Dokumen tersebut membahas ketentuan umum dan tata cara perpajakan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 dan perubahannya, termasuk mengatur tentang definisi wajib pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak, tempat pendaftaran wajib pajak, dan persyaratan untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak."
4. Perkembangan UU KUP
Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan mulai
berlaku 1 Januari 1984 dengan Perubahan:
• Pertama UU Nomor 9 Tahun 1994 1 Januari 1995
• Kedua UU Nomor 16 Tahun 2000 1 Januari 2001
• Ketiga UU Nomor 28 Tahun 20071 Januari 2008
• Keempat UU Nomor 16 Tahun 2009 25 Maret 2009
4
5. PENGERTIAN PAJAK
PAJAK adalah
Kontribusi Wajib kepada Negara
Terutang oleh Orang Pribadi atau Badan
Sifatnya memaksa berdasarkan Undang-undang
Tidak mendapatkan Imbalan secara Langsung
Digunakan untuk Keperluan Negara bagi sebesar-
Besarnya Kemakmuran Rakyat
5
7. Undang-undang No 6 Tahun 1983 stdtd
Undang-undang No 16 Tahun 2009
tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (KUP)
Mengatur Ketentuan Formal bagi:
• PPh
• PPN / PPnBM
• P B B
• BPHTB
• PPSP
• Pajak lainnya yg
mengacu UU ini
7
9. Apakah yang dimaksud dengan
Wajib Pajak ?
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan,
meliputi pembayar pajak, pemotong pajak,
dan pemungut pajak, yang mempunyai hak
dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
9
Pasal 1 angka 2
10. WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI BADAN
PEMBAYAR
PAJAK
PEMUNGUT
PAJAK
MELIPUTI
PEMOTONG
PAJAK
YANG MEMPUNYAI HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN
SESUAI DENGAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN
PERPAJAKAN
10
11. Apa yang dimaksud dengan
Nomor PokokWajib Pajak (NPWP) ?
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor
yang diberikan kepada Wajib Pajak
sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai
tanda pengenal diri atau identitas Wajib
Pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya.
11
12. BADAN
Sekumpulan ORANG dan/atau MODAL yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi:
PERSEROAN TERBATAS
PERSEROAN KOMANDITER
PERSEROAN LAINNYA
BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun
Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan,
Yayasan, Ormas, Orsospol, atau Organisasi Lainnya, Lembaga dan
bentuk badan lainnya termasuk Kontrak Investasi Kolektif dan BUT
12
13. PENGUSAHA
ORANG PRIBADI atau BADAN dalam bentuk apapun yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya:
MENGHASILKAN BARANG
MENGIMPOR BARANG
MENGEKSPOR BARANG
MELAKUKAN USAHA PERDAGANGAN
MEMANFAATKAN BARANG TIDAK BERWUJUD
DARI LUAR DAERAH PABEAN
MELAKUKAN USAHA JASA
MEMANFAATKAN JASA DARI LUAR DAERAH PABEAN
13
14. PENGUSAHA KENA PAJAK
PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PENYERAHAN
YANG DIKENAI PAJAK BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 1984
DAN PERUBAHANNYA
BARANG
KENA
PAJAK
JASA
KENA
PAJAK
14
15. Wajib Pajak yang Diwajibkan untuk
mempunyai NPWP
• Orang Pribadi yang mempunyai
Penghasilan diatas PTKP
• Badan Usaha dalam segala bentuk
termasuk BUT
• Bendaharawan pemerintah pusat/daerah
(Pembayar, Pemungut dan Pemotong
Pajak)
15
16. Apa saja fungsi NPWP dan Nomor Pokok
Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) ?
Fungsi dari Nomor Pokok Wajib Pajak:
• Untuk mengetahui identitas Wajib pajak;
• Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan
dalam pengawasan administrasi perpajakan;
• Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen
perpajakan;
• Untuk memenuhi kewajiban perpajakan, misalnya dalam
pengisian SSP;
• Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi
tertentu yang mewajibkan pencantuman NPWP dalam
dokumen yang diajukan. Misal : Dokumen Impor PIB ,PEB
• Setiap WP hanya diberikan satu NPWP
16
17. Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan wajib mendaftarkan diri
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi:
– tempat tinggal atau
– tempat kedudukan
dan kepadanya diberikan NPWP.
DimanaWajib Pajak dapat mendapatkan NPWP?
17
Wajib Pajak
Domisili = sesuai KTP, selalu berada
18. WAJIB PAJAK
KEWAJIBAN KEWAJIBAN OBJEKTIF
SUBJEKTIF
Wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP
Subjektif orang tersebut memenuhi kriteria sebagai Subjek Pajak, baik
Subjek Pajak Dalam Negeri atau Subjek Pajak Luar Negeri
Objektif orang tersebut memiliki penghasilan yang dapat dikenai pajak
18
19. 19
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 80 TAHUN 2007
Setiap WP yang
telah memenuhi
persyaratan
subjektif dan
objektif
WAJIB
Daftar ke KPP
Wilayah kerja
WP
NPWP
wanita kawin hidup
terpisah berdasarkan
keputusan
hakim/perjanjian
pemisahan penghasilan
dan harta
wanita kawin memenuhi
syarat subjektif & Objektif,
tdk hidup terpisah, tdk
pisah harta
Ingin..?
Dapat daftar
NPWP
suami
Haris/KUP A/TaxSys
20. KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI
Pasal 2 ayat (1)
SETIAP WAJIB PAJAK YANG TELAH MEMENUHI PERSYARATAN
SUBJEKTIF
WAJIB MENDAFTARKAN DIRI PADA
KANTOR DIREKTORAT JENDERAL PAJAK YANG WILAYAH KERJANYA
TEMPAT
TINGGAL
TEMPAT
KEDUDUKAN
MELIPUTI:
OBJEKTIF
DIBERIKAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
20
21. DimanaWajib Pajak dapat mendapatkan NPWP
dan atau tempat pelaporan bagi Pengusaha
Tertentu?
• Tempat pendaftaran Wajib Pajak/pelaporan
Pengusaha Tertentu:
Seluruh WP BUMN dan WP BUMD di wilayah
DKI Jakarta: di KPP BUMN Jakarta;
• WP PMA tidak Go Public:
di KPP PMA, kecuali yang telah terdaftar di
KPP lama dan WP PMA di Kawasan Berikat
dengan permohonan diberikan kemudahan
mendaftar di KPP setempat;
21
22. Dimana Wajib Pajak dapat mendapatkan NPWP dan
atau tempat pelaporan bagi Pengusaha Tertentu?...
lanjutan
• WP Badan dan Orang Asing: di KPP Badora;
• WP Go Public: di KPP Perusahaan Masuk Bursa
(Go Public), kecuali WP BUMN/BUMD serta WP
PMA yang berkedudukan di kawasan berikat;
• WP BUMD di luar DKI Jakarta: di KPP setempat;
• Untuk WP BUMN/BUMD, PMA, Badora, Go
Public di luar DKI Jakarta, khusus PPh
Pemotongan/Pemungutan dan PPN/PPnBM: di
KPP tempat cabang atau kegiatan usaha.
22
23. TEMPAT PENDAFTARAN
WAJIB PAJAK
Pasal 2 ayat (1) dan ayat (3), PMK No 20/PMK.03/2008,
PER-44/PJ./2008
WAJIB PAJAK
Orang Pribadi Badan Pembayar,Pemu
ngut, Pemotong
OP Pengusaha
Tertentu
Kantor Pelayanan Perpajakan
Tempat Tinggal, Tempat
Kedudukan dan Tempat
kegiatan Usaha
Tempat Kedudukan dan
Tempat kegiatan Usaha
23
24. Tempat Pendaftaran Wajib Pajak
NO WAJIB PAJAK KPP/KP4/KP2KP DASAR HUKUM KEWAJIBAN PAJAK
24
1 Orang Pribadi Tempat
tinggal/tempat
kedudukan WP
Pasal 2 ayat 1 UU
KUP
a. PPh Pasal 25/OP
b. PPN dan PPnBM
c. PPh Psl 21/22/23/26
d. PPh pasal 4 (2)
2 Badan Tempat
kedudukan/tempat
kegiatan usaha
WP
Pasal 2 ayat 1 UU
KUP
a. PPh Badan
b. PPN dan PPnBM
c. PPh Psl 21/22/23/26
d. PPh PS 4 (2)
e. PPh Ps 15
3 Cabang, atau
perwakilan dari
orang pribadi
Tempat kegiatan
usaha WP
dilakukan
Pasal 2 ayat 2 UU
KUP
a. PPN dan PPnBM
b. PPh Ps
21/22/23/26
4 Tempat
Pendaftaran
WP tertentu
KEP-515/PJ./2000 tentang Tempat Pendaftaran Bagi Wajib
PajakTertentu sebagaimana telah diubah dengan KEP-
67/PJ./2004
25. Apa saja persyaratan yang harus
dipenuhi untuk memperoleh NPWP?
Syarat-syarat untuk memperoleh NPWP:
a. Untuk WP Orang Pribadi Non-Usahawan:
Fotocopy KTP/Kartu Keluarga/SIM/Paspor.
b. Untuk WP Orang Pribadi Usahawan:
Fotocopy KTP/Kartu Keluarga/SIM/Paspor;
Fotocopy Surat Izin Usaha atau Surat
Keterangan Tempat Usaha dari instansi yang
berwenang.
26
26. Apa saja persyaratan yang harus
dipenuhi untuk memperoleh NPWP?
c. Untuk WP Badan:
Fotocopy akte pendirian;
Fotocopy KTP salah seorang pengurus;
Fotocopy Surat Izin Usaha atau Surat Keterangan Tempat
Usaha dari instansi yang berwenang.
d. Untuk Bendaharawan sebagai Pemungut/Pemotong:
Fotocopy surat penunjukan sebagai bendaharawan;
Fotocopy tanda bukti diri KTP/Kartu
Keluarga/SIM/Paspor.
e. Apabila WP pemohon berstatus cabang, maka harus
melampirkan fotocopy kartu NPWP atau Bukti
Pendaftaran WP Kantor Pusatnya. Apabila permohonan
ditandatangani oleh orang lain, perlu dilengkapi surat
kuasa.
27
27. Dalam hal apa kelengkapan formulir
pendaftaranWajib Pajak dianggap sah ?
Fotocopy sebagai kelengkapan formulir
pendaftaran WP tersebut di atas harus
disahkan oleh Petugas Pendaftaran WP kecuali
dalam hal pendaftaran dilakukan melalui pos,
maka fotocopy harus disahkan oleh
pejabat/instansi yang berwenang.
28
28. Jangka waktu pendaftaran NPWP?
Pasal 2 UU KUP jo PER-44/PJ/2008
a. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan
usaha atau melakukan pekerjaan bebas
termasuk Wajib Pajak orang pribadi
pengusaha tertentu dan Wajib Pajak badan,
wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP paling lama 1 (satu) bulan setelah saat
usaha mulai dijalankan.
29
29. Lanjutan..
• Wajib Pajak orang pribadi yang tidak
menjalankan usaha atau tidak melakukan
pekerjaan bebas, apabila jumlah penghasilannya
sampai dengan suatu bulan yang disetahunkan
telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak,
wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP paling lama pada akhir bulan berikutnya.
• Wajib Pajak orang pribadi selain Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud tersebut diatas dapat
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP.
30
30. Siapa yang wajib dikukuhkan
sebagai PKP ?
WPOP
WP Badan
Yang memenuhi ketentuan
sebagai Pengusaha yang
dikenakan PPN sesuai UU PPN
Wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai PKP
Untuk mengetahui identitas PKP
melaksanakan hak dan
kewajiban di bidang PPN
31
31. Kapan melaporkan usaha
(Pengukuhan PKP)
Sblm melakukan
penyerahan
BKP/JKP
WPOP yang menjalankan
usaha/pekerjaan bebas
WP Badan
Pengusaha Kecil
Paling lambat
Pada akhir masa
Pajak berikutnya
Setelah omzet
> 600 juta
32
32. JANGKA WAKTU PENDAFTARAN NPWP DAN
Sebelum penyerahan BKP/JKP
Paling lama akhir bulan
berikut setelah s/d suatu
masa dalam tahun buku nilai
peredaran usaha melebihi
batasan Pengusaha Kecil
Paling lambat 1 bulan setelah
saat usaha mulai dijalankan
Paling lambat pada akhir bulan
berikutnya apabila sampai dengan
suatu bulan dalam satu tahun buku
memperoleh penghasilan yang
melebihi PTKP
WP BADAN / OP
Usahawan
WP OP Non
Usahawan
PELAPORAN PPKP
Pasal 2 ayat (5) UU KUP jo. PER-161/PJ./2001 jo PER-44/PJ./2008
NPWP PPKP
33
Bendaharawan
Paling lambat pada 1 bulan sejak SK
pengangkatan Bendaharawan Proyek
atau 1 bulan u bendaharawan Rutin sejak
kantor berdiri
33. Berapa lama Proses Pembuatan NPWP dan
NPPKP?
Untuk NPWP paling lama 1 (satu) hari
kerja
Untuk SPPKP paling lama 5 (tiga)
hari kerja
34
34. Contoh KARTU NPWP
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
NPWP : 24.088.623.4-627.000
HARIS BUDI SETIAWAN
DUSUN JAJANGSURAT UTARA RT01/RW01
KARANG BENDO-ROGOJAMPI
BANYUWANGI-JAWA TIMUR
TGL TERDAFTAR : 06-02-2007
Jenis WP Nomor WP
Self Checking digit Kode KPP Status WP
35
35. Contoh KARTU NPWP
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
NPWP : 24.088.623.4-008.000
HARIS BUDI SETIAWAN
Duren Sawit
TGL TERDAFTAR : 06-02-2007
Jenis WP Nomor WP
Self Checking digit Kode KPP Status WP
36
37. Dalam hal apakah NPWP diterbitkan
secara jabatan ?
Apabila Orang Pribadi atau Badan yang
telah memenuhi syarat sebagai WP/PKP
tetapi tidak mendaftarkan diri dan/atau
tidak melaporkan usahanya
Direktorat Jenderal Pajak dapat
menerbitkan NPWP secara jabatan
Pemeriksaan
Pasal 2 ayat (4)
38
38. Penerbitan NPWP dan PKP secara Jabatan
NPWP dan/atau
pengukuhan PKP
secara Jabatan
WP telah menenuhi persyaratan
objektif dan subjektif namun
tidak mau mendaftar
Pengusaha yang dikenai PPN
namun tidak melaporkan
usahanya
Kewajiban perpajakan bagi WP tersebut dimulai sejak
saat WP memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, paling lama 5 tahun sebelum diterbitkannya
NPWP dan/atau dikukuhkannya sebagai PKP.
