Similar to Pkp meningkatkan hasil belajar siswa kelas iv sd negeri 17 sawerigadi melalui metode demonstrasi dan kerja kelompok pada mata pelajaran ipa (20)
Pkp meningkatkan hasil belajar siswa kelas iv sd negeri 17 sawerigadi melalui metode demonstrasi dan kerja kelompok pada mata pelajaran ipa
1. 47
LAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL
(PKP)
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 17
SAWERIGADI MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN KERJA
KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN IPA
TENTANG TOPIK GAYA
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP)
PDGK 4501
Program S1 PGSD
OLEH :
NAMA : WA ODE FITRI
NIM : 820 125 949
SEMESTER :X (SEPULUH)
POKJAR : RAHA. C
PROGRAN STUDI S1 PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ- KENDARI
2014
2. 47
LEMBAR PENGESAHAN HASIL PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Nama Mahasiswa : WA ODE FITRI
NIM : 820125949
Program Studi : S1 PGSD
Tempat Mengajar : SDN 17 SAWERIGADI
Jumlah Siklus Pembelajaran : 2 SIKLUS
Hari dan Tanggal
Pelaksanaan
: Siklus 1, Hari Senin, tanggal 12 Mei 2014
Siklus 2 , Hari Jumat tanggal 16 Mei 2014
Masalah yang merupakan fokus perbaikan :
” Apakah metode demonstrasi dan kerja kelompok dapat meningkatkan hasil
belajar IPA pokok bahasan Gaya?”
Nihi, 16 Mei 2014
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. La Sawali,S.Pd.M.KES
NIP. 1973112312002121003
Mahasiswa
Wa Ode Fitri
NIM. 820125949
3. 47
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan praktek Pemantapan
Kemampuan Profesional ( PKP ) yang saya susun sebagai syarat untuk memenuhi
mata kuliah PKP pada Program Studi S1 PGSD Universitas Terbuka ( UT )
seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan PKP yang saya kutip dari
hasil karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, dan etika penulisan karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan PKP ini bukan
hasil karya saya sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya
bersedia menerima sanksi, termaksud pencabutan gelar akademik yang saya
sandang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Nihi 13 Juni 2014
Yang Membuat Pernyataan.
Wa Ode Fitri
Nim. 820 125 949
4. 47
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, berkat limpahan Rahmat dan
Karuniah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menulis laporan akhhir Mata
Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) ini. Dalam menyelesaikan
laporan ini banyak pihak yang membantu, untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya semoga dapat bernilai sedekah di
mata Yang Maha Kuasa. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan, tetapi inilah yang terbaik yang dapat penulis laporkan sebagai tugas
akhir Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP). Kritik dan saran
yang bersifat membangun demi perbaikan penelitian dan perbaikan kinerja Guru
akan penulis terima dengan senang hati. Harapan penulis, semoga lapora tugas akhir
Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Prefesional (PKP) dapat menjadi bahan
rujukan bagi teman-teman guru yang memiliki tujuan dan masalah yang sama.
Nihi, 13 Juni 2014
Penulis
Wa Od Fitri
NIM. 820125949
5. 47
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….....
LEMBAR PENGESAHAN…………………..…………………………………....
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ………………………………....
KATA PENGANTAR……………………………………………………….........
DAFTAR ISI……………………………………………………………………....
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………...
ABSTRAK ..............................................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
BAB. I PENDAHULUAN .................................................................................
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………
B. Rumusan Masalah…………………………………………………..
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran.......……………………
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran..……………………
1
1
3
4
4
BAB. II KAJIAN PUSTAKA ...............................................................................
A. Hasil Belajar .... ……………………………………………………..
B. Metode Demonstrasi ………………………………………………...
C. Kerja Kelompok .................................................................................
D. Pembelajaran IPA di SD Tentang Gaya ............................................
5
5
7
8
12
BAB. III PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN ...........................
A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian pihak yang membantu ...........
1. Subyek .........................................................................................
2. Tempat .........................................................................................
3. Waktu, pihak yang membantu .....................................................
4. B. Desain Prosedur Perbaiakan Pembelajaran ………………………...
1. C. Tekhnik Analisis Data ……………….……………………………...
13
13
13
13
14
14
17
BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN ..........................................
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembalajaran ……………….
B. Pembahsan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran …………….
18
18
26
BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
A. Kesimpulan ………………………………………………………...
B. Saran ……………………………………………………………….
30
30
30
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 31
LAMPIRAN. 1. Kesedian Sebagai Penilai 2 dalam Penyelenggaraan Pemantapan
Kemampuan Profesional (PKP) ....................................................
33
LAMPIRAN. 2. Perencanaan Perbaikan Pembelajaran Mata Pelajaran IPA .......... 34
LAMPIRAN. 3. Berkas RPP PraSiklus, RPP Perbaikan Siklus 1, RPP Perbaikan
Siklus 2 .......................................................................................... 35
LAMPIRAN. 4. Lembar Observasi Pengamatan Kinerja Guru ............................... 45
LAMPIRAN. 5. Jurnal Pembimbung dengan Supervisor 2 ..................................... 47
LAMPIRAN. 6. Hasil Pekerjaan siswa yang terbaik dan terburuk per siklus .......... 48
6. 47
DAFTAR TABEL
Tabel Langkah-langkah Metode Kooperatif TGT ........................................... 10
Tabel Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 14
Tabel. 12. Presentase AktifitAS Siswa dalam kelompok pada siklus 1.................. 18
Tabel. 2 Data Hasil Observasi Aktivitas Guru selama Siklus tindakan ............... 21
Tabel. 3 Nilai Hasil belajar siswa pada gaya siklus 1 .......................................... 23
Tabel. 4 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada gaya Siklus 2 ....................................... 24
Tabel. 5 Presentase ketuntasan belajar siswa untuk semua siklus tindakan ....... 25
Tabel Lembar pengamatan terhadap kinerja Guru........................................... 45
Tabel Jurnal Pembmbing supervisor 2 PKP .................................................... 47
Tabel Pekerjaan siswa yang terbaik dan terburuk siklus 1 .............................. 48
Tabel Pekerjaan siswa yang terbaik dan terburuk siklus 2 .............................. 49
8. 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran. 1 Surat Kesediaan Supervisor 2 PKP sebagai Pembimbing PKP ......... 33
Lampiran 2 Perencanaan perbaikan pembelajaran mata pelajaran IPA................ 34
Lampiran 3 Berkas RPP Prasiklus, RPP Perbaikan siklus 1, RPP Perbaikan
siklus 2............................................................................................... 35
Lampiran 4 Lembar observasi pengamatan kinerja guru......................................... 45
Lampiran 5 Jurnal pembimbing dengan supervisor 2.............................................. 47
Lampiran 6 Hasil pekerjaan siswa yang terbaik dan terburuk persiklus.................. 48
9. 47
ABSTRAK
Waode Fitri, 820 125 949, Tujuan meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA. Penggunaan strategi yang cenderung monoton, yaitu ceramah
yang disertai sedikit tanya jawab dalam menyajikan materi pelajaran oleh guru
kelas IV SDN 17 Sawerigadi, mengakibatkan siswanya kurang pemahaman dalam
mengikuti pembelajaran IPA dengan topik Gaya, sehingga menyebabkan rendahnya
hasil belajar siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan upaya dengan
menerapkan suatu pembelajaran yaitu dengan metode demonstrasi dan kerja
kelompok. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Penelitian ini dilakukan dalam
2 siklus, yaitu siklus I, siklus II, dimana setiap tindakan diamati melalui lembar
observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas guru. Untuk mengetahui
hasil dari tindakan yang telah diberikan dilakukan evaluasi dengan mengadakan tes
formatif di setiap akhir siklusnya. Dari hasil yang diperoleh dari penelitian siklus I
nilai rata-ratanya 70,33, dan siklus II nilai rata-ratanya 81,46. jumlah siswa
mencapai keberhasilan juga meningkat dari siklus I sebanyak 10 orang atau 55 %
menjadi 13 orang atau 90 % pada siklus II dari jumlah keseluruhan siswa sebanyak
15 orang. Peningkatan hasil belajar siswa ini seiring dengan keaktifan siswa di
dalam proses pembelajaran yang juga selalu mengalami peningkatan disetiap
siklusnya.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian, dapat disimpulkan bahwa
penerapan pembelajaran dengan menggunakan, metode demonstrasi dengan
pembagian kelompok dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA khususnya kelas IV SDN 17 Sawerigadi.
Kata Kunci : Pemahaman Belajar, Metode Demostrasi , Kerja Kelompok
10. 47
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan
mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional,
tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang
dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses
pembelajaran.
Penelitian merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi
pembangunan bangsa atau negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah
yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan
dengan adanya interaksi belajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks
penyelengaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya
secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang
pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini
cenderung pada pencapaian terget materi kurikulum, lebih mementingkan pada
penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan
pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian
materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk,
mencatat, mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa
untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran tindak menjadi kondusif
sehingga siswa menjadi pasif (Emildadianny, 2008).
Berdasarkan pengamatan riil, di lapangan, proses pembelajaran di sekolah
dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa. Masih banyak tenaga pendidikan
yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan
pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan dominan oleh
sang guru.
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor
yang mempengaruhinya dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat
pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas
11. 47
perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model
pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk
berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar
yang optimal.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP)
menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat
pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamya agar suasana kelas
lebih hidup.
IPA sebagai bagian ilmu pengetahuan alam merupakan salah satu mata
pembelajaran yang wajib diikuti oleh semua kelas di tingkat SD. Pemahaman
pengetahuan mengenai IPA (sains) yang dilakukan melalui kegiatan belajar
mengajar di SD dapat dijadikan landasan pengetahuan untuk ilmu pengetahuan dan
teknologi pada pendidikan selanjutnya.
