar Rp1.000.000,00. Atas kekurangan Pajak Penghasilan tersebut diterbitkan Surat Tagihan Pajak pada tanggal 12 Juni 2009 dengan penghitungan sebagai berikut: - Kekurangan bayar Pajak Penghasilan = Rp1.000.000,00 - Bunga = 3 x 2% x Rp1.000.000,00 = Rp 60.000,00 (+) - Jumlah yang harus dibayar = Rp1.060.000,00 128
  • 125. Sanksi Administrasi yang dapat ditagih dengan STP a. denda administrasi Rp. 100.000,00 bagi Wajib Pajak yang tidak atau terlambat menyampaikan SPT Masa selain PPN dan SPT Tahunan WP OP; denda administrasi Rp. 500.000 bagi Wajib Pajak yang tidak atau terlambat menyampaikan SPT Masa PPN b. denda administrasi Rp. 1.000.000,00 bagi Wajib Pajak yang tidak atau terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan WP Badan; c. denda 2% dari Dasar Pengenaan Pajak bagi PKP yang tidak membuat atau tidak lengkap mengisi Faktur Pajak; d. bunga, bagi Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan sehingga mengakibatkan kurang bayar; e. bunga, bagi Wajib Pajak yang terlambat atau tidak membayar pajak yang sudah jatuh tempo pembayarannya 129
  • 126. SKPKBT Pasal 1 angka 17 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. 130
  • 127. SKPKBT DITERBITKAN DALAM JANGKA WAKTU 5 TAHUN APABILA Pasal 15 ayat (1), (2) dan (3) • DATA BARU DAN ATAU • DATA YANG SEMULA BLM TERUNGKAP YANG BERAKIBAT JUMLAH PAJAK TERUTANG BERTAMBAH DITEMUKAN KETERANGAN TERTULIS DARI OLEH FISKUS WP ATAS KEHENDAK SENDIRI DIKENAKAN TIDAK KENAIKAN 100% DIKENAKAN KENAIKAN 131
  • 128. SKPKBT DAPAT DITERBITKAN DALAN JK.WKT > 5 TAHUN DALAM HAL : Pasal 15 ayat (4) WAJIB PAJAK Melakukan 1. TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN, atau 2. TINDAK PIDANA LAINNYA yang DAPAT MERUGIKAN PENDAPATAN NEGARA BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN yang TELAH MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP. Ditambah Sanksi Bunga 48% 132
  • 129. 133 Pembetulan Ketetapan Pajak pasal 16 ayat (1) dan penjelasan DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAPAT MEMBETULKAN SURAT KETETAPAN PAJAK BERUPA: 1. SURAT TAGIHAN PAJAK, 2. SURAT KEPUTUSAN PEMBETULAN, 3. SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN, 4. SURAT KEPUTUSAN PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI, 5. SURAT KEPUTUSAN PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI, 6. SURAT KEPUTUSAN PENGURANGAN KETETAPAN PAJAK, 7. SURAT KEPUTUSAN PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK, 8. SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK, atau 9. SURAT KEPUTUSAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA, yang DALAM PENERBITANNYA TERDAPAT KESALAHAN TULIS, KESALAH HITUNG dan/atau KEKELIRUAN PENERAPAN KETENTUAN TERTENTU DALAM PERATURAN PER UU AN
  • 130. PERMOHONAN PEMBETULAN Pasal 16 AYAT (2), (3) UU KUP DIREKTUR JENDERAL PAJAK DALAM JANGKA WAKTU 6 BULAN SEJAK TGL PERMOHONAN DITERIMA, HARUS MEMBERI KEPUTUSAN APABILA JANGKA WAKTU TELAH LEWAT, tetapi DIREKTUR JENDERAL PAJAK TIDAK MEMBERI SUATU KEPUTUSAN, PERMOHONAN PEMBETULAN yang DIAJUKAN tersebut DIANGGAP DIKABULKAN 134
  • 131. KEWAJIBAN DIRJEN PAJAK MEMBERI KETERANGAN TERTULIS Pasal 16 ayat (4) APABILA DIMINTA olehWAJIB PAJAK, DIREKTUR JENDERAL PAJAK WAJIB MEMBERIKAN KETERANGAN SECARA TERTULIS MENGENAI HAL- HAL yang MENJADI DASAR untuk MENOLAK atau MENGABULKAN SEBAGIAN PERMOHONAN WAJIB PAJAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 135
  • 132. JATUH TEMPO PEMBAYARAN KETETAPAN PAJAK  STP  SKPKB  SKPKBT Pasal 9 ayat (3) UU KUP PAJAK TERUTANG ATAS :  SK PEMBETULAN  SK KEBERATAN  PUTUSAN BANDING YG MENGAKIBATKAN PAJAK YG HARUS DIBAYAR BERTAMBAH HARUS DILUNASI PALING LAMBAT 1 BULAN SEJAK TANGGAL DITERBITKAN 136
  • 133. SKPLB Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang. 137
  • 134. PENERBITAN SKPLB Pasal 17 ayat (1), (2) dan (3) DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAPAT MENERBITKAN SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR (SKPLB): (1). APABILA JUMLAH KREDIT PAJAK atau JUMLAH PAJAK yang DIBAYAR LEBIH BESAR DARIPADA JUMLAH PAJAK yang TERUTANG; (2). APABILA TERDAPAT PEMBAYARAN PAJAK yang SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG; (3). SKPLB MASIH DAPAT DITERBITKAN LAGI, APABILA BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN dan/atau DATA BARU, TERNYATA PAJAK YANG LEBIH DIBAYAR JUMLAHNYA LEBIH BESAR DARIPADA KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG TELAH DITETAPKAN. 138
  • 135. SKPN Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. 139
  • 136. 140 PENERBITAN SKPN Pasal 17 A DIREKTUR JENDERAL PAJAK SETELAH MELAKUKAN PEMERIKSAAN, MENERBITKAN SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL, APABILA : JUMLAH KREDIT PAJAK atau JUMLAH PAJAK YANG DIBAYAR SAMA DENGAN JUMLAH PAJAK YANG TERUTANG PAJAK TIDAK TERUTANG dan TIDAK ADA KREDIT PAJAK; ATAU TIDAK ADA PEMBAYAR AN PAJAK
  • 137. SPT LB DENGAN PERMOHONAN DALAM SPT (SELAIN PERMOHONAN KELEBIHAN Pasal 17C dan Pasal 17D) Pasal 17 B ayat (1) DIPERIKSA SKPKB SKPN SKPLB Diterbitkan dalam jangka waktu 12 bulan Sejak permohonan diterima secara lengkap 141
  • 138. PERLAKUAN PEMERIKSAAN TERHADAP BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA Pasal 17B ayat (1a) KETENTUAN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) TIDAK BERLAKU TERHADAP WAJIB PAJAK yang SEDANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN DI BIDANG PERPAJAKAN, KETENTUANNYA DIATUR DENGAN atau BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN. 142
  • 139. 143 SPT LB Dengan Permohonan Dalam Spt Pasal 17 B ayat (2) dan (3) LEBIH DARI 12 BULAN TIDAK ADA KEPUTUSAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIANGGAP DIKABULKAN, APABILA SKPLB TERLAMBAT DITERBITKAN sebagaimana dimaksud pada ayat (2), WAJIB PAJAK BERHAK MENERIMA IMBALAN BUNGA SEBESAR 2% PER BULAN SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR HARUS DITERBITKAN PALING LAMA 1 (SATU) BULAN SETELAH JANGKA WAKTU TERSEBUT BERAKHIR (17B(2)) DIHITUNG SEJAK BERAKHIRNYA JANGKA WAKTU SAMPAI DENGAN DITERBITKAN SKPLB (17B(3))
