SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  33
KEBUTUHAN AIR BAKU
1) Kebutuhan air Rumah Tangga (domestik)

2) Kebutuhan air non domestik (perkotaan)

3) Kebutuhan air industri

4) Kebutuhan air peternakan

5) Kebutuhan air perikanan

6) Kebutuhan air penggelontoran /pemeliharaan sungai


         7). KEBUTUHAN AIR BAKU IRIGASI
KEBUTUHAN AIR BAKU NON IRIGASI
               1) Kebutuhan air Rumah Tangga (domestik)

Meliputi kebutuhan untuk ;
- minum, memasak, mandi, cuci, kakus (MCK), dan lain-lain seperti
  cuci mobil, menyiram tanaman dan sebagainya.

Kebutuhan air perkapita dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan kebiasaan
atau tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu dalam memperkirakan
besarnya kebutuhan air domestik perlu dibedakan antara kebutuhan air
untuk penduduk daerah urban (perkotaan) dan daerah rural
(perdesaan).

Adanya pembedaan kebutuhan air dilakukan dengan pertimbangan bahwa
penduduk di daerah urban cenderung memanfaatkan air secara berlebih
dibandingkan penduduk di daerah rural.

Sedangkan besarnya kebutuhan air untuk tiap orang per hari berdasarkan
standar dari Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah sebagai berikut:

a) Kebutuhan untuk penduduk kota besar sebesar 120 liter/kapita/hari.
b) Kebutuhan untuk penduduk kota kecil sebesar 80 liter/kapita/hari.
c) Kebutuhan untuk penduduk pedesaan sebesar 60 liter/kapita/hari.
Gambaran Pemakaian Air Rumah Tangga di Beberapa Negara




Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Kota dan Jumlah Penduduk.
Contoh 1 :
•   Kota Malang memiliki jumlah penduduk pada Tahun 2011 sebesar 693.220 jiwa (asumsi).
    Berapa kebutuhan air baku domestik pada tahun tersebut ?


2. Data perkembangan penduduk suatu kota diuraikan pada tabel berikut ini.
   Hitung proyeksi kebutuhan air baku domestik Tahun 2015, 2020 dan 2030, bila
   laju perkembangan penduduk dianggap tetap !


                 Tahun               Jumlah penduduk (jiwa)
                 2008                               570,314
                 2009                              594,829
                 2010                              618,771
                  2011                             670,209
                 2012                              693,220
2) Kebutuhan air non domestik (perkotaan)

Kebutuhan air non domestik atau sering juga disebut kebutuhan air
perkotaan (municipal) adalah kebutuhan air untuk fasilitas kota, seperti
fasilitas komersial, fasilitas pariwisata, fasilitas ibadah, fasilitas kesehatan
dan fasilitas pendukung kota lainnya misalnya pembersihan jalan, pemadam
kebakaran, sanitasi dan penyiraman tanaman perkotaan.

Besarnya kebutuhan air perkotaan ditentukan oleh banyaknya fasilitas
perkotaan. Kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat dinamika kota dan
jenjang suatu kota. Untuk memperkirakan kebutuhan air perkotaan suatu
kota maka diperlukan data lengkap tentang fasilitas pendukung kota
tersebut.

Cara lain untuk menghitung besarnya kebutuhan perkotaan adalah dengan
menggunakan standar kebutuhan air perkotaan yang didasarkan pada
kebutuhan air rumah tangga.

Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat diperoleh dengan prosentase dari
jumlah kebutuhan rumah tangga, berkisar antara 25 - 40% dari
kebutuhan air rumah tangga. Angka 40% berlaku khusus untuk kota
metropolitan yang memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi seperti
Jakarta.
Besar Kebutuhan Air Perkotaan Berdasarkan Fasilitas Perkotaan
Besarnya Kebutuhan Air Non Domestik Menurut Jumlah Penduduk




  Besar Kebutuhan Air Perkotaan Menurut Kepadatan Penduduk
Contoh 2 :

Dengan menggunakan data pada Contoh 1,
hitung kebutuhan air non domestik !
3) Kebutuhan air industri

Kebutuhan air industri  kebutuhan air untuk proses industri, termasuk
bahan baku, kebutuhan air pekerja industri dan pendukung kegiatan
industri.




Besarnya standar kebutuhan industri adalah sebagai berikut :

Untuk pekerja industri kebutuhan air merupakan kebutuhan air domestik
yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pekerja pabrik, yaitu 60 liter/
pekerja/hari.

Untuk proses industri, kebutuhan air diklasifikasi sesuai dengan tabel
berikut ini.
Kebutuhan Air Industri Berdasarkan Beberapa Proses Industri




Apabila data industri yang diperoleh adalah data luas lahan areal industri maka
kita dapat menggunakan Kriteria Perencanaan Air Baku yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Cipta Karya (1994) sebagai berikut:

- Industri berat membutuhkan air sebesar 0,50-1,00 liter/detik/ha.
- Industri sedang membutuhkan air sebesar 0,25-0,50 liter/detik/ha.
- Industri kecil membutuhkan air sebesar 0,15-0,25 liter/detik/ha.
Banyak cara untuk memprediksikan kebutuhan air industri
 tergantung pada ketersediaan data yang ada. Jabotabek Water
 Resources Management Study - JWRMS (1994) telah melakukan
  studi terhadap lebih dari 6.000 industri dari skala kecil sampai
    besar untuk mendapatkan korelasi antara jumlah karyawan
dengan kebutuhan air untuk industri. Meskipun demikian ditemukan
bahwa keanekaragaman parameter produksi sangat besar sehingga
hubungan tersebut tidak dapat ditemukan. Akhirnya dipakai angka
         kebutuhan sebesar 500 liter/karyawan/hari untuk
      memperhitungkan kebutuhan air untuk sektor industri.
4) Kebutuhan air peternakan

Kebutuhan air rata-rata untuk ternak ditentukan dengan mengacu pada hasil
penelitian dari FIDP yang dimuat dalam Technical Report National Water
Resources Policy tahun 1992. Rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut.