39
39. Bagaimana cara perubahan data
Wajib Pajak
Tatacara pembetulan data Wajib Pajak:
a. Mengisi Formulir Perubahan Data dan Wajib
Pajak Pindah dan/atau Formulir Perubahan Data
dan PKP Pindah KPP/KP4/KP2KP
b. Berdasarkan permohonan tersebut:
a) KPP menerbitkan Kartu NPWP dan SKT dan/atau
SPPKP paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung
sejak permohonan diterima secara lengkap; atau
b) KP4/KP2KP memberikan Bukti Penerimaan Surat.
PER-44/PJ/2008
40
40. WAJIB PAJAK PINDAH ALAMAT
PER-44/PJ/2008
Wajib Pajak
Formulir Perubahan Data danWajib Pajak Pindah dan/atau
Formulir Perubahan Data dan PKP Pindah.
• KPP LAMA
Menerbitkan Surat
Pindah kepada Wajib
Pajak tembusan ke
KPP Baru
• KPP BARU
- Meneruskan permohonan
pindah WP ke KPP lama maks
1 hari kerjalengkap
- Menerbitkan Kartu NPWP dan
SKT dan/atau SPPKP paling
lama 1 (satu) hari kerja
(menggunakan nomor lama
dengan mengganti kode KPP
Baru)
41
41. Apakah persyaratan yang harus dipenuhiWajib
Pajak untuk menghapus dan mencabut NPWP ?
Syarat penghapusan dan pencabutan NPWP:
a. WP meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan,
disyaratkan adanya fotocopy akte/laporan kematian
dari instansi yang berwenang;
b..Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan
harta dan penghasilan disyaratkan adanya surat
nikah/akte perkawinan dari catatan sipil;
c. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai
Subyek Pajak apabila sudah selesai dibagi disyaratkan
adanya keterangan tentang selesainya warisan
tersebut dibagi oleh para ahli waris;
42
42. Syarat penghapusan dan pencabutan
NPWP: lanjutan…
d. WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi,
disyaratkan adanya akte pembubaran yang dikukuhkan
dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang;
e. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal
kehilangan statusnya sebagai BUT, disyaratkan adanya
permohonan WP yang dilampiri dokumen yang mendukung
bahwa BUT tersebut tidak memenuhi syarat lagi untuk
dapat digolongkan sebagai WP;
f. WP Orang Pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi
sebagai WP.
g. Untuk Bendaharawan proyek proyek sudah selesai
untuk Bendaharawan Rutin Kantor sudah ditutup
43
43. KEPUTUSAN atas PERMOHONAN
PENGHAPUSAN NPWP
Pasal 2 ayat (7) Jo PMK-20/PMK.03/2008
DIREKTUR JENDERAL PAJAK SETELAH MELAKUKAN
PEMERIKSAAN
HARUS MEMBERIKAN KEPUTUSAN ATAS PERMOHONAN
PENGHAPUSAN NPWP DALAM JANGKA WAKTU
6 BULAN 12 BULAN
WP BADAN
WP OP
SEJAK PERMOHONAN DITERIMA SECARA LENGKAP
44
44. PENCABUTAN PENGUKUHAN PKP
Pasal 2 ayat (8)
DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAPAT MELAKUKAN
PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK
PERMOHONAN
WP
JABATAN
PEMERIKSAAN /
VERIFIKASI
6 BULAN
KEPUTUSAN
45
45. Perubahan data Wajib Pajak untuk dapat
dilakukan perubahan data Wajib Pajak ?
Hal-hal yang yang berkenaan dengan perubahan data
Wajib Pajak:
a. Perbaikan data karena kesalahan data hasil komputer;
b. Perubahan nama WP karena penggantian nama,
disyaratkan adanya keterangan dari instansi yang
berwenang;
c. Perubahan alamat WP karena perpindahan tempat tinggal;
d. Perubahan NPWP karena adanya kesalahan nomor
(misalnya NPWP cabang tidak sama dengan NPWP Pusat);
e. Perubahan status usaha WP dilampiri pernyataan tertulis
dari WP atau fotocopy akte perubahan
46
46. Hal-hal yang yang berkenaan dengan
perubahan data Wajib Pajak:
f. Perubahan jenis usaha karena ada perubahan
kegiatan usaha WP;
g. Perubahan bentuk Badan;
h. Perubahan jenis pajak karena sesuatu hal
yang mengakibatkan kewajiban jenis pajaknya
berubah;
i. Penghapusan NPWP dan/atau pencabutan
NPPKP karena dipenuhinya persyaratan yang
ditentukan;
47
47. WAJIB PAJAK NON EFEKTIF
• WP yang meninggal dunia yang belum
diterima pemberitahuan secara tertulis secara
resmi dari ahli warisnya sehingga masih
terdaftar;
• WP Badan yang tidak lagi melakukan kegiatan
usaha tetapi belum dibubarkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
• WP yang tidak diketahui alamatnya.
48
48. Sanksi bagi yang Tidak Daftar dan
Lapor sebagai Wajib Pajak & PKP
• Penetapan NPWP dan PKP secara Jabatan
• Sanksi administrasi berupa bunga dan
denda tergantung pelanggarannya
49
49. SANKSI
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP
atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara
pidana penjara
6 bulan - 6 tahun
denda 2 – 4 kali jumlah
pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar
*Berdasarkan Pasal 39 UU KUP
50
51. Apa saja kewajibanWajib Pajak setelah
memperoleh NPWP/ NPPKP ?
a. Kewajiban sehubungan dengan Pajak
Penghasilan (PPh);
b. Kewajiban sehubungan dengan Pajak
Pertambahan Nilai/Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah (PPN & PPnBM);
c. Pembukuan/Pencatatan.
52
52. Apa saja kewajibanWajib Pajak
Sehubungan dengan Pajak Penghasilan ?
a. SPT Masa;
b. SPT Tahunan (Badan/OP);
c. Pelunasan utang pajak yang tercantum
dalam “surat ketetapan Pajak dan
surat keputusan lainnya.
53
53. Apakah kewajibanWajib Pajak yang berkaitan
dengan Pajak Pertambahan Nilai/Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah ?
a. Melakukan pembayaran/penyetoran
PPN/PPnBM yang telah dipungut;
b. Membuat faktur Pajak;
c. Mengisi SPT masa PPN dan melaporkan ke
KPP.
54
55. Dengan apa WP melakukan Pelaporan
Pajak?
Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat yang oleh WP digunakan untuk
melaporkan Penghitungan dan/atau
Pembayaran Pajak, Obyek Pajak dan/atau
bukan Obyek Pajak dan/atau Harta dan
Kekayaan
56
56. Jenis SPT
a. SPT Masa UNTUK SUATU MASA PAJAK
• SPT Masa Pajak Penghasilan
– PPh Pasal 4 (2)
– PPh Pasal 15
– PPh Pasal 22
– PPh Pasal 21/26
– PPh Pasal 23/26
• SPT Masa PPN
– PPN dan PPnBM 1111 dan 1107 Put
– PPN dan PPnBM 1111 DM
57
57. Lanjutan..
b. SPT Tahunan UNTUK SUATU TAHUN PAJAK
ATAU BAGIAN TAHUN PAJAK
– SPT Tahunan PPh Badan 1771 Rp dan $
– SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
• 1770
• 1770S
• 1770SS
– SPT Tahunan PPh Pasal 21-- 1721 s.d tahun
2008
58
58. FUNGSI SPT PPh
Penjelasan Pasal 3 ayat (1)
SEBAGAI SARANA UNTUK
1. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang
2. Melaporkan tentang :
- Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan
atau pemungutan pihak lain dalam suatu Tahun Pajak
atau Bagian Tahun Pajak;
- Penghasilan yang merupakan Obyek dan Bukan
Obyek Pajak;
- Harta dan Kewajiban;
- Pembayaran dari Pemotong/Pemungut tentang
pemotongan atau pemungutan dalam suatu Masa
Pajak
59
59. FUNGSI SPT PPN
Pasal 3 ayat (1)
SEBAGAI SARANA UNTUK :
1. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah PPN/PPnBM yang
sebenarnya terutang, dan
2. Melaporkan tentang :
- Pengkreditan PM terhadap PK;
- Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri oleh PKP dan/ atau
melalui pihak lain dalam satu masa pajak;
- Melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pajak yang dipotong atau dipungut dan
disetorkan (bagi pemotong atau pemungut)
60
60. KEWAJIBAN PEMENUHAN SPT
Pasal 3 ayat 1), (2), (3) dan (7).
WAJIB PAJAK
• MENGAMBIL SENDIRI
• MENGISI
• MENANDATANGANI SPT
• MENYAMPAIKAN
KPP/KP4/KP2KP
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN :
• SPT MASA : Paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak
• SPT TAHUNAN : Paling lambat tiga bulan setelah akhir tahun
pajak PPh OP
: Paling lambat 4 bulan setelah akhir tahun
pajak PPh Badan
SPT DISAMPAIKAN TETAPI TIDAK ATAU TIDAK SEPENUHNYA
MEMENUHI KETENTUAN (TIDAK LENGKAP), SPT DIANGGAP
TIDAK DISAMPAIKAN
61
61. KEWAJIBAN MENGISI SPT
Pasal 3 ayat (1)
SETIAP WAJIB PAJAK WAJIB MENGISI SPT dengan:
BENAR
JELAS
LENGKAP
DALAM BAHASA INDONESIA dengan menggunakan:
SATUAN MATA
UANG RUPIAH
HURUF LATIN ANGKA ARAB
MENANDATANGANI serta MENYAMPAIKANNYA ke KANTOR
DITJEN PAJAK TEMPAT WP TERDAFTAR atau DIKUKUHKAN atau
TEMPAT LAIN yang DITETAPKAN oleh DIRJEN PAJAK
62
62. KEWAJIBAN MENGISI SPT
Pasal 3 ayat (1a)
WAJIB PAJAK yang telah mendapat IZIN MENTERI KEUANGAN
untuk menyelenggarakan PEMBUKUAN dengan MENGGUNAKAN:
MATA UANG SELAIN RUPIAH
BAHASA ASING
WAJIB MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN
MATA UANG
SELAIN RUPIAH
PELAKSANAANNYA DIATUR DENGAN atau BERDASARKAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
PMK-196/PMK.03/2007
BAHASA
INDONESIA
63
63. PENANDATANGANAN SPT
Pasal 3 ayat (1b)
PENANDATANGAN SPT DAPAT DILAKUKAN
TANDA TANGAN
STEMPEL
TANDA TANGAN
ELEKTRONIK
YANG SEMUANYA MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM YANG SAMA
TATA CARA PELAKSANAANNYA
DIATUR DENGAN atau BERDASARKAN
SECARA
BIASA
DIGITAL
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 181/PMK.03/2007
64
64. WAJIB PAJAK KRITERIA TERTENTU
Pasal 3 ayat (3a) – (Memori Penjelasan)
jo. PER-182/PMK.03/2007
WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU, ANTARA LAIN WAJIB
PAJAK USAHA KECIL, DAPAT
1. MENYAMPAIKAN SPT MASA PPh PASAL 25 UNTUK BEBERAPA MASA PAJAK
SEKALIGUS DENGAN SYARAT PEMBAYARAN SELURUH PAJAK YANG WAJIB
DILUNASI MENURUT SPT MASA TERSEBUT DILAKUKAN SEKALIGUS, PALING
LAMA DALAM MASA PAJAK YANG TERAKHIR, DAN/ATAU
2. MENYAMPAIKAN SPT MASA SELAIN YANG DISEBUT PADA ANGKA 1, UNTUK
BEBERAPA MASA PAJAK SEKALIGUS DENGAN SYARAT PEMBAYARAN UNTUK
MASING-MASING MASA PAJAK DILAKUKAN SESUAI BATAS WAKTU UNTUK
MASA PAJAK YANG BERSANGKUTAN.
65
65. Batas waktu Pelaporan
a. PPh Pasal 25 selambat-lambatnya tgl 20 bulan berikutnya;
b. PPh Pasal 21 selambat-lambatnya tgl 20 bulan berikutnya;
c. PPh Pasal 21/26 & 23/26 selambat2-nya tgl 20 bln berikutnya;
d. PPh Pasal 22:
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai selambat-lambatnya tujuh hari
setelah batas waktu penyetoran berakhir.
Direktorat Jenderal Anggaran, Bendaharawan Pemerintah, BUMN/
BUMD, selambat-lambatnya 14 hari setelah masa pajak berakhir.
Badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, rokok, kertas,
baja, dan otomotif yang ditunjuk oleh Kepala KPP atas penjualan hasil
produksinya di dalam negeri, selambat-lambatnya 20 hari setelah masa
pajak berakhir.
Pertamina dan badan usaha lain selain Pertamina yang bergerak di
bidang bahan bakar minyak jenis premix dan gas dan atas penyerahan
gula pasir dan tepung terigu oleh BULOG, selambat-lambatnya tanggal
20 bulan berikutnya
66
66. SPT Tahunan PPh paling lama :
• Orang Pribadi 3 bulan setelah akhir tahun
pajak
• Badan 4 bulan setelah akhir tahun pajak
67
Batas waktu Pelaporan
67. BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
SPT
SPT MASA SPT Th. PPh OP SPT Th. PPh Badan
Paling lama 20 hari
setelah akhir
Masa Pajak
Paling lama 3 bulan
setelah akhir Tahun
Pajak dan dapat
diperpanjang dengan
pemberitahuan
paling lama 2 bulan
Paling lama 4 bulan setelah
akhir Tahun Pajak dan dapat
diperpanjang dengan
pemberitahuan
paling lama 2 bulan
Ketentuan dalam UU KUP lama SPT Tahunan disampaikan
68
paling lambat 3 bulan setelah akhir Tahun Pajak.