  • 140. IMBALAN BUNGA SETELAH PUTUSAN PENGADILAN Pasal 17B ayat (4) APABILA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN sebagaimana dimaksud pada ayat (1a): • TIDAK DILANJUTKAN dengan PENYIDIKAN; • DILANJUTKAN dengan PENYIDIKAN, tetapi TIDAK DILANJUTKAN DENGAN PENUNTUTAN TINDAK DI BIDANG PERPAJAKAN; atau • DILANJUTKAN dengan PENYIDIKAN dan PENUNTUTAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN, tetapi DIPUTUS BEBAS atau LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN YANG TELAH MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP; WAJIB PAJAK DIBERI IMBALAN BUNGA SEBESAR 2% PER BULAN UNTUK PALING LAMA 24 BULAN, DIHITUNG SEJAK BERAKHIRNYA JANGKA WAKTU s/d DITERBITKAN SKPLB. 144
  • 141. PENERBITAN SKPPKP (Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak) Pasal 17C ayat (1) Setelah dilakukan Penelitian (Formal) terhadap SPT WP DENGAN KRITERIA TERTENTU PPh PPN Tidak Jangka wkt Jangka wkt menghendaki 3 bulan 1 bulan SKPPKP Diterbitkan Diproses SKPPKP sesuai Ps.17B 145
  • 142. KRITERIA TERTENTU Pasal 17C ayat (2) 1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT); DALAM 3 TAHUN TERAKHIR 2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak telah memper oleh izin untuk menunda atau mengangsur pemba yaran pajak; 3. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; 4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir. 146
  • 143. WP DENGAN KRITERIA TERTENTU Pasal 17C ayat (4), (5) dan Penjelasan SETELAH DITERBITKAN SKPPKP DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAPAT MELAKUKAN PEMERIKSAAN MENERBITKAN SURAT KETETAPAN PAJAK SKPN SKPKB SKPLB DITAMBAH SANKSI KENAIKAN 100% 147
  • 144. TIDAK DIBERIKAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN Pasal 17C ayat (6) APABILA : • Terhadap WP tersebut dilakukan tindakan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan; • Terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis pajak tertentu 2 (dua) Masa Pajak berturut-turut; • Terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis pajak tertentu 3 (tiga) Masa Pajak dalam 1 (satu) tahun kalender; atau • Terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan). 148
  • 145. PENERBITAN SKPPKP Pasal 17D ayat (1) BERDASARKAN PENELITIAN ATAS PERMOHONAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK yang MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU, DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAPAT MENERBITKAN SKPPKP PALING LAMA: • 3 (TIGA) BULAN untuk Pajak Penghasilan; • 1 (SATU) BULAN untuk Pajak Pertambahan Nilai, SEJAK PERMOHONAN DITERIMA SECARA LENGKAP 149
  • 146. WAJIB PAJAK YANG DAPAT DIBERIKAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN Pasal 17D ayat (2) ADALAH : a. WP Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; b. WP Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu; c. Wajib Pajak Badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu; atau d. Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan SPT Masa PPN dengan jumlah penyerahan dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu. 150
  • 147. JUMLAH YANG DITENTUKAN OLEH MENTERI KEUANGAN Pasal 17D ayat (3) BATASAN JUMLAH PEREDARAN USAHA, JUMLAH PENYERAHAN, dan JUMLAH LEBIH BAYAR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) DIATUR DENGAN ATAU BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN. PMK Nomor: 193/PMK.03/2007 151
  • 148. PEMERIKSAAN SETELAH PENGEMBALIAN Pasal 17D ayat (4) DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAPAT MELAKUKAN PEMERIKSAAN dan MENERBITKAN SURAT KETETAPAN PAJAK SETELAH MELAKUKAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK 152
  • 149. SANKSI ADMINISTRASI Pasal 17D ayat (5) APABILA BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN sebagaimana dimaksud pada ayat (4), DIREKTUR JENDERAL PAJAK MENERBITKAN SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR (SKPKB), JUMLAH PAJAK YANG KURANG DIBAYAR DITAMBAH DENGAN SANKSI ADMINISTRASI BERUPA KENAIKAN SEBESAR 100% (SERATUS PERSEN) 153
  • 150. PENGEMBALIAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI Pasal 17E ORANG PRIBADI YANG BUKAN SUBYEK PAJAK DALAM NEGERI yang MELAKUKAN PEMBELIAN BARANG KENA PAJAK di DALAM DAERAH PABEAN yang TIDAK DIKONSUMSI DI DAERAH PABEAN, DAPAT DIBERIKAN PENGEMBALIAN PPN yang TELAH DIBAYAR. KETENTUANNYA DIATUR DENGAN atau BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN 154
  • 151. 155
  • 152. PENAGIHAN PAJAK Pasal 18 ayat (1) 1. STP (Surat Tagihan Pajak); 2. SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar); 3. SKPKBT (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan) 4. Surat Keputusan KEBERATAN; 5. Putusan BANDING; dan 6. Putusan PENINJAUAN KEMBALI, yang MENYEBABKAN JUMLAH PAJAK yang HARUS DIBAYAR BERTAMBA 156 Dasar Penagihan Pajak
  • 153. BUNGA PENAGIHAN Pasal 19 ayat (1), (2) dan (3) 157 Pajak yg terutang menurut Dasar Penagihan 2 % PER BULAN DIKENAKAN TERHADAP Mengangsur/menun da pembayaran Pajak WP diberikan penundaan penyampaian SPT Tahunan dan perhitungan pajak sementara kurang dari sebenarnya yang terutang Dari JUMLAH PAJAK Yang MASIH HARUS DIBAYAR DIHITUNG dari TANGGAL JATUH TEMPO SAMPAI TANGGAL PELUNASAN, atau TANGGAL DITERBITKAN STP Dari saat berakhirnya penyampaian SPT Tahunan s.d tanggal pembayaran Bagian bulan dihitung penuh 1 bulan
  • 154. SURAT PAKSA Pasal 1 Angka 21 SURAT PERINTAH MEMBAYAR UTANG PAJAK dan BIAYA PENAGIHAN PAJAK 158