                      Kebutuhan Air untuk Ternak




Secara umum kebutuhan air untuk ternak dapat diestimasikan dengan cara
mengkalikan jumlah ternak dengan tingkat kebutuhan air.
5) Kebutuhan air perikanan

Kebutuhan ini meliputi untuk mengisi kolam pada saat awal tanam dan untuk
penggantian air.
Penggantian air bertujuan untuk memperbaiki kondisi kualitas air dalam kolam.
Intensitas penggantiannya tergantung pada jenis ikan yang dipelihara. Jenis
ikan gurami (Osphronemus gouramy) dan karper (Cyprinus) membutuhkan
penggantian air minimal ± 1 kali dalam seminggu, sedangkan ikan lele dumbo
(Clarias glariepinus) hanya membutuhkan minimal ± 1 bulan sekali.


Estimasi besarnya kebutuhan air untuk perikanan ditentukan sesuai dengan
studi yang dilakukan oleh FIDP. Ditetapkan bahwa untuk kedalaman kolam
ikan kurang lebih 70 cm, banyaknya air yang diperlukan per hektar adalah
35-40 mm/hari, air tersebut nantinya akan dimanfaatkan untuk
pengaliran/pembilasan.

Namun karena air tersebut tidak langsung dibuang, tetapi kembali lagi, maka
besar kebutuhan air untuk perikanan yang diperlukan hanya sekitar 1/5
hingga 1/6 dari kebutuhan yang seharusnya, dan ditetapkan angka sebesar 7
mm/hari/ha sebagai kebutuhan air untuk perikanan.
6) Kebutuhan air penggelontoran /pemeliharaan sungai


Kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai bisa diestimasi berdasarkan studi
yang dilakukan oleh IWRD (The Study for Formulation of Irrigation
Development Program in The Republic of Indonesia (FIDP), Nippon Koei Co.,
Ltd., 1993), yaitu perkalian antara jumlah penduduk perkotaan dengan
kebutuhan air untuk pemeliharaan per kapita.

Menurut IWRD, kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai diperkirakan sebesar
360 liter/kapita/hari, sedangkan untuk tahun 2015–2020 diperkirakan
kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai akan berkurang menjadi 300
liter/kapita/hari dengan pertimbangan bahwa pada tahun 2015 akan semakin
banyak penduduk yang mempunyai/memanfaatkan sistem pengolahan limbah.
KEBUTUHAN AIR BAKU IRIGASI

Kebutuhan air di pintu pengambilan atau bangunan utama tidak
terlepas dari kebutuhan air di sawah/lahan.

Untuk memenuhi jumlah air yang harus tersedia di pintu pengambilan
guna mengairi lahan pertanian dinyatakan sebagai berikut :


     DR = ( q . A ) / Ef

dengan,
DR      =   kebutuhan air di pintu pengambilan (1/dt)
q       =   unit kebutuhan air irigasi (l / det / ha)
A       =    luas areal irigasi (ha)
EF      =   Efisiensi irigasi (%)
Unit kebutuhan air irigasi (q) dipengaruhi oleh beberapa faktor :

a.   Kebutuhan untuk penyiapan lahan.
b.   Kebutuhan air konsumtif untuk tanaman.
c.   Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air.
d.   Perkolasi.
e.   Efisiensi air irigasi.
f.   Luas areal irigasi.
g.   Curah hujan efektif.


Kebutuhan total air di sawah mencakup faktor a sampai dengan f,
sedangkan untuk kebutuhan bersih air irigasi di sawah mencakup
faktor a sampai g.
Persamaan untuk menghitung unit kebutuhan bersih air irigasi di sawah:


          IG = IR + Etc + RW + P - ER

          q = (konversi satuan) * IG


dengan:
IG        = tinggi kebutuhan air (mm/periode)
IR        = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/periode),
Etc       = kebutuhan air konsumtif (mm/periode),
RW        = kebutuhan air untuk penggantian lapisan air (mm/periode),
P         = perkolasi (mm/periode),
ER        = hujan efektif (mm/periode),
EI        = efisiensi irigasi (%),
q         = unit kebutuhan air (l/detik/ha)
Contoh 3 :


 Pada masa pengolahan lahan, diketahui :
 - Kebutuhan air untuk pengolahan lahan            =   12.50 mm/hari
 - Kebutuhan konsumtif                             =   0
 - Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air     =   0
 - Perkolasi                                       =   2.00 mm/hari
 - Hujan efektif                                   =   8.00 mm/hari



Pertanyaan :
a). Hitung IG (mm/hari) dan q (l/det/ha) !
b). Bila luas baku lahan 700 Ha dan efisiensi total irigasi 60%, berapa
    kebutuhan debit di pintu pengambilan (intake) dalam l/detk atau m3/detik ?
a. Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan (IR)

- Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya sangat menentukan
  kebutuhan maksimum air irigasi.

- Pemberian air bertujuan untuk mempermudah pembajakan dan menyiapkan
  kelembaban tanah guna pertumbuhan tanaman.

- Metode ini didasarkan pada kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air
  akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan selama
  periode penyiapan lahan.

- Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk
  penyiapan lahan adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
  menyelesaikan penyiapan lahan dan jumlah air yang diperlukan untuk
  penyiapan lahan.


Untuk perhitungan kebutuhan air irigasi untuki penyiapan lahan dapat
digunakan metode yang dikembangkan van de Goor dan Zijlstra (1968).
Persamaannya ditulis sebagai berikut.




dengan:
IR      = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan (mm/hari),
M       = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan
          perkolasi di sawah yang telah dijenuhkan,
        = Eo + P,
Eo      = 1,1 x Eto,
P       = perkolasi (mm/hari),
k       = M x (T/S),
T       = jangka waktu penyiapan lahan (hari),
S       = kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm.

