4. Kerajaan Medang (atau sering juga dikatan Kerajaan Mataram
Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama suatu Kerajaan
yang berdiri di Jawa Timur pada abad ke-10. Dengan Ibu Kota
Wantan Mas yang terletak di kawasan sungai Brantas.
Sebelumnya, Kerajaan Medang berdiri di Jawa Tengah dengan
nama Kerajaan Mataram.
Kerajaan bercorak Hindu ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Mataram.
Kerajaan ini dipindahkan oleh Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana
Wikramadharmottunggadewa alias Mpu Sindok ke Jawa Timur, karena itu disebut
juga Kerajaan Medang periode Jawa Timur.
Menurut para ahli, pemindahan Kerajaan Mataram (Medang) ke Jawa Timur
disebabkan terjadinya letusan Gunung Merapi yang disertai gempa bumi dan hujan
material vulkanik yang memorak-porandakan sebagian besar wilayah Jawa Tengah.
Faktor lain adalah adanya konflik perebutan takhta di dalam istana. Adanya konflik
semacam ini ditunjukkan dalam Prasasti Wanua Tengah III.
5. Nama Medang Kamulan berarti Medang adalah nama lain dari Mataram dan
Kamulan berarti Pada Awalnya.
Adapun Kerajaan Medang Kamulan didirikan oleh Mpu Sindok pada abad ke-10.
Ia pun juga dijadikan sebagai raja pertama Medang Kamulan dan memimpin
kerajaan selama kurang lebih 20 tahun, yakni mulai 929 M – 949 M.
Adapun letak tepat dari Kerajaan Medang Kamulan berada di sekitar muara
Sungai Brantas yang dengan Ibu Kota Wutan Mas. Lokasi Medang Kamulan
termasuk Nganjuk sebelah barat, Pasuruan timur, Surabaya utara, dan Malang
selatan.
Kerajaan Medang Kamulan
6. 1). Mpu Sindok
Mpu Sindok tentunya menjadi salah satu sosok
yang paling penting bagi Medang Kamulan. Sebab,
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
pendiri dari Kerajaan Medang Kamulan adalah Mpu
Sindok. Selain itu, Mpu Sindok juga dijadikan sebagai
raja pertama Medang Kamulan dengan dibantu oleh
permaisuri, Sri Wardhani Pu Kbi.
Mpu Sindok adalah menantu Raja Wawa, yang pada masa pemerintahan Raja
Tulodhong dan Raja Wawa menjabat sebagai mahamantri (jabatan tingkat tinggi
yang biasanya hanya diisi putra mahkota), la naik takhta pada tahun 929 M dan
dianggap sebagai pendiri dinasti baru bernama Dinasti isana, mengikuti nama
raja
pertamanya. Adapun Mpu Sindok juga mendirikan dinasti baru, yakni Dinasti
Isyana setelah Dinasti Sanjaya dan Syailendra. Mpu Sindok juga mendapatkan
Tokoh yang Berpengaruh dari
Kerajaan Medang Kamulan
7. 2). Raja Dharmawangsa
Raja Dharmawangsa adalah raja yang keempat dari
Medang Kamulan. Sebelumnya, Kerajaan ini dipimpin
oleh menantu Mpu Sindok, yaitu Raja Lokapala, dan
kemudian ada Raja Makutawangsawardhana. Raja
Dharmawangsa adalah salah satu raja yang membuat
Kerajaan ini berhasil mencapai puncak kejayaan.
Di bawah kepemimpinannya, Medang Kamulan
mampu menyaingi Kerajaan Sriwijaya yang juga
memiliki kebijakan politik luar negeri. Namun, kesalahan dari Raja
Dharmawangsa adalah ketika menyerang Kerajaan Sriwijaya.
Sebab, Medang Kamulan justru mengalami kekalahan. Bahkan, Raja
Dharmawangsa gugur karena serangan balik dari kerajaan bawahan
Kerajaan Sriwijaya.
8. 3). Airlangga
Airlangga adalah menantu dari Raja Dharmawangsa.
Ia sempat melarikan diri ketika Medang Kamulan
diserang oleh bawahan dari Kerajaan Sriwijaya.
Airlangga sembunyi di hutan selama serangan terjadi,
hingga pada akhirnya ia kembali dan merebut lagi
Kerajaan ini.
Airlangga pun akhirnya dijadikan sebagai raja pengganti
mertuanya dan diberikan gelar Rakai Halu Sri Lakeswara
Dharmawangsa Airlangga Teguh Ananta
Wikramatunggadewa.