  • 155. PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA Pasal 20 Ayat (1) JUMLAH PAJAK YANG MASIH HARUS DIBAYAR BERDASARKAN : 1. STP; 2. SKPKB; 3. SKPKBT; 4. SK PEMBETULAN; 5. SK KEBERATAN; 6. PUTUSAN BANDING; 7. PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI MENYEBABKAN JUMLAH PAJAK yang MASIH HARUS DIBAYAR BERTAMBAH YANG TIDAK DIBAYAR OLEH PENANGGUNG PAJAK SESUAI DENGAN JANGKA WAKTU sbgmn dimaksud dlm Pasal 9 (3) atau (3a) DILAKSANAKAN PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA 159
  • 156. PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS Pasal 20 Ayat (2) DILAKUKAN APABILA: • Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat untuk itu; • Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau dikuasai dalam rangka mengecilkan atau menghentikan kegiatan perusahaan atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia; • Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan usaha, menggabungkan atau memekarkan usaha, atau memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau yang dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya; • Badan usaha akan dibubarkan oleh negara, atau • Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga, atau terdapat tanda-tanda kepailitan. 160
  • 157. PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA Pasal 20 Ayat (3) PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA 161
  • 158. HAK MENDAHULU Pasal 21 Ayat (1) dan (2) (1) NEGARA MEMPUNYAI HAK MENDAHULU untuk UTANG PAJAK atas BARANG-BARANG MILIK PENANGGUNG PAJAK; (2) Ketentuan pada ayat (1) meliputi : a. POKOK PAJAK, b. SANKSI ADMINSTRASI berupa : - BUNGA, - DENDA, dan - KENAIKAN, c. BIAYA PENAGIHAN PAJAK. 162
  • 159. PENGECUALIAN HAK MENDAHULU Pasal 21 Ayat (3) a. BIAYA PERKARA yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak/ tidak bergerak; b. BIAYA yang dikeluarkan untuk MENYELAMATKAN barang dimaksud, dan/atau c. BIAYA PERKARA, yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu warisan. 163
  • 160. DILARANG MEMBAGIKAN HARTA KEPADA PEMEGANG SAHAM Pasal 21 ayat (3a) DALAM HAL WAJIB PAJAK DINYATAKAN PAILIT, BUBAR atau DILIKUIDASI maka KURATOR, LIKUIDATOR atau ORANG/BADAN yang DITUGASI untuk MELAKUKAN PEMBERESAN, DILARANG UNTUK MEMBAGIKAN HARTA WAJIB PAJAK DALAM PAILIT, PEMBUBARAN atau LIKUIDASI KEPADA PEMEGANG SAHAM ATAU KREDITUR LAINNYA SEBELUM MENGGUNAKAN HARTA TERSEBUT UNTUK MEMBAYAR UTANG PAJAK WAJIB PAJAK TERSEBUT. 164
  • 161. HAK MENDAHULU HILANG Pasal 21 Ayat (4) HAK MENDAHULU HILANG SETELAH MELAMPAUI WAKTU 5 (LIMA) TAHUN SEJAK TANGGAL DITERBITKAN : • SURAT TAGIHAN PAJAK; • SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR; • SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR TAMBAHAN; • SURAT KEPUTUSAN PEMBETULAN; • SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN; • PUTUSAN BANDING; dan • PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI. yang MENYEBABKAN JUMLAH PAJAK yang HARUS DIBAYAR BERTAMBAH 165
  • 162. PERHITUNGAN JANGKA WAKTU HAK MANDAHULU Pasal 21 ayat (5) PERHITUNGAN JANGKA WAKTU HAK MENDAHULU adalah sebagai berikut : 1. Dalam hal SURAT PAKSA untuk membayar diberitahukan secara resmi, maka JANGKA WAKTU 5 (LIMA) TAHUN DIHITUNG SEJAK PEMBERITAHUAN SURAT PAKSA; atau 2. Dalam hal diberikan PENUNDAAN PEMBAYARAN atau PERSETUJUAN ANGSURAN PEMBAYARAN, MAKA JANGKA WAKTU 5 (LIMA) TAHUN DIHITUNG SEJAK BATAS AKHIR PENUNDAAN DIBERIKAN. 166
  • 163. DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK Pasal 22 Ayat (1) HAK UNTUK MELAKUKAN PENAGIHAN PAJAK, TERMASUK BUNGA, DENDA, KENAIKAN dan BIAYA PENAGIHAN PAJAK, DALUWARSA SETELAH MELAMPAUI WAKTU 5 (LIMA) TAHUN TERHITUNG SEJAK PENERBITAN : 1. SURAT TAGIHAN PAJAK; 2. SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR; 3. SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR TAMBAHAN; 4. SURAT KEPUTUSAN PEMBETULAN; 5. SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN; 6. PUTUSAN BANDING; 7. PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI. 167
  • 164. DALUWARSA TERTANGGUH DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK TERTANGGUH apabila: 1. DITERBITKAN SURAT PAKSA; 2. ADA PENGAKUAN UTANG PAJAK DARI WAJIB PAJAK BAIK LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG; 3. DITERBITKAN SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR (Pasal 13 ayat (5)), atau SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR TAMBAHAN (Pasal 15 ayat (4)); atau 4. DILAKUKAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN Pasal 22 Ayat (2) 168
  • 165. PENANGGUNG PAJAK Pasal 1 Angka 28 ORANG PRIBADI atau BADAN yang BERTANGGUNG JAWAB atas PEMBAYARAN PAJAK, TERMASUK WAKIL yang MENJALANKAN HAK dan MEMENUHI KEWAJIBAN WAJIB PAJAK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan 169
  • 166. GUGATAN WAJIB PAJAK atau PENANGGUNG PAJAK Pasal 23 GUGATAN WP atau PENANGGUNG PAJAK DAPAT DIAJUKAN TERHADAP : • Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang; • Keputusan pencegahan dalam rangka pelaksanaan penagihan pajak; • Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26; atau • Penerbitan Surat Ketetapan Pajak atau Surat Keputusan Keberatan, yang dalam penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam ketentuan per-UU-an perpajakan. GUGATAN HANYA DAPAT DIAJUKAN KEPADA BADAN PERADILAN PAJAK 170
  • 167. PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK Pasal 24 MENTERI KEUANGAN MENGATUR TATA CARA PENGHAPUSAN DAN MENENTUKAN BESARNYA JUMLAH PIUTANG PAJAK YANG TIDAK DAPAT DITAGIH LAGI, antara lain : 1. WP telah meninggal dunia dan tidak mempunyai harta warisan atau kekayaan; 2. WP Badan yang telah selesai proses pailitnya; 3. WP Badan yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai subyek pajak dan hak untuk melakukan penagihan pajak telah daluwarsa. 171