Perhitungan kebutuhan air untuk penyiapan lahan digunakan T = 30 hari dan
S = 250 mm untuk penyiapan lahan padi pertama dan S = 200 mm untuk
penyiapan lahan padi kedua. Ini sudah termasuk banyaknya air untuk
penggenangan setelah transplantasi, yaitu sebesar sebesar 50 mm serta
kebutuhan untuk persemaian.
Contoh :

Hitung kebutuhan air untuk pengolahan lahan padi bila diketahui data ;
 kebutuhan air untuk menjenuhkan tanah (S) adalah 250 mm, perkolasi (P)
sebesar 2 mm per hari, waktu pengolahan Wm (T) adalah 30 hari dan
evaporasi potensial (Eo) sebesar 4 mm per hari.
maka kebutuhan air untuk pengolahan lahan adalah :
- menghitung air untuk mengganti evaporasi dan perkolasi ;
  M = Eo + P
  M = 4 + 2 = 6 mm/hari

- menghitung konstanta ;




- menghitung kebutuhan air untuk pengolahan lahan ;




Jadi kebutuhan air selama pengolahan lahan adalah sebesar 11,69 mm/hari
b. Kebutuhan Air Konsumtif (Etc)

Kebutuhan air konsumtif diartikan sebagai kebutuhan air untuk tanaman di
lahan dengan memasukkan faktor koefisien tanaman (kc). Persamaan umum
yang digunakan sebagai berikut :

      Etc = Eto x kc

 dengan:
 Etc     = kebutuhan air konsumtif (mm/periode),
 Eto     = evapotranspirasi (mm/periode),
 kc      = koefisien tanaman.

Kebutuhan air konsumtif dibutuhkan untuk mengganti air yang hilang akibat
penguapan. Air dapat menguap melalui permukaan air atau tanah maupun
melalui tanaman.    Bila kedua proses tersebut terjadi bersama-sama,
terjadilah proses evapotranspirasi, yaitu gabungan antara penguapan air
bebas (evaporasi) dan penguapan melalui tanaman (transpirasi).
Dengan demikian besarnya kebutuhan air konsumtif ini adalah sebesar air
yang hilang akibat proses evapotranspirasi dikalikan dengan koefisien
tanaman.
Evapotranspirasi dapat dihitung dengan metoda Penman berdasarkan
data klimatologi setempat. Sebagai alternatif nilai evapotranspirasi
(Eto) juga dapat diambil dari Tabel Reference Crop Evapotranspiration
sesuai dengan rekomendasi Standar Perencanaan Irigasi (1986).

Nilai koefisien tanaman (kc) mengikuti cara FAO seperti tercantum
dalam Standar Perencanaan Irigasi (1986), yaitu varietas unggul
dengan masa pertumbuhan tanaman padi selama 3 bulan dan dapat
dilihat pada Tabel berikut.

                       Koefisien Tanaman, kc
Contoh 4 :


 Data evapotranspirasi diuraikan sebagai berikut :

 Bulan             AGS       SEP       OKT       NOP
 Eo (mm/hari)      3.8       3.5       3.7       3.6



  Bandingkan besar kebutuhan konsumtif selama MT padi !
  (gunakan standar FAO untuk padi biasa dan varietas unggul)
C. Kebutuhan Air untuk Penggantian Lapisan Air (RW)




Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air ditetapkan berdasarkan
Standar Perencanaan Irigasi (1986).

Penggantian lapisan air dilakukan sebanyak dua kali dalam sebulan,
masing-masing dengan ketebalan 50 mm (50 mm/bulan atau 3,3
mm/hari) dan dua bulan setelah transplantasi.
d. Perkolasi (P)

Perkolasi adalah masuknya air dari daerah tak jenuh ke dalam daerah
jenuh air, pada proses ini air tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Laju
perkolasi sangat tergantung pada pada sifat tanah daerah tinjauan yang
dipengaruhi oleh karakteristik geomorfologis dan pola pemanfaatan
lahannya.

Menurut Standar Perencanaan Irigasi (1986), laju perkolasi berkisar
antara 1-3 mm/hari. Angka ini sesuai untuk tanah lempung berat dengan
karakteristik pengolahan yang baik.

Pada jenis-jenis tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi.
e. Hujan Efektif (ER)




Menurut KP Irigasi, curah hujan efektif ditetapkan :
-Tanaman padi = 0.7 x R80%
- Palawija     = R50%
f. Efisiensi Irigasi (EI)

Efisiensi irigasi merupakan indikator utama dari unjuk kerja suatu
sistem jaringan irigasi. Efisiensi irigasi didasarkan pada asumsi bahwa
sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang, baik di saluran maupun
di petak sawah, maka efisiensi irigasi dibagi menjadi dua bagian:

- Efisiensi saluran pembawa (conveyance efficiency), yang dihitung
  sebesar kehilangan air dari saluran primer sampai ke saluran
  sekunder.

- Efisiensi sawah (in farm efficiency), yang dihitung sebesar
  kehilangan air dari saluran tersier sampai ke petak sawah.

 Dari berbagai macam studi dan penelitian didapatkan data bahwa
 efisiensi rata-rata pengaliran di jaringan utama berkisar antara
 70-80%. Selanjutnya dari beberapa data yang ada dapat diperoleh
 bahwa efisiensi di jaringan sekunder berkisar kurang lebih 70%.

 Mengacu pada data-data tersebut maka untuk studi ini diambil
 efisiensi irigasi sebesar 0,6.
KEBUTUHAN AIR UNTUK TANAMAN SELAIN PADI

Tanaman selain padi yang dibudidayakan oleh petani pada umumnya berupa
palawija. Palawija adalah berbagai jenis tanaman yang dapat ditanam di
sawah pada musim kemarau ataupun pada saat kekurangan air.
Lazimya tanaman palawija ditanam di lahan tegalan.