IPA berdasarkan pengalaman dan inkuiri siswa sendiri. Fakta di lapangan
guru sekolah kebanyakan mengajar dengan cara tradisional seperti metode ceramah,
dengan pola: informasi-contoh soal-latihan sesuai contoh. Paradigma pembelajaran
sains di Indonesia selama bertahun-tahun adalah paradigma mengajar dan banyak
dipengaruhi oleh psikologi tingkah laku, bukan paradigma belajar (Marpaung,
2003) dalam (Rochmat, 2008). Pembelajaran yang dilakukan guru di Indonesia
beracuan behaviorisme dengan penekanan pada transfer pengetahuan dan hukum
latihan. Guru mendominasi kelas dan menjadi sumber utama pengetahuan.
Hasil observasi awal penelitian di SDN 17 Sawerigadi materi IPA pokok
bahasan gaya, pada tahun pelajaran 2013/2014 diperoleh fakta bahwa hasil belajar
masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian
siswa untuk materi tersebut hanya mencapa 15,81
(37,84% siswa memperoleh nilai < 6; 18,92% siswa memperoleh nilai 6 dan
43,24% memperoleh nilai ≥ 6,5). Nilai ini masih berada di bawah nilai ketuntasan
menurut kurikulum, yakni sebesar 6,50 atau 65 %. Berdasarkan keterangan guru
IPA kelas di SDN 17 Sawerigadi diperoleh informasi bahwa umumnya siswa
mengalami kesulitan dalam materi yang berhubungan ”gaya”. hal ini dimungkinkan
akibat kurangnya pemahaman konsep siswa tentang materi tersebut ataupun metode
12. 47
pembelajaran yang kurang menumbuhkan motivasi siswa. Akibatnya siswa banyak
memperoleh nilai rendah ketika soal-soal latihan atau tugas yang diberikan sehingga
belum mencapai standar ketuntasan belajar minimal (SKBM).
Permasalahan di atas tentu menjadi kendala belajar baik dari pihak siswa,
guru maupun pihak sekolah. Alternatif yang dapat dilakukan yakni perlu adanya
perbaikan pola atau model pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Salah satu
strategi pembelajaran inovatif-konstruktivistik yang mungkin memberikan dampak
positif baik pada kualitas proses maupun hasil belajar siswa adalah pembelajaran
kooperatif. Metode demonstrasi dan kerja kelompok dianggap cocok diterapkan
dalam kurikulum tingkat Sekolah Dasar saat ini yaitu KTSP. Karena Metode
demonstrasi dan kerja kelompok dapat memotifasi siswa dalam peran atraktif dan
juga menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Hal ini tidak terlepas dari anak
yang masih ingin bermain, yang kemudian dapat dimanfaatkan dalam proses
transfer pengetahuan kepada anak melalui cara belajar sambil bermain. Selain itu,
Metode demonstrasi dan kerja kelompok dapat mengaplikasikan konsep-konsep
yang selama ini dianggap abstrak ke dalam bentuk realita yang lebih sering dialami
anak dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan suatu
penelitian tindakan kelas dengan judul ” meningkatan hasil belajar siswa kelas IV
SD Negeri 17 Sawerigadi pada Mata Pelajaran IPA pokok bahasan gaya melalui
penerapan metode demonstrasi dan kerja kelompok”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut : ”apakah metode demonstrasi dan kerja kelompok
dapat meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan Gaya?”Kelas IV SD
Negeri 17 Sawerigadi
13. 47
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan perbaikan pada tugas akhir program ini adalah ;
Untuk mengetahui keefektipan model pembelajaran demonstasi dan kerja
kelompok materi pokok gaya di Kelas IV SD Negeri 17 Sawerigad
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang hendak dicapai setelah melaksanakan
pembelajaran IPA ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi guru, dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran IPA
di kelas, sehingga materi pelajaran IPA yang dianggap sulit bagi siswa
dapat dipahami lebih muda oleh siswa.
b. Bagi siswa, dapat meningkatkan prestasi belajar IPA-nya, khususnya
pada pokok bahasan gaya.
c. Bagi sekolah, sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran IPA pada khusunya.
d. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan acuan untuk melakukan
penelitian yang relevan
14. 47
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
Istilah “belajar” dan “mengajar” adalah dua peristiwa yang berbeda akan
tetapi diantara keduanya terdapat tujuan hubungan yang sangat erat. Bahkan antara
keduanya terjadi ikatan interaksi saling mempengaruhi dan saling menunjang satu
sama lain. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003
menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan pelajar. Dalam pembelajaran,
guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami
berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk
belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.
Arikunto (2007) bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan
pengajaran merupakan cara/teknik yang digunakan dalam mengajar, misalnya
ceramah, tanya jawab, diskusi, sosiodrama, demonstrasi, eksperimen dan
sebagainya. Pengajaran merujuk pada bagaimana guru mengatur keseluruhan proses
belajar mengajar meliputi mengatur waktu, pemenggalan penyajian, proses belajar
mengajar meliputi mengatur waktu, pemenggalan penyajian, pemilihan metode,
pemilihan pendekatan dan sebagainya.
Namun menurut Slavini dalam Rochmad (2008) bahwa proses belajar
mengajar yang berpusat pada siswa dan menekankan pada aktivitas siswa
mengkonstruksi pengetahuan dalam benaknya sendiri dinamakan teori
pembelajaran kostruktivistik (contructivist theories of learning). Salah satu dari
prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak dapat
dengan mudah menanamkan pengetahuan pada diri siswa. Siswa harus
mengkonstruksi pengetahuan dalam benaknya. Berkaitan dengan hal ini, guru dapat
menciptakan suasana pembelajaran sehingga informasi, ketrampilan dan konsep
yang disampaikan menjadi bermakna dan relevan bagi siswa dengan cara
memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka
sendiri, serta suasana pembelajaran yang mampu menjadikan siswa memiliki
15. 47
keberanian dan dengan penuh kesadaran belajar menggunakan strateginya sendiri.
Guru dapat memberi tangga kepada siswa agar dapat digunakan untuk kepahaman
yang lebih tinggi, tetapi biarkanlah siswa sendiri yang memanjatnya.
Dalam upaya meningkatkan aktivitas dan kreativitas pembelajaran, Mulyasa
(2004) dalam Mulyasa (2006) mengemukakan bahwa di samping penyediaan
lingkungan yang kreatif, guru dapat menggunakan pendekatan:
1. Self steem approach. Dalam pendekatan ini guru dituntut untuk lebih
mencurahkan perhatiannya pada pengembangan self esteenm (kesadaran akan
harga diri), dimana harus terjadi pengembangan sikap dan mendapat perhatian
secara operasional.
2. Creative approach. Beberapa saran untuk pendekatan ini adalah
dikembangkannya problem solving, brain stornming, inquiry, dan role playing.
3. Value clarification and moral development approch. Dalam pendekatan ini
pengembangan pribadi menjadi sasaran utama, pendekata holistic dan
humanistic menjadi ciri utama dalam mengembangkan potensi menuju self
actualization.
4. Multi tolent approach. Pendekatan ini mementingkan upaya pengembangan
seluruh potensi peserta didik, karena manifestasi pengemgenbangan seluruh
potensi akan mengembangkan self concept yang menunjang kesehatan mental.
5. Inquiry approach Peserta didik diberi kesempatan untuk menggunakan proses
mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah, serta meningkatkan
potensi intelektualnya.
6. Piectorial riddle appoach. Metode untuk mengembangkan motivasi dan minat
peserta didik dalam diskusi kelompok kecil. Pendekatan ini sangat membantu
meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif.
7. Syntetics appoach. Pada hakekatnya pendekatan ini memuaskan perhatian pada
kompetensi peserta didik untuk mengembangkan kreativitasnya. Kegiatan
dimulai dengan kegiatan membentuk kelompok yang tidak rasional, kemudian
berkembang menuju pada penemuan dan pemecahan masalah secara rasional.
Memahami uraian di atas, aktivitas dan efektivitas peserta didik dalam
belajar sangat bergantung pada aktivitas dan kreativitas guru dalam pembelajaran
16. 47
dan pembentukan kompetensi peserta didik, serta menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif. Guru dapat mrnggunakan berbagai pendekata dalam meningkatkan
aktivitas dan kreativitas peserta didik.
B. Metode Demonstrasi
Pemilihan strategi belajar mengajar harus dilandaskan pada pertimbangan
menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang tidak hanya menerima
secara pasif apa yang disampaikan oleh pendidik. Pendidik harus menempatkan
peserta didiknya sebagai insan yang secara alami memiliki pengalaman,
pengetahuan, keinginan, dan pemikir yang dapat dimanfaatkan untuk belajar, baik
secara individual maupun secara kelompok. Strategi yang dipilih oleh pendidik
adalah strategi yang dapat membuat peserta didik mempunyai keyakinan bahwa
dirinya mampu belajar. Juga strategi belajar mengajar yang dapat memanfaatkan
potensi peserta didik seluas-luasnya.
Dalam Demonstrasi pada Mata Pelajaran IPA Materi Gaya hasil yang akan
di capai harus di sampaikan pada peseria didik sehingga peserta didik tidak
merumuskan masalah ,berspekulasi dan menarik kesimpulan berdasarkan apa yang
disaksikannya,jadi pada dasarnya bila penerapan Metode Demonstrasi ini di
terapkan ada beberapa hal yang perluh di perhatikan diantaranya sebagai berikut:
a. Hasil yang akan di capai /di peroleh harus di sampaikan pada murid
b. Pada percobaan atau Eksprimen apa yasng akan terjadi tidak diketahui oleh
siswa
c. Hendaknya disertai/diikuti pertanyaan yang mengiringi murid memahami suatu
konsep
d. Demonstrasi di tampilkan hendaknya jelas dan menggairahkan .
C. Kerja Kelompok
Teknik pembelajaran kooperatif dalam budaya Indonesia yaitu gotong-
royong. Anggota masyarakatnya mempunyai kesamaan tujuan dan saling
ketergantungan satu dengan lainnya. Slavin, mengemukakan bahwa teknik
pembelajaran kooperatif adalah berbagai metode pembelajara yang memungkinkan
para siswa bekerja di dalam kelompok kecil saling membantu satu sama lain dalam
mempelajari materi tertentu. Dalam pembelajaran para siswa diharapkan saling
17. 47
membentu, berdiskusi, berdebat, atau saling menilai pengetahuan dan pemahaman
satu sama lain (Suprayekti, 2006).