Seperti mertuanya, Airlangga juga melakukan kesalahan ketika membagi dua
kerajaan. Maksud Airlangga membagi Kerajaan Medang Kamulan
menjadi dua sebenarnya baik, yaitu untuk menghindarkan dari perang
saudara. Namun, pembagian itu membuat Medang Kamulan justru mengalami
kemunduran.Kala itu kerajaan dibagi menjadi dua, yaitu Jenggala yang
dikuasai
oleh Samarawijaya dan Panjalu yang dipimpin oleh Mapanji
Garasakan. Alhasil
10. Raja pertama dari kerajaan ini bernama Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana
Wikramadharmottunggadewa alias Mpu Sindok pada Tahun 929 M. Pada
masa pemerintahan Mpu Sindok kerajaan aman dan tentram, ia merupakan
sosok raja yang sangat toleransi terhadap agama lain. Hal ini bisa kita lihat
dari penganugrahan Desa Wajang untuk perkembangan ajaran yang
mencampurkan agama Buddha dan Hindu.
Kemudian kerajaan Medang Kamulan dipimpin oleh ratu Sri Isana
Tunggawijaya, dan diteruskan oleh anaknya Sri MakutawangSawardhana.
Setelahnya Medang dikuasai oleh Dharmawangsa dan pernah menyerang
kerajaan Sriwijaya pada Tahun 990M. Penyerangan itu gagal yang kemudian
menjadi malapetaka bagi kerajaan medang karena Sriwijaya berhasil
menghasut Raja Wurawari untuk menyerang mereka ketika pernikahan putri
Dharmawangsa dan Airlangga (Tahun 1016M).Seluruh keluarga kerajaan
tewas
tapi Airlangga berhasil selamat dan ia bertapa di Wonogiri.
11. Pada Tahun 1019 Airlangga kembali dinobatkan sebagai raja dan
Airlangga langsung melakukan pemulihan hubungan dengan Sriwijaya.
Airlangga dikenal sebagai raja yang sangat memperhatikan rakyatnya,
banyak karya-karya, dan agama yang berkembang pada zamannya.
Agama yang berkembang pada masa pemerintahan Airlangga adalah
agama Hindu beraliran Wisnu. Airlangga memang dianggap sebagai titisan
Dewa Wisnu. Pada masa pemerintahannya, berkembang banyak aliran
keagamaan, seperti Hindu aliran Siwa dan Buddha, Airlangga menolerir
eksistensi semua aliran itu.
Sebelum ia mengundurkan diri, Airlangga membagi kerajaanya menjadi 2
agar tidak adanya perang saudara. Kerajaan Jenggala(timur) yang
diberikan kepada Mapanji Garasakan. Kedua, Kerajaan Kediri (barat) yang
diberikan kepada Sri Samarawijaya.
Kemudian Airlangga menjadi petapa dan mengkat pada Tahun 1049M.
12. 1). Bidang Ekonomi
Keadaan ekonomi dari Kerajaan ini berjalan sesuai dengan letaknya yang
berada di wilayah sungai Brantas dan sungai Bengawan Solo.
Ketika Medang Kamulan dipimpin oleh Airlangga, Medang Kamulan memiliki
pelabuhan yang bernama Pelabuhan Hujung Galuh yang letaknya berada di
muara sungai Brantas. Pelabuhan Hujung Galuh itu pun dijadikan sebagai
pusat perdagangan bahkan sampai level internasional.
Oleh sebab itu, Medang Kamulan akhirnya mendapatkan penghasilan dari
aktivitas pada pelabuhan tersebut.
Selain itu, Airlangga juga membangun jalan yang menghubungkan antara
pesisir dengan pusat kerajaan. Ia juga membangun Waduk Waringin Sapta
untuk irigasi sawah dan juga mencegah banjir.
Kemudian Airlangga juga memberikan hak istimewa untuk Pelabuhan
Kembang Putih, Tuban.
Tak hanya memanfaatkan pelabuhan, Kerajaan ini juga mendapatkan
pemasukan dari pertanian.
2). Bidang Agama
Sementara dari bidang agama, Medang Kamulan merupakan kerajaan yang
dasarnya adalah beragama Hindu. Jadi ketika itu, agama yang berkembang
di
Kerajaan ini adalah agama Hindu, yaitu Hindu Wisnu dan Hindu Syiwa.