  • 168. 172 Proses Penagihan Dasar Penagihan Surat Teguran 1 Bulan stlh diterbitkan Surat Perintah Malakukan Penyitaan (SPMP) Penjualan secara Lelang Surat Paksa Pengumuman Lelang Jatuh Tempo 21 hari 7 hari 2x24 jam 14 hari 14 hari
  • 169. ALUR DAN PROSES PENAGIHAN PAJAK SURAT TEGURAN 7 HARI SP SPMP/ PENYITAAN 21 HARI 2 X 24 jam PENCABUTAN SITA LUNAS PENGUMUMAN LELANG PELAKSANAAN LELANG Dasar Hukum UU No. 19 Tahun 2000 UU No. 28 Tahun 2007 PP No. 80 Tahun 2007 PMK No. 24/PMK.03/2008 14 HARI TDK LUNAS Barang Bergerak 2X Barang Tdk Bergerak 2X PEMBLOKIRAN PENCEGAHAN PENYANDERAAN SYARAT: •UTANG PAJAK ≥100 jt •DIRAGUKAN ITIKAD BAIK JANGKA WAKTU: 6 BULAN DPT DIPERPANJANG MAX 6 BLN AKIBAT: UTANG PAJAK TDK HAPUS & PENAGIHAN TETAP DILAKSANAKAN SKP SKPKB SKPKBT dll JATUH TEMPO •UTANG PAJAK & BIAYA PENAGIHAN •PUTUSAN PENGADILAN •PARATE EXECUTIE •DIBERITAHUKAN OLEH JURUSITA PAJAK •DIBUAT BAP SP •SPMP •JURUSITA + 2 SAKSI •BAP SITA •BRG BERGERAK & BRG TDK BERGERAK •BRG YG DISITA DILARANG : DIPINDAHTANGANKAN DISEWAKAN DISEMBUHKAN DIHILANGKAN DIRUSAK PENYITAAN ATAS REK. BANK & EFEK 173
  • 170. PERMOHONAN KEBERATAN ( Pasal 25 - 26 UU KUP ) 174
  • 171. Alur Keberatan, Banding & Peninjauan kembali Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Keberatan kepada DJP Banding ke Badan Peradilan Pajak Peninjauan kembali ke MA (melalui PP) Ga Puas Ga Puas Ga Puas Ga Puas 175
  • 172. KEBERATAN Pasal 25 ayat (1) WAJIB PAJAK DAPAT MENGAJUKAN KEBERATAN HANYA KEPADA DIREKTUR JENDERAL PAJAK atas SUATU: 1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB); 2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT); 3. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN); 4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB); atau 5. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 176
  • 173. SYARAT-SYARAT KEBERATAN Pasal 25 ayat (2) dan (3) (2) * Tertulis dalam Bahasa Indonesia; *Mengemukakan jumlah pajak yang terutang, jumlah pajak yang dipotong atau dipungut, atau jumlah rugi menurut penghitungan wajib pajak, dengan disertai alasan yang menjadi dasar penghitungan. (3) *Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan pajak, atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak, kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. 177
  • 174. MELUNASI PAJAK DALAM RANGKA KEBERATAN Pasal 25 ayat (3a) DALAM HAL WAJIB PAJAK MENGAJUKAN KEBERATAN ATAS SURAT KETETAPAN PAJAK, WAJIB PAJAK WAJIB MELUNASI PAJAK YANG MASIH HARUS DIBAYAR, PALING SEDIKIT SEJUMLAH YANG TELAH DISETUJUI WAJIB PAJAK DALAM PEMBAHASAN AKHIR HASIL PEMERIKSAAN, SEBELUM SURAT KEBERATAN DISAMPAIKAN. 178
  • 175. PERSYARATAN MENGIKAT DALAM PENGAJUAN KEBERATAN Pasal 25 ayat (4) KEBERATAN YANG TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN sebagaimana dimaksud ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (3a), BUKAN MERUPAKAN SURAT KEBERATAN SEHINGGA TIDAK DIPERTIMBANGKAN. 179
  • 176. TANDA BUKTI PENERIMAAN SURAT KEBERATAN Pasal 25 ayat (5) TANDA TERIMA SURAT KEBERATAN DARI PEGAWAI YANG DITUNJUK DIRJEN PAJAK UNTUK MENERIMA SURAT KEBERATAN, atau TANDA PENGIRIMAN SURAT KEBERATAN MELALUI POS DENGAN BUKTI PENGIRIMAN SURAT, atau MELALUI CARA LAIN YANG DIATUR DENGAN ATAU BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN, MENJADI TANDA BUKTI PENERIMAAN SURAT KEBERATAN. 180
  • 177. PERMINTAAN KETERANGAN TERTULIS DALAM MENGAJUKAN KEBERATAN Pasal 25 ayat (6) BILA DIMINTA oleh WAJIB PAJAK untuk PENGAJUAN KEBERATAN, DIREKTUR JENDERAL PAJAK WAJIB MEMBERIKAN KETERANGAN SECARA TERTULIS HAL-HAL YANG MENJADI : – DASAR PENGENAAN PAJAK; – PENGHITUNGAN RUGI; ATAU – PEMOTONGAN ATAU PEMUNGUTAN. 181
  • 178. JANGKA WAKTU PELUNASAN DALAM RANGKA KEBERATAN Pasal 25 ayat (7) DALAM HAL WAJIB PAJAK MENGAJUKAN KEBERATAN, JANGKA WAKTU PELUNASAN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) ATAU ayat (3a) ATAS JUMLAH PAJAK YANG BELUM DIBAYAR PADA SAAT PENGAJUAN KEBERATAN, TERTANGGUH SAMPAI DENGAN 1 (SATU) BULAN SEJAK TANGGAL PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN. 182
  • 179. TIDAK TERMASUK SEBAGAI UTANG PAJAK Pasal 25 ayat (8) JUMLAH PAJAK YANG BELUM DIBAYAR PADA SAAT PENGAJUAN PERMOHONAN KEBERATAN sebagaimana dimaksud pada ayat (7), TIDAK TERMASUK SEBAGAI UTANG PAJAK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan (1a) 183
  • 180. SAKNSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA Pasal 25 ayat (9) APABILA KEBERATAN WAJIB PAJAK DITOLAK atau DIKABULKAN SEBAGIAN, WAJIB PAJAK DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA SEBESAR 50% DARI JUMLAH PAJAK BERDASARKAN KEPUTUSAN KEBERATAN, DIKURANGI DENGAN PAJAK YANG TELAH DIBAYAR SEBELUM MENGAJUKAN KEBERATAN. 184
  • 181. TIDAK DIKENAKAN SAKNSI BERUPA DENDA 50% Pasal 25 ayat (10) DALAM HAL WAJIB PAJAK MENGAJUKAN PERMOHONAN BANDING, SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA SEBESAR 50% sebagaimana dimaksud pada ayat (9) TIDAK DIKENAKAN. 185
  • 182. KEPUTUSAN KEBERATAN Pasal 26 (1) Paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima Dirjen Pajak harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan; (2) Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis; (3) Keputusan Dirjen Pajak atas keberatan dapat berupa mengabulkan seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar; (4) Dalam hal WP mengajukan keberatan sbgmn dimaksud Pasal 13 ayat (1) huruf b dan huruf d, WP ybs harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak tersebut; (5) Apabila jangka waktu sbgmn dimaksud pada ayat (1) telah terlampaui dan Dirjen Pajak tidak memberi keputusan, keberat an yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. 186