Berdasarkan defenisi tersebut karakteristik teknik pembelajaran kooperatif
adalah :
a. Siswa belajar dalam kelompok.
b. Siswa memiliki rasa saling ketergantungan
c. Siswa belajar berinteraski secara kerjasama
d. Siswa dilatih untuk bertanggung jawab terhadap tugas.
e. Siswa memiliki keterampilan komunikasi interpersonal.
Ciri-ciri tersebut dapat memberikan dampak positif kepada siswa antara lain
:
a. Mengembangkan sikap belajar kelompok/bersosialisai.
b. Membangun kemampuan bekerjasama.
c. Melatih kecakapan berkomunikasi.
d. Melatih keterlibatan emosi siswa.
e. Mengembangkan rasa percaya diri dalam belajar.
f. Meningkatkan prestasi akademiknya secara individual dan kelompok.
g. Meningkatkan motivasi belajar.
h. Memperoleh kemampuan belajar.
Tingkat keberhasilan teknik pembelajaran kooperatif di atas, tergantung
kepada tinggi rendahnya aspek berikut :
a. Interdepedensi ganjaran.
b. Interpendensi tugas
c. Tanggung jawab atau akuntabilitas individual.
d. Struktur yang dipaksakan oleh guru.
e. Ada atau tidak adanya kompetensi kelompok.
Pembelajaran kooperatif seperti dikemukakan oleh Slavin tidak tersirat
secara sistematis. Oleh karena itu, guru dapat mengoptimalkan kinerja yang telah
dilaksanakannya dengan memilih satu metode yang dikemukakan Slavin, antara lain
Student teams Achievement Divisions (STAD), Team Games Tournament (TGT),
18. 47
Team assisted Individualization (TAI), Cooperative Integrated Reading and
Comprehension (CIRC) dan Jigsaw.
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments sebenarnya
mirip dengan STAD. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil dan
masing-masing kelompok diberi bahan ajar yang sama. Setelah bahan ajar
dibagikan. Guru menugasi murid untuk mempelajari bahan ajar secara
berkelompok. Untuk mengarahkan perhatian murid kepada persoalan yang harus
diselesaikan, guru menyediakan LKS.
Kelas yang diajar dengan strategi belajar kelompok tipe TGT tidak hanya
membiarkan kelompok mendiskusikan bahan. Akan tetapi, guru mengkondisikan
kelas ke dalam suasana berkompetensi, sehingga masing-masing kelompok
berlomba untuk menyelesaikan persoalan yang dikemukakan oleh guru. Kelas
diberi tugas yang sama. Kelompok mana yang dapat menyelesaikan tugas dengan
benar akan memperoleh poin. Kemenangan kelompok ditentukan oleh besarnya
poin yang mereka raih. Artinya, semakin besar poin yang mereka raih, semakin
sering pula sebuah kelompok berhasil menyelesiakan persoalan lebih awal dan
benar dibandingkan kelompok lain. Untuk tidak menimbulkan kekecewaan di
kalangan kelompok-kelompok, yakni agar perlombaan tidak selalu dimenangkan
oleh kelompok yang reatif pandai, guru dapat mengadu kelompok yang relatif baik
dengan kelompok yang kemampuannya relatif lemah, oleh guru dapat diadu dengan
kelompok yang memiliki tingkat kamampuan rendah. Kemajuan kelompok dapat
diikuti oleh seluruh kelas melalaui jurnal kelas yang diterbitkan secara mingguan.
Dari jurnal yang diperpanjang terbuka itu, murid-murid dapat mengikuti catatan
prestai yang diraih oleh kelompoknya. Mulai jurnal ini pula, guru dapat
memperoleh informasi tentang kemajuan anak didiknya, sehingga guru dapat
memberikan bimbingan terhadap kelompok yang relatif memiliki kesulitan belajar.
Melalui turnamen prestasi hasil pembahasan, ada 4 tahap dalam TGT dalam
Supreyekti (2006), yakni :
1) Identifikasi masalah,
2) Pembahasan masalah dalam tim,
3) Prestasi hasil pembahasan tim (tournament), dan
19. 47
4) Penguatan guru.
TGT adalah teknik pembelajaran yang sama seperti STAD dalam setiap hal
kecuali satu, sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT
menggunakan turnamen permainan akademik. Dalam turnamen itu siswa bertanding
mewakili timnya dengan anggota tim lain yang serta dalam kinerja akademik
mereka yang lalu. Pada intinya model Kooperatif TGT terdiri dari empat kegiatan
yakni Persentase Kelas, Tim, Permainan, dan Turnamen. Langkah-langkah metode
kooperatif TGT sebagai berikut :
No. Langkah Metode TGT
1 Presentase
Kelas.
Guru mempersiapkan bahan ajar yang dibutuhkan. LKS
untuk tiap tim, lembar jawaban dan memperkenalkan
materi melalui persentase kelas, biasanya menggunakan
pengajaran langsung atau ceramah setelah mengerjakan
LKS dalam tim mereka.
2 Tim. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok
yang heterogen. Setiap kelompok siswa dalam satu tim
mengerjakan LKS untuk menuntaskan bahan ajar yang
telah diterimanya
3 Permainan. Guru mempersiapkan jenis permainan dari pertanyaan-
pertanyaan kelas dan latihan tim. Permainan dimainkan
pada meja-meja yang berisi tiga siswa, tiap siswa
mewakili tim yang berbeda.
4 Turnamen Guru mempersiapkan bahan turnamen yang dibutuhkan:
lembar penempatan meja turnamen, lembar permainan
untuk tiap meja turnamen, lembar skor permainan,
setumpuk kartu-kartu bernomor yang sesuai dengan -
pertanyaan pada lember permainan tiap meja.
5 Penghargaan
Tim
Guru menghitung skor tim dan siapkan sertifikat tim atau
tuliskan hasil turnamen yang diumumkan pada papan
buletin. (Kriteria rata-rata tim baik = 40, tim hebat = 45,
tim super = 50), (Ghasali, 2002)
20. 47
Aturan Permainan :
Permainan pertama mengambil kartu bernomor dan menemukan pertanyaan
yang sesuai dengan lembar permainan.
Membaca pertanyaan tersebut dengan keras.
Memberi jawaban
Penantang pertama: setuju dengan pembaca atau menantang dan memberi
jawaban, demikian juga penantang kedua.
Mencocokan jawaban
Pemain yang menjawab benar akan menyimpan kartu tersebut. Apabila ada
penantang yang menjawab salah ia akan mengembalikan kartu yang
dimenangkan sbelumnya (bila ada) ke tumpukan kartu. Apabila tidak ada
satupun jawaban yang benar, kartu tersebut dikembalikan ke tumpukan.
Langkah ini dilakukan sampai akhir pelajaran, atau tumpukan kartu telah habis.
Pada akhir turnamen hitunglah banyak kartu yang diperoleh tiap siswa,
siswa yang memperoleh skor tertinggi mendapat poin 60, tingkatan berikutnya
masing-masing, 50, 40 an 20.
D. Pembelajaran IPA di SD Tentang Gaya
Mata pelajaran IPA di SD, dalam hal ini kelas IV menekankan pada
fenomena alam yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
1. Mahluk hidup dan proses kehidupan; mencakup bahasan tentang rangka
manusia, alat indra, tumbuhan dan bagian-bagiannya, hewan dan jenis
makanannya, daur hidup hewan, pemeliharaan hewan, hubungan antar makhluk
hidup.
2. Benda dan sifatnya; mencakup bahasan tentang sifat benda padat dan cair, sifat
gas, perubahan wujud benda serta sifat bahan dan kegunaannya.
3. Gaya; mencakup bahasan tentang gaya, energi panas dan bunyi, penerapan
konsep perubahan gerak.
21. 47
4. Bumi dan alam semesta; mencakup bahasan tentang perubahan kenampakan
pada bumi, perubahan kenampakan pada langit, perubahan lingkungan dan
prosesnya, sumber daya alam.
Mata pelajaran IPA/sains perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus
yang membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan
yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta
mengembangkan ilmu dan teknologi. Tujuan pembelajaran IPA menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Mulyasa, 2006)
22. 47
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subyek, Tempat dan waktu Penelitian,pihak yang membantu
1. Subjek
Penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 17 Sawerigadi yang terdaftar
tahun pelajaran 2013/2014 semester ganjil dengan jumlah siswa sebanyak 17 orang
siswa. Penetapan kelas IV sebagai subyek penelitian didasarkan pada hasil
pengamatan sebaran nilai kelas IV yang menunjukkan bahwa di kelas tersebut
tingkat penguasaan materi IPA sangat lamban dibandingkan dengan kelas lain
sehingga diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat merangsang siswa
untuk meningkatkan materi pelajaran IPA.
2. Tempat
Penelitian dilaksanakan di SDN 17 Sawerigadi Kecamatan Sawerigadi
Kabupaten Muna. sekolah ini terdiri dari 6 kelas dengan jumlah siswa 129 orang
dan jumlah guru 8 orang yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah. Pelaksaaan
penelitian ini direncanakan pada Bulan oktober semester ganjil Tahun Pelajaran
2013/2014.
Rencana pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan sebanyak 2 siklus dan tiap
siklus direncanakan 1 kali pertemuan.
3. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 dan 17 Oktober 2013, jadwal
pelaksanaan adalah sebagai berikut :
Hari/Tanggal
Mata
pelajaran
Kelas Materi Pelajaran siklus
Siklus 1
Senin /12 Mei 2014 IPA IV Gaya Tarik Benda I
Siklus 2
Jumat 16 Mei 2014 IPA IV Gaya Tarik Benda II
23. 47
Adapun pihak yang membantu dalam pembelajaran ini yaitu guru kelas
sebagai supervisor 1 dan kepala sekolah dari sekolah SDN 17 Sawerigadi sebagai
supervisor 2.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini menerapkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
menerapkan model pendekatan Metode demonstrasi dan kerja kelompok.