68. PERPANJANGAN JANGKA WAKTU
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
Pasal 3 ayat (4)
WAJIB PAJAK DAPAT MEMPERPANJANG JANGKA WAKTU
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PALING
LAMA 2 (DUA) BULAN DENGAN SYARAT :
a. Menyampaikan pemberitahuan secara tertulis, atau
b. Dengan cara lain
KEPADA DIRJEN PAJAK
KETENTUANNYA DIATUR DALAM PERMENKEU
Pasal 9 ayat (2) PER-181/PMK.03/2007
69
69. PERPANJANGAN JANGKA WAKTU
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN
Pasal 3 ayat (4), (5) dan (5a)
APABILA SPT TAHUNAN TIDAK DAPAT DISAMPAIKAN PADA
WAKTUNYA, WP DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN
PERPANJANGAN, DENGAN SYARAT :
• Diajukan secara tertulis kepada Kepala KPP
• Diajukan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan
berakhir
• Menyampaikan penghitungan sementara pajak yang terutang dan
dilampiri laporan keuangan sementara
• Melampirkan bukti pelunasan atas kekurangan penyetoran pajak
yang terutang
PERPANJANGAN DIBERIKAN PALING LAMA 2 BULAN
(ketentuan UU KUP lama 6 bulan)
Apabila tidak disampaikan dalam batas waktu perpanjangan
tersebut DAPAT diterbitkan surat teguran
70
70. SURAT TEGURAN
KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN SPT
Pasal 3 ayat (5a)
APABILA SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) :
• TIDAK DISAMPAIKAN PADA WAKTU YANG TELAH
DITENTUKAN, ATAU
• PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN
TERLAMPAUI,
DIRJEN PAJAK DAPAT MENERBITKAN
SURAT TEGURAN
71
71. PENELITIAN
(Pasal 1 Angka 30)
serangkaian kegiatan
yang dilakukan untuk MENILAI KELENGKAPAN
PENGISIAN
SURAT PEMBERITAHUAN dan
LAMPIRAN-LAMPIRANNYA
termasuk
tentang KEBENARAN PENULISAN dan
PENGHITUNGANNYA
72
72. SPT Dianggap Tidak Disampaikan
Pasal 3 ayat (7)
A. PENGISIANNYA TIDAK MEMENUHI KETENTUAN FORMAL APABILA
a. Surat Pemberitahuan tidak ditandatangani sebagaimana dimaksud
pada ayat (1);
b. Surat Pemberitahuan tidak sepenuhnya dilampiri keterangan
dan/atau dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (6);
c. Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar disampaikan
setelah 3 (tiga) tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak telah ditegur secara
tertulis; atau
d. Surat Pemberitahuan disampaikan setelah Direktur Jenderal Pajak
melakukan pemeriksaan atau menerbitkan surat ketetapan
pajak.
73
73. KEWAJIBAN DIRJEN PAJAK
sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (7)
Pasal 3 ayat (7a)
DIRJEN PAJAK WAJIB MEMBERITAHUKAN
KEPADA WAJIB PAJAK,
APABILA DIANGGAP
SURAT PEMBERITAHUAN TIDAK DISAMPAIKAN SEBAGAIMANA
DIMAKSUD DALAM
PASAL 3 AYAT (7)
74
74. PENGECUALIAN PENYAMPAIAN
SPT PAJAK PENGHASILAN
Pasal 3 ayat (8) – Memori Penjelasan
MENTERI KEUANGAN BERWENANG
MENETAPKAN WAJIB PAJAK Pajak Penghasilan YANG
DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN MENYAMPAIKAN SURAT
PEMBERITAHUAN, Pasal 3 PER-183/PMK.03/2007 MISALNYA :
WAJIB PAJAK PAJAK PENGHASILAN
ORANG PRIBADI YANG MEMPEROLEH
PENGHASILAN DI BAWAH PTKP,
TETAPI KARENA KEPENTINGAN TERTENTU DIWAJIBKAN MEMILIKI
NPWP.
75
75. PENGISIAN DAN PENANDATANGANAN
SURAT PEMBERITAHUAN
Pasal 4 ayat (1), (2) dan (3)
(1) WAJIB PAJAK WAJIB MENGISI DAN MENYAMPAIKAN SURAT
PEMBERITAHUAN DENGAN BENAR, LENGKAP, JELAS, DAN
MENANDATANGANINYA;
(2) SURAT PEMBERITAHUAN WAJIB PAJAK BADAN HARUS
DITANDATANGANI OLEH PENGURUS ATAU DIREKSI;
(3) DALAM HAL WP MENUNJUK SEORANG KUASA DENGAN
SURAT KUASA KHUSUS UNTUK MENGISI DAN
MENANDATANGANI SURAT PEMBERITAHUAN, SURAT KUASA
KHUSUS HARUS DILAMPIRKAN PADA SURAT PEMBERITAHUAN
76
76. SPT TAHUNAN PPh WP YANG WAJIB
MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN
Pasal 4 ayat (4)
BAGI WAJIB PAJAK yang WAJIB MENYELENGGARAKAN
PEMBUKUAN, HARUS MELAMPIRKAN
LAPORAN KEUANGAN berupa :
• NERACA,
• LABA RUGI, serta
• KETERANGAN LAIN YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGHITUNG
BESARNYA PENGHASILAN KENA PAJAK.
77
77. TEMPAT LAIN
UNTUK PENYAMPAIAN SPT
Pasal 5
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
DAPAT MENENTUKAN
TEMPAT LAIN UNTUK
PENYAMPAIAN SPT
81
78. PENYAMPAIAN SPT
Pasal 6
DENGAN CARA
• WP menerima tanda
bukti dan tanggal
penerimaan
• Disampaikan langsung
ke KPP/ KP4/KP2KP
• Disampaikan
melalui Kantor Pos
secara TERCATAT
• Tanda bukti dan
tanggal pengiriman
dianggap sebagai
tanda bukti dan
tanggal
penerimaan 82
79. BUKTI PENERIMAAN SPT
Pasal 6 ayat (1), (2) dan (3)
(1) SPT yang disampaikan LANGSUNG oleh WP ke KANTOR
DJP HARUS DIBERI TANGGAL PENERIMAAN oleh PEJABAT
yang DITUNJUK dan kepada WAJIB PAJAK DIBERIKAN
BUKTI PENERIMAAN;
(2) PENYAMPAIAN SPT dapat DIKIRIM MELALUI POS dengan
TANDA BUKTI PENGIRIMAN SURAT atau dengan CARA
LAIN yang DIATUR oleh MENTERI KEUANGAN;
(3) TANDA BUKTI dan TANGGAL PENGIRIMAN SPT sbgmn
dimaksud ayat (2) DIANGGAP sebagai TANDA BUKTI dan
TANGGAL PENERIMAAN SEPANJANG SPT tersebut TELAH
LENGKAP.
83
80. SANKSI ADMINISTRASI ATAS KETERLAMBATAN
atau TIDAK MENYAMPAIKAN SPT
SPT
TAHUNAN
SPT
MASA
Pasal 7 (1) UU KUP
WP TERLAMBAT/
TIDAK MENYAMPAIKAN
DENDA
Rp. 100.000
DENDA
Rp. 50.000
84
81. SANKSI ADMINISTRASI ATAS KETERLAMBATAN
atau TIDAK MENYAMPAIKAN SPT
SPT
TAHUNAN
BADAN
SPT
MASA
SELAIN
PPN
Pasal 7 (1) UU KUP
WP TERLAMBAT/
TIDAK MENYAMPAIKAN
DENDA
Rp 1.000.000
DENDA
Rp 100.000
SPT
MASA
PPN
DENDA
Rp 500.000
85
SPT
TAHUNAN
OP
82. Kecuali
DIKECUALIKAN DARI
PENGENAAN SANKSI DENDA
Pasal 7 ayat (2) jo. PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 186/PMK.03/2007
1. WP OP yang telah meninggal dunia;
2. WP OP yang sudah tidak melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas;
3. WP OP yang berstatus sebagai WNA yang tidak
tinggal lagi di Indonesia;
4. BUT yang tidak melakukan kegiatan lagi di
Indonesia;
5. WP badan yang tidak melakukan kegialan usaha lagi
tetapi belum dibubarkan sesuai dengan ketcntuan
yang berlaku;
6. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;
7. WP yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan; atau
8. WP lain.
86
83. WP lain
Lanjutan
WP yang tidak dapat menyampaikan SPT dalam jangka
waktu yang telah ditentukan karena keadaan antara lain:
1. kerusuhan massal;
2. kebakaran;
3. ledakan bom atau aksi terorisme;
4. perang antarsuku; alau
5. kegagalan sistem komputer administrasi penerimaan negara/perpajakan
Penetapan WP lain dilakukan dengan Keputusan Direktur
Jenderal Pajak
87
84. PEMBETULAN SPT
Pasal 8 ayat (1) dan (2) UU KUP
SPT YG PENGISIANNYA
TERDAPAT KEKELIRUAN
DENGAN KEMAUAN SENDIRI
WP DAPAT MELAKUKAN PEMBETULAN
SYARAT
PERNYATAAN TERTULIS (dengan SPT pembetulan ybs atau beserta lampiran sendiri)
SAMPAI DENGAN DALUWARSA
SPT Rugi dan LB paling lama 2 tahun sebelum Daluwarsa
BELUM DILAKUKAN PEMERIKSAAN
APABILA PEMBETULAN SPT MENYEBABKAN PAJAK KURANG BAYAR DIKENAKAN
SANKSI BUNGA 2% PER BULAN ATAS JUMLAH PAJAK KURANG BAYAR,
dihitung sejak saat penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai dg tgl
pembayaran (SPT TAHUNAN)
dihitung sjk jatuh tempo pembayaran sampai dgn tgl pembayaran (SPT Masa)
88
86. Pembetulan SPT (Pasal 8)- cont.
Pasal Ketentuan/Kondisi Syarat Konsekuensi
8(3) WP sudah
diperiksa tapi blm
dilakukan
penyidikan
Dengan kemauan
sendiri
mengungkapkan
ketidakbenaran
perbuatannya
Membayar
kekurangan pajak
terutang
tidak
dilakukan
penyidikan
dikenakan
sanksi 150 %
dari jumlah KB
8 (4) dan
8(5)
WP sudah
diperiksa tetapi
blm diterbitkan
surat ketetapan
pajak
Dengan kemauan
sendiri
mengungkapkan
pengisian SPT
Dilakukan dalam
laporan tersendiri
Harus mencerminkan
keadaan yang
sebenarnya
jika ada KB
ditambah
sanksi 50 %
Harus dilunasi
sebelum
laporan
tersendiri
disampaikan
Pemeriksaan
tetap
8(6) Lihat UU Lihat UU Lihdailta UnUjutkan
90
87. PEMBETULAN SPT
syarat
1. belum dilakukan pemeriksaan
2. jika menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan
disampaikan paling lama 2 tahun sebelum daluwarsa
penetapan
jika menjadi kurang bayar
sanksi : 2% / bulan
sejak jt penyampaian SPT (SPT Tahunan); atau
sejak jt pembayaran (SPT Masa)
s.d. tanggal pembayaran
91
88. PEMBETULAN SPT
(WP melanggar Ps 38 UU KUP dan sudah diperiksa)
syarat
1. mengungkapkan sendiri ketidakbenaran
perbuatannya
2. melunasi kekurangan pembayaran pajaknya
3. membayar sanksi denda 150 %
terhadap WP ini tidak akan dilakukan penyidikan
92
89. PEMBETULAN SPT
(telah/sedang diperiksa, belum terbit skp)
syarat
1. dengan kesadaran sendiri
2. mengakibatkan :
a. pajak menjadi lebih besar/kecil; atau
b. rugi menjadi lebih besar/kecil; atau
c. jumlah harta menjadi lebih besar/kecil; atau
d. jumlah modal menjadi lebih besar/kecil.
3. melunasi sendiri pokok + sanksi 50%
Pemeriksaan tetap dilanjutkan
93
90. PEMBETULAN SPT
(Rugi Fiskal Berbeda)
WP dapat membetulkan SPT
• dalam hal Wajib Pajak menerima
– surat ketetapan pajak,
– Surat Keputusan Keberatan,
– Surat Keputusan Pembetulan,
– Putusan Banding, atau
– Putusan Peninjauan Kembali
Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak
sebelumnya,
• yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal
yang telah dikompensasikan dalam SPT Tahunan yang akan
dibetulkan tersebut
• dalam jangka waktu 3 bulan
• dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan tindakan
pemeriksaan
94
91. SANKSI ADMINISTRASI BERUPA KENAIKAN
[ PASAL 13A ]
Kealpaan tidak menyampaikan SPT atau
menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau
tidak lengkap dan dapat merugikan negara yang
dilakukan pertama kali tidak dikenai sanksi
pidana tetapi dikenai sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 200% dari pajak yang kurang
dibayar.
Catatan: Sesuai hitungan dalam Bukti Permulaan.
95
93. bukti pembayaran atau penyetoran pajak
yang telah dilakukan dengan menggunakan
formulir atau telah dilakukan dengan cara
lain ke kas negara melalui tempat
pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan.
97
Dengan apa WP melakukan
pembayaran Pajak?