  • 183. TATA CARA PENGAJUAN dan PENYELESAIAN KEBERATAN Pasal 26A (1). Tata cara pengajuan dan penyelesaian keberatan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; (2). Tata cara sbgmn dimaksud pada ayat (1), antara lain mengatur tentang pemberian hak kepada Wajib Pajak untuk hadir memberikan keterangan atau memperoleh penjelasan mengenai keberatannya; (3). Apabila Wajib Pajak tidak menggunakan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), proses keberatan tetap dapat diselesaikan; (4). Wajib Pajak yang mengungkapkan pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain dalam proses keberatan yang tidak diberikan pada saat pemeriksaan, selain data dan informasi yang pada saat pemeriksaan belum diperoleh Wajib Pajak dari pihak ketiga, pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain dimaksud tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatan. 187
  • 184. KEBERATAN [PASAL 25] Contoh 1: SKPKB hasil pemeriksaan = Rp100.000.000,00 Setuju Hasil Pemeriksaan = Rp100.000.000,00 Yang Harus Dilunasi Jika Tidak Keberatan = Rp100.000.000,00 Contoh 2: SKPKB hasil pemeriksaan = Rp100.000.000,00 Setuju Hasil Pemeriksaan = Rp 30.000.000,00 Harus Dilunasi Sebelum Mengajukan Keberatan = Rp 30.000.000,00 Keputusan Keberatan, SKPKB menjadi = Rp 80.000.000,00 Pajak Kurang Dibayar (80.000.000 - 30.000.000) = Rp 188
  • 185. 189
  • 186. BANDING Pasal 27 ayat (1) WAJIB PAJAK DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN BANDING HANYA KEPADA BADAN PERADILAN PAJAK ATAS SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1). 190
  • 187. PUTUSAN PENGADILAN Pasal 27 ayat (2) PUTUSAN PENGADILAN PAJAK MERUPAKAN PUTUSAN PENGADILAN KHUSUS DI LINGKUNGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA 191
  • 188. SYARAT PERMOHONAN BANDING Pasal 27 ayat (3) PERMOHONAN DIAJUKAN : 1. SECARA TERTULIS DALAM BAHASA INDONESIA; 2. DENGAN ALASAN YANG JELAS; 3. PALING LAMA 3 (TIGA) BULAN SEJAK SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN DITERIMA; dan 4. DILAMPIRI DENGAN SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN. 192
  • 189. KETERANGAN TERTULIS Pasal 27 ayat (4a) APABILA DIMINTA OLEH WAJIB PAJAK UNTUK KEPERLUAN PENGAJUAN PERMOHONAN BANDING, DIREKTUR JENDERAL PAJAK WAJIB MEMBERI KETERANGAN SECARA TERTULIS HAL-HAL YANG MENJADI DASAR SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN YANG DITERBITKAN 193
  • 190. JANGKA WAKTU PELUNASAN PAJAK Pasal 27 ayat (5a) DALAM HAL WAJIB PAJAK MENGAJUKAN BANDING, JANGKA WAKTU PELUNASAN PAJAK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3), ayat (3a), atau Pasal 25 ayat (7), ATAS JUMLAH PAJAK YANG BELUM DIBAYAR PADA SAAT PENGAJUAN KEBERATAN, TERTANGGUH SAMPAI DENGAN 1 (SATU) BULAN SEJAK TANGGAL PENERBITAN PUTUSAN BANDING. 194
  • 191. TIDAK TERMASUK SEBAGAI UTANG PAJAK Pasal 27 ayat (5b) JUMLAH PAJAK YANG BELUM DIBAYAR PADA SAAT PENGAJUAN PERMOHONAN BANDING sebagaimana dimaksud pada ayat (5a), TIDAK TERMASUK SEBAGAI UTANG PAJAK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan (1a) 195
  • 192. BELUM MERUPAKAN PAJAK YANG TERUTANG Pasal 27 ayat (5c) JUMLAH PAJAK YANG BELUM DIBAYAR PADA SAAT PENGAJUAN PERMOHONAN BANDING BELUM MERUPAKAN PAJAK YANG TERUTANG SAMPAI DENGAN PUTUSAN BANDING DITERBITKAN 196
  • 193. SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA Pasal 27 ayat (5d) APABILA PERMOHONAN BANDING DITOLAK ATAU DIKABULKAN SEBAGIAN, WAJIB PAJAK DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA SEBESAR 100% DARI JUMLAH PAJAK BERDASARKAN PUTUSAN BANDING, DIKURANGI DENGAN PAJAK YANG TELAH DIBAYAR SEBELUM MENGAJUKAN KEBERATAN 197
  • 194. 198 Sengketa Pajak dalam Banding • Sengketa Formal, WP atau fiskus tidak mematuhi prosedur dan tata cara yang telah ditetapkan oleh UU Perpajakan • Sengketa Material, apabila terdapat perbedaan antara fiskus dan Wajib Pajak penetapan jumlah pajak yang terutang atau yang lebih bayar
  • 195. 199
  • 197. BANDING (PASAL 27) (LANJUTAN) Contoh: SKPKB hasil pemeriksaan = Rp100.000.000,00 Setuju Hasil PemeriksaaN = Rp 30.000.000,00 Keputusan Keberatan, SKPKB menjadi = Rp 80.000.000,00 Pajak Kurang Dibayar (80.000.000 - 30.000.000) = Rp 50.000.000,00 Mengajukan Banding (Tidak ada syarat harus membayar) Putusan Banding, SKPKB menjadi = Rp 65.000.000,00 Pajak Kurang Dibayar (65.000.000 - 30.000.000) = Rp 35.000.000,00 Sanksi Denda (100% X Rp35.000.000) = Rp 35.000.000,00 Harus Dilunasi = Rp 70.000.000,00 201
  • 198. Peninjauan Kembali (PK) • Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat diajukan 1 (satu) kali kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak. • Pengajuan permohonan PK dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak diketahuinya kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan Hakim Pengadilan pidana memperoleh kekuatan hukum tetap atau ditemukannya bukti tertulis baru atau sejak putusan banding dikirim. • Mahkamah Agung mengambil keputusan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak permohonan PK diterima 202
  • 199. IMBALAN BUNGA Pasal 27A ayat (1) Apabila pengajuan KEBERATAN, permohonan BANDING, atau permohonan PENINJAUAN KEMBALI DIKABULKAN SEBAGIAN atau SELURUHNYA, dalam : – Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), – Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), – Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), dan – Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) yang telah dibayar menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, DIKEMBALIKAN dengan ditambah IMBALAN BUNGA sebesar 2% per bulan untuk paling lama 24 bulan. 203
  • 200. PENGHITUNGAN IMBALAN BUNGA Pasal 27A ayat (1) huruf a dan b a. Untuk SKPKB dan SKPKBT dihitung sejak tanggal pembayaran yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan, PutusanBanding, atau Putusan Peninjauan Kembali; atau b. Untuk SKPN dan SKPLB dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali. 204