Ditinjau dari jumlah air yang dibutuhkan, palawija dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)
jenis, yaitu ;
a) palawija yang butuh banyak air, seperti bawang, kacang tanah, ketela.
b) palawija yang butuh sedikit air, misalnya cabai, jagung, tembakau dan kedelai.
c) palawija yang membutuhkan sangat sedikit air, misalnya ketimun dan lembayung.


Pemberian air untuk palawija akan ekonomis jika sampai kapasitas lapang, lalu
berhenti dan diberikan lagi sampai sebelum mencapai titik layu.
Analisis kebutuhan air untuk tanaman palawija dihitung seperti pada tanaman
padi, namun ada dua hal yang membedakan ; yaitu pada tanaman palawija
tidak memerlukan genangan serta koefisien tanaman yang digunakan sesuai
dengan jenis palawija yang ditanam.
K E B U T U H A N A IR U N T U K P E N G O L A H A N L A H A N
                           P A L A W IJ A


   Masa prairigasi diperlukan guna menggarap lahan untuk ditanami dan
untuk
   menciptakan kondisi kelembaban yang memadai untuk persemaian
   tanaman.

 Jumlah air yang dibutuhkan tergantung pada kodisi tanah dan pola tanam
  yang diterapkan.

 Kriteria Perencanaan Irigasi mengusulkan air untuk pengolahan lahan
  sejumlah 50 – 120 mm untuk tanaman ladang dan 100 - 120 mm untuk
  tanaman tebu, kecuali jika terdapat kondisi-kondisi khusus misalnya ada
  tanaman lain yang segera ditanam setelah tanaman padi.
PENGGUNAAN KONSUMTIF TANAMAN PALAWIJA

Untuk menentukan penggunaan konsumtif cara yang digunakan seperti
pada tanaman padi hanya koefisien tanaman yang berbeda.

                 Tabel 6 : Koefisien tanaman
Koefisien tanaman tebu
Kebutuhan Air Baku

Contenu connexe

Tendances

Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/KotaPemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/KotaJoy Irman
 
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah Joy Irman
 
Pengelolaan sumber daya air berbasis wilayah sungai
Pengelolaan sumber daya air berbasis wilayah sungaiPengelolaan sumber daya air berbasis wilayah sungai
Pengelolaan sumber daya air berbasis wilayah sungaiWillem Sidharno
 
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaanOperasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaaninfosanitasi
 
Buku Panduan Pengembangan Air Minum
Buku Panduan Pengembangan Air MinumBuku Panduan Pengembangan Air Minum
Buku Panduan Pengembangan Air MinumJoy Irman
 
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah PermukimanPola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah Permukimaninfosanitasi
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainaseMiftakhul Yaqin
 
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase PerkotaanTata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase PerkotaanJoy Irman
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1infosanitasi
 
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
 
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
 
3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencanavieta_ressang
 
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...Joy Irman
 
Permasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirPermasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirYahya M Aji
 
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikPerencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikJoy Irman
 
Perencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatPerencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatinfosanitasi
 
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)Joy Irman
 
Pengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipal
Pengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipalPengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipal
Pengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipalinfosanitasi
 
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)Joy Irman
 

Tendances (20)

Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/KotaPemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
 
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
 
Pengelolaan sumber daya air berbasis wilayah sungai
Pengelolaan sumber daya air berbasis wilayah sungaiPengelolaan sumber daya air berbasis wilayah sungai
Pengelolaan sumber daya air berbasis wilayah sungai
 
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaanOperasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
 
Analisis Frekuensi
Analisis FrekuensiAnalisis Frekuensi
Analisis Frekuensi
 
Buku Panduan Pengembangan Air Minum
Buku Panduan Pengembangan Air MinumBuku Panduan Pengembangan Air Minum
Buku Panduan Pengembangan Air Minum
 
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah PermukimanPola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase
 
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase PerkotaanTata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
 
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
 
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 
3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana
 
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...
 
Permasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirPermasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya Air
 
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikPerencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
 
Perencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatPerencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempat
 
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
 
Pengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipal
Pengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipalPengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipal
Pengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipal
 
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
 

Similaire à Kebutuhan Air Baku

Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...infosanitasi
 
02_Kebutuhan Air Irigasi_Part1.ppt
02_Kebutuhan Air Irigasi_Part1.ppt02_Kebutuhan Air Irigasi_Part1.ppt
02_Kebutuhan Air Irigasi_Part1.pptAdeliaForYou
 
PABPAM KEBUTUHAN AIR BERSIH.pptx
PABPAM KEBUTUHAN AIR BERSIH.pptxPABPAM KEBUTUHAN AIR BERSIH.pptx
PABPAM KEBUTUHAN AIR BERSIH.pptxZalfaAidah5
 
Petunjuk teknis definisi_operasional_sta
Petunjuk teknis definisi_operasional_staPetunjuk teknis definisi_operasional_sta
Petunjuk teknis definisi_operasional_staegyd welyn
 
Air selintas info di nusantara pada Hari Air Sedunia, 220317
Air selintas info di nusantara pada Hari Air Sedunia, 220317Air selintas info di nusantara pada Hari Air Sedunia, 220317
Air selintas info di nusantara pada Hari Air Sedunia, 220317Biotani & Bahari Indonesia
 
Analisa efisiensi dan optimalisasi pola tanam pada daerah irigasi
Analisa efisiensi dan optimalisasi pola tanam pada daerah irigasiAnalisa efisiensi dan optimalisasi pola tanam pada daerah irigasi
Analisa efisiensi dan optimalisasi pola tanam pada daerah irigasiMuhadir Masrur
 