Surat Setoran Pajak (SSP)
Pasal 1 angka 14
94. a. SSP Standar
b. SSP Khusus
c. SSPCP (Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak)
Impor
d. SSCP (Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai
dan PPn hasil Tembakau buatan dalam negeri)
98
Jenis-jenis SSP :
95. SSP Standar
(PER-38/PJ./2009 sejak 01 Juli 2009)
Terdiri 4 lembar :
Lembar ke 1: untuk Arsip WP
Lembar ke 2: untuk KPPN
Lembar ke 3: untuk dilaporkan oleh WP ke KPP
Lembar ke 4: untuk Bank Persepsi/Kantor Pos dan
Giro
99
“Terima Kasih Telah Membayar Pajak – Pajak Untuk Pembangunan Bangsa“
97. Dimana Tempat Pembayaran Pajak?
KPP ?? Bukan
Kantor Penerimaan Pembayaran:
a. Kantor Pos; dan atau
b. Bank BUMN/BUMD; atau
c. Tempat pembayaran lain yang ditunjuk (Bank
Persepsi) Permata, BCA, BII dll
101
98. TANGGAL JATUH TEMPO PEMBAYARAN ATAU
PENYETORAN PAJAK
Pasal 9 ayat (1) UU KUP jis. PMK No 184/PMK.03/2007 jo PMK-80/PMK?2010
JENIS PAJAK
TANGGAL JATUH TEMPO
(paling lambat)
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12
PPh Pasal 4 ayat (2)
a. penjualan saham dibursa efek
b. penghasilan bunga/diskonto
obligasi dibursa efek
PPh Pasal 21
PPh Pasal 23/26
PPh Pasal 25
Pasal 22, PPN/PPn BM atas impor
dilunasi sendiri
PPN/PPn BM atas impor dipungut
DJBC
PPh Pasal 22, pemungutan
bendaharawan APBN
PPh Pasal 22, Produk Pertamina,
Bulog
PPh Pasal 22 oleh bdn-bdn tertentu
PPN/PPnBM
PPN/PPn BM oleh bendaharawan
Pemerintah/instansi pemerintah
PPN/PPn BM selain bendaharawan
pemerintah/instansi pemerintah
tgl. 20 bulan berikutnya
tgl. 10 bulan berikutnya
tgl. 10 bulan berikutnya
tgl. 10 bulan berikutnya
tgl. 15 bulan berikutnya
tanggal yg sama pada saat pembayaran Bea Masuk
tanggal yg sama dgn saat penyelesaian dokumen impor
bila bea masuk ditunda/dibebaskan
1 hari setelah pemungutan pajak dilakukan
pada hari yg sama pada saat pembayaran
dilunasi sendiri oleh WP sebelum SPPB/DO ditebus
tgl. 15 bulan berikutnya
tgl. 15 bulan berikutnya
tgl. 7 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir
tgl. 15 bulan berikutnya
Catatan :
Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran/penyetoran bertepatan dengan hari libur,
maka pembayaran/penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya
102
100. BATAS WAKTU PELUNASAN
PPh PASAL 29
Pasal 9 ayat (2) UU KUP
KEKURANGAN BAYAR PPh
BERDASARKAN SPT TAHUNAN
PPh (Ps.29)
TAHUN BUKU
=
TAHUN KALENDER
TAHUN BUKU
TAHUN KALENDER
HARUS DILUNASI PALING LAMBAT
SEBELUM
SPT TAHUNAN DISAMPAIKAN
104
101. SANKSI ADMINITRASI
KETERLAMBATAN PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 9 ayat (2a) UU KUP
PEMBAYARAN/ PENYETORAN PAJAK
SETELAH TGL JATUH TEMPO PEMBAYARAN/
PENYETORAN PAJAK
DIKENAKAN SANKSI ADIMINITRASI
BERUPA BUNGA 2% SEBULAN DIHITUNG DARI JATUH
TEMPO PEMBAYARAN SAMPAI DENGAN TGL
PEMBAYARAN (DAN BAGIAN DARI BULAN
DIHITUNG PENUH SATU BULAN)
105
102. JATUH TEMPO PEMBAYARAN KETETAPAN
PAJAK
STP
SKPKB
SKPKBT
Pasal 9 ayat (3) UU KUP
PAJAK TERUTANG ATAS :
SK PEMBETULAN
SK KEBERATAN
PUTUSAN BANDING
YG MENGAKIBATKAN PAJAK
YG HARUS DIBAYAR
BERTAMBAH
HARUS DILUNASI PALING LAMBAT 1 BULAN SEJAK TANGGAL
DITERBITKAN
106
103. BATAS WAKTU PEMBAYARAN PAJAK
[ PASAL 9 ]
PEMBAYARAN PAJAK
SPT Masa SPT Th. PPh Ketetapan Pajak Ketetapan Pajak WP Kecil & Tertentu
≤ 15 hari setelah
saat terutangnya
pajak / masa pajak
Paling lama1 bulan
sejak
Tanggal diterbitkan
Paling lama1 bulan
sejak
Tanggal diterbitkan
Sebelum SPT
Tahunan
Disampaikan
TERLAMBAT TERLAMBAT
Bunga Pasal 9 (2a)= 2% Per Bulan Bunga Pasal 19 (1) = 2% Per Bulan
107
104. TEMPAT PEMBAYARAN/
PENYETORAN PAJAK
Pasal 10 ayat (1) UU KUP jo. PMK No 184/PMK.03/2007
TEMPAT
PEMBAYARAN/PENYETORAN
BANK BUMN/D ATAU BANK-BANK
LAIN YANG
DITUNJUK OLEH Menteri
Keuangan
KANTOR POS
108
105. Mengangsur dan Menunda Pembayaran Pajak
109
Pasal 9 ayat (4) jo Pasal 9,10 &11 PMK-184/PMK.03/2007
WP
Dapat
mengajukan
permohonan
tertulis :
Mengangsur
atau menunda
pembayaran
pajak
diajukan paling
lama 9 hari kerja
sebelum saat jaluh
tempo pembayaran
utang pajak berakhir
(force majour dapat
dipertimbangkan)
alasan dan jumlah
yang dimohon
diangsur/ditunda
DJP
Keputusan paling lama 7 hari
kerja setelah tanggal
diterimanya permohonan
Menerima seluruhnya,
menerima sebagian, menolak
Pertimbangkan likuiditas WP
dan force majour
Tidak dapat diajukan lagi
107. Dasar dilakukannya Pemindahbukuan
• Adanya kompensasi kelebihan pajak (SKPLB)
terhadap hutang pajak
• Telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya
tidak terutang yang besarnya dinyatakan
• Adanya kesalahan dalam mengisi SSP, baik yang
menyangkut Wajib Pajak sendiri maupun
WajibPajak lain
• Adanya pemecahan setoran pajak yang berasal dari
SSP menjadi beberapa jenis pajak atau setoran dari
beberapa Wajib Pajak.
111
108. Syarat Formal
a. Diajukan Kepada Ka KPP
b. Diajukan scr tertulis dg melampirkan:
1. asli SSP yg akan di Pbk
2. asli PIBPPh ps 22 impor
3. daftar nominatif WP yang menerima Pbk pemecahan SSP
4. Fc SPT masa/Tahunan+Pembetulan
5. Bukti Potong PPh ps 23
6. Alasan Pbk scr jelas+bukti2 lain yang diperlukan
c. Nama pemegang dan pengajuan Pbk
bedadilampiri surat pernyataan dr nama yang
tercantum 112
111. Surat Ketetapan Pajak
Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan
yang meliputi:
– Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
– Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,
– Surat Ketetapan Pajak Nihil,
– atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
115
Produk Pemeriksaan dan Penelitian
112. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB)
Pasal 1 angka 16
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah
surat ketetapan pajak yang menentukan
besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok
pajak, besarnya sanksi administrasi, dan
jumlah pajak yang masih harus dibayar.
116
113. Dapat diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun, dalam hal :
Berdasarkan hasil
pemerik-saan/ket.
lain pajak yg teru-tang
tidak/ku-rang
dibayar
BUNGA 2%
SEBULAN
MAX 24 BLN
Pasal 13 ayat (1), (2) & (3) UU KUP
SPT tidak di-sampaikan
da-lam
jangka waktu yg
di-tentukan dalam
surat tegoran
SKPKB
Berdsrkn hasil
pemeriksaan,PPN/PPn
BM :
- tidak seharusnya
dikompensasikan
- tidak seharusnya
dikenakan tarip 0 %
Kewajiban:
Psl 28&Psl
29
tidak dipenuhi
PPh /PPN / PPn
BM
PPh Sendiri
NPWP/NP
PKP
secara
jabatan
PPh Sendiri
Psl. 13 (2)
PPh PEMOTONG/
PEMUNGUTAN
KENAIKAN 50% KENAIKAN
100%
PPN /PPn.BM
PPh PEMOTONG/
PEMUNGUTAN
KENAIKAN
100%
KENAIKAN
50%
KENAIKAN
100%
Psl. 13 (3) a Psl. 13 (3) b Psl. 13 (3) c
Psl. 13 (3) b Psl. 13 (3) a
117
114. KEPASTIAN DAN JAMINAN HUKUM SPT
Pasal 13 ayat (4) UU KUP
PAJAK YANG DILAPORKAN DALAM SPT
DALAM JANGKA WAKTU
5 TAHUN
TIDAK DITERBITKAN SKP
MENJADI PASTI
118
115. S K P K B
dapat diterbitkan dalam j.w. > 5 tahun
dalam hal :
Pasal 13 ayat (5) UU KUP
ditambah sanksi
BUNGA 48 %
Wajib Pajak dipidana di bidang perpajakan
berdasarkan putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
119
116. SKPKB
Pasal 13A
Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak
menyampaikan Surat Pemberitahuan atau
menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya
tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak
dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut
pertama kali dilakukan oleh Wajib Pajak dan Wajib
Pajak tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran
jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen) dari
jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan
melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
120
117. Surat Tagihan Pajak
(STP)
Surat Tagihan Pajak
Pasal 1 huruf j
surat untuk melakukan tagihan pajak dan
atau sanksi berupa denda, dan atau bunga
121
118. Fungsi Surat Tagihan Pajak
a. sebagai koreksi atas jumlah pajak yang
terutang menurut SPT Wajib Pajak;
b. sarana untuk mengenakan sanksi berupa
bunga dan atau denda;
c. sarana untuk menagih pajak.
122
119. PPh dalam
tahun
berjalan tidak/
kurang
dibayar
Pasal 14 UU KUP
Kurang
bayar
karena
dapat diterbitkan dalam hal :
salah tulis /
salah
hitung
STP
Dikenakan
Sanksi Adminis
trasi berupa
denda dan atau
bunga
PKP tidak mengisi
Faktur Pajak
secara lengkap
PKP melaporkan
FP tidak sesuai
Masa Penerbitan
FP
Psl 14 (1) a Psl 14 (1) b Psl 14 (1) c
Bunga 2% sebulan paling lama 24 bulan Denda 2 % x DPP
Psl 14 (3) & (5) Psl 14 (4)
Catatan: (Pasal 14 (2)
STP memiliki kekuatan hukum yang sama dengan SKP
Psl14(1) e-f
PKP gagal
berproduksi
dan telah
diberikan
Pengembalia
n Pajak
Masukan
Psl 14 (1) g
PKP
tdk membuat
Faktur Pajak
PKP membuat
Faktur Pajak
tidak tepat
waktu
Psl14(1) d
123
120. SANKSI DALAM
SURAT TAGIHAN PAJAK
Pasal 14 ayat (3)
JUMLAH KEKURANGAN PAJAK yang TERUTANG dalam SURAT
TAGIHAN PAJAK sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b,
DITAMBAH DENGAN SANKSI BERUPA BUNGA SEBESAR 2% PER
BULAN untuk PALING LAMA 24 BULAN, DIHITUNG SEJAK :
• SAAT TERUTANGNYA PAJAK, atau
• BERAKHIRNYA MASA PAJAK,
• BAGIAN TAHUN PAJAK, atau TAHUN PAJAK
SAMPAI
DITERBITKANNYA SURAT TAGIHAN PAJAK
124
121. SANKSI DALAM
SURAT TAGIHAN PAJAK
Pasal 14 ayat (4)
TERHADAP PENGUSAHA atau
PENGUSAHA KENA PAJAK sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d, huruf e, atau huruf f MASING-MASING,
SELAIN WAJIB MENYETOR PAJAK yang TERUTANG,
DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI BERUPA
DENDA SEBESAR 2% (DUA PERSEN) dari
DASAR PENGENAAN PAJAK
125
122. SANKSI DALAM
SURAT TAGIHAN PAJAK
Pasal 14 ayat (5)
TERHADAP PENGUSAHA KENA PAJAK sebagaimana dimaksud ayat
(1) huruf g
DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI BERUPA BUNGA SEBESAR 2% PER
BULAN dari JUMLAH PAJAK yang DITAGIH KEMBALI,
DIHITUNG DARI PENERBITAN SKPPKP SAMPAI DENGAN
PENERBITAN STP BAGIAN DALAM BULAN DIHITUNG PENUH 1
(SATU) BULAN
126
123. Contoh 1 Perhitungan STP
1. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang
dibayar.
Pajak Penghasilan Pasal 25 tahun 2008 setiap bulan sebesar
Rp100.000.000,00 jatuh tempo misalnya tiap tanggal 15. Pajak
Penghasilan Pasal 25 bulan Juni 2008 dibayar tepat waktu sebesar
Rp40.000.000,00.
Atas kekurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 tersebut diterbitkan
Surat Tagihan Pajak pada tanggal 18 September 2008 dengan
penghitungan sebagai berikut:
- Kekurangan bayar Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan Juni 2008
(Rp100.000.000,00-Rp40.000.000,00) = Rp 60.000.000,00
- Bunga = 3 x 2% x Rp60.000.000,00 = Rp 3.600.000,00 (+)
- Jumlah yang harus dibayar = Rp63.600.000,00
127
124. Contoh 2
2. Hasil penelitian Surat Pemberitahuan
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang
pribadi tahun 2008 yang disampaikan pada tanggal 31 Maret 2009
setelah dilakukan penelitian ternyata terdapat salah hitung yang
menyebabkan
Pajak Penghasilan kurang bayar sebesar
Rp1.000.000,00. Atas kekurangan Pajak Penghasilan tersebut
diterbitkan Surat Tagihan Pajak pada tanggal 12 Juni 2009 dengan
penghitungan sebagai berikut:
- Kekurangan bayar Pajak
Penghasilan = Rp1.000.000,00
- Bunga = 3 x 2% x Rp1.000.000,00 = Rp 60.000,00 (+)
- Jumlah yang harus dibayar = Rp1.060.000,00
128
125. Sanksi Administrasi yang
dapat ditagih dengan STP
a. denda administrasi Rp. 100.000,00 bagi Wajib Pajak yang
tidak atau terlambat menyampaikan SPT Masa selain PPN
dan SPT Tahunan WP OP; denda administrasi Rp. 500.000
bagi Wajib Pajak yang tidak atau terlambat menyampaikan
SPT Masa PPN
b. denda administrasi Rp. 1.000.000,00 bagi Wajib Pajak yang
tidak atau terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan WP Badan;
c. denda 2% dari Dasar Pengenaan Pajak bagi PKP yang tidak
membuat atau tidak lengkap mengisi Faktur Pajak;
d. bunga, bagi Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan
sehingga mengakibatkan kurang bayar;
e. bunga, bagi Wajib Pajak yang terlambat atau tidak
membayar pajak yang sudah jatuh tempo pembayarannya 129
126. SKPKBT
Pasal 1 angka 17
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan tambahan atas jumlah pajak
yang telah ditetapkan.