14. 1) Prasasti
a. Prasasti Mpu Sindok
Prasasti Mpu Sindok tentunya adalah prasasti peninggalan Mpu Sindok
yang menjelaskan mengenai kehidupan politik Medang Kamulan semasa
Mpu Sindok bersama dengan Sri Wardhani Pu Kbi. Prasasti itu ditemukan di
Jombang, Jawa Timur dalam bentuk batu besar.
b. Prasasti Calcuta
Selanjutnya adalah Prasasti Calcuta yang menjadi peninggalan dari Raja
Airlangga. Prasasti Calcuta ini berisi tentang silsilah keluarga dari raja
pertama Medang Kamulan, Mpu Sindok. Selain itu juga berisi tentang
peristiwa hancurnya istana milik Dharmawangsa.
c. Prasasti Anjuk Ladang
Prasasti Anjuk Ladang adalah prasasti yang ditemukan di Jawa Timur.
Prasasti ini berisi tentang awal berdirinya Medang Kamulan.
d. Prasasti Lor
Prasasti Lor merupakan prasasti yang dibuat pada sekitar tahun (939
Masehi), prasasti tersebut menceritakan tentang perintah untuk membuat
candi yang bernama Jayamrata dan juga Jayastambo yang terletak di Desa
Antik Lodang untuk memperingati kemenangan dari Mpu Sindok.
15. e. Prasasti Tengaran
Prasasti Tengaran merupakan prasasti yang dibuat pada sekitar (933
Masehi), prasasti tersebut menceritakan tentang Mpu Sindok memerintah
bersama dengan Istrinya yang bernama Sri Wardhani Pu Kabin atau
Rakryan Bawang.
f. Prasasti Bangil
Prasasti Bangil merupakan prasasti yang menceritakan tentang pembuatan
candi yang digunakan untuk pemakaman ayahanda dari Mpu Sindok dan
sang Permaisuri yakni Rakryan Bawang.
2) Candi-Candi
Terdapat beberapa candi yang menjadi peninggalan dari Kerajaan ini.
Candi-candi yang ditinggalkan oleh Medang Kamulan ini dapat dibilang
adalah candi-candi besar di Jawa Tengah, seperti Candi Prambanan, Candi
Kalasan, dan Candi Ijo.
16. Berikut Daftar beberapa Candi Peninggalan dari
Kerajaan Medang Kamulan:
Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.
Candi Sewu di Sleman, Yogyakarta.
Candi Sari di Sleman, Yogyakarta.
Candi Gunung Wukir di Magelang, Jawa Tengah.
Candi Gebang di Sleman, Yogyakarta.
Candi Kalasan di Sleman, Yogyakarta.
Candi Prambanan di Sleman, Yogyakarta.
Candi Merak di Klaten, Jawa Tengah.
Candi Plaosan di Klaten, Jawa Tengah.
Candi Sambisari di Sleman, Yogyakarta.
Candi Lumbung di Magelang, Jawa Tengah.
Candi Pawon di Magelang, Jawa Tengah.
Candi Ngawen di Magelang, Jawa Tengah.
Candi Morangan di Sleman, Yogyakarta.
Candi Mendut di Magelang, Jawa Tengah.
Candi Sojiwan di Klaten, Jawa Tengah.
Candi Ijo di Sleman, Yogyakarta.
Candi Barong di Sleman, Yogyakarta.
Candi Banyunibo di Sleman, Yogyakarta.
Candi Ratu Boko di Sleman, Yogyakarta.
18. Ketika pesta pernikahan putri Raja Dharmawangsa dengan Airlangga,
terjadi serangan mendadak dari Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya menyerang
Medang Kamulan dengan bantuan dari Kerajaan Wurawari.Serangan
tersebut mengakibatkan meninggalnya keluarga Kerajaan Medang.
Sementara itu, Airlangga dan pengikut setianya berhasil selamat.
Pada 1031, Airlangga berupaya memulihkan kejayaan Dinasti Isyana
dengan mengangkat dirinya sebagai raja.Airlangga menggunakan gelar
Rakai Hali Sri Lakeswara Dharmawangsa Airlangga Teguh Ananta
Wikramatunggadewa. Ia kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke
wilayah Kahuripan. Airlangga secara perlahan mengembalikan Dinasti
Isyana dengan mendirikan Kerajaan Kahuripan.
Runtuhnya Kerajaan Medang Kamulan dimulai setelah dipimpin oleh
Raja Airlangga. Kerajaan tersebut terpaksa dibagi menjadi dua kerajaan,
yakni Kerajaan Janggala dan Kerajaan Kediri.Keputusan tersebut
dilakukan oleh Raja Airlangga guna mencegah terjadinya perang saudara.
Diketahui, sang putri dari permaisuri Raja Airlangga memutuskan untuk
tidak terlibat dalam kerajaan dan menjadi seorang petapa.
Akhirnya, Kerajaan Medang diberikan putra-putra dari selir Raja
Airlangga. Sehingga sejarah Kerajaan Medang berakhir di zaman
pemerintahan ini.