Studi Bauran Air Sebagai Alternatif Sumber Air Baku SPAM
Studi Bauran Air Sebagai Alternatif Sumber Air Baku SPAMStudi Bauran Air Sebagai Alternatif Sumber Air Baku SPAM
Studi Bauran Air Sebagai Alternatif Sumber Air Baku SPAMWinces Narko
 
01. PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR.ppt
01. PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR.ppt01. PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR.ppt
01. PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR.pptarianto132771
 
Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr
Kriteria perencanaan teknis_sistem_distrKriteria perencanaan teknis_sistem_distr
Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr112233445566123456789
 
Modul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakan
Modul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakanModul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakan
Modul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakanLusnia S Multianti
 
1.0. pednis pengembangan jaringan
1.0. pednis pengembangan jaringan1.0. pednis pengembangan jaringan
1.0. pednis pengembangan jaringannugrohoery83
 
Pelayanan air yang berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakat
Pelayanan air yang berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakatPelayanan air yang berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakat
Pelayanan air yang berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakatFuad Ramadhan
 
APRIANI (14 630 030).pdf
APRIANI (14 630 030).pdfAPRIANI (14 630 030).pdf
APRIANI (14 630 030).pdfprincesspratiwi
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...infosanitasi
 

Similaire à Kebutuhan Air Baku (20)

Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
 
02_Kebutuhan Air Irigasi_Part1.ppt
02_Kebutuhan Air Irigasi_Part1.ppt02_Kebutuhan Air Irigasi_Part1.ppt
02_Kebutuhan Air Irigasi_Part1.ppt
 
PABPAM KEBUTUHAN AIR BERSIH.pptx
PABPAM KEBUTUHAN AIR BERSIH.pptxPABPAM KEBUTUHAN AIR BERSIH.pptx
PABPAM KEBUTUHAN AIR BERSIH.pptx
 
Petunjuk teknis definisi_operasional_sta
Petunjuk teknis definisi_operasional_staPetunjuk teknis definisi_operasional_sta
Petunjuk teknis definisi_operasional_sta
 
Pengkajian kelas air
Pengkajian kelas airPengkajian kelas air
Pengkajian kelas air
 
Air selintas info di nusantara pada Hari Air Sedunia, 220317
Air selintas info di nusantara pada Hari Air Sedunia, 220317Air selintas info di nusantara pada Hari Air Sedunia, 220317
Air selintas info di nusantara pada Hari Air Sedunia, 220317
 
Analisa efisiensi dan optimalisasi pola tanam pada daerah irigasi
Analisa efisiensi dan optimalisasi pola tanam pada daerah irigasiAnalisa efisiensi dan optimalisasi pola tanam pada daerah irigasi
Analisa efisiensi dan optimalisasi pola tanam pada daerah irigasi
 
gambaran umum RAAT
gambaran umum RAATgambaran umum RAAT
gambaran umum RAAT
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
PERMASALAHAN DAN UPAYA PENANGANAN AIR BAKU DI DKI JAKARTA
PERMASALAHAN DAN UPAYA PENANGANAN AIR BAKU DI DKI JAKARTAPERMASALAHAN DAN UPAYA PENANGANAN AIR BAKU DI DKI JAKARTA
PERMASALAHAN DAN UPAYA PENANGANAN AIR BAKU DI DKI JAKARTA
 
Studi Bauran Air Sebagai Alternatif Sumber Air Baku SPAM
Studi Bauran Air Sebagai Alternatif Sumber Air Baku SPAMStudi Bauran Air Sebagai Alternatif Sumber Air Baku SPAM
Studi Bauran Air Sebagai Alternatif Sumber Air Baku SPAM
 
O & p
O & pO & p
O & p
 
01. PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR.ppt
01. PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR.ppt01. PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR.ppt
01. PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR.ppt
 
Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr
Kriteria perencanaan teknis_sistem_distrKriteria perencanaan teknis_sistem_distr
Kriteria perencanaan teknis_sistem_distr
 
Modul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakan
Modul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakanModul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakan
Modul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakan
 
1.0. pednis pengembangan jaringan
1.0. pednis pengembangan jaringan1.0. pednis pengembangan jaringan
1.0. pednis pengembangan jaringan
 
Pelayanan air yang berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakat
Pelayanan air yang berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakatPelayanan air yang berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakat
Pelayanan air yang berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakat
 
jurnal amirno.pdf
jurnal amirno.pdfjurnal amirno.pdf
jurnal amirno.pdf
 
APRIANI (14 630 030).pdf
APRIANI (14 630 030).pdfAPRIANI (14 630 030).pdf
APRIANI (14 630 030).pdf
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
 