130
127. SKPKBT
DITERBITKAN DALAM JANGKA WAKTU 5 TAHUN APABILA
Pasal 15 ayat (1), (2) dan (3)
• DATA BARU DAN ATAU
• DATA YANG SEMULA BLM TERUNGKAP
YANG BERAKIBAT JUMLAH PAJAK
TERUTANG BERTAMBAH
DITEMUKAN KETERANGAN TERTULIS DARI
OLEH FISKUS WP ATAS KEHENDAK SENDIRI
DIKENAKAN TIDAK
KENAIKAN 100% DIKENAKAN KENAIKAN
131
128. SKPKBT
DAPAT DITERBITKAN DALAN JK.WKT > 5 TAHUN DALAM
HAL :
Pasal 15 ayat (4)
WAJIB PAJAK Melakukan
1. TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN, atau
2. TINDAK PIDANA LAINNYA yang DAPAT MERUGIKAN
PENDAPATAN NEGARA BERDASARKAN PUTUSAN
PENGADILAN yang TELAH MEMPUNYAI KEKUATAN
HUKUM TETAP.
Ditambah Sanksi
Bunga 48%
132
129. 133
Pembetulan Ketetapan Pajak
pasal 16 ayat (1) dan penjelasan
DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAPAT MEMBETULKAN
SURAT KETETAPAN PAJAK BERUPA:
1. SURAT TAGIHAN PAJAK,
2. SURAT KEPUTUSAN PEMBETULAN,
3. SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN,
4. SURAT KEPUTUSAN PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI,
5. SURAT KEPUTUSAN PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI,
6. SURAT KEPUTUSAN PENGURANGAN KETETAPAN PAJAK,
7. SURAT KEPUTUSAN PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK,
8. SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK, atau
9. SURAT KEPUTUSAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA,
yang DALAM PENERBITANNYA TERDAPAT KESALAHAN TULIS, KESALAH HITUNG
dan/atau KEKELIRUAN PENERAPAN KETENTUAN TERTENTU DALAM PERATURAN
PER UU AN
130. PERMOHONAN
PEMBETULAN
Pasal 16 AYAT (2), (3) UU KUP
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
DALAM JANGKA WAKTU 6 BULAN
SEJAK TGL PERMOHONAN DITERIMA,
HARUS MEMBERI KEPUTUSAN
APABILA JANGKA WAKTU TELAH LEWAT, tetapi DIREKTUR JENDERAL PAJAK
TIDAK MEMBERI SUATU KEPUTUSAN, PERMOHONAN PEMBETULAN yang
DIAJUKAN tersebut
DIANGGAP DIKABULKAN
134
131. KEWAJIBAN DIRJEN PAJAK
MEMBERI KETERANGAN TERTULIS
Pasal 16 ayat (4)
APABILA DIMINTA olehWAJIB PAJAK,
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
WAJIB
MEMBERIKAN KETERANGAN SECARA TERTULIS
MENGENAI HAL- HAL yang MENJADI DASAR untuk
MENOLAK atau MENGABULKAN
SEBAGIAN PERMOHONAN WAJIB PAJAK
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
135
132. JATUH TEMPO PEMBAYARAN KETETAPAN
PAJAK
STP
SKPKB
SKPKBT
Pasal 9 ayat (3) UU KUP
PAJAK TERUTANG ATAS :
SK PEMBETULAN
SK KEBERATAN
PUTUSAN BANDING
YG MENGAKIBATKAN PAJAK
YG HARUS DIBAYAR
BERTAMBAH
HARUS DILUNASI PALING LAMBAT 1 BULAN SEJAK TANGGAL
DITERBITKAN
136
133. SKPLB
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah
surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah kelebihan pembayaran pajak karena
jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak
yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
137
134. PENERBITAN SKPLB
Pasal 17 ayat (1), (2) dan (3)
DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAPAT MENERBITKAN
SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR (SKPLB):
(1). APABILA JUMLAH KREDIT PAJAK atau JUMLAH PAJAK yang DIBAYAR LEBIH
BESAR DARIPADA JUMLAH PAJAK yang TERUTANG;
(2). APABILA TERDAPAT PEMBAYARAN PAJAK yang SEHARUSNYA TIDAK
TERUTANG;
(3). SKPLB MASIH DAPAT DITERBITKAN LAGI, APABILA BERDASARKAN HASIL
PEMERIKSAAN dan/atau DATA BARU, TERNYATA PAJAK YANG LEBIH
DIBAYAR JUMLAHNYA LEBIH BESAR DARIPADA KELEBIHAN PEMBAYARAN
PAJAK YANG TELAH DITETAPKAN.
138
135. SKPN
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan jumlah
pokok pajak sama besarnya dengan
jumlah kredit pajak atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak.
139
136. 140
PENERBITAN
SKPN
Pasal 17 A
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
SETELAH MELAKUKAN PEMERIKSAAN,
MENERBITKAN SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL,
APABILA :
JUMLAH KREDIT PAJAK
atau JUMLAH PAJAK
YANG DIBAYAR SAMA
DENGAN JUMLAH PAJAK
YANG TERUTANG
PAJAK TIDAK TERUTANG
dan TIDAK ADA KREDIT
PAJAK; ATAU
TIDAK ADA
PEMBAYAR
AN PAJAK
137. SPT LB
DENGAN PERMOHONAN DALAM SPT
(SELAIN PERMOHONAN KELEBIHAN Pasal 17C dan Pasal 17D)
Pasal 17 B ayat (1)
DIPERIKSA
SKPKB SKPN SKPLB
Diterbitkan dalam jangka waktu 12 bulan
Sejak permohonan diterima secara lengkap
141
138. PERLAKUAN PEMERIKSAAN TERHADAP
BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA
Pasal 17B ayat (1a)
KETENTUAN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
TIDAK BERLAKU TERHADAP
WAJIB PAJAK yang SEDANG DILAKUKAN
PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN
DI BIDANG PERPAJAKAN,
KETENTUANNYA DIATUR DENGAN atau BERDASARKAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN.
142
139. 143
SPT LB
Dengan Permohonan Dalam Spt
Pasal 17 B ayat (2) dan (3)
LEBIH DARI 12 BULAN
TIDAK ADA KEPUTUSAN
PERMOHONAN
PENGEMBALIAN KELEBIHAN
PEMBAYARAN PAJAK
DIANGGAP DIKABULKAN,
APABILA SKPLB TERLAMBAT
DITERBITKAN sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), WAJIB PAJAK BERHAK
MENERIMA
IMBALAN BUNGA
SEBESAR 2% PER BULAN
SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR
HARUS DITERBITKAN PALING LAMA 1 (SATU)
BULAN SETELAH JANGKA WAKTU TERSEBUT
BERAKHIR (17B(2))
DIHITUNG SEJAK BERAKHIRNYA
JANGKA WAKTU
SAMPAI DENGAN DITERBITKAN
SKPLB (17B(3))
140. IMBALAN BUNGA
SETELAH PUTUSAN PENGADILAN
Pasal 17B ayat (4)
APABILA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN sebagaimana dimaksud pada
ayat (1a):
• TIDAK DILANJUTKAN dengan PENYIDIKAN;
• DILANJUTKAN dengan PENYIDIKAN, tetapi TIDAK DILANJUTKAN DENGAN
PENUNTUTAN TINDAK DI BIDANG PERPAJAKAN; atau
• DILANJUTKAN dengan PENYIDIKAN dan PENUNTUTAN TINDAK PIDANA DI
BIDANG PERPAJAKAN, tetapi DIPUTUS BEBAS atau LEPAS DARI SEGALA
TUNTUTAN HUKUM BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN YANG TELAH
MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP;
WAJIB PAJAK DIBERI
IMBALAN BUNGA SEBESAR 2% PER BULAN
UNTUK PALING LAMA 24 BULAN,
DIHITUNG SEJAK BERAKHIRNYA JANGKA WAKTU s/d
DITERBITKAN SKPLB.
144
141. PENERBITAN SKPPKP
(Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak)
Pasal 17C ayat (1)
Setelah dilakukan Penelitian (Formal) terhadap SPT
WP DENGAN
KRITERIA TERTENTU
PPh PPN Tidak
Jangka wkt Jangka wkt menghendaki
3 bulan 1 bulan SKPPKP
Diterbitkan Diproses
SKPPKP sesuai Ps.17B
145
142. KRITERIA TERTENTU
Pasal 17C ayat (2)
1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT); DALAM 3 TAHUN TERAKHIR
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,
kecuali tunggakan pajak telah memper oleh izin untuk
menunda atau mengangsur pemba yaran pajak;
3. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar
Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut;
4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu
5 (lima) tahun terakhir.
146
143. WP DENGAN KRITERIA
TERTENTU
Pasal 17C ayat (4), (5) dan Penjelasan
SETELAH DITERBITKAN SKPPKP
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
DAPAT MELAKUKAN PEMERIKSAAN
MENERBITKAN SURAT KETETAPAN PAJAK
SKPN SKPKB SKPLB
DITAMBAH SANKSI
KENAIKAN 100%
147
144. TIDAK DIBERIKAN
PENGEMBALIAN PENDAHULUAN
Pasal 17C ayat (6)
APABILA :
• Terhadap WP tersebut dilakukan tindakan penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan;
• Terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis pajak
tertentu 2 (dua) Masa Pajak berturut-turut;
• Terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis pajak
tertentu 3 (tiga) Masa Pajak dalam 1 (satu) tahun kalender; atau
• Terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT
Tahunan).
148
145. PENERBITAN SKPPKP
Pasal 17D ayat (1)
BERDASARKAN PENELITIAN ATAS
PERMOHONAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN
PEMBAYARAN PAJAK
yang MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU,
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
DAPAT MENERBITKAN SKPPKP PALING LAMA:
• 3 (TIGA) BULAN untuk Pajak Penghasilan;
• 1 (SATU) BULAN untuk Pajak Pertambahan Nilai,
SEJAK PERMOHONAN DITERIMA SECARA LENGKAP
149
146. WAJIB PAJAK YANG DAPAT DIBERIKAN
PENGEMBALIAN PENDAHULUAN
Pasal 17D ayat (2)
ADALAH :
a. WP Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas;
b. WP Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar
sampai dengan jumlah tertentu;
c. Wajib Pajak Badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah
lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu; atau
d. Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan SPT Masa PPN
dengan jumlah penyerahan dan jumlah lebih bayar sampai
dengan jumlah tertentu.
150
147. JUMLAH YANG DITENTUKAN
OLEH MENTERI KEUANGAN
Pasal 17D ayat (3)
BATASAN
JUMLAH PEREDARAN USAHA,
JUMLAH PENYERAHAN, dan
JUMLAH LEBIH BAYAR
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
DIATUR DENGAN ATAU BERDASARKAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN.
PMK Nomor: 193/PMK.03/2007
151
148. PEMERIKSAAN SETELAH
PENGEMBALIAN
Pasal 17D ayat (4)
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
DAPAT MELAKUKAN PEMERIKSAAN
dan
MENERBITKAN SURAT KETETAPAN PAJAK
SETELAH MELAKUKAN
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
152
149. SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 17D ayat (5)
APABILA BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN
sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
MENERBITKAN
SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR (SKPKB),
JUMLAH PAJAK YANG KURANG DIBAYAR
DITAMBAH
DENGAN SANKSI ADMINISTRASI
BERUPA KENAIKAN SEBESAR
100% (SERATUS PERSEN)
153
150. PENGEMBALIAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
Pasal 17E
ORANG PRIBADI
YANG BUKAN SUBYEK PAJAK DALAM NEGERI
yang MELAKUKAN PEMBELIAN BARANG KENA PAJAK
di DALAM DAERAH PABEAN
yang TIDAK DIKONSUMSI DI DAERAH PABEAN,
DAPAT DIBERIKAN PENGEMBALIAN PPN yang TELAH DIBAYAR.
KETENTUANNYA DIATUR DENGAN atau BERDASARKAN PERATURAN
MENTERI KEUANGAN
154
152. PENAGIHAN PAJAK
Pasal 18 ayat (1)
1. STP (Surat Tagihan Pajak);
2. SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar);
3. SKPKBT (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan)
4. Surat Keputusan KEBERATAN;
5. Putusan BANDING; dan
6. Putusan PENINJAUAN KEMBALI,
yang MENYEBABKAN JUMLAH PAJAK yang
HARUS DIBAYAR BERTAMBA
156
Dasar Penagihan Pajak
153. BUNGA PENAGIHAN
Pasal 19 ayat (1), (2) dan (3)
157
Pajak yg terutang
menurut Dasar
Penagihan
2 % PER BULAN
DIKENAKAN TERHADAP
Mengangsur/menun
da pembayaran
Pajak
WP diberikan penundaan
penyampaian SPT Tahunan
dan perhitungan pajak
sementara kurang dari
sebenarnya yang terutang
Dari JUMLAH PAJAK
Yang MASIH HARUS
DIBAYAR
DIHITUNG dari TANGGAL JATUH TEMPO SAMPAI
TANGGAL PELUNASAN, atau TANGGAL
DITERBITKAN STP
Dari saat berakhirnya
penyampaian SPT Tahunan
s.d tanggal pembayaran
Bagian bulan dihitung penuh 1 bulan
154. SURAT PAKSA
Pasal 1 Angka 21
SURAT PERINTAH MEMBAYAR
UTANG PAJAK
dan
BIAYA PENAGIHAN PAJAK
158
155. PENAGIHAN PAJAK DENGAN
SURAT PAKSA
Pasal 20 Ayat (1)
JUMLAH PAJAK YANG MASIH HARUS DIBAYAR BERDASARKAN :
1. STP;
2. SKPKB;
3. SKPKBT;
4. SK PEMBETULAN;
5. SK KEBERATAN;
6. PUTUSAN BANDING;
7. PUTUSAN PENINJAUAN
KEMBALI
MENYEBABKAN
JUMLAH PAJAK yang
MASIH HARUS
DIBAYAR
BERTAMBAH
YANG TIDAK DIBAYAR OLEH PENANGGUNG PAJAK SESUAI
DENGAN JANGKA WAKTU sbgmn dimaksud dlm Pasal 9 (3) atau (3a)
DILAKSANAKAN PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
159
156. PENAGIHAN
SEKETIKA DAN SEKALIGUS
Pasal 20 Ayat (2)
DILAKUKAN APABILA:
• Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
atau berniat untuk itu;
• Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau
dikuasai dalam rangka mengecilkan atau menghentikan kegiatan
perusahaan atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia;
• Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan
usaha, menggabungkan atau memekarkan usaha, atau
memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau yang
dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya;
• Badan usaha akan dibubarkan oleh negara, atau
• Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga,
atau terdapat tanda-tanda kepailitan.