  • 201. IMBALAN BUNGA atas SURAT KEPUTUSAN Pasal 27A ayat (1a) huruf a, b, dan c a. Untuk SKPKB dan SKPKBT dihitung sejak tanggal pembayaran yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya SK Pembetulan, SK Pengurangan Ketetapan Pajak, atau SK Pembatalan Ketetapan Pajak; b. Untuk SKPN dan SKPLB dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak sampai dengan diterbitkannya SK Pembetulan, SK Pengurangan Ketetapan Pajak, atau SK Pembatalan Ketetapan Pajak; atau c. Untuk STP dihitung sejak tanggal pembayaran yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya SK Pembetulan, SK Pengurangan Ketetapan Pajak, atau SK Pembatalan Ketetapan Pajak. 205
  • 202. IMBALAN BUNGA atas SANKSI ADMINISTRASI Pasal 27A ayat (2) (2) Imbalan bunga juga diberikan atas : * pembayaran lebih sanksi administrasi berupa DENDA Pasal 14 ayat (4) dan/atau BUNGA Pasal 19 ayat (1) berdasarkan SK Pengurangan Sanksi Administrasi atau SK. Penghapusan Sanksi Administrasi akibat diterbitkan : - SK Keberatan, Putusan Banding, atau - Putusan Peninjauan Kembali, yang mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan Wajib Pajak. 206
  • 203. 207
  • 204. 208
  • 205. PEMBUKUAN Pasal 1 Angka 29 SUATU PROSES PENCATATAN YANG DILAKUKAN SECARA TERATUR UNTUK MENGUMPULKAN DATA DAN INFORMASI KEUANGAN YANG MELIPUTI : 1. HARTA, 2. KEWAJIBAN, 3. MODAL, 4. PENGHASILAN, dan 5. BIAYA, serta 6. JUMLAH PEROLEHAN dan PENYERAHAN BARANG atau JASA, YANG DITUTUP DENGAN MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN BERUPA NERACA, DAN LAPORAN LABA RUGI UNTUK PERIODE TAHUN PAJAK TERSEBUT. 209
  • 206. WAJIB PEMBUKUAN Pasal 28 ayat (1) Wajib Pajak Orang Pribadi yang :  melakukan kegiatan usaha, atau  pekerjaan bebas, dan  Wajib Pajak BADAN di Indonesia WAJIB MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN 210
  • 207. TIDAK WAJIB PEMBUKUAN tetapi WAJIB PENCATATAN Pasal 28 ayat (2) Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan PEMBUKUAN, tetapi WAJIB melakukan PENCATATAN, adalah • WP ORANG PRIBADI yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, dan • WP ORANG PRIBADI yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. 211
  • 208. 212 PENGGUNAAN NORMA PENGHITUNGAN Pasal 14 ayat (2,3,4) UU PPh, jo. PMK-01/PMK.03/2007 Norma Penghitungan Penghasilan Neto HANYA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI SYARAT Pencatatan * Peredaran bruto dalam satu tahun kurang dari Rp 1.800.000.000 1 Jan 2008 * Peredaran bruto dalam satu tahun kurang dari Rp 4.800.000.000 1 Jan 2009 * Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari Tahun Pa-jak Ybs. Apabila tidak memberitahukan, di-anggap memilih Pembukuan * Wajib menyelenggarakan Pencatatan
  • 209. SYARAT PEMBUKUAN Pasal 28 ayat (3), (4), (5), (6), dan (7) (3) Harus memperhatikan IKTIKAD BAIK dan mencerminkan KEADAAN atau KEGIATAN USAHA YANG SEBENARNYA. (4) Harus DISELENGGARAKAN DI INDONESIA dengan menggunakan HURUF LATIN, ANGKA ARAB, satuan MATA UANG RUPIAH, dan disusun dalam BAHASA INDONESIA atau dalam BAHASA ASING yang DIIZINKAN oleh Menteri Keuangan. (5) Diselenggarakan dengan PRINSIP TAAT ASAS dan dengan STELSEL AKRUAL atau STELSEL KAS. (6) Perubahan terhadap METODE PEMBUKUAN dan/atau TAHUN BUKU harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak. (7) Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai HARTA, KEWAJIBAN, MODAL, PENGHASILAN dan BIAYA, serta PENJUALAN dan PEMBELIAN sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang. 213
  • 210. PEMBUKUAN BAHASA ASING Pasal 28 ayat (8) Pembukuan dengan menggunakan BAHASA ASING dan MATA UANG selain RUPIAH dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan. PMK Nomor: 196/PMK.03/2007 214
  • 211. PENCATATAN Pasal 28 ayat (9) PENCATATAN terdiri atas : – data yang dikumpulkan secara teratur tentang PEREDARAN atau PENERIMAAN BRUTO, dan/atau – PENGHASILAN BRUTO sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan OBJEK PAJAK dan/atau yang dikenai pajak yang BERSIFAT FINAL. 215
  • 212. PENYIMPANAN BUKU, CATATAN, dan DOKUMEN Pasal 28 ayat (11) BUKU, CATATAN, dan DOKUMEN yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi on-line WAJIB DISIMPAN SELAMA 10 TAHUN di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak badan. 216
  • 213. PEMERIKSAAN Pasal 1 Angka 25 SERANGKAIAN KEGIATAN MENGHIMPUN dan MENGOLAH : • DATA, • KETERANGAN, dan/atau • BUKTI, yang DILAKSANAKAN secara OBYEKTIF dan PROFESIONAL BERDASARKAN SUATU STANDAR PEMERIKSAAN untuk : • MENGUJI KEPATUHAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN,dan/atau • TUJUAN LAIN DALAM RANGKA MELAKSANAKAN KETENTUAN PER-UU-AN PERPAJAKAN. 217
  • 214. WEWENANG DIRJEN PAJAK dalam rangka PEMERIKSAAN Pasal 29 ayat (1) dan (2) (1) Direktur Jenderal Pajak BERWENANG melakukan PEMERIKSAAN untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (2) Untuk keperluan pemeriksaan, petugas pemeriksa harus memiliki tanda pengenal pemeriksa dan dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan serta memperlihatkannya kepada Wajib Pajak yang diperiksa. 218
  • 215. KEWAJIBAN WP yang DIPERIKSA Pasal 29 ayat (3) (3) WAJIB PAJAK yang DIPERIKSA WAJIB: a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak; b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau c. memberikan keterangan lain yang diperlukan. 219
  • 216. JANGKA WAKTU PERMINTAAN DOKUMEN Pasal 29 ayat (3a) (3a) Buku, catatan, dan dokumen, serta data, informasi, dan keterangan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (3) WAJIB dipenuhi oleh Wajib Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak permintaan disampaikan. 220
  • 217. PENGHASILAN KENA PAJAK secara JABATAN Pasal 29 ayat (3b) (3b) Dalam hal WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sehingga tidak dapat dihitung besarnya penghasilan kena pajak, penghasilan kena pajak tersebut dapat dihitung secara jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 221