Kebutuhan Air Baku

  • 1. KEBUTUHAN AIR BAKU 1) Kebutuhan air Rumah Tangga (domestik) 2) Kebutuhan air non domestik (perkotaan) 3) Kebutuhan air industri 4) Kebutuhan air peternakan 5) Kebutuhan air perikanan 6) Kebutuhan air penggelontoran /pemeliharaan sungai 7). KEBUTUHAN AIR BAKU IRIGASI
  • 2. KEBUTUHAN AIR BAKU NON IRIGASI 1) Kebutuhan air Rumah Tangga (domestik) Meliputi kebutuhan untuk ; - minum, memasak, mandi, cuci, kakus (MCK), dan lain-lain seperti cuci mobil, menyiram tanaman dan sebagainya. Kebutuhan air perkapita dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan kebiasaan atau tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu dalam memperkirakan besarnya kebutuhan air domestik perlu dibedakan antara kebutuhan air untuk penduduk daerah urban (perkotaan) dan daerah rural (perdesaan). Adanya pembedaan kebutuhan air dilakukan dengan pertimbangan bahwa penduduk di daerah urban cenderung memanfaatkan air secara berlebih dibandingkan penduduk di daerah rural. Sedangkan besarnya kebutuhan air untuk tiap orang per hari berdasarkan standar dari Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah sebagai berikut: a) Kebutuhan untuk penduduk kota besar sebesar 120 liter/kapita/hari. b) Kebutuhan untuk penduduk kota kecil sebesar 80 liter/kapita/hari. c) Kebutuhan untuk penduduk pedesaan sebesar 60 liter/kapita/hari.
  • 3. Gambaran Pemakaian Air Rumah Tangga di Beberapa Negara Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Kota dan Jumlah Penduduk.
  • 4. Contoh 1 : • Kota Malang memiliki jumlah penduduk pada Tahun 2011 sebesar 693.220 jiwa (asumsi). Berapa kebutuhan air baku domestik pada tahun tersebut ? 2. Data perkembangan penduduk suatu kota diuraikan pada tabel berikut ini. Hitung proyeksi kebutuhan air baku domestik Tahun 2015, 2020 dan 2030, bila laju perkembangan penduduk dianggap tetap ! Tahun Jumlah penduduk (jiwa) 2008 570,314 2009 594,829 2010 618,771 2011 670,209 2012 693,220
  • 5. 2) Kebutuhan air non domestik (perkotaan) Kebutuhan air non domestik atau sering juga disebut kebutuhan air perkotaan (municipal) adalah kebutuhan air untuk fasilitas kota, seperti fasilitas komersial, fasilitas pariwisata, fasilitas ibadah, fasilitas kesehatan dan fasilitas pendukung kota lainnya misalnya pembersihan jalan, pemadam kebakaran, sanitasi dan penyiraman tanaman perkotaan. Besarnya kebutuhan air perkotaan ditentukan oleh banyaknya fasilitas perkotaan. Kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat dinamika kota dan jenjang suatu kota. Untuk memperkirakan kebutuhan air perkotaan suatu kota maka diperlukan data lengkap tentang fasilitas pendukung kota tersebut. Cara lain untuk menghitung besarnya kebutuhan perkotaan adalah dengan menggunakan standar kebutuhan air perkotaan yang didasarkan pada kebutuhan air rumah tangga. Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat diperoleh dengan prosentase dari jumlah kebutuhan rumah tangga, berkisar antara 25 - 40% dari kebutuhan air rumah tangga. Angka 40% berlaku khusus untuk kota metropolitan yang memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi seperti Jakarta.
  • 6. Besar Kebutuhan Air Perkotaan Berdasarkan Fasilitas Perkotaan
  • 7. Besarnya Kebutuhan Air Non Domestik Menurut Jumlah Penduduk Besar Kebutuhan Air Perkotaan Menurut Kepadatan Penduduk
  • 8. Contoh 2 : Dengan menggunakan data pada Contoh 1, hitung kebutuhan air non domestik !
  • 9. 3) Kebutuhan air industri Kebutuhan air industri  kebutuhan air untuk proses industri, termasuk bahan baku, kebutuhan air pekerja industri dan pendukung kegiatan industri. Besarnya standar kebutuhan industri adalah sebagai berikut : Untuk pekerja industri kebutuhan air merupakan kebutuhan air domestik yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pekerja pabrik, yaitu 60 liter/ pekerja/hari. Untuk proses industri, kebutuhan air diklasifikasi sesuai dengan tabel berikut ini.
  • 10. Kebutuhan Air Industri Berdasarkan Beberapa Proses Industri Apabila data industri yang diperoleh adalah data luas lahan areal industri maka kita dapat menggunakan Kriteria Perencanaan Air Baku yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya (1994) sebagai berikut: - Industri berat membutuhkan air sebesar 0,50-1,00 liter/detik/ha. - Industri sedang membutuhkan air sebesar 0,25-0,50 liter/detik/ha. - Industri kecil membutuhkan air sebesar 0,15-0,25 liter/detik/ha.
  • 11. Banyak cara untuk memprediksikan kebutuhan air industri tergantung pada ketersediaan data yang ada. Jabotabek Water Resources Management Study - JWRMS (1994) telah melakukan studi terhadap lebih dari 6.000 industri dari skala kecil sampai besar untuk mendapatkan korelasi antara jumlah karyawan dengan kebutuhan air untuk industri. Meskipun demikian ditemukan bahwa keanekaragaman parameter produksi sangat besar sehingga hubungan tersebut tidak dapat ditemukan. Akhirnya dipakai angka kebutuhan sebesar 500 liter/karyawan/hari untuk memperhitungkan kebutuhan air untuk sektor industri.
  • 12. 4) Kebutuhan air peternakan Kebutuhan air rata-rata untuk ternak ditentukan dengan mengacu pada hasil penelitian dari FIDP yang dimuat dalam Technical Report National Water Resources Policy tahun 1992. Rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut. Kebutuhan Air untuk Ternak Secara umum kebutuhan air untuk ternak dapat diestimasikan dengan cara mengkalikan jumlah ternak dengan tingkat kebutuhan air.