160
157. PENAGIHAN PAJAK DENGAN
SURAT PAKSA
Pasal 20 Ayat (3)
PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2000
TENTANG
PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
161
158. HAK MENDAHULU
Pasal 21 Ayat (1) dan (2)
(1) NEGARA MEMPUNYAI HAK MENDAHULU untuk UTANG
PAJAK atas BARANG-BARANG MILIK PENANGGUNG PAJAK;
(2) Ketentuan pada ayat (1) meliputi :
a. POKOK PAJAK,
b. SANKSI ADMINSTRASI berupa :
- BUNGA,
- DENDA, dan
- KENAIKAN,
c. BIAYA PENAGIHAN PAJAK.
162
159. PENGECUALIAN HAK
MENDAHULU
Pasal 21 Ayat (3)
a. BIAYA PERKARA yang hanya disebabkan oleh suatu
penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak/ tidak
bergerak;
b. BIAYA yang dikeluarkan untuk MENYELAMATKAN barang
dimaksud, dan/atau
c. BIAYA PERKARA, yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan
penyelesaian suatu warisan.
163
160. DILARANG MEMBAGIKAN
HARTA KEPADA PEMEGANG SAHAM
Pasal 21 ayat (3a)
DALAM HAL WAJIB PAJAK DINYATAKAN
PAILIT, BUBAR atau DILIKUIDASI
maka
KURATOR, LIKUIDATOR atau ORANG/BADAN yang
DITUGASI untuk MELAKUKAN PEMBERESAN,
DILARANG UNTUK
MEMBAGIKAN HARTA WAJIB PAJAK DALAM PAILIT, PEMBUBARAN
atau LIKUIDASI
KEPADA PEMEGANG SAHAM ATAU KREDITUR LAINNYA
SEBELUM MENGGUNAKAN HARTA TERSEBUT UNTUK
MEMBAYAR UTANG PAJAK WAJIB PAJAK TERSEBUT.
164
161. HAK MENDAHULU HILANG
Pasal 21 Ayat (4)
HAK MENDAHULU HILANG SETELAH MELAMPAUI WAKTU
5 (LIMA) TAHUN SEJAK TANGGAL DITERBITKAN :
• SURAT TAGIHAN PAJAK;
• SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR;
• SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR TAMBAHAN;
• SURAT KEPUTUSAN PEMBETULAN;
• SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN;
• PUTUSAN BANDING; dan
• PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI.
yang MENYEBABKAN
JUMLAH PAJAK yang HARUS DIBAYAR BERTAMBAH
165
162. PERHITUNGAN JANGKA WAKTU
HAK MANDAHULU
Pasal 21 ayat (5)
PERHITUNGAN JANGKA WAKTU HAK MENDAHULU
adalah sebagai berikut :
1. Dalam hal SURAT PAKSA untuk membayar diberitahukan
secara resmi, maka JANGKA WAKTU 5 (LIMA) TAHUN DIHITUNG
SEJAK PEMBERITAHUAN SURAT PAKSA; atau
2. Dalam hal diberikan PENUNDAAN PEMBAYARAN atau
PERSETUJUAN ANGSURAN PEMBAYARAN, MAKA
JANGKA WAKTU 5 (LIMA) TAHUN DIHITUNG SEJAK BATAS AKHIR
PENUNDAAN DIBERIKAN.
166
163. DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK
Pasal 22 Ayat (1)
HAK UNTUK MELAKUKAN PENAGIHAN PAJAK, TERMASUK BUNGA,
DENDA, KENAIKAN dan BIAYA PENAGIHAN PAJAK, DALUWARSA
SETELAH MELAMPAUI WAKTU
5 (LIMA) TAHUN TERHITUNG SEJAK PENERBITAN :
1. SURAT TAGIHAN PAJAK;
2. SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR;
3. SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR TAMBAHAN;
4. SURAT KEPUTUSAN PEMBETULAN;
5. SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN;
6. PUTUSAN BANDING;
7. PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI.
167
164. DALUWARSA TERTANGGUH
DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK
TERTANGGUH apabila:
1. DITERBITKAN SURAT PAKSA;
2. ADA PENGAKUAN UTANG PAJAK DARI WAJIB PAJAK BAIK
LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG;
3. DITERBITKAN SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR
(Pasal 13 ayat (5)), atau SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG
BAYAR TAMBAHAN (Pasal 15 ayat (4)); atau
4. DILAKUKAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG
PERPAJAKAN
Pasal 22 Ayat (2)
168
165. PENANGGUNG PAJAK
Pasal 1 Angka 28
ORANG PRIBADI atau BADAN
yang BERTANGGUNG JAWAB atas
PEMBAYARAN PAJAK, TERMASUK
WAKIL yang MENJALANKAN HAK dan MEMENUHI
KEWAJIBAN WAJIB PAJAK
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan
169
166. GUGATAN WAJIB PAJAK
atau PENANGGUNG PAJAK
Pasal 23
GUGATAN WP atau PENANGGUNG PAJAK
DAPAT DIAJUKAN TERHADAP :
• Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan, atau
Pengumuman Lelang;
• Keputusan pencegahan dalam rangka pelaksanaan penagihan pajak;
• Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan,
selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26; atau
• Penerbitan Surat Ketetapan Pajak atau Surat Keputusan Keberatan, yang
dalam penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang
telah diatur dalam ketentuan per-UU-an perpajakan.
GUGATAN HANYA DAPAT DIAJUKAN KEPADA
BADAN PERADILAN PAJAK
170
167. PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK
Pasal 24
MENTERI KEUANGAN MENGATUR TATA CARA PENGHAPUSAN DAN
MENENTUKAN BESARNYA
JUMLAH PIUTANG PAJAK YANG TIDAK DAPAT
DITAGIH LAGI, antara lain :
1. WP telah meninggal dunia dan tidak mempunyai harta
warisan atau kekayaan;
2. WP Badan yang telah selesai proses pailitnya;
3. WP Badan yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai subyek
pajak dan hak untuk melakukan penagihan pajak telah
daluwarsa.
171
168. 172
Proses Penagihan
Dasar
Penagihan
Surat Teguran
1 Bulan stlh
diterbitkan
Surat Perintah
Malakukan Penyitaan
(SPMP)
Penjualan secara
Lelang
Surat Paksa
Pengumuman
Lelang
Jatuh
Tempo
21 hari
7 hari
2x24 jam
14 hari
14 hari
169. ALUR DAN PROSES PENAGIHAN PAJAK
SURAT
TEGURAN
7 HARI
SP
SPMP/
PENYITAAN
21 HARI 2 X 24 jam
PENCABUTAN
SITA
LUNAS
PENGUMUMAN
LELANG
PELAKSANAAN
LELANG
Dasar Hukum
UU No. 19 Tahun 2000
UU No. 28 Tahun 2007
PP No. 80 Tahun 2007
PMK No. 24/PMK.03/2008
14 HARI TDK LUNAS
Barang
Bergerak 2X
Barang Tdk
Bergerak 2X
PEMBLOKIRAN PENCEGAHAN PENYANDERAAN
SYARAT:
•UTANG PAJAK ≥100 jt
•DIRAGUKAN ITIKAD BAIK
JANGKA WAKTU:
6 BULAN DPT DIPERPANJANG MAX 6 BLN
AKIBAT:
UTANG PAJAK TDK HAPUS &
PENAGIHAN TETAP DILAKSANAKAN
SKP
SKPKB
SKPKBT
dll JATUH
TEMPO
•UTANG PAJAK &
BIAYA
PENAGIHAN
•PUTUSAN
PENGADILAN
•PARATE EXECUTIE
•DIBERITAHUKAN OLEH
JURUSITA
PAJAK
•DIBUAT BAP SP
•SPMP
•JURUSITA + 2 SAKSI
•BAP SITA
•BRG BERGERAK & BRG
TDK BERGERAK
•BRG YG DISITA DILARANG :
DIPINDAHTANGANKAN
DISEWAKAN
DISEMBUHKAN
DIHILANGKAN
DIRUSAK
PENYITAAN ATAS REK.
BANK & EFEK
173
171. Alur Keberatan, Banding & Peninjauan kembali
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
(SKPLB),
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB),
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT),
Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
Pemotongan atau pemungutan oleh
pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Keberatan
kepada DJP
Banding ke
Badan Peradilan
Pajak
Peninjauan
kembali ke MA
(melalui PP)
Ga Puas
Ga Puas
Ga Puas
Ga Puas
175
172. KEBERATAN
Pasal 25 ayat (1)
WAJIB PAJAK DAPAT MENGAJUKAN KEBERATAN
HANYA KEPADA DIREKTUR JENDERAL PAJAK atas SUATU:
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT);
3. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN);
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB); atau
5. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
176
173. SYARAT-SYARAT KEBERATAN
Pasal 25 ayat (2) dan (3)
(2) * Tertulis dalam Bahasa Indonesia;
*Mengemukakan jumlah pajak yang terutang,
jumlah pajak yang dipotong atau dipungut, atau
jumlah rugi menurut penghitungan wajib pajak,
dengan disertai alasan yang menjadi dasar
penghitungan.
(3) *Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak
tanggal dikirim surat ketetapan pajak, atau sejak
tanggal pemotongan atau pemungutan pajak,
kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan
bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat
dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
177
174. MELUNASI PAJAK
DALAM RANGKA KEBERATAN
Pasal 25 ayat (3a)
DALAM HAL WAJIB PAJAK
MENGAJUKAN KEBERATAN ATAS
SURAT KETETAPAN PAJAK,
WAJIB PAJAK WAJIB MELUNASI PAJAK
YANG MASIH HARUS DIBAYAR,
PALING SEDIKIT
SEJUMLAH YANG TELAH DISETUJUI WAJIB PAJAK
DALAM PEMBAHASAN AKHIR HASIL PEMERIKSAAN,
SEBELUM
SURAT KEBERATAN DISAMPAIKAN.
178
175. PERSYARATAN MENGIKAT
DALAM PENGAJUAN KEBERATAN
Pasal 25 ayat (4)
KEBERATAN YANG
TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN
sebagaimana dimaksud ayat (1),
ayat (2), ayat (3) dan ayat (3a),
BUKAN
MERUPAKAN SURAT KEBERATAN
SEHINGGA
TIDAK DIPERTIMBANGKAN.
179
176. TANDA BUKTI PENERIMAAN
SURAT KEBERATAN
Pasal 25 ayat (5)
TANDA TERIMA SURAT KEBERATAN
DARI PEGAWAI YANG DITUNJUK DIRJEN PAJAK UNTUK MENERIMA
SURAT KEBERATAN,
atau TANDA PENGIRIMAN SURAT KEBERATAN MELALUI POS
DENGAN BUKTI PENGIRIMAN SURAT, atau
MELALUI CARA LAIN
YANG DIATUR DENGAN ATAU BERDASARKAN PERATURAN MENTERI
KEUANGAN,
MENJADI
TANDA BUKTI PENERIMAAN SURAT KEBERATAN.
180
177. PERMINTAAN KETERANGAN TERTULIS
DALAM MENGAJUKAN KEBERATAN
Pasal 25 ayat (6)
BILA DIMINTA oleh WAJIB PAJAK untuk
PENGAJUAN KEBERATAN,
DIREKTUR JENDERAL PAJAK WAJIB
MEMBERIKAN KETERANGAN
SECARA TERTULIS
HAL-HAL YANG MENJADI :
– DASAR PENGENAAN PAJAK;
– PENGHITUNGAN RUGI; ATAU
– PEMOTONGAN ATAU PEMUNGUTAN.
181
178. JANGKA WAKTU PELUNASAN
DALAM RANGKA KEBERATAN
Pasal 25 ayat (7)
DALAM HAL WAJIB PAJAK MENGAJUKAN KEBERATAN,
JANGKA WAKTU PELUNASAN sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (3) ATAU ayat (3a)
ATAS JUMLAH PAJAK YANG BELUM DIBAYAR
PADA SAAT PENGAJUAN KEBERATAN,
TERTANGGUH
SAMPAI DENGAN 1 (SATU) BULAN SEJAK
TANGGAL PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN.
182
179. TIDAK TERMASUK SEBAGAI
UTANG PAJAK
Pasal 25 ayat (8)
JUMLAH PAJAK
YANG BELUM DIBAYAR PADA SAAT
PENGAJUAN PERMOHONAN KEBERATAN
sebagaimana dimaksud pada ayat (7),
TIDAK TERMASUK SEBAGAI UTANG PAJAK
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (1) dan (1a)
183
180. SAKNSI ADMINISTRASI BERUPA
DENDA
Pasal 25 ayat (9)
APABILA KEBERATAN WAJIB PAJAK
DITOLAK atau DIKABULKAN SEBAGIAN,
WAJIB PAJAK DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI
BERUPA DENDA SEBESAR 50%
DARI JUMLAH PAJAK BERDASARKAN
KEPUTUSAN KEBERATAN,
DIKURANGI DENGAN
PAJAK YANG TELAH DIBAYAR
SEBELUM MENGAJUKAN KEBERATAN.
184
181. TIDAK DIKENAKAN SAKNSI
BERUPA DENDA 50%
Pasal 25 ayat (10)
DALAM HAL WAJIB PAJAK MENGAJUKAN
PERMOHONAN BANDING,
SANKSI ADMINISTRASI BERUPA
DENDA SEBESAR 50%
sebagaimana dimaksud pada ayat (9)
TIDAK DIKENAKAN.
185
182. KEPUTUSAN KEBERATAN
Pasal 26
(1) Paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat keberatan
diterima Dirjen Pajak harus memberi keputusan atas keberatan yang
diajukan;
(2) Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak dapat
menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis;
(3) Keputusan Dirjen Pajak atas keberatan dapat berupa mengabulkan
seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah
pajak yang masih harus dibayar;
(4) Dalam hal WP mengajukan keberatan sbgmn dimaksud Pasal 13 ayat
(1) huruf b dan huruf d, WP ybs harus dapat membuktikan
ketidakbenaran ketetapan pajak tersebut;
(5) Apabila jangka waktu sbgmn dimaksud pada ayat (1) telah terlampaui
dan Dirjen Pajak tidak memberi keputusan, keberat an yang diajukan
tersebut dianggap dikabulkan.