Pelaksanaan Penelitian ini direncanakan akan berlangsung selama 2 siklus, dengan
masing-masing siklus dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan. Menurut Arikunto
(2007) bahwa daur dalam tindakan kelas diawali dengan perencanaan (planning),
pelaksanaan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi tindakan
(observation and avaluation) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan
yang diharapkan tercapai.
SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 1. Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2007)
Secara rinci bagan di atas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Perencanaan
Setelah diterapkan untuk menerapkan model pendekatan model
pendekatan Metode demonstrasi dan kerja kelompok pada pokok bahasan gaya
selanjutnya adalah menyiapkan beberapa hal yang diperlukan pada saat
pelaksanaan tindakan, yaitu sebagai berikut :
a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk tindakan siklus I
b) Membuat lembar observasi untuk aktivitas guru dan siswa selama
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Perencanaan
Pelaksanaan
Tindakan 1
RefleksiPerencanaan Observasi
Observasi Pelaksanaan
Tindakan
Refleksi
Siklus
Selanjutnya
24. 47
c) enyiapkan perangkat pembelajaran yang diperlukan
d) Merancang alat evaluasi untuk tes tindakan siklus
2. Pelaksanaan Tindakan Kelas (Action)
Tindakan Siklus I
Pada tahap ini, kegiatan pembelajaran dengan model pendekatan
Metode demonstrasi dan kerja kelompok dilaksanakan sesuai RPP yang telah
dibuat. Dalam proses pembelajaran, guru menjelaskan materi tentang gaya
gerak benda, pengertian gaya, sampai pada penerapan konsep gaya, selanjutnya
guru membagi kelompok yang heterogen dan melakukan diskusi kelas, untuk
mengembangkan masalah dan pemecahannya dengan menyajikan contoh-
contoh soal yang kemudian meminta tiap siswa dalam kelompok untuk
menyelesaikan. Pada akhirnya pertemuan, guru memberikan penghargaan
kepada siswa yang dapat menjawab soal dengan baik dalam bentuk pujian,
membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas dan
memberikan pekerjaan rumah. Selama proses pembelajaran, peneliti
mengobservasi jalannya pembelajaran.
3. Observasi dan evaluasi (Observation and Evaluation)
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan
serta melakukan evaluasi.
4. Refleksi (Refleksion)
Pada tahap ini dilaksanakan observasi dan evaluasi, yang
sebelumnya dikumpulkan dan dianalisis, selanjutnya dilihat apakah tujuan
pembelajaran telah tercapai sesuai target pada indikator kinerja. Jika belum
mencapai target, maka dilanjutkan pada siklus berikutnya dan kelemahan-
kelemahan yang terjadi pada silkus sebelumnya akan diperbaiki pada siklus
berikutnya.
Tindakan Siklus II
Pada tahap ini, kegiatan pembelajaran dengan model pendekatan Metode
demonstrasi dan kerja kelompok dilaksanakan sesuai RPP siklus II. Dalam
proses pembelajaran, guru menjelaskan materi tentang konsep gaya, selanjutnya
25. 47
guru membagi kembali kelompok yang heterogen dan melakukan diskusi kelas,
untuk mengembangkan masalah dan pemecahannya dengan menyajikan contoh-
contoh soal yang kemudian meminta tiap siswa dalam kelompok untuk
menyelesaikan. Pada akhirnya, guru memberikan penghargaan kepada siswa
yang dapat menjawab soal dengan baik dalam bentuk pujian, membimbing siswa
untuk merangkum materi yang telah dibahas. Selama proses pembelajaran,
peneliti mengobservasi jalannya pembelajaran.
1. Observasi dan evaluasi (Observation and Evaluation)
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan serta
melakukan evaluasi.
2. Refleksi (Refleksion)
Pada tahap ini dilaksanakan observasi dan evaluasi, yang sebelumnya
dikumpulkan dan dianalisis, selanjutnya dilihat apakah tujuan pembelajaran
telah tercapai sesuai target pada indikator kinerja. Jika belum mencapai
target, maka dilanjutkan pada siklus berikutnya dan kelemahan-kelemahan
yang terjadi pada silkus sebelumnya akan diperbaiki pada siklus berikutnya.
C. Teknik Analisis Data
1. Menentukan persentase aktivitas siswa
% aktivitas = %100x
X
X
(Ridwan, 2005)
Keterangan :
X = jumlah siswa yang efektif
X = jumlah siswa dalam kelas
2. Menentukan nilai rata-rata
N
Xi
X
(Ridwan, 2005)
Keterangan :
Xi = jumlah siswa yang aktif
N = Banyaknya siswa
26. 47
3. Menentukan persentasi hasil belajar
% ketuntasan = %100x
N
X (Ridwan, 2005)
Keterangan :
X = jumlah siswa yang tuntas belajar
N = jumlah siswa dalam kelas keseluruhan
27. 47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Metode demonstrasi dan
kerja kelompok yang dilaksanakan selama dua siklus. Tiap-tiap siklus terdiri dari 2
kali pertemuan.
1. Observasi Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa yang diobservasi terdiri dari 10 item. indikator dalam
observasi aktivitas siswa adalah menuliskan jumlah siswa yang aktif penuh dalam
setiap aspek yang diamati. Adapun hasil observasi aktivitas siswa pada siklus 1
ditunjukan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Persentase Aktivitas Siswa dalam Kelompok pada Siklus 1
No. Item
Keaktivan Siswa dalam Kelompok (%)
Rerata (%)
I II III IV V
1 60 80 100 60 60 72
2 80 60 75 80 60 71
3 100 100 100 80 80 92
4 60 40 75 60 40 55
5 0 20 25 0 20 13
6 80 100 75 80 80 83
7 80 100 75 80 100 87
8 100 100 100 80 80 92
9 0 0 0 20 20 8
10 100 100 100 100 100 100
Rerata
(%)
66,00 70,00 72,50 64,00 64,00 67,08
28. 47
Keterangan:
1. Siswa mendengarkan dan memberikan perhatian yang penuh pada penjelasan
guru
2. Siswa mampu menjawab materi prasyarat yang dinyatakan oleh guru dengan
benar
3. Siswa menerima dan memastikan setiap anggota kelompoknya sudah memiliki
LKS
4. Siswa secara kelompok menyelesaikan LKS dan aktif dalam kelompoknya
ketika belajar dan meyelesaikan soal
5. Siswa sesekali bertanya kepada guru (bila perlu)
6. Siswa yang ditunjukan guru untuk mewakili kelompoknya menuju ke meja
turnamen dan memilih kartu soal yang diacak
7. Siswa yang mewakili kelompknya mempresentasikan jawabannya
8. Siswa menerima skor untuk kelompoknya sesuai hasil presentasi
9. Siswa merangkum materi yang telah dibahas
10. Siswa menandai/menyalin soal pekerjaan rumah yang diberikan
Pada kegiatan awal pembelajaran, masih ada siswa yang tidak mendengarkan
penjelasan guru (29,17%) dan ada beberapa siswa yang belum mampu menjawab
materi prasyarat yang dinyatakan oleh guru dengan benar sehingga diajukan kepada
siswa lainnya (29,17%).
Berdasarkan data observasi pada Lampiran 1.a dan Tabel 1 di atas, terlihat
bahwa rata-rata aktivitas siswa pada siklus 1 adalah 67,08% dimana dari 10 item
yang diobservasi, hanya satu item yang nyaris tidak dilakukan yaitu item 9,
membuat rangkuman materi yang telah dibahas. Hal ini terjadi karena waktu
pelajaran yang telah selesai (tidak efisien).
Sementara itu, terdapat item yang masih sangat kurang dilakukan yaitu item 5
(12,50%). Masih ada siswa yang tidak aktif menyelesaikan LKS dalam kelompok
dan hanya sebagian siswa dari kelompok yang berinisiatif untuk bertanya kepada
guru, hal ini terjadi karena motivasi belajar siswa masih rendah artinya belum
terbiasa dengan model pembelajaran yang ada.
29. 47
Pada kegiatan inti pembelajaran sebagian perwakilan kelompok masih
terlihat ragu-ragu untuk mewakili kelompoknya menuju ke meja turnamen dan
memilih soal pada kartu yang diacak dan mewakili kelompoknya mempresentasikan
jawabannya. Untuk item menerima dan memastikan setiap anggota kelompoknya
sudah memiliki LKS, menerima skor untuk kelompoknya sesuai hasil presentasi
dan menandai/menyalin soal pekerjaan rumah yang diberikan telah dilakukan
sepenuhnya oleh seluruh siswa dalam kelompok belajar (100%).
Selanjutnya pada siklus 2, data persentase aktivitas siswa disajikan pada
tabel berikut:
Pada siklus 2, aktivitas siswa naik dan secara umum sudah sangat baik
dimana rata-ratanya mencapai 95,00%. Item yang belum terlaksana sebaik yang lain
adalah item ke-5 dimana hanya 75,00% siswa yang bertanya kepada guru (bila
perlu) jika mengalami kesulitan dalam kelompok belajar. Tetapi jika dilihat
persentasenya, sudah item ini sudah terlaksana dengan cukup baik.
Walaupun persentase aktivitas siswa tersebut sudah baik, namun masih ada
temuan bahwa ada beberapa siswa yang tidak mengikuti pelajaran dengan baik
diantaranya tidak menyelesaikan LKS atau tidak lengkap memberikan jawaban, dan
tidak membuat rangkuman materi. Sementara itu, terlihat pada kegiatan awal
pembelajaran bahwa siswa sudah memberikan perhatian atas penjelasan guru. Pada
kegiatan inti pembelajaran, sudah tidak ada perwakilan kelompok yang ragu-ragu
untuk mewakili kelompoknya menuju ke meja turnamen dan memilih soal pada
kartu yang diacak dan mewakili kelompoknya mempresentasikan jawabannya.