  • 218. KERAHASIAAN WP DITIADAKAN dalam rangka PEMERIKSAAN Pasal 29 ayat (4) (4) Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakannya, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan. 222
  • 219. WP BADAN yang DINYATAKAN EFEKTIF oleh BAPEPAM Pasal 29A Terhadap WP BADAN yang pernyataan pendaftaran emisi sahamnya telah dinyatakan efektif oleh BAPEPAM dan menyampaikan SPT dengan dilampiri Laporan Keuangan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian yang : a. SPT Tahunan Wajib Pajak menyatakan lebih bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B; atau b. terpilih untuk diperiksa berdasarkan analisis risiko, dapat dilakukan pemeriksaan melalui PEMERIKSAAN KANTOR. 223
  • 220. PENYEGELAN Pasal 30 ayat (1) (1) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan PENYEGELAN tempat atau ruangan tertentu serta barang bergerak dan/atau tidak bergerak apabilaWajib Pajak tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) huruf b. 224
  • 221. TATA CARA PEMERIKSAAN Pasal 31 ayat (1) dan (2) (1) Tata cara pemeriksaan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (2) Tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di antaranya mengatur tentang pemeriksaan ulang, jangka waktu pemeriksaan, kewajiban menyampaikan surat pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak, dan hak Wajib Pajak untuk hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang ditentukan. 225
  • 222. KEWAJIBAN DIRJEN PAJAK MENYAMPAIKAN SPHP PKP JABATAN Pasal 31 ayat (3) (3) Apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) sehingga penghitungan penghasilan kena pajak dilakukan secara jabatan, Direktur Jenderal Pajak wajib menyampai kan surat pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak dan memberikan hak kepada Wajib Pajak untuk hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang ditentukan. 226
  • 223. 227
  • 224. WAKIL WAJIB PAJAK Pasal 32 ayat (1) (1) Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, Wajib Pajak diwakili dalam hal : a. BADAN oleh PENGURUS; b. BADAN yang dinyatakan PAILIT oleh KURATOR; c. BADAN dalam PEMBUBARAN oleh orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan pemberesan; d. BADAN dalam LIKUIDASI oleh LIKUIDATOR; e. suatu WARISAN yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya, pelaksana wasiatnya atau yang mengurus harta peninggalannya; atau f. ANAK yang belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampuan oleh WALI atau PENGAMPUNYA. 228
  • 225. TANGGUNG JAWAB WAKIL Pasal 32 ayat (2) Wakil bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara renteng atas pembayaran pajak yang terutang, kecuali apabila dapat membuktikan dan meyakinkan Direktur Jenderal Pajak bahwa mereka dalam kedudukannya benar-benar tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas pajak yang terutang tersebut. 229
  • 226. KUASA WAJIB PAJAK Pasal 32 ayat (3) (3) Orang pribadi atau badan dapat menunjuk SEORANG KUASA dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 230
  • 227. PERSYARATAN KUASA Pasal 32 ayat (3a) (3a) Persyaratan serta pelaksanaan hak dan kewajiban KUASA sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. PMK Nomor: 22/PMK.03/2008 231
  • 228. PENGERTIAN PENGURUS Pasal 32 ayat (4) (4) Termasuk dalam pengertian PENGURUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut menentukan kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan dalam menjalankan perusahaan. 232
  • 229. PIHAK-PIHAK yang WAJIB MEMBERIKAN KETERANGAN Pasal 35 ayat (1) (1) Apabila dalam menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperlukan KETERANGAN atau BUKTI dari BANK, AKUNTAN PUBLIK, NOTARIS, KONSULTAN PAJAK, KANTOR ADMINISTRASI, dan/atau pihak ketiga lainnya, yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang dilakukan pemeriksaan pajak, penagihan pajak, atau penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, atas permintaan tertulis dari Direktur Jenderal Pajak, pihak-pihak tersebut WAJIB memberikan keterangan atau bukti yang diminta. 233
  • 230. KEWAJIBAN MERAHASIAKAN DITIADAKAN Pasal 35 ayat (2) (2) Dalam hal pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terikat oleh KEWAJIBAN MERAHASIAKAN, untuk keperluan pemeriksaan, penagihan pajak, atau penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, kewajiban merahasiakan tersebut ditiadakan, kecuali untuk bank, kewajiban merahasiakan ditiadakan atas permintaan tertulis dari Menteri Keuangan. 234
  • 231. WAJIB MEMBERIKAN DATA dan INFORMASI Pasal 35A ayat (1) (1) Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain, wajib memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2). 235
  • 232. DATA dan INFORMASI TIDAK MENCUKUPI Pasal 35A ayat (2) (2) Dalam hal data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) TIDAK MENCUKUPI, Direktur Jenderal Pajak berwenang menghimpun data dan informasi untuk kepentingan penerimaan negara yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2). 236
  • 233. PENGURANGAN atau PENGHAPUSAN SANKSI dan/atau KETETAPAN PAJAK Pasal 36 ayat (1) (1) Direktur Jenderal Pajak karena JABATAN atau atas PERMOHONAN WAJIB PAJAK dapat: a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya; b. mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar; c. mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 yang tidak benar; atau d. membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa: 1. penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau 2. pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak. 237
  • 234. PENGAJUAN PERMOHONAN Pasal 36 ayat (1a) dan (1b) (1a) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 2 (dua) kali. (1b) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak 1 (satu) kali. 238