186
183. TATA CARA PENGAJUAN dan
PENYELESAIAN KEBERATAN
Pasal 26A
(1). Tata cara pengajuan dan penyelesaian keberatan diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
(2). Tata cara sbgmn dimaksud pada ayat (1), antara lain mengatur
tentang pemberian hak kepada Wajib Pajak untuk hadir memberikan
keterangan atau memperoleh penjelasan mengenai keberatannya;
(3). Apabila Wajib Pajak tidak menggunakan hak sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), proses keberatan tetap dapat diselesaikan;
(4). Wajib Pajak yang mengungkapkan pembukuan, catatan, data,
informasi, atau keterangan lain dalam proses keberatan yang tidak
diberikan pada saat pemeriksaan, selain data dan informasi yang
pada saat pemeriksaan belum diperoleh Wajib Pajak dari pihak
ketiga, pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain
dimaksud tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatan.
187
184. KEBERATAN [PASAL 25]
Contoh 1:
SKPKB hasil pemeriksaan =
Rp100.000.000,00
Setuju Hasil Pemeriksaan =
Rp100.000.000,00
Yang Harus Dilunasi Jika Tidak Keberatan =
Rp100.000.000,00
Contoh 2:
SKPKB hasil pemeriksaan =
Rp100.000.000,00
Setuju Hasil Pemeriksaan = Rp
30.000.000,00
Harus Dilunasi Sebelum Mengajukan Keberatan = Rp
30.000.000,00
Keputusan Keberatan, SKPKB menjadi = Rp
80.000.000,00
Pajak Kurang Dibayar (80.000.000 - 30.000.000) = Rp
188
186. BANDING
Pasal 27 ayat (1)
WAJIB PAJAK DAPAT MENGAJUKAN
PERMOHONAN BANDING
HANYA KEPADA
BADAN PERADILAN PAJAK
ATAS
SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1).
190
187. PUTUSAN PENGADILAN
Pasal 27 ayat (2)
PUTUSAN PENGADILAN PAJAK
MERUPAKAN
PUTUSAN PENGADILAN KHUSUS
DI LINGKUNGAN
PERADILAN TATA USAHA NEGARA
191
188. SYARAT PERMOHONAN BANDING
Pasal 27 ayat (3)
PERMOHONAN DIAJUKAN :
1. SECARA TERTULIS DALAM BAHASA INDONESIA;
2. DENGAN ALASAN YANG JELAS;
3. PALING LAMA 3 (TIGA) BULAN SEJAK SURAT
KEPUTUSAN KEBERATAN DITERIMA; dan
4. DILAMPIRI DENGAN SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN.
192
189. KETERANGAN TERTULIS
Pasal 27 ayat (4a)
APABILA DIMINTA OLEH WAJIB PAJAK
UNTUK KEPERLUAN
PENGAJUAN PERMOHONAN BANDING,
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
WAJIB
MEMBERI KETERANGAN SECARA TERTULIS
HAL-HAL YANG MENJADI DASAR
SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN YANG DITERBITKAN
193
190. JANGKA WAKTU
PELUNASAN PAJAK
Pasal 27 ayat (5a)
DALAM HAL WAJIB PAJAK
MENGAJUKAN BANDING,
JANGKA WAKTU PELUNASAN PAJAK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3), ayat (3a), atau Pasal
25 ayat (7),
ATAS JUMLAH PAJAK YANG BELUM DIBAYAR
PADA SAAT PENGAJUAN KEBERATAN,
TERTANGGUH
SAMPAI DENGAN 1 (SATU) BULAN SEJAK
TANGGAL PENERBITAN PUTUSAN BANDING.
194
191. TIDAK TERMASUK SEBAGAI
UTANG PAJAK
Pasal 27 ayat (5b)
JUMLAH PAJAK
YANG BELUM DIBAYAR PADA SAAT
PENGAJUAN PERMOHONAN BANDING
sebagaimana dimaksud pada ayat (5a),
TIDAK TERMASUK SEBAGAI UTANG PAJAK
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (1) dan (1a)
195
192. BELUM MERUPAKAN
PAJAK YANG TERUTANG
Pasal 27 ayat (5c)
JUMLAH PAJAK YANG BELUM DIBAYAR
PADA SAAT
PENGAJUAN PERMOHONAN BANDING
BELUM MERUPAKAN
PAJAK YANG TERUTANG
SAMPAI DENGAN
PUTUSAN BANDING DITERBITKAN
196
193. SANKSI ADMINISTRASI
BERUPA DENDA
Pasal 27 ayat (5d)
APABILA PERMOHONAN BANDING
DITOLAK ATAU DIKABULKAN SEBAGIAN,
WAJIB PAJAK DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI
BERUPA DENDA SEBESAR 100%
DARI JUMLAH PAJAK BERDASARKAN
PUTUSAN BANDING,
DIKURANGI DENGAN
PAJAK YANG TELAH DIBAYAR
SEBELUM MENGAJUKAN KEBERATAN
197
194. 198
Sengketa Pajak dalam Banding
• Sengketa Formal, WP atau fiskus tidak
mematuhi prosedur dan tata cara yang telah
ditetapkan oleh UU Perpajakan
• Sengketa Material, apabila terdapat
perbedaan antara fiskus dan Wajib Pajak
penetapan jumlah pajak yang terutang atau
yang lebih bayar
197. BANDING (PASAL 27) (LANJUTAN)
Contoh:
SKPKB hasil pemeriksaan = Rp100.000.000,00
Setuju Hasil PemeriksaaN = Rp 30.000.000,00
Keputusan Keberatan, SKPKB menjadi = Rp 80.000.000,00
Pajak Kurang Dibayar (80.000.000 - 30.000.000) = Rp 50.000.000,00
Mengajukan Banding (Tidak ada syarat harus membayar)
Putusan Banding, SKPKB menjadi = Rp 65.000.000,00
Pajak Kurang Dibayar (65.000.000 - 30.000.000) = Rp 35.000.000,00
Sanksi Denda (100% X Rp35.000.000) = Rp 35.000.000,00
Harus Dilunasi = Rp 70.000.000,00
201
198. Peninjauan Kembali (PK)
• Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat
diajukan 1 (satu) kali kepada Mahkamah Agung
melalui Pengadilan Pajak.
• Pengajuan permohonan PK dilakukan dalam jangka
waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak
diketahuinya kebohongan atau tipu muslihat atau
sejak putusan Hakim Pengadilan pidana memperoleh
kekuatan hukum tetap atau ditemukannya bukti
tertulis baru atau sejak putusan banding dikirim.
• Mahkamah Agung mengambil keputusan dalam
jangka waktu 6 (enam) bulan sejak permohonan PK
diterima
202
199. IMBALAN BUNGA
Pasal 27A ayat (1)
Apabila pengajuan KEBERATAN, permohonan BANDING, atau
permohonan PENINJAUAN KEMBALI DIKABULKAN SEBAGIAN atau
SELURUHNYA, dalam :
– Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB),
– Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT),
– Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), dan
– Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
yang telah dibayar menyebabkan kelebihan pembayaran pajak,
DIKEMBALIKAN dengan ditambah IMBALAN BUNGA sebesar
2% per bulan untuk paling lama 24 bulan.
203
200. PENGHITUNGAN
IMBALAN BUNGA
Pasal 27A ayat (1) huruf a dan b
a. Untuk SKPKB dan SKPKBT dihitung sejak tanggal
pembayaran yang menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya
Surat Keputusan Keberatan, PutusanBanding, atau
Putusan Peninjauan Kembali; atau
b. Untuk SKPN dan SKPLB dihitung sejak tanggal
penerbitan surat ketetapan pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan, Putusan
Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali.
204
201. IMBALAN BUNGA
atas SURAT KEPUTUSAN
Pasal 27A ayat (1a) huruf a, b, dan c
a. Untuk SKPKB dan SKPKBT dihitung sejak tanggal pembayaran
yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan
diterbitkannya SK Pembetulan, SK Pengurangan Ketetapan Pajak,
atau SK Pembatalan Ketetapan Pajak;
b. Untuk SKPN dan SKPLB dihitung sejak tanggal penerbitan surat
ketetapan pajak sampai dengan diterbitkannya SK Pembetulan, SK
Pengurangan Ketetapan Pajak, atau SK Pembatalan Ketetapan Pajak;
atau
c. Untuk STP dihitung sejak tanggal pembayaran yang menyebabkan
kelebihan pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya SK
Pembetulan, SK Pengurangan Ketetapan Pajak, atau SK Pembatalan
Ketetapan Pajak.
205
202. IMBALAN BUNGA
atas SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 27A ayat (2)
(2) Imbalan bunga juga diberikan atas :
* pembayaran lebih sanksi administrasi berupa
DENDA Pasal 14 ayat (4) dan/atau BUNGA
Pasal 19 ayat (1) berdasarkan SK Pengurangan
Sanksi Administrasi atau SK. Penghapusan
Sanksi Administrasi akibat diterbitkan :
- SK Keberatan, Putusan Banding, atau
- Putusan Peninjauan Kembali,
yang mengabulkan sebagian atau seluruh
permohonan Wajib Pajak.
206
205. PEMBUKUAN
Pasal 1 Angka 29
SUATU PROSES PENCATATAN YANG DILAKUKAN SECARA TERATUR UNTUK
MENGUMPULKAN DATA DAN INFORMASI KEUANGAN YANG
MELIPUTI :
1. HARTA,
2. KEWAJIBAN,
3. MODAL,
4. PENGHASILAN, dan
5. BIAYA, serta
6. JUMLAH PEROLEHAN dan PENYERAHAN BARANG atau JASA,
YANG DITUTUP DENGAN MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN BERUPA
NERACA, DAN LAPORAN LABA RUGI UNTUK PERIODE TAHUN PAJAK
TERSEBUT.
209
206. WAJIB PEMBUKUAN
Pasal 28 ayat (1)
Wajib Pajak Orang Pribadi yang :
melakukan kegiatan usaha, atau
pekerjaan bebas, dan
Wajib Pajak BADAN
di Indonesia
WAJIB
MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN
210
207. TIDAK WAJIB PEMBUKUAN tetapi
WAJIB PENCATATAN
Pasal 28 ayat (2)
Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan
PEMBUKUAN, tetapi WAJIB melakukan PENCATATAN,
adalah
• WP ORANG PRIBADI yang melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas yang diperbolehkan menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto, dan
• WP ORANG PRIBADI yang tidak melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas.
211
208. 212
PENGGUNAAN NORMA PENGHITUNGAN
Pasal 14 ayat (2,3,4) UU PPh, jo. PMK-01/PMK.03/2007
Norma Penghitungan
Penghasilan Neto
HANYA WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI
SYARAT
Pencatatan
* Peredaran bruto dalam satu tahun kurang
dari Rp 1.800.000.000 1 Jan 2008
* Peredaran bruto dalam satu tahun kurang
dari Rp 4.800.000.000 1 Jan 2009
* Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam
jangka waktu 3 bulan pertama dari Tahun Pa-jak
Ybs. Apabila tidak memberitahukan, di-anggap
memilih Pembukuan
* Wajib menyelenggarakan Pencatatan
209. SYARAT PEMBUKUAN
Pasal 28 ayat (3), (4), (5), (6), dan (7)
(3) Harus memperhatikan IKTIKAD BAIK dan mencerminkan
KEADAAN atau KEGIATAN USAHA YANG SEBENARNYA.
(4) Harus DISELENGGARAKAN DI INDONESIA dengan
menggunakan HURUF LATIN, ANGKA ARAB, satuan MATA
UANG RUPIAH, dan disusun dalam BAHASA INDONESIA atau
dalam BAHASA ASING yang DIIZINKAN oleh Menteri Keuangan.
(5) Diselenggarakan dengan PRINSIP TAAT ASAS dan dengan
STELSEL AKRUAL atau STELSEL KAS.
(6) Perubahan terhadap METODE PEMBUKUAN dan/atau TAHUN
BUKU harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal
Pajak.
(7) Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai
HARTA, KEWAJIBAN, MODAL, PENGHASILAN dan BIAYA, serta
PENJUALAN dan PEMBELIAN sehingga dapat dihitung besarnya
pajak yang terutang.
213
210. PEMBUKUAN BAHASA ASING
Pasal 28 ayat (8)
Pembukuan
dengan menggunakan BAHASA ASING
dan MATA UANG selain RUPIAH
dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah
mendapat izin
Menteri Keuangan.
PMK Nomor: 196/PMK.03/2007
214
211. PENCATATAN
Pasal 28 ayat (9)
PENCATATAN terdiri atas :
– data yang dikumpulkan secara teratur tentang
PEREDARAN atau PENERIMAAN BRUTO,
dan/atau
– PENGHASILAN BRUTO
sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
terutang, termasuk penghasilan yang bukan OBJEK
PAJAK dan/atau yang dikenai pajak yang BERSIFAT
FINAL.
215
212. PENYIMPANAN BUKU, CATATAN,
dan DOKUMEN
Pasal 28 ayat (11)
BUKU, CATATAN, dan DOKUMEN
yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan
dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari
pembukuan yang dikelola secara elektronik
atau secara program aplikasi on-line
WAJIB DISIMPAN SELAMA 10 TAHUN
di Indonesia,
yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal
Wajib Pajak orang pribadi,
atau di tempat kedudukan Wajib Pajak badan.
216
213. PEMERIKSAAN
Pasal 1 Angka 25
SERANGKAIAN KEGIATAN MENGHIMPUN dan MENGOLAH :
• DATA,
• KETERANGAN, dan/atau
• BUKTI,
yang DILAKSANAKAN secara OBYEKTIF dan PROFESIONAL
BERDASARKAN SUATU STANDAR PEMERIKSAAN untuk :
• MENGUJI KEPATUHAN PEMENUHAN KEWAJIBAN
PERPAJAKAN,dan/atau
• TUJUAN LAIN
DALAM RANGKA MELAKSANAKAN KETENTUAN PER-UU-AN
PERPAJAKAN.
217
214. WEWENANG DIRJEN PAJAK dalam
rangka PEMERIKSAAN
Pasal 29 ayat (1) dan (2)
(1) Direktur Jenderal Pajak BERWENANG melakukan
PEMERIKSAAN untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan
lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
(2) Untuk keperluan pemeriksaan, petugas pemeriksa
harus memiliki tanda pengenal pemeriksa dan
dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan serta
memperlihatkannya kepada Wajib Pajak yang
diperiksa.