2. Observasi Aktivitas Guru
Observasi terhadap aktivitas guru dalam proses belajar mengajar sebanyak
15 item. Hasil pengamatan aktivitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
pada siklus 1 disajikan pada Tabel 2.
30. 47
Tabel 2. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Selama Siklus Tindakan
No Aspek-Aspek yang diobservasi
Siklus Ke-
1 2
1. Guru menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar 100% 100%
2. Guru memotivasi siswa dan menginformasikan model
pembelajaran yang akan digunakan
100% 100%
3. Guru mengawali pembelajaran dengan mengecek
pemahaman dasar siswa
75% 100%
4 Guru menjelaskan materi 100% 100%
5. Guru membagikan LKS kepada masing-masing
kelompok
100% 100%
6. Guru meminta setiap kelompok menyelesaikan soal
LKS
100% 100%
7. Guru memantau kerja tiap-tiap kelompok selama
diskusi berlangsung
25% 75%
8. Guru membantu/mengarahkan siswa dalam kelompok
yang memahami kesulitan dalam menyelesaikan soal
25% 75%
9. Guru memanggil wakil dari setiap kelompok untuk
menempati meja tournament.
75% 100%
10. Guru mengecek kartu yang akan dipilih wakil dari
setiap kelompok
100% 100%
11. Guru meminta wakil dari setiap kelompok untuk
mempresentasikan jawabannya dari soal yang telah
dipilih melalui pengocokan kartu
50% 100%
12. Guru memberikan skor untuk masing-masing kelompok
dari hasil presentase setiap kelompok
50% 100%
13. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang
memperoleh skor tinggi
100% 100%
14. Guru membimbing siswa untuk merangkum materi
yang telah dibahas
25% 75%
15. Guru memberikan soal pekerjaan rumah 100% 100%
Rerata persentase aktivitas guru 75.00 95.00
Berdasarkan data observasi tersebut, terlihat bahwa secara umum aktivitas
guru terjadi peningkatan pada setiap siklus tindakan. Aktivitas guru pada siklus 1
hanya mencapai 75,00%, dimana pada kegiatan inti terdapat dua item yang belum
dilaksanakan oleh guru dengan baik yaitu guru belum mampu memantau kerja tiap-
tiap kelompok selama diskusi berlangsung dan membantu/mengarahkan siswa
31. 47
dalam kelompok yang memahami kesulitan dalam menyelesaikan soal serta belum
meluruskan rangkuman materi yang telah dibuat masing-masing kelompok. Dua
item lainnya yang dilaksanakan guru namun masih berkategori cukup adalah
pemberian skor beberapa kelompok hanya didasarkan kemampuan menjawab
pertanyaan (beberapa kelompok yang luput dari pantauan selama diskusi
berlangsung).
Hal ini dapat dipahami karena guru masih asing dengan model pembelajaran
yang digunakan pada akhirnya pelaksanaan pembelajaran, sehingga pemanfaatan
waktu menjadi kurang efisien dan pada kegiatan akhir pembelajaran guru tidak
membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas. Namun demikian,
dengan adanya kegiatan refleksi maka guru dapat memperbaiki kekurangan-
kekurangannya pada dua silkus selanjutnya. Hasilobservasi aktivitas guru pada
siklus 2 meningkat menjadi 95%.
3. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauhmana perkembangan
pemahaman pengetahuan siswa dalam menangkap materi Gaya yang telah
diberikan. Evaluasi dilakukan sebanyak tiga kali sebagaimana jumlah siklus
tindakan yang terlaksana pada setiap akhir pembelajaran dengan tujuan agar siswa
masih mampu menjawab pertanyaan soal-soal evaluasi dengan baik, karena materi
tersebut baru dibahas atau diberikan. Masing-masing siswa bertanggung jawab
secara individual terhadap hasil belajarnya meskipun dalam proses pembelajaran
siswa dikelompokkan.
Nilai hasil belajar siswa pada materi Gaya untuk setiap siklus tindakan dapat
dilihat pada Tabel 3 berikut.
32. 47
Tabel 3. Nilai hasil belajar siswa pada gaya
No. Nama Siswa siklus I Analisis Nilai
1. SUHAN JIDUN 53 Tidak Tuntas
2. LAODE UMAR 73 Tuntas
3. IRFAN 78 Tuntas
4. IRFAN JANUAR 79 Tuntas
5. ARSAT 60 Tidak Tuntas
6. SAFRIZAL HARIM 60 Tidak Tuntas
7. ELMILIYADI 80 Tuntas
8. HASNA SRIRISKI 80 Tuntas
9. IRDAWATI 80 Tuntas
10. FEBRIYANI 60 Tidak Tuntas
11. MERLIN AYAN SARI 67 Tuntas
12. RAHMAWATI 53 Tidak Tuntas
13. WA FIFI 68 Tuntas
14. SITI DEDI 80 Tuntas
15. LAODE ALI ALWAN 84 Tuntas
RATA-RATA 70,33
33. 47
Tabel 4: Tabel Siklus II
No. Nama Siswa Siklus II Analisis Nilai
1. SUHAN JIDUN 58 Tidak Tuntas
2. LAODE UMAR 92 Tuntas
3. IRFAN 75 Tuntas
4. IRFAN JANUAR 83 Tuntas
5. ARSAT 80 Tuntas
6. SAFRIZAL HARIM 50 Tidak Tuntas
7. ELMILIYADI 100 Tuntas
8. HASNA SRIRISKI 92 Tuntas
9. IRDAWATI 75 Tuntas
10. FEBRIYANI 83 Tuntas
11. MERLIN AYAN SARI 75 Tuntas
12. RAHMAWATI 92 Tuntas
13. WA FIFI 100 Tuntas
14. SITI DEDI 100 Tuntas
15. LAODE ALI ALWAN 67 Tuntas
RATA-RATA 81,46
Berdasarkan hasil analisis data evaluasi belajar siswa siklus 1 seperti Tabel
5 di atas terlihat bahwa, jumlah siswa yang telah tuntas dalam belajar sebanyak 10
orang (66,67%) dan yang belum tuntas sebanyak 5 orang (33,33%). Hal ini berarti
indikator keberhasilan belum tercapai pada siklus 1. Setelah melalui proses refleksi,
maka guru telah berupaya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada.
Hal ini dapat dilihat dari data hasil belajar pada siklus 2 yang cenderung meningkat
hingga mencapai indikator keberhasilan. Pada siklus 2 terlihat bahwa jumlah siswa
yang telah tuntas dalam belajar sebanyak 13 orang (86,67%) dan tersisa orang
siswa (13,33%) yang belum tuntas. Untuk lebih jelasnya, persentase ketuntasan
belajar siswa untuk setiap siklus dapat dilihat pada Tabel 5:
34. 47
Tabel 5. Persentase ketuntasan belajar siswa untuk semua siklus tindakan
Ketuntasan
Siklus 1 Siklus 2
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Tuntas (%) 10 66,67% 13 86,67%
Belum Tuntas (%) 5 33,33% 2 13,33%
4. Kegiatan Refleksi
a. Siklus I
Pada tahap ini, peneliti bersama guru IPA secara kolaboratif menilai dan
mendiskusikan kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang terdapat
pada pelaksanaan tindakan siklus 1 untuk selanjutnya diperbaiki pada tindakan
siklus 2. Pada tindakan siklus 1 berdasarkan persentase pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe metode demonstrasi dan kerja kelompok, secara umum telah
dilaksanakan dengan cukup baik. Namun masih ada beberapa item yang harus
diperbaiki. Saat kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan ada beberapa orang siswa
yang terlihat kurang memperhatikan penjelasan guru dan kurang mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan apresepsi yang diberikan guru.
Sementara itu, pada kegiatan inti terdapat dua kelemahan yaitu:
1. Guru masih terfokus kepada beberapa kelompok dalam memantau kerja tiap-
tiap kelompok selama diskusi berlangsung dan membantu/mengarahkan siswa
dalam kelompok yang memahami kesulitan dalam menyelesaikan soal.
2. Guru masih terlihat kaku mengorganisir perwakilan kelompok siswa untuk
meminta wakil dari setiap kelompok untuk mempresentasikan jawabannya dari
soal yang telah diberikan dalam LKS dan memberikan skor kepada masing-
masing kelompok dari hasil presentase setiap kelompok. Hal ini terlihat dari
hasil pelaksanaan games dan turnamen.
Kekurangan-kekurangan di atas terjadi karena dapat dipahami bahwa guru
dan siswa belum terbiasa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe metode
demonstrasi dan kerja kelompok sehingga guru belum mampu mengelola
pembelajaran dengan baik dan siswa, akibatnya penggunaan waktu yang tidak
35. 47
efektif. Akibatnya, pada kegiatan akhir pembelajaran guru tidak melakukan refleksi
atau memberikan rangkuman materi pembelajaran.
b. Siklus II
Seperti halnya siklus 1, guru telah mampu mengorganisir kelompok belajar
dengan mampu memberikan motivasi, mengarahkan dan memberikan bantuan pada
setiap kelompok yang kesulitan menyelesaikan soal, melaksanakan games dengan
baik, serta pemanfaatan alokasi waktu pembelajaran yang efektif. Hal ini ditunjukan
dengan aktivitas guru mencapai 95%. Peningkatan ini ditandai dengan
meningkatnya aktivitas siswa (95%) dimana siswa terlihat sangat antusias dan
berinisiatif mewakili kelompok untuk menyelesaikan soal dan bertanya jika
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal.
Membaiknya aktivitas guru dan siswa ditandai dengan meningkatkan nilai
evaluasi, dimana persentase siswa yang mendapat nilai minimal 67 adalah 15 orang
(87,5%). Selain itu, nilai rata-rata hasil belajar juga mengalami peningkatan dari
70,33 (siklus 1) menjadi 81,46 (siklus 2). Namun demikian, masih ada beberapa
temuan yang merupakan kekurangan di siklus 2, yaitu:
1. Masih ada siswa yang tidak aktif menyelesaikan LKS dalam kelompok, tidak
membuat rangkuman materi atau pun tidak lengkap mengemukakan jawaban
(terlalu bermain), walaupun jumlahnya tidak lagi sebanyak pada siklus 1 yaitu
hanya 5%.