  • 13. 5) Kebutuhan air perikanan Kebutuhan ini meliputi untuk mengisi kolam pada saat awal tanam dan untuk penggantian air. Penggantian air bertujuan untuk memperbaiki kondisi kualitas air dalam kolam. Intensitas penggantiannya tergantung pada jenis ikan yang dipelihara. Jenis ikan gurami (Osphronemus gouramy) dan karper (Cyprinus) membutuhkan penggantian air minimal ± 1 kali dalam seminggu, sedangkan ikan lele dumbo (Clarias glariepinus) hanya membutuhkan minimal ± 1 bulan sekali. Estimasi besarnya kebutuhan air untuk perikanan ditentukan sesuai dengan studi yang dilakukan oleh FIDP. Ditetapkan bahwa untuk kedalaman kolam ikan kurang lebih 70 cm, banyaknya air yang diperlukan per hektar adalah 35-40 mm/hari, air tersebut nantinya akan dimanfaatkan untuk pengaliran/pembilasan. Namun karena air tersebut tidak langsung dibuang, tetapi kembali lagi, maka besar kebutuhan air untuk perikanan yang diperlukan hanya sekitar 1/5 hingga 1/6 dari kebutuhan yang seharusnya, dan ditetapkan angka sebesar 7 mm/hari/ha sebagai kebutuhan air untuk perikanan.
  • 14. 6) Kebutuhan air penggelontoran /pemeliharaan sungai Kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai bisa diestimasi berdasarkan studi yang dilakukan oleh IWRD (The Study for Formulation of Irrigation Development Program in The Republic of Indonesia (FIDP), Nippon Koei Co., Ltd., 1993), yaitu perkalian antara jumlah penduduk perkotaan dengan kebutuhan air untuk pemeliharaan per kapita. Menurut IWRD, kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai diperkirakan sebesar 360 liter/kapita/hari, sedangkan untuk tahun 2015–2020 diperkirakan kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai akan berkurang menjadi 300 liter/kapita/hari dengan pertimbangan bahwa pada tahun 2015 akan semakin banyak penduduk yang mempunyai/memanfaatkan sistem pengolahan limbah.
  • 15. KEBUTUHAN AIR BAKU IRIGASI Kebutuhan air di pintu pengambilan atau bangunan utama tidak terlepas dari kebutuhan air di sawah/lahan. Untuk memenuhi jumlah air yang harus tersedia di pintu pengambilan guna mengairi lahan pertanian dinyatakan sebagai berikut : DR = ( q . A ) / Ef dengan, DR = kebutuhan air di pintu pengambilan (1/dt) q = unit kebutuhan air irigasi (l / det / ha) A = luas areal irigasi (ha) EF = Efisiensi irigasi (%)
  • 16. Unit kebutuhan air irigasi (q) dipengaruhi oleh beberapa faktor : a. Kebutuhan untuk penyiapan lahan. b. Kebutuhan air konsumtif untuk tanaman. c. Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air. d. Perkolasi. e. Efisiensi air irigasi. f. Luas areal irigasi. g. Curah hujan efektif. Kebutuhan total air di sawah mencakup faktor a sampai dengan f, sedangkan untuk kebutuhan bersih air irigasi di sawah mencakup faktor a sampai g.
  • 17. Persamaan untuk menghitung unit kebutuhan bersih air irigasi di sawah: IG = IR + Etc + RW + P - ER q = (konversi satuan) * IG dengan: IG = tinggi kebutuhan air (mm/periode) IR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/periode), Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/periode), RW = kebutuhan air untuk penggantian lapisan air (mm/periode), P = perkolasi (mm/periode), ER = hujan efektif (mm/periode), EI = efisiensi irigasi (%), q = unit kebutuhan air (l/detik/ha)
  • 18. Contoh 3 : Pada masa pengolahan lahan, diketahui : - Kebutuhan air untuk pengolahan lahan = 12.50 mm/hari - Kebutuhan konsumtif = 0 - Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air = 0 - Perkolasi = 2.00 mm/hari - Hujan efektif = 8.00 mm/hari Pertanyaan : a). Hitung IG (mm/hari) dan q (l/det/ha) ! b). Bila luas baku lahan 700 Ha dan efisiensi total irigasi 60%, berapa kebutuhan debit di pintu pengambilan (intake) dalam l/detk atau m3/detik ?
  • 19. a. Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan (IR) - Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya sangat menentukan kebutuhan maksimum air irigasi. - Pemberian air bertujuan untuk mempermudah pembajakan dan menyiapkan kelembaban tanah guna pertumbuhan tanaman. - Metode ini didasarkan pada kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan selama periode penyiapan lahan. - Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penyiapan lahan dan jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan. Untuk perhitungan kebutuhan air irigasi untuki penyiapan lahan dapat digunakan metode yang dikembangkan van de Goor dan Zijlstra (1968).
  • 20. Persamaannya ditulis sebagai berikut. dengan: IR = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan (mm/hari), M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang telah dijenuhkan, = Eo + P, Eo = 1,1 x Eto, P = perkolasi (mm/hari), k = M x (T/S), T = jangka waktu penyiapan lahan (hari), S = kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm. Perhitungan kebutuhan air untuk penyiapan lahan digunakan T = 30 hari dan S = 250 mm untuk penyiapan lahan padi pertama dan S = 200 mm untuk penyiapan lahan padi kedua. Ini sudah termasuk banyaknya air untuk penggenangan setelah transplantasi, yaitu sebesar sebesar 50 mm serta kebutuhan untuk persemaian.
  • 21. Contoh : Hitung kebutuhan air untuk pengolahan lahan padi bila diketahui data ; kebutuhan air untuk menjenuhkan tanah (S) adalah 250 mm, perkolasi (P) sebesar 2 mm per hari, waktu pengolahan Wm (T) adalah 30 hari dan evaporasi potensial (Eo) sebesar 4 mm per hari. maka kebutuhan air untuk pengolahan lahan adalah : - menghitung air untuk mengganti evaporasi dan perkolasi ; M = Eo + P M = 4 + 2 = 6 mm/hari - menghitung konstanta ; - menghitung kebutuhan air untuk pengolahan lahan ; Jadi kebutuhan air selama pengolahan lahan adalah sebesar 11,69 mm/hari