  • 235. KEPUTUSAN PERMOHONAN Pasal 36 ayat (1c) dan (1d) (1c) Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, harus memberi keputusan atas permohonan yang diajukan. (1d) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1c) telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap dikabulkan. 239
  • 236. KETERANGAN TERTULIS Pasal 36 ayat (1e) (1e) Apabila diminta oleh Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak WAJIB memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1c). 240
  • 237. PENGURANGAN atau PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI Pasal 37A ayat (1) (1) Wajib Pajak yang menyampaikan pembetulan SPT Pajak Penghasilan sebelum Tahun Pajak 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah berlakunya Undang-Undang ini, dapat diberikan PENGURANGAN atau PENGHAPUSAN sanksi administrasi berupa BUNGA atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. 241
  • 238. WP OP yang MENDAFTAR NPWP SECARA SUKARELA Pasal 37A ayat (2) (2) Wajib Pajak ORANG PRIBADI yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama 1 (satu) tahun setelah berlakunya Undang-Undang ini diberikan penghapusan sanksi administrasi atas PAJAK yang tidak atau kurang dibayar untuk Tahun Pajak sebelum diperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan tidak dilakukan pemeriksaan pajak, kecuali terdapat data atau keterangan yang menyatakan bahwa Surat Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak tidak benar atau menyatakan lebih bayar. 242
  • 239. ALPA Pasal 38 Setiap orang yang karena kealpaannya: a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A, DIDENDA paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun. 243
  • 240. SENGAJA Pasal 39 ayat (1) Setiap orang yang dengan SENGAJA: a. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP; b. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP; c. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; d. menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap; e. menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29; f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya; 244
  • 241. SENGAJA Pasal 39 ayat (1) g. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain; h. tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yg dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on-line; atau i. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan PIDANA PENJARA paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan DENDA paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. 245
  • 242. MENGULANGI TINDAK PIDANA SEBELUM 1 TAHUN Pasal 39 ayat (2) (2) Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan. 246
  • 243. PERCOBAAN Pasal 39 ayat (3) Setiap orang yang melakukan PERCOBAAN untuk melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, atau menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak, DIPIDANA dengan PIDANA PENJARA paling singkat 6 bulan dan paling lama 2 tahun dan DENDA paling sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan paling banyak 4 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan. 247
  • 244. SENGAJA Pasal 39A Setiap orang yang dengan SENGAJA: a. menerbitkan dan/atau menggunakan FAKTUR PAJAK, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya; atau b. menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dipidana dengan PIDANA PENJARA paling singkat 2 tahun dan paling lama 6 tahun serta DENDA paling sedikit 2 kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak dan paling banyak 6 kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak. 248
  • 245. SENGAJA TIDAK MEMBERI KETERANGAN Pasal 41A Setiap orang yang wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta sbgmn dimaksud dalam Pasal 35 tetapi dengan SENGAJA tidak memberi keterangan atau bukti, atau memberi keterangan atau bukti yang tidak benar dipidana dengan PIDANA KURUNGAN paling lama 1 (satu) tahun dan DENDA paling banyak Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah). 249
  • 246. SENGAJA MENGHALANGI PENYIDIKAN Pasal 41B Setiap orang yang dengan SENGAJA menghalangi atau mempersulit penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan dipidana dengan PIDANA PENJARA paling lama 3 (tiga) tahun dan DENDA paling banyak Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah). 250
  • 247. SENGAJA TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PASAL 35A ayat (1) Pasal 41C ayat (1) (1) Setiap orang yang dengan SENGAJA tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (1) dipidana dengan PIDANA KURUNGAN paling lama 1 (satu) tahun atau DENDA paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 251
  • 248. SENGAJA TIDAK TERPENUHI KEWAJIBAN PIHAK LAIN Pasal 41C ayat (2) (2) Setiap orang yang dengan SENGAJA menyebabkan tidak terpenuhinya kewajiban pejabat dan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (1) dipidana dengan PIDANA KURUNGAN paling lama 10 bulan atau DENDA paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah). 252
  • 249. SENGAJA TIDAK MEMBERIKAN DATA dan INFORMASI Pasal 41C ayat (3) (3) Setiap orang yang dengan SENGAJA tidak memberikan data dan informasi yang diminta oleh Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (2) dipidana dengan PIDANA KURUNGAN paling lama 10 (sepuluh) bulan atau DENDA paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah). 253
  • 250. MENYALAHGUNAKAN DATA dan INFORMASI Pasal 41C ayat (4) (4) Setiap orang yang dengan SENGAJA menyalahgunakan data dan informasi perpajakan sehingga menimbulkan kerugian kepada negara dipidana dengan PIDANA KURUNGAN paling lama 1 (satu) tahun atau DENDA paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 254