2. Banyaknya siswa yang berinisiatif bertanya, membuat guru kewalahan
memberikan jawaban. Olehnya itu dalam pembelajaran kelompok, sebaiknya
guru saling berkolaborasi minimal 2 orang guru.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, tiap-tiap siklus dilaksanakan
sebanyak 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan 105 menit (3 jam
pelajaran) yang terlaksana sesuai prosedur penelitian. Dalam pembelajaran, siswa
dibagi dalam 5 kelompok, dimana masing-masing kelompok dibentuk secara
36. 47
heterogen dengan memperhatikan tingkat kemampuan kognitif siswa yang masing-
masing berbeda. Tiap kelompok terdiri dari 4 – 5 orang siswa.
Depdiknas (2007) menuliskan bahwa sukses seseorang baik dalam pekerjaan
maupun dalam kehidupan amat ditentukan oleh kecerdasan emosional (EQ) atau
kemampuan afektif (sekitar 80%). Sumbangan kecerdasan-kecerdasan yang
tergolong kemampuan psikomotor terhadap sukses tersebut hanya sekitar 15% dan
kercerdasan-kecerdasan yang tergolong kemampuan kognitif hanya sekitar 5%.
Sejalan dengan hal tersebut, menurut Popham (1995), ranah afektif menentukan
keberhasilan belajar seseorang. Artinya, siswa yang tidak memiliki minat pada
pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Siswa
yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil
pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu
membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah
ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun
semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, dan rasa
sosial. Ikatan emosional ini dapat dilihat apabila pembelajaran dilakukan
menggunakan model kooperatif.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian menunjukan bahwa, indikator
penelitian tercapai setelah pelaksanaan siklus 2. Pada siklus 1, nilai rata-rata
prestasi belajar siswa telah mencapai 70,33 tetapi jumlah siswa yang telah tuntas
dalam belajar belum mencapai 70% (sebanyak 5 orang). Hal tersebut diperkuat
dengan rendahnya aktivitas siswa (67,08%) dan aktivitas guru yang baru mencapai
75%.
Artinya, guru dan siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran
kooperatif tipe metode demonstrasi dan kerja kelompok. Menurut guru mata
pelajaran IPA, selama ini proses pembelajaran khususnya pada materi Gaya
disajikan masih terbawa kedalam bentuk pembelajaran langsung, sehingga guru
lebih aktif dibandingkan siswa.
Dengan adanya kegiatan refleksi pembelajaran, beberapa item yang menjadi
permasalahan di siklus 1 dapat diperbaiki di siklus 2. Diantaranya adalah kurangnya
perhatian siswa terhadap penjelasan materi, ketidakmampuan siswa menjawab
37. 47
pertanyaan-pertanyaan prasyarat yang diberikan guru, sebagian besar siswa tidak
bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dalam menjawab soal latihan,
keragu-raguan siswa yang tampil untuk mewakili kelompoknya. Akibatnya, guru
belum mampu memanfaatkan waktu dengan efektif.
Keberhasilan perbaikan pembelajaran ini tergambar dari data-data hasil
penelitian pada siklus 2. Persentase rata-rata keaktivan siswa pada siklus 2 95%,
demikian pula aktivitas guru pada siklus 2 meningkat dengan menunjukkan angka
yang sama, yakni sebesar 95%. Sementara itu, pada siklus 2 terlihat bahwa jumlah
siswa yang telah tuntas dalam belajar sebanyak 13 orang (86,67%) dengan nilai
evaluasi rata-rata meningkat menjadi 81,46.
Rendahnya prestasi belajar pada siklus 1 dan meningkat pada siklus 2,
dipengaruhi juga oleh kemampuan siswa dalam menyerap materi yang disajikan
guru. Kesulitan menjawab soal evaluasi siklus 1 terjadi karena materi menunjukan
bahwa materi ajar yang meliputi pengertian dan bentuk gaya adalah materi teoretik
dalam bentuk hafalan, sementara pada siklus 2 dalam bentuk praktek, yaitu
pengaruh gaya terhadap bentuk dan keadaan benda. Artinya, tingkat kemampuan
siswa IV di SDN 17 Sawerigadi cenderung baik jika materi yang diberikan berupa
praktek karena siswa hanya dituntut untuk memahami konsep nyata yang diberikan
untuk menyelesaikan soal, dibandingkan dengan materi hafalan yang kemungkinan
sebagian siswa merasa jenuh. Selain itu, hasil evaluasi pada siklus 1 terlihat bahwa
siswa yang tidak tuntas akibat ketidakmampuan pada bentuk gaya (tarikan dan
dorongan) yang semestinya diberikan secara praktikum.
Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir yang menurut taksonomi
Bloom dalam Depdiknas (2007) secara hirarkis terdiri atas pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pada tingkat pengetahuan,
peserta didik menjawab.
pertanyaan berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat pemahaman, peserta
didik dituntut untuk menyatakan jawaban atas pertanyaan dengan kata-katanya
sendiri. Misalnya, menjelaskan suatu prinsip atau konsep.
Gambaran-gambaran data hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa,
model pembelajan kooperatif tipe Metode demonstrasi dan kerja kelompok dapat
38. 47
meningkatkan prestasi belajar IPA siswa. Secara psikologis model pembelajaran
kooperatif tipe Metode Demonstrasi Dan Kerja Kelompok ini memberikan manfaat
yang sangat besar kepada siswa, antara lain (1) memotivasi siswa untuk giat belajar
karena adanya sistem kompetisi menjawab soal-soal dan mendapatkan poin dengan
predikat terbaik, (2) memberikan suasana belajar yang menyenangkan karena
dikemas dalam bentuk permainan, (3) menghilangkan rasa takut siswa dalam
mengungkapkan pendapat dan menjawab pertanyaan, (4) menumbuhkan
kemampuan kerjasama siswa, berpikir kritis dan kemampuan membantu teman. Hal
ini sejalan dengan yang dikemukakan Slavin dalam Rochmad (2008) bahwa salah
satu dari prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru harus
mampu menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan sehingga
informasi, keterampilan dan konsep yang disampaikan menjadi bermakna dan
relevan bagi siswa dengan cara memberikan kesempatan bagi siswa untuk
menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, serta suasana pembelajaran yang
mampu menjadikan siswa memiliki keberanian dan dengan penuh kesadaran belajar
menggunakan strateginya sendiri.
Agar hasil dan pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe metode
demonstrasi dan kerja kelompok ini lebih baik, maka diharapkan guru perlu
memotivasi siswa dalam pembelajaran dengan cara memberikan pekerjaan rumah,
membimbing langsung siswa yang tidak aktif dan menciptakan suasana kompetisi
dalam menjawab soal-soal. Selain itu, untuk mengefektifkan dan mengefisienkan
waktu dan kegiatan diskusi, maka dalam pelaksanaan pembelajaran diharapkan guru
berkolaborasi dengan guru IPA lainnya.
39. 47
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka kesimpulan yang
dapat diambil sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk setiap siklusnya
semakin meningkat. Demikian juga dengan aktivitas siswa selama pembelajaran
berlangsung juga semakin meningkat.
2. Ketuntasan belajar siswa dapat tercapai pada siklus 1 hanya mencapai 66,67%
atau 10 orang dari 15 siswa, dengan nilai rata-rata 70,33. Pada siklus 2 nilai
ketuntasan semakin meningkat menjadi 86,67% atau 13 dari 15 siswa, dimana
nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 81,46.
3. Penerapan model pembelajaran Metode demonstrasi dan kerja kelompok dapat
meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 13 Sawerigadi
tahun pelajaran 2013/2014 pada pokok bahasan gaya.
B. Saran dan Tindak Lanjut
Sehubungan dengan hasil penelitian ini, penulis menyarankan:
1. Kepada guru IPA di SD Negeri 17 Sawerigadi agar dapat menggunakan Metode
demonstrasi dan kerja kelompok untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa
dimana pelaksanaannya dengan cara berkolaborasi dengan guru IPA lainnya.
2. Perlu adanya penelitian menggunakan model-model pembelajaran lainnya untuk
mengetahui perbandingan prestasi belajar IPA siswa.
3. Bagi peneliti lainnya yang hendak menerapkan Metode demonstrasi dan kerja
kelompok agar dalam pelaksanaannya lebih ditekankan pada aspek
mengefektifkan waktu, kegiatan diskusi, membimbing langsung siswa yang tidak
aktif, menciptakan suasana yang lebih kopetitif dalam menjawab soal-soal dan
memberikan pekerjaan rumah.
40. 47
DAFTAR PUSTAKA
Ahiri, J. 2007. Evaluasi Pembelajaran dalam Konteks KTSP. Penerbit Unhalu
Press. Kendari.
Arifin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia
Airlangga Universitas Press. Surabaya.
Arikunto, S. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Bumi Aksara.
Jakarta.
Arsyad, A., 2002. Media Pembelajaran. RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Asrun, 2008. Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Gerak pada
Manusia dan Vertebrata Melalui Model Pengajaran Langsung dan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jig Saw (Studi Pada Kelas VIII SMP Negeri
3 Sampara). Skripsi Pendidikan Biologi FKIP Unhalu. Kendari.
Budimansyah, D., 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio, PT.
Genesindo: Bandung
Emildadiany, N. 2008. Penerapan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw.
Http://akhmadsudrajat.wordprees.com/2008/07/31/cooperative-learning-
teknik-jigsaw/[juli 31,2008].
Ghasali, S. 2002. Menerapkan Paradigma Konstruktivisme melalui Strategi Belajar
Kooperatif dalam Pembelajaran Bahasa. Jurnal Pendidikan &
Pembelajaran, www.ditnaga-dikti.org/ditnaga/files/pip/kooperatif.pdf
Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. [ vol. 9, No. 2, Oktober 2002:
115 – 131].