  • 22. b. Kebutuhan Air Konsumtif (Etc) Kebutuhan air konsumtif diartikan sebagai kebutuhan air untuk tanaman di lahan dengan memasukkan faktor koefisien tanaman (kc). Persamaan umum yang digunakan sebagai berikut : Etc = Eto x kc dengan: Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/periode), Eto = evapotranspirasi (mm/periode), kc = koefisien tanaman. Kebutuhan air konsumtif dibutuhkan untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan. Air dapat menguap melalui permukaan air atau tanah maupun melalui tanaman. Bila kedua proses tersebut terjadi bersama-sama, terjadilah proses evapotranspirasi, yaitu gabungan antara penguapan air bebas (evaporasi) dan penguapan melalui tanaman (transpirasi). Dengan demikian besarnya kebutuhan air konsumtif ini adalah sebesar air yang hilang akibat proses evapotranspirasi dikalikan dengan koefisien tanaman.
  • 23. Evapotranspirasi dapat dihitung dengan metoda Penman berdasarkan data klimatologi setempat. Sebagai alternatif nilai evapotranspirasi (Eto) juga dapat diambil dari Tabel Reference Crop Evapotranspiration sesuai dengan rekomendasi Standar Perencanaan Irigasi (1986). Nilai koefisien tanaman (kc) mengikuti cara FAO seperti tercantum dalam Standar Perencanaan Irigasi (1986), yaitu varietas unggul dengan masa pertumbuhan tanaman padi selama 3 bulan dan dapat dilihat pada Tabel berikut. Koefisien Tanaman, kc
  • 24. Contoh 4 : Data evapotranspirasi diuraikan sebagai berikut : Bulan AGS SEP OKT NOP Eo (mm/hari) 3.8 3.5 3.7 3.6 Bandingkan besar kebutuhan konsumtif selama MT padi ! (gunakan standar FAO untuk padi biasa dan varietas unggul)
  • 25. C. Kebutuhan Air untuk Penggantian Lapisan Air (RW) Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air ditetapkan berdasarkan Standar Perencanaan Irigasi (1986). Penggantian lapisan air dilakukan sebanyak dua kali dalam sebulan, masing-masing dengan ketebalan 50 mm (50 mm/bulan atau 3,3 mm/hari) dan dua bulan setelah transplantasi.
  • 26. d. Perkolasi (P) Perkolasi adalah masuknya air dari daerah tak jenuh ke dalam daerah jenuh air, pada proses ini air tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Laju perkolasi sangat tergantung pada pada sifat tanah daerah tinjauan yang dipengaruhi oleh karakteristik geomorfologis dan pola pemanfaatan lahannya. Menurut Standar Perencanaan Irigasi (1986), laju perkolasi berkisar antara 1-3 mm/hari. Angka ini sesuai untuk tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan yang baik. Pada jenis-jenis tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi.
  • 27. e. Hujan Efektif (ER) Menurut KP Irigasi, curah hujan efektif ditetapkan : -Tanaman padi = 0.7 x R80% - Palawija = R50%
  • 28. f. Efisiensi Irigasi (EI) Efisiensi irigasi merupakan indikator utama dari unjuk kerja suatu sistem jaringan irigasi. Efisiensi irigasi didasarkan pada asumsi bahwa sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang, baik di saluran maupun di petak sawah, maka efisiensi irigasi dibagi menjadi dua bagian: - Efisiensi saluran pembawa (conveyance efficiency), yang dihitung sebesar kehilangan air dari saluran primer sampai ke saluran sekunder. - Efisiensi sawah (in farm efficiency), yang dihitung sebesar kehilangan air dari saluran tersier sampai ke petak sawah. Dari berbagai macam studi dan penelitian didapatkan data bahwa efisiensi rata-rata pengaliran di jaringan utama berkisar antara 70-80%. Selanjutnya dari beberapa data yang ada dapat diperoleh bahwa efisiensi di jaringan sekunder berkisar kurang lebih 70%. Mengacu pada data-data tersebut maka untuk studi ini diambil efisiensi irigasi sebesar 0,6.
  • 29. KEBUTUHAN AIR UNTUK TANAMAN SELAIN PADI Tanaman selain padi yang dibudidayakan oleh petani pada umumnya berupa palawija. Palawija adalah berbagai jenis tanaman yang dapat ditanam di sawah pada musim kemarau ataupun pada saat kekurangan air. Lazimya tanaman palawija ditanam di lahan tegalan. Ditinjau dari jumlah air yang dibutuhkan, palawija dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu ; a) palawija yang butuh banyak air, seperti bawang, kacang tanah, ketela. b) palawija yang butuh sedikit air, misalnya cabai, jagung, tembakau dan kedelai. c) palawija yang membutuhkan sangat sedikit air, misalnya ketimun dan lembayung. Pemberian air untuk palawija akan ekonomis jika sampai kapasitas lapang, lalu berhenti dan diberikan lagi sampai sebelum mencapai titik layu. Analisis kebutuhan air untuk tanaman palawija dihitung seperti pada tanaman padi, namun ada dua hal yang membedakan ; yaitu pada tanaman palawija tidak memerlukan genangan serta koefisien tanaman yang digunakan sesuai dengan jenis palawija yang ditanam.
  • 30. K E B U T U H A N A IR U N T U K P E N G O L A H A N L A H A N P A L A W IJ A  Masa prairigasi diperlukan guna menggarap lahan untuk ditanami dan untuk menciptakan kondisi kelembaban yang memadai untuk persemaian tanaman.  Jumlah air yang dibutuhkan tergantung pada kodisi tanah dan pola tanam yang diterapkan.  Kriteria Perencanaan Irigasi mengusulkan air untuk pengolahan lahan sejumlah 50 – 120 mm untuk tanaman ladang dan 100 - 120 mm untuk tanaman tebu, kecuali jika terdapat kondisi-kondisi khusus misalnya ada tanaman lain yang segera ditanam setelah tanaman padi.
  • 31. PENGGUNAAN KONSUMTIF TANAMAN PALAWIJA Untuk menentukan penggunaan konsumtif cara yang digunakan seperti pada tanaman padi hanya koefisien tanaman yang berbeda. Tabel 6 : Koefisien tanaman