218
215. KEWAJIBAN WP yang DIPERIKSA
Pasal 29 ayat (3)
(3) WAJIB PAJAK yang DIPERIKSA WAJIB:
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau
catatan, dokumen yang menjadi dasarnya, dan
dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan
yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib
Pajak, atau objek yang terutang pajak;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau
ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan
guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau
c. memberikan keterangan lain yang diperlukan.
219
216. JANGKA WAKTU
PERMINTAAN DOKUMEN
Pasal 29 ayat (3a)
(3a) Buku, catatan, dan dokumen, serta data,
informasi, dan keterangan lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) WAJIB dipenuhi oleh
Wajib Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak
permintaan disampaikan.
220
217. PENGHASILAN KENA PAJAK
secara JABATAN
Pasal 29 ayat (3b)
(3b) Dalam hal WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) sehingga tidak dapat
dihitung besarnya penghasilan kena pajak,
penghasilan kena pajak tersebut dapat dihitung
secara jabatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
221
218. KERAHASIAAN WP DITIADAKAN
dalam rangka PEMERIKSAAN
Pasal 29 ayat (4)
(4) Apabila dalam mengungkapkan pembukuan,
pencatatan, atau dokumen serta keterangan
yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu
kewajiban untuk merahasiakannya, maka
kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan
oleh permintaan untuk keperluan
pemeriksaan.
222
219. WP BADAN yang DINYATAKAN
EFEKTIF oleh BAPEPAM
Pasal 29A
Terhadap WP BADAN yang pernyataan pendaftaran emisi
sahamnya telah dinyatakan efektif oleh BAPEPAM dan
menyampaikan SPT dengan dilampiri Laporan Keuangan yang
telah diaudit oleh Akuntan Publik dengan pendapat Wajar
Tanpa Pengecualian yang :
a. SPT Tahunan Wajib Pajak menyatakan lebih bayar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B; atau
b. terpilih untuk diperiksa berdasarkan analisis risiko,
dapat dilakukan pemeriksaan melalui
PEMERIKSAAN KANTOR.
223
220. PENYEGELAN
Pasal 30 ayat (1)
(1) Direktur Jenderal Pajak berwenang
melakukan PENYEGELAN tempat atau
ruangan tertentu serta barang bergerak
dan/atau tidak bergerak apabilaWajib Pajak
tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) huruf b.
224
221. TATA CARA PEMERIKSAAN
Pasal 31 ayat (1) dan (2)
(1) Tata cara pemeriksaan diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(2) Tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) di antaranya mengatur tentang
pemeriksaan ulang, jangka waktu pemeriksaan,
kewajiban menyampaikan surat pemberitahuan
hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak, dan hak
Wajib Pajak untuk hadir dalam pembahasan
akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang
ditentukan.
225
222. KEWAJIBAN DIRJEN PAJAK
MENYAMPAIKAN SPHP PKP JABATAN
Pasal 31 ayat (3)
(3) Apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan Wajib
Pajak tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) sehingga
penghitungan penghasilan kena pajak dilakukan
secara jabatan, Direktur Jenderal Pajak wajib
menyampai kan surat pemberitahuan hasil
pemeriksaan kepada Wajib Pajak dan
memberikan hak kepada Wajib Pajak untuk hadir
dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan
dalam batas waktu yang ditentukan.
226
224. WAKIL WAJIB PAJAK
Pasal 32 ayat (1)
(1) Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
Wajib Pajak diwakili dalam hal :
a. BADAN oleh PENGURUS;
b. BADAN yang dinyatakan PAILIT oleh KURATOR;
c. BADAN dalam PEMBUBARAN oleh orang atau badan
yang ditugasi untuk melakukan pemberesan;
d. BADAN dalam LIKUIDASI oleh LIKUIDATOR;
e. suatu WARISAN yang belum terbagi oleh salah seorang
ahli warisnya, pelaksana wasiatnya atau yang
mengurus harta peninggalannya; atau
f. ANAK yang belum dewasa atau orang yang berada
dalam pengampuan oleh WALI atau PENGAMPUNYA.
228
225. TANGGUNG JAWAB WAKIL
Pasal 32 ayat (2)
Wakil bertanggung jawab
secara pribadi dan/atau secara renteng atas
pembayaran pajak yang terutang,
kecuali
apabila dapat membuktikan dan meyakinkan
Direktur Jenderal Pajak bahwa mereka dalam
kedudukannya benar-benar tidak mungkin untuk
dibebani tanggung jawab atas pajak yang terutang
tersebut.
229
226. KUASA WAJIB PAJAK
Pasal 32 ayat (3)
(3) Orang pribadi atau badan dapat menunjuk
SEORANG KUASA dengan surat kuasa
khusus untuk menjalankan hak dan
memenuhi kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
230
227. PERSYARATAN KUASA
Pasal 32 ayat (3a)
(3a) Persyaratan serta pelaksanaan hak dan
kewajiban KUASA sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
PMK Nomor: 22/PMK.03/2008
231
228. PENGERTIAN PENGURUS
Pasal 32 ayat (4)
(4) Termasuk dalam pengertian PENGURUS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a adalah orang yang nyata-nyata
mempunyai wewenang ikut menentukan
kebijaksanaan dan/atau mengambil
keputusan dalam menjalankan
perusahaan.
232
229. PIHAK-PIHAK yang WAJIB
MEMBERIKAN KETERANGAN
Pasal 35 ayat (1)
(1) Apabila dalam menjalankan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan diperlukan
KETERANGAN atau BUKTI dari BANK, AKUNTAN
PUBLIK, NOTARIS, KONSULTAN PAJAK, KANTOR
ADMINISTRASI, dan/atau pihak ketiga lainnya, yang
mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang
dilakukan pemeriksaan pajak, penagihan pajak, atau
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, atas
permintaan tertulis dari Direktur Jenderal Pajak,
pihak-pihak tersebut WAJIB memberikan keterangan
atau bukti yang diminta.
233
230. KEWAJIBAN MERAHASIAKAN
DITIADAKAN
Pasal 35 ayat (2)
(2) Dalam hal pihak-pihak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terikat oleh KEWAJIBAN
MERAHASIAKAN, untuk keperluan pemeriksaan,
penagihan pajak, atau penyidikan tindak pidana
di bidang perpajakan, kewajiban merahasiakan
tersebut ditiadakan, kecuali untuk bank,
kewajiban merahasiakan ditiadakan atas
permintaan tertulis dari Menteri Keuangan.
234
231. WAJIB MEMBERIKAN
DATA dan INFORMASI
Pasal 35A ayat (1)
(1) Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi,
dan pihak lain, wajib memberikan data dan
informasi yang berkaitan dengan perpajakan
kepada Direktorat Jenderal Pajak yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2).
235
232. DATA dan INFORMASI
TIDAK MENCUKUPI
Pasal 35A ayat (2)
(2) Dalam hal data dan informasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) TIDAK MENCUKUPI,
Direktur Jenderal Pajak berwenang
menghimpun data dan informasi untuk
kepentingan penerimaan negara yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2).
236
233. PENGURANGAN atau PENGHAPUSAN
SANKSI dan/atau KETETAPAN PAJAK
Pasal 36 ayat (1)
(1) Direktur Jenderal Pajak karena JABATAN atau atas PERMOHONAN
WAJIB PAJAK dapat:
a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi
berupa bunga, denda, dan kenaikan yang terutang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib
Pajak atau bukan karena kesalahannya;
b. mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang
tidak benar;
c. mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 yang tidak benar; atau
d. membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan
pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa:
1. penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau
2. pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak.
237
234. PENGAJUAN PERMOHONAN
Pasal 36 ayat (1a) dan (1b)
(1a) Permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c
hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak
paling banyak 2 (dua) kali.
(1b) Permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d hanya dapat diajukan oleh
Wajib Pajak 1 (satu) kali.
238
235. KEPUTUSAN PERMOHONAN
Pasal 36 ayat (1c) dan (1d)
(1c) Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu
paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal
permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diterima, harus memberi keputusan
atas permohonan yang diajukan.
(1d) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1c) telah lewat tetapi Direktur
Jenderal Pajak tidak memberi suatu
keputusan, permohonan Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dianggap dikabulkan.
239
236. KETERANGAN TERTULIS
Pasal 36 ayat (1e)
(1e) Apabila diminta oleh Wajib Pajak,
Direktur Jenderal Pajak WAJIB
memberikan keterangan secara tertulis
hal-hal yang menjadi dasar untuk
menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1c).
240
237. PENGURANGAN atau PENGHAPUSAN
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 37A ayat (1)
(1) Wajib Pajak yang menyampaikan pembetulan SPT
Pajak Penghasilan sebelum Tahun Pajak 2007, yang
mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar
menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama dalam
jangka waktu 1 (satu) tahun setelah berlakunya
Undang-Undang ini, dapat diberikan PENGURANGAN
atau PENGHAPUSAN sanksi administrasi berupa
BUNGA atas keterlambatan pelunasan kekurangan
pembayaran pajak yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
241
238. WP OP yang MENDAFTAR NPWP
SECARA SUKARELA
Pasal 37A ayat (2)
(2) Wajib Pajak ORANG PRIBADI yang secara sukarela
mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok
Wajib Pajak paling lama 1 (satu) tahun setelah
berlakunya Undang-Undang ini diberikan penghapusan
sanksi administrasi atas PAJAK yang tidak atau kurang
dibayar untuk Tahun Pajak sebelum diperoleh Nomor
Pokok Wajib Pajak dan tidak dilakukan pemeriksaan
pajak, kecuali terdapat data atau keterangan yang
menyatakan bahwa Surat Pemberitahuan yang
disampaikan Wajib Pajak tidak benar atau menyatakan
lebih bayar.
242
239. ALPA
Pasal 38
Setiap orang yang karena kealpaannya:
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak
benar atau tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yang isinya tidak benar
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan
setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13A, DIDENDA paling sedikit 1
(satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana
kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1
(satu) tahun.
243
240. SENGAJA
Pasal 39 ayat (1)
Setiap orang yang dengan SENGAJA:
a. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau tidak
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP;
b. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau
Pengukuhan PKP;
c. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
d. menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak
benar atau tidak lengkap;
e. menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29;
f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen
lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak
menggambarkan keadaan yang sebenarnya;
244
241. SENGAJA
Pasal 39 ayat (1)
g. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di
Indonesia, tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan
buku, catatan, atau dokumen lain;
h. tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk
hasil pengolahan data dari pembukuan yg dikelola secara
elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on-line;
atau
i. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut,
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
dipidana dengan PIDANA PENJARA paling singkat 6 bulan dan
paling lama 6 tahun dan DENDA paling sedikit 2 kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling
banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar.
245
242. MENGULANGI TINDAK PIDANA
SEBELUM 1 TAHUN
Pasal 39 ayat (2)
(2) Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua)
kali sanksi pidana apabila seseorang
melakukan lagi tindak pidana di bidang
perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun,
terhitung sejak selesainya menjalani pidana
penjara yang dijatuhkan.
246
243. PERCOBAAN
Pasal 39 ayat (3)
Setiap orang yang melakukan PERCOBAAN untuk melakukan tindak
pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP
atau Pengukuhan PKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, atau menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan
yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d, dalam rangka mengajukan permohonan
restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan
pajak,
DIPIDANA dengan PIDANA PENJARA paling singkat 6
bulan dan paling lama 2 tahun dan DENDA paling sedikit 2
(dua) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau
kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan paling
banyak 4 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau
kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan.
247
244. SENGAJA
Pasal 39A
Setiap orang yang dengan SENGAJA:
a. menerbitkan dan/atau menggunakan FAKTUR PAJAK, bukti
pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti
setoran pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang
sebenarnya; atau
b. menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak
dipidana dengan PIDANA PENJARA paling singkat 2 tahun dan
paling lama 6 tahun serta DENDA paling sedikit 2 kali jumlah
pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti
pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak dan paling
banyak 6 kali jumlah pajak dalam faktur pajak,
bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau
bukti setoran pajak.
248
245. SENGAJA TIDAK
MEMBERI KETERANGAN
Pasal 41A
Setiap orang yang wajib memberikan keterangan atau
bukti yang diminta sbgmn dimaksud dalam Pasal 35
tetapi dengan SENGAJA tidak memberi keterangan
atau bukti, atau memberi keterangan atau bukti yang
tidak benar dipidana dengan PIDANA KURUNGAN
paling lama 1 (satu) tahun dan DENDA paling banyak
Rp 25.000.000,00
(dua puluh lima juta rupiah).
249
246. SENGAJA MENGHALANGI
PENYIDIKAN
Pasal 41B
Setiap orang yang dengan SENGAJA menghalangi
atau mempersulit penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan dipidana dengan
PIDANA PENJARA paling lama 3 (tiga) tahun dan
DENDA paling banyak Rp75.000.000,00
(tujuh puluh lima juta rupiah).
250
247. SENGAJA TIDAK MEMENUHI
KETENTUAN PASAL 35A ayat (1)
Pasal 41C ayat (1)
(1) Setiap orang yang dengan SENGAJA tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35A ayat (1) dipidana dengan
PIDANA KURUNGAN paling lama 1 (satu) tahun
atau DENDA paling banyak
Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
251
248. SENGAJA TIDAK TERPENUHI
KEWAJIBAN PIHAK LAIN
Pasal 41C ayat (2)
(2) Setiap orang yang dengan SENGAJA
menyebabkan tidak terpenuhinya kewajiban
pejabat dan pihak lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35A ayat (1) dipidana dengan
PIDANA KURUNGAN paling lama 10 bulan atau
DENDA paling banyak Rp 800.000.000,00
(delapan ratus juta rupiah).
252
249. SENGAJA TIDAK MEMBERIKAN
DATA dan INFORMASI
Pasal 41C ayat (3)
(3) Setiap orang yang dengan SENGAJA tidak
memberikan data dan informasi yang diminta
oleh Direktur Jenderal Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35A ayat (2) dipidana
dengan PIDANA KURUNGAN paling lama 10
(sepuluh) bulan atau DENDA paling banyak Rp
800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
253
250. MENYALAHGUNAKAN
DATA dan INFORMASI
Pasal 41C ayat (4)
(4) Setiap orang yang dengan SENGAJA
menyalahgunakan data dan informasi
perpajakan sehingga menimbulkan kerugian
kepada negara dipidana dengan PIDANA
KURUNGAN paling lama 1 (satu) tahun atau
DENDA paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
254