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar, Grasindo: Jakarta
Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., dan Ismono, 2000. Pembelajaran Kooperatif.
University Press. Surabaya.
Kardi, S., dan Nur, M., 2000. Pengajaran Langsung. University Press. Surabaya.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Ridwan. 2005. Dasar-Dasar Statistika. Aphabeta. Bandung.
41. 47
Rochmad. 2008. Penggunaan Pola Pikir Induktif-Deduktif dalam Pembalajaran
Matematika Beracuan Konstruktivisme FMIPA Unnes Semarang.
Http://rocmad-unnes.blogspot.com/2008/01/penggunaan-pola-pikir-induktif-
deduktif. [jumat, 2008 Januari 18].
Suprayekti. 2006. Strategi Penyampaian Model pembelajaran Kooperatif.
Universitas Negeri Jakarta. Jurnal Pendidikan Penebur.
Ttp://bpkpenabur.or.id/files/hal.88-92%20strategi%20
penyampaian.[no.07/th.v/desember 2006].
Yamin, M., 2004. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Gaung Persada
Press: Jakarta.
42. 47
KESEDIAAN SEBAGAI PENILAI 2 DALAM PENYELENGGARAAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL ( PKP )
Kepada
Kepala UPBJJ-UT
di-
Kendari
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Adehar, S.Pd.
NIP : 197305171997071001
Tempat Mengajar : SDN 17 Sawerigadi
Alamat Sekolah : Desa Nihi kec. Sawerigadi
Telepon : 085241324420
Menyatakan bersedia sebagai Penilai 2 untuk membimbing mahasiswa dalam
Perencanaan Dan Pelaksanaan PKP ( PDGK 4501 ) atas :
Nama : Wa Ode Fitri
NIM : 820 125 949
Program Studi : S1 PGSD
Tempat Mengajar : SDN 17 Sawerigadi
Alamat Sekolah : Desa Nihi kec. Sawerigadi
Telepon : 081341627369
Demikian agar surat pernyataan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Nihi, 12 April 2014
Mengetahui,
Kepala Sekolah SDN 17 Sawerigadi
Adehar, S.Pd.
NIP.197305171997071001
Supervisor 2
Adehar, S.Pd.
NIP.197305171997071001
43. 47
PERENCANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN
IPA
Fakta / Data
pembelajaran yang
terjadi di kelas
: Kelas IV terdiri dari 15 siswa yang terdiri dari 7
siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.Selama
proses belajar mengajar tidak semua siswa
mendapatkan nilai yang mencapai standar.Hal ini
disebabkan adanya kekurangan-kekurangan yang
tejadi pada siswa dan guru dalam pembelajaran
siklus 1.Setelah pelaksanaan pembelajaran siklus 1
diadakan pembelajaran perbaikan agar siswa dapat
mencapai nilai kelulusan.Setelah diadakan
pembelajaran siklus 2 siswa dapat mencapai nilai
kelulusan.
Identifikasi masalah : Pembelajaran pada siklus 1 belum berhasil
tidak semua siswa dapat mengerjakan soal secara
benar
Analisis masalah : Masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran:
1. Siswa kurang berpartisipasi dalam
pembelajaran
2. Siswa tidak dapat menyelesaikan tugas secara
berkelompok
Alternatif dan
Prioritas Pemecahan
Masalah
: Memberi pemahaman kepada siswa pada mata
pelajaran IPA dengan topik Gaya dengan
menggunakan metode demonstrasi dan kerja
kelompok.
Rumusan Masalah : ”Apakah metode demonstrasi dan kerja kelompok
dapat meningkatkan hasil belajar IPA pokok
bahasan Gaya?”
44. 47
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PRA SIKLUS
Sekolah : SD Negeri 17 Sawerigadi
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Kelas/ Semester : IV/I
Materi Pelajaran : Gaya
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit ( 1 x Pertemuan)
I. Standar Kompetensi
Memahami gaya dapat merubah gerak dan bentuk suatu benda
II. Kompetensi Dasar
Menyimpulkan Hasil percobaan bahwa Gaya (tarikan dan dorongan) dapat
mengubah bentuk suatu benda
III. Indikator
a. Siswa dapat menyebutkan macam – macam gaya dalam kehidupan
sehari- hari.
b. Siswa dapat melakukan percobaan tarikan dan dorongan
c. Siswa dapat menyimpulkan perubahan yang terjadi pada benda akibat
adanya tarikan dan atau dorongan.
IV. Tujuan Pembelajaran
- Untuk siswa : Menigkatkan pemahaman siswa tentang materi
gaya dapat merubah gerak dengan menggunakan metode
demonstrasi.
- Siswa dapat melakukan percobaan tarikan dan dorongan
- Siswa dapat menyimpulkan perubahan yang terjadi pada benda
akibat adanya tarikan dan atau dorongan.
- Untuk Guru : Meningkatkan Proses belajar mengajar dengan
menggunakan metode demonstrasi.
V. Materi Pembelajaran
Gaya (Tarikan dan Dorongan)
VI. Model dan Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran Kontekstual Kombinasi kooperatif tipe STAD
Metode Pembelajaran : Ceramah, tanya Jawab, Diskusi, &
Pemberian Tugas.
45. 47
VII. Langakh – Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal/Pendahuluan (5 Menit)
Berdoa bersama
Absensi Siswa
Apersepsi
2. Kegiatan Inti (40 Menit)
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok beranggotakan
3 – 5 orang.
Guru memberikan informasi tentang pengertian Gaya.
Diskusi tentang Contoh gaya dalam kegiatan sehari- hari.
Demonstrasi beberapa eksperimen gaya dengan menggunakan
media pembelajaran yang tersedia.
Menyimpulkan hasil percobaan tentang gaya yang telah
dilakukan.
3. Kegiatan Akhir (25 Menit)
Mengadakan evaluasi
Membimbing siswa membuat rangkuman tentang materi.
Memberikan tugas.Menutup rangkaian proses pembelajaran
dengan salam dan penutup.
VIII. Alat dan Bahan
Alat : Bola, Kursi, Kawat, Lidi, Kotak kertas kecil,
Plastisin/ permen karet.
Bahan :
IX. Evaluasi Penilaian.
1. Teknik Penilaian : Tes
2. Jenis Tes : Tertulis
46. 47
SOAL
1. Sebutkan macam – macam Gaya dalam kehidupan sehari – hari.
2. Bagaimana cara melakukan tarikan dan dorongan.?
3. Simpulkan perubahan yang terjadi pada benda akibat adanya tarikan dan atau
dorongan!
Kunci Jawaban.
1. Gaya Grafitasi, Gaya Pegas, gaya Magnet
2. Cara melakukan tarikan dan dorongan yaitu dengan menggerakan benda yang
akan di beri gaya.
3. Perubahan yang terjadi pada benda akibat adanya tarikan dan dorongan yaitu
adanya perubahan tempat.
Nihi, 8 Mei 2014.
Teman sejawat
Wa Jaino, S.Pd.I
NIP. 19731231 200701 2 062
Mahasiswa,
Wa Ode Fitri
NIM : 820125949
Mengetahui,
Kepala SD Negeri 17 Sawerigadi
ADEHAR, S.Pd
NIP : 197305171997071001
47. 47
RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Sekolah : SD Negeri 17 Sawerigadi
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Kelas/ Semester : IV/I
Materi Pelajaran : Gaya
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit ( 1 x Pertemuan)
I. Standar Kompetensi
Memahami gaya dapat merubah gerak dan bentuk suatu benda
II. Kompetensi Dasar
Menyimpulkan Hasil percobaan bahwa Gaya (tarikan dan dorongan) dapat
mengubah bentuk suatu benda
III. Indikator
Siswa dapat menyebutkan macam – macam gaya dalam kehidupan
sehari- hari.
Siswa dapat melakukan percobaan tarikan dan dorongan
Siswa dapat menyimpulkan perubahan yang terjadi pada benda akibat
adanya tarikan dan atau dorongan.
IV. Tujuan Pembelajaran
Untuk siswa : Menigkatkan pemahaman siswa tentang materi gaya
dapat merubah gerak dengan menggunakan metode demonstrasi.
Siswa dapat melakukan percobaan tarikan dan dorongan
Siswa dapat menyimpulkan perubahan yang terjadi pada benda akibat
adanya tarikan dan atau dorongan.
V. Materi Pembelajaran
Gaya (Tarikan dan Dorongan)
VI . Model dan Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran Kontekstual Kombinasi kooperatif tipe STAD
Metode Pembelajaran : Ceramah, tanya Jawab, Diskusi, &
Pemberian Tugas.
48. 47
VII. Langakh – Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal/Pendahuluan (5 Menit)
- Berdoa bersama
- Absensi Siswa
- Apersepsi
2. Kegiatan Inti (40 Menit)
- Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok beranggotakan 3 –
5 orang.
- Guru memberikan informasi tentang pengertian Gaya.
- Diskusi tentang Contoh gaya dalam kegiatan sehari- hari.
- Demonstrasi beberapa eksperimen gaya dengan menggunakan media
pembelajaran yang tersedia.
- Menyimpulkan hasil percobaan tentang gaya yang telah dilakukan.
3. Kegiatan Akhir (25 Menit)
- Mengadakan evaluasi
- Membimbing siswa membuat rangkuman tentang materi.
- Memberikan tugas.
- Menutup rangkaian proses pembelajaran dengan salam dan penutup.
VIII. Alat dan Bahan
a. Alat : Bola, Kursi, Kawat, Lidi, Kotak kertas kecil, Plastisin/
permen karet.
b. Bahan : -
IX. Evaluasi Penilaian.
3. Teknik Penilaian : Tes
4. Jenis Tes : Tertulis
49. 47
SOAL
1. Sebutkan macam – macam Gaya dalam kehidupan sehari – hari.
2. Bagaimana cara melakukan tarikan dan dorongan.?
3. Simpulkan perubahan yang terjadi pada benda akibat adanya tarikan dan atau
dorongan!
Kunci Jawaban.
1. Gaya Grafitasi, Gaya Pegas, gaya Magnet
2. Cara melakukan tarikan dan dorongan yaitu dengan menggerakan benda yang
akan di beri gaya.
3. Perubahan yang terjadi pada benda akibat adanya tarikan dan dorongan yaitu
adanya perubahan tempat.
4.
Nihi, 12 Mei 2014.
Teman sejawat
Wa Jaino, S.Pd.I
NIP. 19731231 200701 2 062
Mahasiswa,
Wa Ode Fitri
NIM : 820125949
Mengetahui,
Kepala SD Negeri 17 Sawerigadi
Adehar, S.Pd
NIP : 197305171997071001
50. 47
RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN
(SIKLUS II)
Sekolah : SD Negeri 13 Sawerigadi
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Kelas/ Semester : IV/I
Materi Pelajaran : Gaya
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit ( 1 x Pertemuan)
I. Standar Kompetensi
Memahami gaya dapat merubah gerak dan bentuk suatu benda
II. Kompetensi Dasar
Menyimpulkan Hasil percobaan bahwa Gaya (tarikan dan dorongan) dapat
mengubah bentuk suatu benda
III. Indikator
a. Siswa dapat menyebutkan macam – macam gaya dalam kehidupan
sehari- hari.
b. Siswa dapat melakukan percobaan tarikan dan dorongan
c. Siswa dapat menyimpulkan perubahan yang terjadi pada benda akibat
adanya tarikan dan atau dorongan.
IV. Tujuan Pembelajaran
- Agar Siswa Dapat memahami materi tentang gaya dengan
menggunakan metode kerja kelompok.
- Agar Guru meningkatkan pengajaran materi Gaya dengan menggunakan
metode kerja kelompok yang dibagi dalam kelompok kecil.
51. 47
V. Materi Pembelajaran
Gaya (Tarikan dan Dorongan)
VI. Model dan Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran Kontekstual Kombinasi kooperatif tipe STAD
Metode Pembelajaran
Ceramah,
tanya Jawab,
Diskusi
Pemberian Tugas.
VII. LangKah – Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal/Pendahuluan (5 Menit)
- Berdoa bersama
- Absensi Siswa
- Apersepsi
2. Kegiatan Inti (40 Menit)
- Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok beranggotakan
3 – 5 orang.
- Guru memberikan informasi tentang pengertian Gaya.
- Diskusi tentang Contoh gaya dalam kegiatan sehari- hari.
- Demonstrasi beberapa eksperimen gaya dengan menggunakan
media pembelajaran yang tersedia.
- Menyimpulkan hasil percobaan tentang gaya yang telah
dilakukan.
3. Kegiatan Akhir (25 Menit)
- Mengadakan evaluasi
- Membimbing siswa membuat rangkuman tentang materi.
- Memberikan tugas.
- Menutup rangkaian proses pembelajaran dengan salam dan
penutup.
52. 47
VIII. Alat dan Bahan
- Alat : Bola, Kursi, Kawat, Lidi, Kotak kertas kecil,
Plastisin/ permen karet.
- Bahan :
IX. Evaluasi Penilaian.
1. Teknik Penilaian : Tes
2. Jenis Tes : Tertuli
53. 47
SOAL
1. Sebutkan macam – macam Gaya dalam kehidupan sehari – hari.
2. Bagaimana cara melakukan tarikan dan dorongan.?
3. Simpulkan perubahan yang terjadi pada benda akibat adanya tarikan dan atau
dorongan!
Kunci Jawaban.
1. Gaya Grafitasi, Gaya Pegas, gaya Magnet.
2. Cara melakukan tarikan dan dorongan yaitu dengan menggerakan benda
yang akan di beri gaya.
3. Perubahan yang terjadi pada benda akibat adanya tarikan dan dorongan yaitu
adanya perubahan tempat.
Nihi, 16 Mei 2014.
Teman sejawat
Wa Jaino, S.Pd.I
NIP. 19731231 200701 2 062
Mahasiswa,
Wa Ode Fitri
NIM : 820125949
Mengetahui,
Kepala SD Negeri 17 Sawerigadi
Adehar, S.Pd
NIP : 197305171997071001
54. 47
LEMBAR PENGAMATAN TERHADAP KINERJA GURU
Mata pelajaran : IPA
Kelas : IV ( Empat )
Hari / Tanggal : Senin / 12 Mei 2014
Fokus Observasi : Kemunculan Metode Ceramah, Tanya Jawab, Demonstrasi
dan Pemberian Tugas pada Materi Gaya
No Aspek yang diobservasi*)
Kemunculan **)
Komentar *** )
Ada Tidak ada
1 Penerapan Variasi Metode :
Ceramah :
Menjelaskan pokok-pokok √
materi secara sistematis
Memberikan Ilustrasi √
Tanya jawab:
Mengajukan Pertanyaan √
Memberikan kesempatan √
kepada siswa untuk
bertanya
Memindahkan giliran √
pertanyaan
Kerja Kelompok :
Menjelaskan tugas yang
harus dikerjakan
Membagikan LKS
Melakukan Supervisi
terhadap
kegiatan kelompok
Memberikan bantuan
kepada kelompok
2 Penggunaan Gambar dan
Benda Nyata Sebagai Alat
55. 47
Peraga
Penggunaan Gambar :
Memanjang √
Meminta Komentar siswa √
Penggunaan Benda Nyata : √
Keterangan :
*) dibuat rinci sesuai kebutuhan perbaikan pembelajaran
**) Beri tanda √
***) Berikan penjelasan tentang kesesuaian atau ketidaksesuaian dari aspek yang
diamati dengan kriteria yang ditetapkan
Nihi, 16 Mei 2014
Supervisor 2
Adehar, S.Pd.SD
Nip. 19730517 199707 1 001
56. 47
JURNAL PEMBIMBING SUPERVISOR 2 PKP
NIM / Nama Mahasiswa : 820125949 / Wa Ode Fitri
Mengajar di Kelas : IV ( Empat )
Sekolah : SDN 17 Sawerigadi
No. Hari /
Tanggal
Kegiatan
Hasil /
Komentar
Tindak Lanjut
Paraf
Mahasiswa
Penilai
2
1
Senin,
12 Mei
2014
Melaksanakan
Pembelajaran
Siklus 1
Metode
yang
digunakan
tidak
bervariasi
Pembelajaran
berikutnya
harus
menggunakan
metode yang
bervariasi
2 Kamis,
16 Mei
2014
Melaksanakan
Pembelajaran
Siklus 2
Metode
yang
digunakan
sudah
bervariasi
dan
membuat
siswa
termotivasi
untuk
belajar.
Buatlah
pembelajaran
yang menarik
minat siswa
untuk selalu
belajar.
Nihi, 16 Mei 2014
Mengetahui
Supervisor 1,
Dr. La Sawali, S.Pd, M.Kes
Nip. 19731231 200212 1 003
Supervisor 2,
Adehar, SPd
NIP. 197305171973071001
57. 1
JURNAL PEMBIMBING SUPERVISOR 2 PKP
NIM / Nama Mahasiswa : 820125949 / Wa Ode Fitri
Mengajar di Kelas : IV ( Empat )
Sekolah : SDN 17 Sawerigadi
No. Hari /
Tanggal
Kegiatan
Hasil /
Komentar
Tindak Lanjut
Paraf
Mahasiswa
Penilai
2
1
Senin,
12 Mei
2014
Melaksanakan
Pembelajaran
Siklus 1
Metode
yang
digunakan
tidak
bervariasi
Pembelajaran
berikutnya
harus
menggunakan
metode yang
bervariasi
2 Kamis,
16 Mei
2014
Melaksanakan
Pembelajaran
Siklus 2
Metode
yang
digunakan
sudah
bervariasi
dan
membuat
siswa
termotivasi
untuk
belajar.
Buatlah
pembelajaran
yang menarik
minat siswa
untuk selalu
belajar.
Nihi, 16 Mei 2014
Mengetahui
Supervisor 1,
Dr. La Sawali, S.Pd, M.Kes
Nip. 19731231 200212 1 003
Supervisor 2,
Adehar, SPd
NIP. 197305171973071001
58. 2
HASIL PEKERJAAN SISWA YANG TERBAIK DAN
TERBURUK PERSIKLUS
Tabel 1. Data Evaluasi hasil Belajar Siklus I
No NamaSiswa
Siklus I Ket
Nilai Persentase ST BT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
SUHAN JIDUN
LAODE UMAR
IRFAN
I IRFAN JANUAR
ARSAT
S AFRIZAL HARIM
E ELMILIYADI
HASNA SRIRISKI
IRDAWATI
FEBRIYANI
MERLIN AYAN SARI
RAHMAWATI
WA FIFI
SITI DEDI
LAODE ALI ALWAN
5,3
7,3
7,8
7,9
6
6
8
8
8
6
6,7
5,3
6,8
8
8,4
53
73
78
79
60
60
80
80
80
60
67
53
68
80
84
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Jumlah
Nilai Rata-Rata
% Siswa ST
% Siswa BT
105,5
7,03
1055
70,33
85%
15%
10
5
59. 3
Tabel 2. Data Evaluasihasil Belajar Siklus II
No NamaSiswa
Siklus I Ket
Nilai Persentase ST BT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
SUHAN JIDUN
LAODE UMAR
IRFAN
IRFAN JANUAR
ARSAT
SAFRIZAL HARIM
ELMILIYADI
HASNA SRIRISKI
IRDAWATI
FEBRIYANI
MERLIN AYAN SARI
RAHMAWATI
WA FIFI
SITI DEDI
LAODE ALI ALWAN
5,8
9,2
7,5
8,3
8,0
5,0
10,0
9,2
7,5
8,3
7,5
9,2
10,0
10,0
6,7
58
92
75
83
80
50
100
92
75
83
75
92
100
100
67
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Jumlah
Nilai Rata-Rata
% Siswa ST
% Siswa BT
122,2
8,14
1222
81,46
95%
5%
13
2